KESEHATAN MENTAL
Mata kuliah : Kesehatan Mental
Dosen Pengampu : Marliza oktaviani,M.Pd
Disusun oleh :
A. Beberapa pengertian
Terdapat berbagai cara dalam memberikan pengertian mental yang sehat, yaitu :
1. Karena tidak sakit
2. Tidak jatuh sakit akibat stressor
3. Sesuai dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungannya
4. Tumbuh dan berkembang secara positif
B. Teori-teori mental yang sehat
Manifestasi mental yang sehat (secara psikologis) menurut Maslow dan
Mittlemenn adalah sebagai berikut.
1. Adequate feeling of security (rasa aman yang memadai)
2. Adequate self-evaluation (kemampuan menilai diri sendiri yang memadai)
3. Adequate spontanity and emotionality (memiliki spontanitas dan perasaan
yang memadai, dengan orang lain)
4. Efficient contact with reality (mempunyai kontak yang efisien dengan realitas)
5. Adequate bodily desires and ability to gratify them (keinginan-keinginan
jasmani yang memadai dan kemampuan untuk memuaskannya)
6. Adequate self-knowledge (mempunyai kemampuan pengetahuan yang wajar)
7. Integration and concistency of personality (kepribadian yang utuh dan
konsisten)
8. Adequate life goal (memiliki tujuan hidup yang wajar)
9. Ability to learn from experience (kemampuan untuk belajar dari pengalaman)
10. Ability to satisfy the requirements of the group (kemampuan memuaskan
tuntutan kelompok)
11. Adequate emancipation from the group or culture (mempunyai emansipasi
yang memadai dari kelompok atau budaya)
C. Prinsip dalam kesehatan mental
1. Prinsip yang didasarkan atas sifat manusia
2. Prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia dengan lingkungannya
3. Prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia dengan Tuhan
A. Pengertian
Gangguan mental dimaknakan sebagai adanya penyimpangan dari norma-
norma perilaku, yang mencakup pikiran, perasaan, dan tindakan. Group for
Advancement of Psychiatry (GAP) memaknakan gangguan mental sebagai suatu
kesakitan yang mengurangi kapasitas seseorang untuk menggunakan
pertimbangan-pertimbangannya, kebijaksanaannya, dan pengendaliannya dalam
melakukan urusan-urusannya dan hubungan sosial sebagai jaminan
keterikatannya pada institusi mental (Szasz, 1997).
B. Kriteria penentuan gangguan mental
Scott (1961) melakukan penelitian dan mengelompokkan kriteria untuk
menentukan seseorang mengalami gangguan mental, yaitu :
1. Gangguan mental karena memperoleh pengobatan psikiatris
2. Salah penyesuaian sebagai gejala sakit mental
3. Hasil diagnosis sebagai kriteria sakit mental
4. Sakit mental menurut pengertian subjektif
5. Sakit mental jika terdapat simptom psikologis secara objektif
6. Kegagalan adaptasi secara positif
C. Nosologi dan taksologi gangguan mental
Dalam dunia kedokteran, sebuah ilmu dapat berdiri sendiri jika memiliki
nosologi, ilmu yang mempelajari tentang penyakit. Lantas disusun suatu
klasifikasi gangguan atau penyakit mental itu yang disebut dengan teksologi.
D. Klasifikasi gangguan mental
1. Gangguan yang biasanya di diagnosis pertama kali pada masa bayi, masa
kanak-kanak, atau masa remaja
2. Delirium, demensia, dan amnestik dan gangguan kognitif lainnya
3. Gangguan mental disebabkan oleh kondisi medis umum yang tidak
diklasifikasikan pada yang lain
4. Gangguan yang berhubungan dengan penggunaan zat
5. Skizofrenia dan gangguan psikotik lain
6. Gangguan mood (perasaan)
7. Gangguan kecemasan
8. Gangguan somatoform
9. Gangguan buatan (factitous)
10. Gangguan dissosiatif
11. Gangguan seksual dan identitas gender
12. Gangguan makan
13. Gangguan tidur
14. Gangguan kontrol impuls yang tidak terklasifikasi yang lain
15. Gangguan penyesuaian
16. Gangguan kepribadian
17. Kondisi lain yang dapat menjadi fokus pada perhatian klinik
18. Gangguan mental-mental lainnya
A. Stratifikasi Sosial
Masyarakat kita terbagi dalam kelompok-kelompok tertentu. Pengelompokan
itu dapat dilakukan secara demografis, diantaranya jenis kelamin, usia, tingkat
pedidikan, dan status sosial. Klasifikasi atas dasar status sosial (ekonomi) sangat
banyak diguanakan dalam memahami berbagai gejala kemasyrakatan. Ditinjau
dari status sosial, banyak pendekatan yang digunakan untuk melakukan
klasifikasi. Secara umum klasifikasi status sosial itu dikelompokkan atas
stratanya, yang dikelompokkan atas strata tinggi, menengah, dan rendah.
Stratifikasi status sosial ini dapat pula dilakukan secara lebih rinci, sebagaimana
yang dilakukan di Amerika serikat, yang dilakukan atas dasar tingkat pendidikan
dan jenis pekerjaannya.
B. Interaksi Sosial
Faris dan Dunham (1970) berpandangan bahwa interaksi kualitas sosial
sangat mempengaruhi kesehatan mental. Lingkungan kehidupan setidaknya soal
tempat tinggal dapat memberi peluang untuk meningkatkan hubungan
interpersonal sementara pola tempat tinggal tertentu dapat menghambat dan
menimbulkan kesulitan untuk hubungan interpersonal.
C. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya
dengan seseorang. Di keluarga itu seseorang dibesarkan, bertempat tinggal,
berinteraksi satu dengan yang lain, dibentuknya nilai-nilai, pola pemikiran, dan
kebiasaannya. Keluarga juga berfungsi sebagai seleksi segenap budaya luar,
dan mediasi hubungan anak dengan lingkungannya. Keluarga yang menentukan
kepribadian dan kesehatan mental anak. Keluarga lebih dekat hubungannya
dengan anak dibandingkan dengan masyarakat luas. Karena itu dapat
digambarkan hubungan ketiga unit itu sebagai anak-keluarga-masyarakat.
Artinya masyarakat menentukan keluarga, dan keluarga menentukan individu.
Dengan demikian keluaga merupakan lingkungan yang sangat penting dari
keseluruhan sistem lingkungan.
Kondisi keluarga yang “sehat” dapat meningkatkan kesehatan mental anak
dan anggota keluarga lainnya. Sebaliknya, kondisi keluarga yang tidak kondusif
dapat berakibat gangguan mental bagi anak. Gangguan tingkah laku,
kecemasan, ambang, dan beberapa gangguan mental lain, diantaranya
disebabkan oleh kondisi keluarga yang tidak baik.
D. Perubahan Sosial
Perubahan sosial selalu terjadi di lingkungan kita. Tidak ada suatu
masyarakat yang tidak mengalami perubahan sosial, termasuk di masyarakat
yang terasing sekalipun. Perubahan sosial itu dapat berlangsung dengan sangat
cepat, dan ada pula perubahan dengan sangat lambat. Karena manusia pada
hakikatnya dinamis, maka selalu membuat perubahan terhadap diri dan
lingkungannya. Karena itu terjadilah perubahan sosial. Sehubungan dengan
perubahan sosial ini, terdapat dua kemungkinan yang dapat terjadi. Perubahan
sosial dapat menimbulkan kepuasan bagi masyrakatnya, dan hal ini sekaligus
meningkatkan kesehatan mentalnya. Namun disisi lain dapat pula berakibat
masyarakatnya mengalami kegagalan dalam penyesuaian terhadap perubahan
itu, akibatnya mereka memanifestasikan kagegalan penyesuaian itu dalam
bentuk patologis, misalnya, tidak terpenuhinya tuntutan politik, suatu kelompok
masyarakat melakukan tindak pengrusakan dan penjarahan, menggejalanya
tindak pengrusakan dan penjarahan terhadap hak milik orang lain diantaranya
merupakan cerminan adanya gangguan mental akibat perubahan sosial.
E. Sosial Budaya
Kebudayaan pada prinsipnya memberikan aturan terhadap anggota
masyarakatnya untuk bertindak yang seharusnya dilakukan dan meninggalkan
tindakan tertentu yang menurut budaya itu tidak selayaknya dilakukan. Tindakan-
tindakan tertentu yang bertentangan dengan sistem nilai atau budayanya itu akan
dipandang penyimpangan dan bahkan dapat menimbulkan gangguan mental.
Hubungan kebudayaan dengan kesehatan mental dikemukakan oleh (Wallence,
1963) yang meliputi tiga hal yaitu :
Kebudayaan yang mendukung dan menghambat kesehatan mental
Kebudayaan memberi peran tertentu terhadap penderita gangguan mental
Berbagai bentuk gangguan mental karena faktor kultural, dan
Upaya peningkatan dan pencegahan gangguan mental dalam telaah
budaya.
Faktor lingkungan yang lain, seperti gempa, banjir, angin topan dan kemarau
pada dasarnya juga mempengaruhi kesehatan mental masyarakat.
A. PENGERTIAN PREVENSI
Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin praevenire, yang artinya
“datang sebelum” atau “antisipasi” atau “mempersiapkan diri sebelum terjadi
sesuatu” atau “mencegah untuk tidak terjadi sesuatu”. Dalam pengertian yang
sangat luas, prevensi dimaknakan sebagai upaya yang secara sengaja dilakukan
untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang
atau masyarakat.
Atas dasar pengertian ini jela bahwa pemeliharaan kesehatan mental tidak
perlu menunggu adanya suatu gangguan, tetapi dapat diupayakan sejak awal
dengan usaha-usaha pencegahan. Dalam pandangan mutakhir, usaha
pencegahan itu perlu dilakukan sebelum dilahirkan misalnya melalui konseling
genetika. Dan prevensi juga mencakup pencegahan terhadap kondisi yang lain,
seperti: tidak berfungsinya adaptasi, penyimpangan social, dan gangguan
perkembangan. (Adler, 1978).
B. PERBANDINGAN KESEHATAN MENTAL MASYARAKAT dan PELAYANAN
KLINIS TRADISIONAL
1. Kesehatan Mental Masyarakat
Lokasi intervensi : di masyarakat
Bentuk pelayanan : menekankan pada preventif
Cara pelayanan : menkankan pelayanan tidak langsung melalui konsultasi
dan Pendidikan
Perencanaan : perencanaan yang rasional
Asumsi penyebab : lingkungan menyebabkan gangguan mental
Pusat pengendalian : saling bertanggung jawab professional dan masyarakat
2. Pelayanan Klinis Tradisional
Lokasi intrvnsi : di lembaga kesehatan mental
Bentuk pelayanan : menekankan pada terapi
Cara pelayanan : menekankan pelayanan klinis secara langsung kepada
klien
Perencanaan : tanpa direncanakan
Asumsi penyebab : intra psikis menyebabkan gangguan mental
Pusat pengendalian : professional mengendalikan pelayanan
C. TUJUAN DAN SASARAN DALAM PREVENSI
Sebagaimana dikemukakan ebelumnya bahwa prevensi dilakukan untuk
mencegah datangnya suatu gangguan atau untuk mencegah berlanjutnya suatu
gangguan. Secara lebih tegas terdapat tiga tujuan prevensi, yaitu mencegah
jangan sampai terjadi:
1.Gangguan mental untuk orang yang saat ini dalam keadaan sehat
2.Kecacatan bagi orang yang mengalami gangguan
3.Kecacatan menetap bagi orang yang telah mengalami suatu gangguan.
Berdasarkan tujuan dan ciri-cirinya, maka prevensi kesehatan mental dapat
diklasifikasikan tiga macam, yaitu tesier, sekunder, dan primer.
a. Prevensi tesier
Prevensi tesier adalah masyarakat yang ada di institusi dan dilakukan
proses sosialisasi di masyarakat. Sasaran dalam prevensi tersier ini adalah
kelompok masyarakat yang mengalami gangguan mental akut dan berakibat
penurunan kapasitasnya dalam kaitannya dengan kerja, hubungan social,
maupun pesonalnya.
Prevensi tesier ini memiliki pengertian yang sama dengan rehabilitasi.
Namun penekanan kedua hal ini berbeda. Menurut Caplan (1963), rehabilitas
lebih bersifat individual dan mengacu pada pelayanan medis. Sementara
tesier lebih menekankan pada aspek komunitas, sasarannya adalah
masyarakat dan mencakup perencanaan masyarakat dan logistic.
b. Prevensi sekunder
Prevensi sekunder adalah kelompok masyarakat yang mengalami
gangguan. Jika suatu gangguan misalnya berlangsung dalam durasi satu
bulan, maka sebaiknya dicegah dan diupayakan diperpendek drasi gangguan
itu. Pencegahan ini di sebut dengan prevensi sekunder. Dengan
memperpendek durasi suatu gangguan mental yang ada di masyarakat, maka
dapat membantu mengurangi angka prevalensi gangguan mental di
masyarakat.
c. Prevensi premier
Prevensi primer merupakan aktivitas yang didesan untuk mengurasi
insidensi gangguan atau kemungkinan terjadi insiden dalam populasi dalam
risiko. Tujuan prevensi primer terdapat dua macam, yaitu: (1) mengurangi
risiko terjadinya gangguan mental dan (2) menunda atau menghindari
munculnya gangguan mental. Dengan kata lain prevensi primer ini berarti
upaya mencegah jangan sampai terjadi suatu gangguan mental pada
masyarakat yang berada dalam risiko.
Terdapat dua cara yang digunakan untuk melakukan program provensi
primer ini, yaitu memodifikasi lingkungan dan memperkuat kapasitas individu
atau masyarakat dalam menangani situasi.
Memodifikasi lingkungan berarti mengubah, memperbaiki, atau
menghilangkan lingkungan fisik-biologis maupun psikososial yang
mengganggu atau dapat berakibat kurang baik dan dapat menimbulkan suatu
gangguan mental. Memperkuat kapasitas individu/penduduk di antaranya
konseling keluarga, Pendidikan kesehatan mental, mengurangi berbagai
kondisi lingkungan yang berisiko kurang baik, serta mengurangi kesulitan-
kesulitan psikososial dalam dunia kerja.
D. PROMOSI
Promosi kesehatan mental merupakan satu usaha prevensi primer yang
sangat penting dan merupakan penanganan kesehatan mental yang lebih maju
dibandingkan dengan penanganan preventif yang lain.
Dalam promosi dan prevensi kesehatan mental, yang menjadi sasara adalah
masyarakat. Hanya saja penekanannya berbeda. Promosi kesehatan mental
lebih menekankan sasarannya pada keseluruhan masyarakat, sementara
prevensi pada penduduk yang berada dalam risiko, yang sedang mengalami
suatu gangguan, dan yang sedang berada pada usaha gangguan, dan yang
sedang brada pada usaha pemilihan kesehatannya.
Sejauh ini fungsi penanganan kesehatan mental oleh keluarga dalam batas
tertentu sudah dijalankan. Namun demikian, proyek-proyek yang lebih sistematis
dan meluas belum memperoleh perhatian dari banyak kalangan.
A. Pengertian seksual
Pengertian seksual disini kita tanggapi dalam kata seluas – luasnya dan
umum sifatnya, pengertian seksual tidak terbatas hanya pada masalah
reproduksi, regenerasi, perkembangan jenis, dalam pengertian biologis dan
existensi spesiesnya, dan dikatakan umum karena menyangkut banyak hal
mengenai proses sikap dan perilakunya dalam pergaulan.
B. Tujuan pendidikan seksual pada remaja
Pendidikan seksual bagi remaja adalah untuk menghindari penyimpangan –
penyimpangan baik yang di lakukan pada masa remaja maupun akibat yang
terbawa sampai masa dewasa dan tua nya kelak yang disebabkan karena
kelainan dalam hal pemahaman, sikap, dan perilaku seksualnya semasa remaja.
Peranan pendidikan seksual untuk menghindari benturan – benturan dan
perkembangan mental remaja dapat terus berlangsung dengan baik. Sebagai
contoh : remaja yang karena telah mencapai kematangan ia menikah namun
ditinjau dari segi sosial dia tidak akan mungkin membesarkan anaknya karena
dia belum mempunyai penghasilan untuk membiayai kehidupan anaknya atau
keadaan emosionalnya yang masih belum mantap sehingga anak akan
terombang – ambing karena perubahan emosi orang tuanya.
C. Peran orang tua dalam pendidikan seks
Dalam pendidikan seks, orang tua perlu menerangkan sehingga timbul
pengertian dan penghayatan pada remaja tentang identitas seksnya yang
ditampilkan didalam sikap dan perilakunya sesuai dengan jenis seks masing –
masing dan tata pelaksana kebudayaannya sehingga ia dapat diterima di
masyarakat.
Inti dari pendidikan seks pada remaja adalah perkembangan dan penanaman
pengertian dan penghayatannya akan identitas seks akan melibatkan diri anak
dalam membentuk sikap dan perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat pada
masa remaja ini sebagai rangsangan biologi anak merasa tertarik pada lawan
jenisnya, yang dalam pertentuannya dia akan mencintai lawan jenis seksnya.
Disitulah perlu diarahkan dan dibina, bagaimana dia harus bersikap, berperilaku,
membawa dirinya secara tepat menyangkut dorongan perkembangan seksual ini.
Karena begitu pentingnya peran orang tua dalam pembentukan kepribadian
anak, khususnya disini pembentukan identitas seksualnya maka baik ayah atau
ibu harus lah tau dalam membawakan peran identitas seksnya yang sehat
sehingga perkembangan kedua jenis seks anaknya dapat berkembang dengan
baik.
Apabila orang tua mengetahui perkembangan perilaku seksual anaknya
sebagaimana dikemukakan di atas, maka secara tidak resmi ia dapat
membicarakan soal – soal reproduksi ini pada anaknya dan yang harus di
lakukan tanpa menimbulkan rasa yang menakutkan pada anak.
Masih ada hal yang berkiatan dengan masalah seksual ini yang digolongkan
dalam penyimpangan seksual antara lain : homoseksual, lesbian, mesochisme,
sadisme, exhibitionism, dan yan lainnya. Hal ini dapat di upayakan untuk
mencegah agar perkembangan mental dapat berlangsung dengan baik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam pendidikan seks
anaknya adalah sebagai beriku :
1. Jangan lah beranggapan bahwa dalam pendidikan seksual berlaku ketentuan
cara pendekatan yang sama untuk semua anak, cara penyampaian untuk
semua anak maupun isi penyampaian dari pendidikan seksual ini tidak perlu
sama pada setiap individu.
2. Ditinjau dari segi biologis perkembangan seksual adalah wajar namun
penyalurannya ditentukan kebudayaan setempat
3. Jangan lah mengatakan atau menimbulkan tanggapn bahwa genetalia ( alat
seks) merupakan alat yang kotor sehingga perlu dijauhi.
4. Pendidikan seksual harus disampaikan secara benar tetapi mudah dimengerti
oleh anak sesuai dengan apa yang dia ketahui, intelegensi, dan tingkat umur.
Dari segi biologis hanya wanitalah yang dapat melahirkan anak dan hanya
ibulah yang merupakan individu pertama yang berinteraksi dengan anaknya.
Peranan ibu terhadap anaknya semasa bayi sampai dewasa adalah merupakan
saat-saat terpenting bagi anak dalam menentukan arah perkembangannya.
Apa yang harus orang tua lakukan? Orangtua di sekolah harus sadar akan
keterlibatan mereka bersama. Sekolah harus sadar akan peran dan tugasnya.
Kesehatan mental dalam sekolah, haruslah ditegakkan. Untuk ini fungsi gurru
memegang peran yang sangat penting di samping faktor-faktoryang lain. Dalam
pendidikan anak, peran orang tua dan sekolah tidaklah berdiri sendiri melainkan
berpasangan. Komunikasi antara orangtua dan guru sangat penting.