Anda di halaman 1dari 12

COVER

Tema : Gangguan Kesehatan Mental di Era Pandemi Covid-19

Modul ini berisi mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental di era pandemic covid
dengan menyajikan pengetahuan-pengetahuan tentang konsep dasar kesehatan mental dan
gangguannya, serta cara untuk mencegah dan penanganannya.

Kelompok 5 (2019B)

- Fahdiana Ristianti P. P. (19010014002)

- Kartika Kusuma Dewi (19010014016)

- Rachma Dwi Y (19010014054)

- Astrid Yuniar (19010014066)


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENGANTAR
Pandemi Covid-19 berpengaruh terhadap perubahan rasa khawatir, cemas, takut,
panik, tertekan, dan depresi pada kalangan pelajar. Kesehatan mental ini
menyebabkan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti istirahat, tidur,
makan dan sosial sehingga mengganggu kondisi fisik. Hal ini dapat menurunkan
imunitas tubuh, sehingga rentan tertular infeksi virus Covid-19. Permasalahan yang
berkaitan dengan kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi, dan trauma akibat
pandemi COVID-19 tengah dirasakan oleh pelajar Indonesia. Apabila tidak ditangani
dengan baik dan sesegera mungkin, maka dapat menyebabkan permasalahan yang
lebih serius dan membutuhkan waktu penyembuhan yang lebih lama.
PETUNJUK BELAJAR
INDIKATOR DAN KOMPETENSI BELAJAR
SUMBER BELAJAR
 Materi dalam modul :
1. Gambaran umum pandemic
1.1. Pandemic Covid
Pandemi Covid-19 berpengaruh terhadap perubahan rasa khawatir, cemas, takut,
panik, tertekan, dan depresi pada kalangan pelajar. Kesehatan mental ini
menyebabkan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti istirahat,
tidur, makan dan sosial sehingga mengganggu kondisi fisik. Hal ini dapat
menurunkan imunitas tubuh, sehingga rentan tertular infeksi virus Covid-19.
Permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan mental, seperti kecemasan,
depresi, dan trauma akibat pandemi COVID-19 tengah dirasakan oleh pelajar
Indonesia. Apabila tidak ditangani dengan baik dan sesegera mungkin, maka dapat
menyebabkan permasalahan yang lebih serius dan membutuhkan waktu
penyembuhan yang lebih lama.

1.2. Dampak pandemic covid terhadap pelajar


Masa Pandemi Covid-19 yang terjadi hingga saat ini memiliki pengaruh besar
bagi aspek kehidupan. Salah satu aspek yang terdampak adalah kesehatan mental.
Tingkat kesehatan mental masyarakat menjadi menurun, mudah marah, cemas,
takut, sering melamun, menyendiri dan stress. Tingkat kecemasan umum (GAD)
tersebut memiliki pola yang sama dengan depresi. Korelasi antara keduanya
cukup tinggi dan signifikan yaitu mencapai angka 0.76. Sebanyak 58% responden
melaporkan depresi. Sama halnya dengan gangguan kecemasan, perempuan lebih
banyak yang mengalami depresi dibandingkan dengan laki-laki.
https://surveymeter.org/id/node/576
Covid-19 menyebabkan multiple stress bagi setiap orang. Stress tersebut bisa
disebabkan oleh banyak hal. Kekhawatiran-kekhawatiran terhadap virus yang
dapat menjangkit diri sendiri dan juga orang-orang disekitar membuat seseorang
menjadi cemas. Ramainya media massa yang memberitakan secara besar-besaran
juga menjadi penyebab ketakutan tersendiri bagi orang yang tidak dapat
mengendalikan diri.
2. Pengertian gangguan kesehatan mental
Kesehatan merupakan suatu hal yang penting untuk
diperhatikan dan dijaga, baik kesehatan fisik, mental maupun
sosial untuk mencapai kondisi yang harmonis Sebelum lebih jauh mengenal gangguan
kesehatan mental, kita harus terlebih dulu mengetahui apa itu kesehatan mental.
2.1. Sehat, Kesehatan dan Sehat Mental
DEFINISI SEHAT. Sehat (Health) secara umum dapat dipahami sebagai
kesejahteraan secara penuh (keadaan yang sempurna) baik secara fisik, mental,
maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau keadaan lemah. Sedangkan
di Indonesia, UU Kesehatan No. 23/ 1992 menyatakan bahwa sehat adalah suatu
keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial dimana memungkinkan setiap
manusia untuk hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomis. World
Health Organization (WHO, 2001), menyatakan bahwa kesehatan mental
merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya
terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar,
untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di
komunitasnya. SEHAT SEBAGAI KONTINUM. Kondisi sehat dan sakit pada
manusia merupakan suatu kontinum, sehingga sangat sulit memberikan batasan
yang jelas saat melakukan evaluasinya. Akan tetapi, mengamati fenomena
tersebut, maka diyakini taraf kesehatan seseorang dapat ditingkatkan bahkan
dioptimalkan. Hal inilah yang mendasari Gerakan Kesehatan Mental dewasa ini.
Tidak hanya memandang bagaimana seseorang sembuh dari sakitnya, tetapi
bagaimana meningkatkan taraf kesehatan seseorang menjadi lebih optimal.
2.2. INDIVIDU YANG SEHAT MENTAL.
Pribadi yang normal/ bermental sehat adalah pribadi yang menampilkan
tingkah laku yang adekuat & bisa diterima masyarakat pada umumnya, sikap
hidupnya sesuai norma & pola kelompok masyarakat, sehingga ada relasi
interpersonal & intersosial yang memuaskan (Kartono, 1989). Sedangkan menurut
Karl Menninger, individu yang sehat mentalnya adalah mereka yang memiliki
kemampuan untuk menahan diri, menunjukkan kecerdasan, berperilaku dengan
menenggang perasaan orang lain, serta memiliki sikap hidup yang bahagia. Saat
ini, individu yang sehat mental dapat dapat didefinisikan dalam dua sisi, secara
negatif dengan absennya gangguan mental dan secara positif yaitu ketika hadirnya
karakteristik individu sehat mental. Adapun karakteristik individu sehat mental
mengacu pada kondisi atau sifat-sifat positif, seperti: kesejahteraan psikologis
(psychological well-being) yang positif, karakter yang kuat serta sifat-sifat baik/
kebajikan (virtues) (Lowenthal, 2006)
Dewi, K. S. (2012). Buku ajar kesehatan mental.
3. Karakteristik kesehatan mental
Menurut WHO, menyebutkan bahwa karakteristik
mental yang sehat adalah sebagai berikut.
1. Mampu belajar sesuatu dari pengalaman,
2. Mampu beradaptasi,
3. Lebih senang memberi daripada menerima,
4. Lebih cenderung membantu daripada dibantu,
5. Memiliki rasa kasih sayang,
6. Memperoleh kesenangan dari segala hasil usahanya,
7. Menerima kekecewaan dengan menjadikan kegagalan sebagai
pengalaman, serta
8. Selalu berpikir positif (positive thinking).Secara rinci, Yusuf menyebutkan
karakteristik pribadi yang sehat mentalnya pada tabelberikut ini(Yusuf 2011).
(masukin table karakteristik pribadi yg sehat mental hal 15 salinan)

4. Tujuan dan fungsi kesehatan mental


4.1. Tujuan Kesehatan Mental
Menurut Sudari, tujuan kesehatan mental adalah:
a) Mengusahakan agar manusia memiliki kemampuan yang sehat
b) Mengusahakan pencegahan terhadap timbulnya sebabsebab gangguan metal dan
penyakit mental.
c) Mengusahakan pencegahan berkembangnya bermacam-macam ganguan mental dan
penyakit mental.
d) Mengurangi atau mengadakan penyembuhan terhadap ganguan dan penyakit mental.
(Sundari HS 2005)
Dari uraian tujuan kesehatan mental diatas, bahwasanya kesehatan mental dapat
tercapai apabila masing-masing individu berkemauan dalam mencegah timbulnya
gangguan jiwa maupun penyakit jiwa.

4.2. Fungsi kesehatan mental


Kesehatan mental berfungsi dalam memelihara dan mengembangkan kondisi mental
individu agar sehat, serta terhindar dari mental illness (sakit mental). Fungsi-fungsi
kesehatan mental diantaranya adalah usaha preservatif (pemeliharaan); prefentif
(pencegahan); suportif (development / improvement, yakni pengembangan /
peningkatan), dan amelioratif/korektif (perbaikan).
(penjelasan lebih lanjut hal 23 salinan)

5. Jenis-jenis gangguan kesehatan mental

6. Gejala kesehatan mental


7. Refleksi diri (Knowing your purpose)
8. Casra mencegah gangguan kesehatan mental
9. Cara mengatasi gangguan kesehatan mental
10. Pesan menjaga kesehatan mental di masa pandemi
a) saat merujuk pada orang dengan COVID 19 jangan melekatkan penyakit
tersebut pada etnis tertentu atau kebangsaan, berempati kepada semua orang
yang terpengaruh karena mereka berhak mendapatkan dukungan, kasih sayang
dan kebaikan
b) jangan menyebut orang dengan penyakit sebagai kasus COVID 19, korban,
keluarga COVID 19 atau yang sakit, orang yang mengidap COVID 19, orang
yang dirawat COVID 19 dan setelah pulih dari COVID 19 penting untuk
memisahkan seseorang dari memiliki identitas COVID 19 untuk mengurangi
stigma,
c) kurangi menonton, membaca atau mendengarkan berita tentang COVID 19
yang membuat kecemasan atau tertekan, mencari informasi hanya dari sumber
terpercaya karena fakta dapat membantu meminimalkan ketakutan,
d) lindungi diri dan bersikap supportif kepada orang lain, bekerja sama sebagai
satu kesatuan komunitas dapat membantu menciptakan solidaritas dalam
menangani COVID 19 bersama-sama,
e) menemukan peluang untuk memperkuat cerita positif dan penuh harapan serta
citra positif dari seseorang yang pernah mengalami COVID 19, (6) hormatilah
penjaga dan petugas kesehatan yang merawat pasien COVID 19 dan akui
peran mereka dalam menyelamatkan nyawa (WHO dalam Mansyah, (2020)).
11. Kutipan (Quotes)
REFERENSI

Fakhriyani, D. V. (2019). Kesehatan Mental (Vol. 124). Duta Media Publishing.

Dewi, K. S. (2012). Buku ajar kesehatan mental.

Anda mungkin juga menyukai