Anda di halaman 1dari 6

KARYA TULIS ILMIAH

DAMPAK PANDEMI COVID-19 PADA KESEHATAN


MENTAL REMAJA

Disusun oleh:
Joyseilin Rachela Pioh 220111010016

Program Studi Pendidikan dokter


Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Pandemi COVID-19 (Coronavirus Disease 2019) yang disebabkan oleh virus
SARSCoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2), telah menjadi peristiwa
yang mengancam kesehatan masyarakat secara umum dan menarik perhatian dunia.Banyaknya
pasien yang terdampak Covid-19 tidak hanya menimbulkan gejala dan penyakit fisik tetapi juga
berimplikasi besar pada kesehatan jiwa dengan pedoman pemerintah berupa physical
distancing dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk menghadapi Covid-19 bagi
sebagian orang. , yang berimplikasi negatif. Ada banyak jenis stres, seperti kecemasan, emosi,
dan depresi. Menurut data yang dihimpun Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Jiwa
Indonesia (PDSKJI), 63% responden mengalami kecemasan dan 66% mengalami depresi.
Mayoritas orang yang pernah mengalami atau menyaksikan sesuatu terkait Covid-19 memiliki
gejala psikologis stres pascatrauma.

Para remaja yang terkena pandemi ini, mengalami efek yang paling rentan, karena
mereka terpaksa tinggal di rumah untuk waktu yang lama karena pengisolasian. Penutupan
sekolah, yang mengakibatkan interaksi dengan teman sebaya berkurang serta mengurangi
kesempatan untuk eksplorasi dan aktivitas fisik ( Jiao dkk., 2020 ). Hal tersebut berdampak
buruk bagi kesehatan dan kesejahteraan mental remaja, yang menyebabkan berbagai macam
masalah kesehatan mental, seperti kecemasan, stres, depresi, dan kesulitan tidur dan sulitnya
mengatur emosi (Galvin, 2020)

Remaja yang mampu mengelola emosinya lebih siap menghadapi stres dalam hidupnya
dan dalam mempersiapkan masa depan. Kesehatan jiwa adalah keadaan seseorang tanpa gejala
gangguan jiwa dalam bentuk apapun.Individu yang sehat mental akan dapat berfungsi secara
normal dalam kehidupan dan mampu beradaptasi dengan masalah seumur hidup melalui
penggunaan keterampilan manajemen stres (Putri et al., 2015).Kesehatan mental lebih dari
sekadar gangguan mental. Ini adalah dimensi kesejahteraan yang ditekankan WHO karena
kesehatan adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang lengkap.

B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut,maka rumusan masalah yang
diangkat yaitu:
“Bagaimana pengaruh COVID-19 pada kesehatan mental di kalangan remaja?”

C.TUJUAN
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
- Untuk mengetahui pengertian Kesehatan mental
- Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan remaja
- Untuk mengetahui bagaimana pandemi COVID-19 dapat mempengaruhi kesehatan
mental remaja
- Untuk mengetahui bagaimana menjaga kesehatan mental di tengah pandemi
COVID19

D.MANFAAT
Dari hasil penelitian ini dapat memberikan ilmu mengenai pengaruh pandemic
terhadap kesehatan mental juga pencegahan yang dapat dilakukan.
PEMBAHASAN

1.Kesehatan Mental
Istilah “kesehatan mental” diambil dari konsep mental hygiene. Kata “mental”
diambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahas latin yang
artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Kesehatan mental merupakan bagian dari psikologi
agama, terus berkembang dengan pesat. jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental
hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan mental.

Kesehatan mental memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan setiap orang.
Meskipun seseorang dengan kesehatan mental yang baik mungkin tidak bebas dari berbagai
gangguan mental, mereka tetap rentan terhadapnya. Menurut Siti Nurjanah (2020), gangguan
mental-emosional adalah suatu kondisi yang menunjukkan individu mengalami perubahan
emosional yang dapat berkembang menjadi keadaan patologis jika terus berlanjut.Bahkan
orang dengan kesehatan mental yang baik pun tidak dapat lepas dari rasa takut dan rasa
bersalah.

Meskipun demikian, orang dengan kesehatan mental yang baik tidak dikendalikan
oleh perasaan takut dan bersalah ini. Agar dia dapat menyelesaikan semua masalah dan
rintangan dengan penuh keyakinan dan tanpa gangguan lain yang mempengaruhi strukturnya,
dia perlu memiliki fondasi yang kuat. Jika seseorang memiliki penyakit mental, kondisinya
dapat ditandai dengan banyak kecemasan dan kontrol.Penyebab gangguan kesehatan mental
seseorang tentu saja dapat mencakup banyak faktor.

Beberapa faktor yang menyebabkan depresi pada remaja yaitu berasal dari faktor
psikologis, faktor genetik, biologi, maupun lingkungan. Menurut Kaplan dan Nolen
Hoeksema dan Girgus dalam Aries Dirgayunita 2016 menyatakan penyebab depresi
dipengaruhi oleh faktor biologi, faktor psikologi/kepribadian dan faktor sosial (Dianovinina,
2018). Depresi menyebabkan terganggunya suasana hati, peristiwa kehidupan yang penuh
stres, obat-obatan dan adanya indikasi medis. Pada kondisi saat ini depresi remaja di dukung
dengan keadaan lingkungan yang mengharuskan remaja untuk bertransformasi ke gaya hidup
baru dan ancaman terinfeksi COVID-19

2.Remaja
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO),terdapat tiga kriteria batasan mengenai
siapa remaja secara konseptual; biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, yakni: (1) individu
yang berkembang saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai
saat ia mencapai kematangan seksual, (2) individu yang mengalami perkembangan psikologis
dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa, dan (3) terjadi peralihan dari
ketergantungan social ekonomi yang penuh kepada keadaan yang lebih mandiri (Wirawan.
2002:23).

Perkembangan masa remaja merupakan periode transisi atau peralihan dari kehidupan
masa kanak-kanak ke masa dewasa. Periode dimana individu dalam proses pertumbuhannya
(terutama pertumbuhan fisik) telah mencapai kematangan, mereka tidak mau lagi
diperlakukan sebagai anak-anak namun mereka belum mencapai kematangan yang penuh dan
belum memasuki tahapan perkembangan dewasa
2. Pandemi COVID-19
Pandemi COVID-19 telah menyebabkan banyak dampak salah satunya,dampak pada
masalah kesehatan mental. Masalah baru ini telah menambah tekanan pada kehidupan banyak
orang di seluruh dunia. Pembaharuan informasi mengenai penyebaran virus Corona (Covid-
19) terus disajikan oleh media dan menjadi bahan obrolan hangat di tengah masyarakat.Berita
yang membuat kita merasa takut akan virus tersebut,takut untuk berinteraksi dengan orang
lain,dikarenakan terdapat berita kematian orang-orang karena covid dan betapa kacaunya
dunia ini karena virus tersubut yang terus menghantui para masayarakat.

Ada kemungkinan isolasi selama pandemi Covid-19 dapat menyebabkan peningkatan


angka bunuh diri, serta resesi ekonomi saat ini. Pandemi Covid-19 telah menyebabkan krisis
ekonomi global yang berpeluang meningkatkan risiko Kesehatan mental yaitu bunuh diri
karena pengangguran dan tekanan ekonomi.Bukan rahasia lagi bahwa ketika kegiatan sosial
berskala besar dilakukan, banyak perusahaan menutup pabriknya atau memberhentikan
karyawannya.

Tentunya mengalami kondisi tersebut akan menimbulkan perasaan putus asa, kecewa,
cemas berlebihan, perasaan tidak menentu, dan perasaan tidak berharga, yang dapat membuat
seseorang berpikir untuk bunuh diri.Faktor-faktor lain dapat berkontribusi pada masalah
sosial dan budaya di suatu komunitas ketika jarak psikologis diterapkan.Menurut Deshinta
(2020), ada beberapa kelompok masyarakat yang sangat rentan mengalami gangguan jiwa di
masa pandemi. Kelompok rentan ini meliputi wanita, anak-anak, dan remaja, serta orang tua.

Adapun remaja tak luput dari pengaruh kebijakan pembatasan penyebaran virus
melalui sistem pembelajaran jarak jauh. Minimnya ruang gerak dan minimnya interaksi
dengan orang lain selama masa pandemi bisa berdampak negatif bagi kesehatan mental anak.
Kelompok sekarang terbatas pada apa yang dapat mereka lakukan, dan mereka mengalami
kesulitan bersosialisasi dengan orang lain.Sehingga,remaja diharuskan untuk tinggal di rumah
dalam waktu yang lama. Tentu saja, ketika hal-hal ini terjadi secara berurutan, mereka
memengaruhi kebosanan dan memicu stres Mereka juga tidak bisa melakukan hal-hal seperti
dulu. Remaja sangat berisiko mengalami stres dan kecemasan, dan sekarang ada peningkatan
polemik tentang wabah COVID-19, yang hanya akan memperburuk keadaan.

Ini bisa menjadi tekanan baru bagi mereka selama wabah COVID-19.Menurut World
Health Organization (WHO) (2019), stres yang muncul selama masa pandemi COVID-19
dapat berupa:
(a).Ketakutan dan kecemasan mengenai kesehatan diri maupun kesehatan orang lain yang
disayangi
(b). Perubahan pola tidur dan/atau pola makan
(c). Sulit tidur dan konsentrasi
(d).Memperparah kondisi fisik seseorang yang memang memiliki riwayat penyakit
kronisan/atau gangguan psikologis atau menggunakan obat-obatan (drugs).

Bagi para remaja yang merasakan bagimana perubahan hidup akibat dari pandemi dan
mengalami gangguan Kesehatan mental, maka remaja bisa melakukan dan mempraktikan
perawatan diri dan menjaga kesehatan mental melalui ha-hal berikut ini:
1. Menyadari Kecemasan Diri Kecemasan (Anxiety)
Dalam psikologi didefenisikan sebagai perasaan campuran berisikan ketakutan dan
keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut
serta bersifat indifidual (Chaplin, 2009:32). Kecemasan biasanya dapat menyebabkan dua
akibat, yaitu (Savitri, 2005:9).:
a. Kepanikan yang berlebihan sehingga tidak dapat menyesuaikan diri pada situasi
b. Gagal mengetahui terlebih dahulu bahayanya dan mengambil tindakan pencegahan
yang mencukupi. Menyadari prilaku cemas yang timbul juga sangat diperlukan guna
mengantisipasi dan menemukan jalan kelaur saat prilaku tersebut muncul. Perlu diketahui,
bila seorang remaja cemas akibat penutupan sekolah merupakan hal yang wajar. Menurut
para psikolog, hal itu merupakan fungsi normal dan sehat seseorang dalam mewaspadai
sebuah ancaman.

2. Tetap Menjaga Komunikasi yang baik Dengan Teman


Komunikasi sangat diperlukan kita dapat tetap berkomunikasi secara online dengan
sahabat dan keluarga, dan hendaknya memperoleh pendidikan menyangkut Corona serta
penularan, pencegahan dan pemutusan infeksi virus lewat social distancing. Situasi saat ini
memang membuat para remaja kesulitan dalam bersosialasi. Namun, media sosial bisa
menjadi solusi untuk menjaga komunikasi di tengah perintah physical distancing. Remaja
akan menemukan cara untuk berhubungan dengan satu sama lain secara online melalui cara
yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun, penggunaan ponsel dan gadget juga bisa
menambah kecemasan seorang remaja apabila tidak digunakan dengan bijak, karena memiliki
akses tanpa batas melalui media sosial itu hal yang tidak sehat dan tidak cerdas, dan bahkan
bisa menambah kecemasan.

3. Fokus Pada Diri Sendiri


Cara yang paling efektif dalam menghilangkan kecemasan adalah dengan fokus pada diri
sendiri. Coba lakukan hal-hal produktif atau hal baru seperti membaca buku, olah raga atau
melakukan hobi sehingga bisa membantu dalam menjaga kesehatan diri. Cara lain dengan
membuat jadwal kegiatan membantu kita fokus dalam kegiatan dan mengurangi kecemasan.
Kegiatan ini bisa berupa jadwal kelas sekolah daring, jadwal melakukan hobi ataupun jadwal
kegitan di rumah.

4. Berusaha Memahami Perasaan dengan menjaga Tetap Tenang


Seorang remaja harus bisa mengetahui perasaan yang sedang dialami. Merasakan
perasaan sedih atau kecewa merupakan hal yang wajar. Setiap remaja memiliki cara berbeda
untuk memahami perasaan mereka.

5. Adanya Dukungan dari Keluarga/ Orang Tua


Untuk menjaga kesehatan mental para remaja, orangtua perlu toleransi beberapa hal
dalam batas-batas tertentu. Namun, apabila ada sesuatu yang salah atau tidak tepat, maka
orangtua bisa mengajak anak remajanya berdiskusi tentang apa yang bisa mereka lakukan
agar dapat tetap bergaul dengan teman-temannya. Sebaliknya, orangtua tidak boleh memarahi
atau mengatur-ngatur mereka. Apalagi, anak-anak usia remaja itu sangat sensitif dan secara
emosional relatif belum stabil, jika mendapat penolakan keras. Masa pandemi yang
mengharuskan semua orang tetap berada di rumah juga menjadi momentum orangtua untuk
mendengarkan keluhan anak remajanya. Karena kegiatan belajar dan bekerja dilakukan di
rumah, orangtua dan anak-anak punya lebih banyak waktu untuk ngobrol bersama.
KESIMPULAN

Menurut penelitian, sebagian besar remaja mengalami masalah psikologis selama


pandemi Covid-19. Remaja mengalami masalah psikologis yang berkaitan dengan tekanan
emosional dan disfungsi sosial. Misalnya, terjadi perubahan pola tidur dan pola makan,sulit
berkonsentrasi. Kecenderungan untuk mengalami masalah mental.Dengan demikian, kita perlu
mencegahnya dengan beberapa cara yang ada,agar kesehatan mental remaja tetap terjaga.

Daftar pustaka

1. Wahyu S, Heylen AY. Pengaruh Covid-19 Terhadap Kesehatan Mental Masyarakat


Di Kota Malang. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan. Jurnal Ilmu Sosial dan
Pendidikan. 2020 Nov;4(1):550-554.
2. Denia , Marisa F, Lenny K.Kesehatan mental remaja selama pandemic.Jurnal Ilmiah
Psikologi. 2021 Feb;23(1): 91-10.
3. Deshinta.Kesehatan Mental Masyarakat: Mengelola Kecemasan di Tengah Pandemi
Covid-19. Jurnal Kependudukan Indonesia Edisi Khusus Demografi dan COVID-19.
2021;7(1):69-74.
4. Linda.Kecemasan Remaja Pada Masa Pandemi Covid -19. Jurnal Education. 2020;6
(1):1-4.
5. nanda, S, Apsari, N. C.Mengatasi Stress Pada Remaja Saat Pandemi Covid19 Dengan
Teknik Self Talk.2021 ;7(2): 248–256.
6. Intan Zulfia,Mita Meilinda, Nikmatul Ilma, Sayyidatina Muskhafiyah.Kesehatan
Mental Remaja Pada Masa Pandemi.Journal Counseling As - Syamil.2021;1(1): 11
–19.

Anda mungkin juga menyukai