Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II
1. RESTY KUSMAYATI
2. SANTI APRIYANTI
3. SRI SULISTIAWATI
Prodi SI Keperawatan
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
Keperawatan kesehatan mental dan psikiatrik adalah suatu bidang spesialisasi praktek
keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri
sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya ( ANA ). Semuanya didasarkan pada diagnosis dan
intervensi dari adanya respons individu akan masalah kesehatan mental yang actual
teramati pada orang sakit dan sehat yang menjadi focus diagnosa dan penanganan
keperawatan.
kesehatann.
kesehatan, pengelolaan atau merujuk dari masalah kesehatan phisik dan mental, diagnosis
dan intervensi dari gangguan mental dan akibatnya, dan rehabilitasi (Haber & Billing, 1993).
keputusan klinik yang komplek (advokasi), melakukan kolaborasi dengan profesi lain, peka
terhadap issue yang mencakup dilema etik, pekerjaan yang menyenangkan, tanggung jawab
fiskal. Jadi peran keperawatan jiwa profesional telah berkembang secara komplek dari
2
Sejarah Perkembangan Keperawatan Jiwa Dalam sejarah evolusi keperawatan jiwa, kita
mengenal beberapa teori dan model keperawatan yang menjadi core keperawatan jiwa,
yang terbagi dalam beberapa periode. Pada awalnya perawatan pasien dengan gangguan
jiwa tidak dilakukan oleh petugas kesehatan (Custodial Care). Perawatan bersifat isolasi dan
penjagaan. Mereka ditempatkan dalam suatu tempat khusus, yang kemudian berkembang
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan
hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif
Keperawatan jiwa dimulai antara tahun 1770 dan 1880 seiring dengan kejadian penanganan
pada seorang penyakit mental. Sebelumnya, pada masa peradaban dimana roh-roh
dipercaya sebagai penyebab gangguan dan mengusirnya agar sembuh. Para leluhur Yunani,
Romawi dan Arab percaya bahwa gangguan emosional diakibatkan tidak berfungsinya organ
yang baik, kebersihan badan yang baik, musik dan aktivitas rekreasi.Selama abad 7 sebelum
masehi, Hippocrates menjelaskan perubahan perilaku atau watak dan gangguan mental
disebabkan oleh perubahan 4 cairan tubuh atauhormon, yang dapat menghasilkan panas,
dingin, kering dan kelembaban. Aristotle melengkapi dengan hati, dan Seorang Dokter
Yunani, Galen :menyatakan emosi atau kerusakan mental dihubungkan dengan otak. Orang
Yunani menggunakan kuil sebagai rumah sakit dan memberikan lingkungan udara bersih,
3
sinar matahari dan air bersih untuk menyembuhkan penyakit jiwa/mental. Bersepeda, Jalan-
Falsafah biasanya diartikan sebagai suatu pandangan dan pengetahuan yang mendasar,
yang selanjutnya digunakan untuk mengembangkan dan membangun suatu persepsi atau
asumsi tertentu tentang kehidupan. Falsafah memberikan suatu gambaran atau pandangan
terhadap suatu sistem nilai dan keyakinan. Bagi setiap individu, falsafah berperan dalam
membantu seseorang memahami makna dari pengalaman hidup yang dijalaninya serta
berfungsi sebagai penuntun dalam bersikap dan berperilaku. Falsafah hidup seseorang
berkembang melalui dari hasil belajar, hubungan interpersonal, pendidikan formal maupun
informal, agam, dan dipengaruhi oleh latar belakang budaya serta lingkungan.
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliyah Keperawatan Jiwa II serta mengetahui
2. Tujuan Khusus:
masyarakat.
jiwa masyarakat.
4
d. Agar mahasiswa mengetahui peran perawat dalam melakuan tindakan keperawatan
C. Manfaat
kesehatan
3. Untuk tenaga kesehatan: makalah ini bisa di jadikan bahan acuan untuk melakukan
BAB II PEMBAHASAN
5
A. Pengertian Kesehatan Jiwa
Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan
Kesehatan jiwa adalah kondisi seseorang yang terus tumbuh berkembang dan
mempertahankan keselarasan dalam pengendalian diri, serta terbebas dari stress yang
emosional secara optimal dari seseorang, dan perkembangan ini berjalan selaras dengan
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan bahagia serta mampu mengatasi
tentang pedoman umum Tim Pembina, Pengarah, Pelaksana kesehatan Jiwa Masyarakat.
kesehatan jiwa yang dilaksanakan di masyarakat. Kesehatan jiwa masyarakat ini dititik
beratkan pada upaya promotif dan preventif tanpa melupakan upaya kuratif dan
rehabilitatif.
6
Tujuan dari diadakannya KESWAMAS adalah untuk meningkatkan kerjasama lintas sektoral
dan kemitraan swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat, kelompok profesi dan organisasi
kemauan dan kemampuan masyarakat dalam menghadapi masalah kesehatan jiwa sehingga
akan terbentu perilaku sehat sebagai individu, keluarga dan masyarakat yang
memungkinkan setiap individu hidup lebih produktif secara sosial dan ekonomi.
2. Pelayanan keperawatan yang holistic yaitu pelayanan yang difokuskan pada aspek
7
a. Tokoh masyarakat, kelompok formal dan informal di luar tatanan pelayanan
c. Mereka dapat menjadi target pelayanan ataupun mitra tim kesehatan yang
pribadi dokter, bidan, perawat psikolok dan semua sarana pelayanan kesehatan
yang dilakukan
c. Pelatihan yang perlu dilakukan adalah : konseling, deteksi dini dan pengobatan
a. Tim kesehatan terdiri atas : psikiater, psikolok klinik dan perawat jiwa
8
yang tidak berhasil atau melaporkan hasil dan kemajuan pelayanan yang telah
dilakukan
a. Rumah sakit Umum daerah pada tingkat kabupaten / kota diharapkan mampu
menyediakan pelayanan rawat inap bagi klien gangguan jiwa dengan jumlah tempat
b. Sistem rujukan dari puskesmas / tim kesehatan jiwa masyarakat kabupaten /
a. Rumah sakit jiwa merupakan pelayanan spesialistik kesehatan jiwa yang
keluarga/puskesmas/ RSU
b. Pasien yang telah selesai di rawat di RSJ dirujuk lagi ke puskesmas. Penanggung
mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem
pasien atau klien dapat berupa induvidu, keluarga, kelompok, organisasi atau
ilmunya dan penggunaan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya. Praktik kontemporer
9
Peran keperawatan jiwa profesional berkembang secara kompleks dari elemen historis
aslinya. Peran tersebut kini mencakup dimensi kompentensi klinis, advokasi pasien
parameter legal-etik.
Adapun peran perawat kesehatan jiwa masyarakat ini adalah sebagai berikut:
2. Pendidikan kesehatan dalam upaya preventif danj promotif penemuan kasus dini,
skiring dan tindakan yang cepat. Perawat memberikan pendidikan kesehatan jiwa
kesehatan keluarga
10
Berbagai kondisi psikososial yang menjadi indikator taraf kesehatan jiwa masyarakat,
health) meliputi: kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kasus perceraian, anak remaja
putus sekolah, kasus kriminalitas anak remaja, masalah anak jalanan, promiskuitas,
penyalahgunaan Napza dan dampak nya (hepatitis C,HIV/AIDS dll), gelandangan psikotik
Kekerasan dalam rumah tangga adalah tiap perbuatan terhadap seseorang yang
rumah tangga (definisi dalam UU No.23 tahun 2004 tentang penghapusan KDRT).
Lingkup rumah tangga adalah suami, istri dan anak, termasuk juga orang-orang yang
perwalian dengan suami maupun istri yang menetap bersama dalam rumah tangga.
Dampak kekerasan dalam rumah tangga meliputi gangguan kesehatan fisik non-
menular seksual, kehamilan yang tidak dikehendaki), gangguan kesehatan jiwa (trauma
mental), kematian atau bunuh diri. Kekerasan rumah tangga juga dapat menjadi salah
satu atau kontributor meningkatnya kasus perceraian, kasus penelantaran anak, kasus
Berdasarkan data direktorat pendidikan kesetaraan depdiknas tahun 2005 lalu di
Indonesia tercatat jumlah pelajar SLTP yang putus sekolah adalah sebanyak 1.000.746
11
siswa/siswi, sedangkan pelajar SLTA yang putus sekolah adalah sebanyak 151.976.
jumlah lulusan SLTA yang tidak melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi pada tahun
tersebut tercatat sebanyak 691.361 siswa/ siswi. Laporan Organisai Buruh Internasional
(ILO) tahun 2005 menyatakan bahwa sebanyak 4,18 juta anak usia sekolah di Indonesia
tidak bersekolah dan sebagainya menjadi “pekerja anak” perwakilan ILO di Indonesia
menyatakan bahwa banyaknya anak putus sekolah dan menjadi pekerja anak
disebabkan karena biaya pendidikan di Indonesia masih dianggap terlalu mahal dan tak
terjangkau oleh sebagian kalangan masyarakat. Angka partisipasi kasar (APK) program
wajib belajar 9 tahun yang dirilis Depdiknas menunjukan baru mencapai 88,68% dari
Masalah anak jalan di Indonesia seperti kekerasan pada anak, masalah anak jalanan,
penelantaran anak dan sebagainya masih cukup tinggi. Berdasarkan data dari
Departemen Sosial tahun 2005, jumlah anak jalanan di Indonesia adalah sekitar 30.000
anak dan sebagian besarnya berada di jalan-jalan di DKI Jakarta. Selain itu baru terdapat
12 daerah di Indonesia yang memiliki perda tentang anak jalanan. Padahal para anak-
anak jalanan tersebut jelas rentan terhadap berbagai tindak kekerasan, penyimpangan
perlakuan, pelecehan seksual bahkan dilibatkan dalam berbagai tindak kriminal oleh
(PA) menujukan bahwa pada tahun 2005 di Indonesia terdapat 2.179 tahanan anak dan
802 narapidana anak, 7 diantaranya anak perempuan. Tahun 2006 angkanya menjadi
4.130 tahanan anak serta 1.325 narapidana anak, dimana 34 diantaranya adalah anak
12
perempuan. Menurut survey Komnas PA penyebab anak masuk LP Anak adalah 40%
karena terlibat kasus Narkoba (Napza), 20% karena perjudian sedangkan sisanya karena
kasus lain-lain. Kira-kira 20% tindak kekerasan seksual pada tahun 2006 pelakunya
adalah anak remaja, 72% anak remaja pelaku kekerasan seksual mengaku terinspirasi
Tayangan TV, setelah membaca media cetak porno dan nonton film porno. Laporan
Komnas PA menyatakan bahwa 50-70% anak terlibat dalam tindak pidana kriminalitas
lalu di vonis penjara dan masuk LP Anak justru perilakunya menjadi lebih jelek dan
5. Masalah Narkoba, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (Napza) serta
Narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (Napza) tergolong dalam zat
psikoaktif yang bekerja mempengaruhi kerja sistem penghantar sinyal saraf (neuro-
transmiter) sel-sel susunan saraf pusat (otak) sehingga meyebabkan terganggunya fungsi
kognitif (pikiran), persepsi, daya nilai (judgment) dan perilaku serta dapat
Indonesia sekarang sudah merupakan ancaman yang serius bagi kehidupan bangsa dan
Indonesia diprediksi terdapat sekitar 1.365.000 penyalahgunaan Napza aktif dan data
5.000.000 jiwa. Mengikuti laju perkembangan kasus tersebut dijumpai pula peningkatan
epidemi penyakit hati lever hepatitis tipe-c dan kasus HIV (Human Immunodeficiency
13
penggunaan jarum yang tidak steril secara bergantian pada “pengguna Napza suntik
Pola epidemik HIV/AIDS di Indonesia tak jauh berbeda dengan negara-negara lain,
melalui perilaku seksual berisiko tinggi seperti pada pekerja seks komersial, namun
penyebaran penyakit ini diantara para pengguna Napza suntik. Berbagai sember
lebih 120.000 orang dan sekitar 80% dari jumlah tersebut terinfeksi karena pengunaan
jarum yang tidak steril secara bergantian pada para pengguna Napza suntik, jumlah
penderita HIV/AIDS dari tahun 2000 sampai 2005 meningkat dengan cepat menjadi 4
kali lipat atau 40%. Data pada akhir tahun 2005 menyatakan bahwa prevalensi
penularan HIV AIDS pada “penasun” adalah 80- 90% artinya , mencapai 90% dari total
Ganguan jiwa berat ini merupakan bentuk gangguan dalam fungsi alam pikiran berupa
disorganisasi (kekacauan) dalam isi pikiran yang ditandai antara lain oleh gejala
gangguan pemahaman (delusi waham) gangguan persepsi berupa halusinasi atau ilusi
serta dijumpai daya nilai realitas yan terganggu yang ditunjukan dengan perilaku-
perilaku aneh (bizzare). Gangguan ini dijumpai rata-rata 1-2% dari jumlah seluruh
penduduk di suatu wilayah pada setiap waktu dan terbanyak mulai timbul (onset) nya
pada usia 15-35 tahun. Bila angkanya 1 dari 1.000 penduduk saja yang menderita
gangguan tersebut, di Indonesia bisa mencapai 200-250 ribu orang penderita dari jumlah
tersebut bila 10% nya memerlukan rawat inap di rumah sakit jiwa berarti dibutuhkan
14
setidaknya 20-25 ribu tempat tidur (hospital bed) Rumah sakit jiwa yang ada saat ini
hanya cukup merawat penderita gangguan jiwa tidak lebih dari 8.000 orang. Jadi perlu
dilakukan upaya diantaranya porgram intervensi dan terapi yang implentasinya bukan di
penambahan jumlah rumah sakit jwa bukan lagi merupakan prioritas utama karena
Artinya dengan pemberian obat yang tepat dan memadai penderita gangguan jiwa berat
groups) yang diperlukan dalam penggobatan gangguan jiwa berat ini lebih baik
dibandingkan di negara maju. Stigma terhadap gangguan jiwa berat ini tidak hanya
Penderita gangguan jiwa mempunyai risiko tinggi terhadap pelanggaran hak asasi
manusia.
Data WHO menunjukkan bahwa rata-rata sekitar 800.000 orang di seluruh dunia
melakukan tindakan bunuh diri setiap tahunnya. Laporan di India dan Sri Langka
menunjukkan angka sebesar 11-37 per 100 ribu orang, mungkin di Indonesia angkanya
tidak jauh dari itu. Menurut Dr. Benedetto Saraceno dari departemen kesehatan jiwa
15
WHO, lebih dari 90% kasus bunuh diri berhubungan dengan masalah gangguan jiwa
Yang mengkhawatirkan adalah dijumpainya pergeseran usia orang yang melakukan
tindak bunuh diri. Kalau dahulu sangat jarang anak yang usianya kurang dari 12 tahun
melakukan tindak bunuh diri, tetapi sekarang bunuh diri pada anak usia kurang dari 12
tahun semakin sering ditemukan. Ini menunjukkan kegagalan orang tua di rumah, guru
di sekolah dan tokoh panutan di asyarakat membekali keterampilan hidup (life skill)
untuk mengatasi tantangan maupun kesulitan hidupnya. Kasus bunuh diri sudah menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang serius terutama bila dikaitkan dengan dampak
kehidupan moderen. Oleh karena itu WHO memandang bunuh diri sebagai peyebab
Kondisi lain yang perlu mendapat perhatian adalah altruistic suicide atau bunuh diri
karena loyalitas berlebihan yang antara lain bentuk “bom bunuh diri”. Banyak ahli
mengaitkan hal tersebut sebagi manifestasi dari akumulasi kekecewaan, perlakuan tidak
adil atau tersisihkan. Mengatasi altruistic suicide tidak mudah dan memerlukan
pendekatan multi disiplin antara berbagai pihak terkait seperti aspek kesehatan jiwa,
Ada beberapa masalah keperawatan yang sering muncul dari pengkajian yang dilakukan
1. Ansietas
Kriteria hasil: pasein akan menunjukkan cara koping adaptif terhadap stress.
16
Tujuan jangka pendek:
Intevensi:
mendasari.
Rasional: untuk mengadopsi respon koping yang baru, pasien pertama kali
Intervensi:
ansietas
17
Rasional: setelah perasaan ansietas dikenali, pasien harus mengerti
yang tersedia.
Intervensi:
2) Tunjukkan efek maladaptif dan destruktif dari respon koping saat ini
dimasa lalu
5) Bantu pasien secara aktif untuk mengaitkan hubungan sebab dan akibat
6) Bantu pasien dalam menilai kembali nilai, sifat dan arti stressor pada saat
yang tepat
Rasional: respon koping adaptif yang baru dapat dipelajari melalui analisi
untuk berubah
ansietas.
Intervensi:
18
1) Bantu pasien mengidentifikasi cara untuk membangun kembali pikiran,
stress
19
d. Tindakan
Contoh tindakan kegiatan pada masyarakat di Kelurahan Patimun
Tujuan Sta
Dx Tujuan Umum Strategi Rencana Kegiatan Sumber Tempat Waktu Kriteria
Khusus Eva
Dx. I Setelah dilakukan Setelah Proses 1. Pembentukan 1. Kader Aula Setiap hari Respon 1. Warga
tindakan dilakukan kelompok kelompok kerja kesehatan Kelurahan minggu, verbal mengik
keperawatan tindakan kesehatan jiwa di desa 2. Tokoh Patimuan dilakukan kelomp
selama 3 minggu keperawatan 2. Pembentukan masyarakat 2 kali/ keseha
diharapkan selama 1 minggu kelompok pendukung 3. Mahasiswa minggu. di desa
orangtua di : seperti kelompok 4. Materi 2. Warga
Kelurahan Warga Kelurahan pengajian, kelompok tentang mengik
Patimuan bisa Patimuan dapat diskusi kesehatan jiwa. kesehatan kelomp
melakukan membentuk jiwa pengaji
tindakan koping kelompok kerja
yang efektif. kesehatan jiwa di
desa dan
kelompok
pendukung .
Setelah Pedidikan Latihan kepemimpinan1. kader Aula Setiap hari Respon1. Warga
dilakukan kesehatan (mengadakan training kesehatan Kelurahan minggu, verbal mengik
tindakan Jiwa melalui motivasi) 2. tokoh Patimuan dilakukan training
keperawatan Formasi Edukasi (penyuluhan masyarakat 2 kali/ 1 motivas
selama 2 minggu kepemimpina tentang bagaimana cara 3. Tokoh minggu 2. Warga
warga kelurahan n memecahkan masalah) Agama menyeb
patimuan dapat 4. mahasiswa bagaim
melakukan 5. materi memec
demonstrasi tentang masala
tentang kesehatan
bagaimana cara jiwa
menyelesaikan
suatu masalah
yang baik.
Setelah Pemberdayaa1. Pembinaan keluarga 1. kader Aula Setiap hari Respon1. warga
dilakukan n dan sehat dan anggota kesehatan Kelurahan minggu, Psikomot diskusi
tindakan kemitraan keluarga resiko 2. tokoh Patimuan dilakukan or kasus y
keperawatan gangguan jiwa masyarakat 2 kali/ 1 2. warga
selama 3 minggu membahas kasus 3. mahasiswa minggu terkont
warga kelurahan terkait manajemen 4. materi emosin
patimuan dapat stress dan di diskusikan. tentang dengan
melakukan studi 2. Pembinaan kelompok kesehatan kelomp
kasus tentang dan masyarakat melalui jiwa diskusi
masalah yang kunjungan Perawat Respon 3. Masy
sering dihadapi Afektif lebih m
Puskesmas/Komuni mengha
tas kemung
3. Kerjasama LP dengan masala
Dinas Kesehatan ada wa
Kabupaten berupa terbuka
pengadaan kegiatan wawasa
rutin Life Skill Education peluang
20
dan LS berupa pelatihan untuk
kewirausaan dari Dinas perbaik
Perikanan. ekonom
Setelah Intervensi 1. Terapi modalitas 1. Perawat Aula Setiap 2 Respon1. Warga
dilakukan profesional keperawatan berupa 2. Tokoh Kelurahan hari verbal lebih te
tindakan pemberian teknik masyarakat Patimuan sekali/min 2. Warga
keperawatan relaksasi nafas dalam. 3. Tokoh ggu lebih se
selama 4 minggu 2. Terapi komplementer agama 3. Warga
warga kelurahan berupa manajemen 4. Mahasiswa mengon
patimuan dapat stress emosin
melakukan studi 3. Pemberian bimbingan
kasus tentang keagamaan (spiritual)
masalah yang
sering dihadapi
A. Kesimpulan
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan
hidup, dapat menerima orang lainsebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif
kesehatan jiwa yang dilaksanakan di masyarakat. Kesehatan jiwa masyarakat ini dititik
beratkan pada upaya promotif dan preventif tanpa melupakan upaya kuratif dan
2. Pendidikan kesehatan dalam upaya preventif danj promotif penemuan kasus dini,
21
B. Saran
Sehubungan dengan trend masalah kesehatan utama dan pelayanan kesehatan jiwa secara
global, maka fokus pelayanan keperawatan jiwa sudah saatnya berbasis pada komunitas
(Community Based Care) yang memberikan penekanan pada upaya preventif dan promotif.
Untuk para pembaca diharapkan memberi kritik dan saran terhadap isi makalah ini, dan
terima kasih pada pemabaca yagn telah meluangkan waktu membaca makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Herman, Ade S. D. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Cetakan 1. Yogyakarta: Nuha
Medika
22
http://andiselvisulfiani.blogspot.com/2013/03/kesehatan-jiwa-komunitas.html
http://blogilmukeperawatan.blogspot.com/2012/06/asuhan-keperawatan-komunitas-jiwa.html
http://vhychocolatenurse.blogspot.com/2012/06/keperawatan-kesehatan-jiwa-keluarga-dan.html
23