BPKM
(Buku Panduan Kerja Mahasiswa)
Mata Ajar
KETERAMPILAN DASAR KEPERAWATAN
KOORDINATOR
Ns. Ridha Mardiyani, M.Kep
Tim pengajar
Ns. Yenni Lukita, M.Pd
Ns. Tri Wahyuni, M.Kep
Visi
Merupakan Pusat Pendidikan Tenaga Keperawatan Professional, Islami
dan Kompetitif yang Bercirikan Keahlian Pengelolaan Trauma Akut dan
Kronik pada Tahun 2030
Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan berfokus pada mahasiswa dalam
rangka menghasilkan lulusan yang berakhlakul karimah, memiliki
kekokohan intelektual, berfikir kritis dan caring terutama pada
bidang pengelolaan trauma akut dan kronik
2. Menyelenggarakan penelitian yang berkualitas terutama pada
bidang pengelolaan trauma akut dan kronik
3. Menyelenggarakan pengabdian yang berkualitas kepada masyarakat
terutama pada bidang pengelolaan trauma akut dan kronik dengan
melibatkan peran serta masyarakat
P R OD I N E R S R E G B | S E ME S TE R I | 2 021 / 2 022
BPKM
(Buku Pedoman Kerja Mahasiswa)
Koordinator MK : Keterampilan Dasar Keperawatan
Ns. Ridha Mardiyani,
M.Kep
TIM DOSEN :
S EM EST ER : I ( GAS AL )
1. NS. YENNI LUKITA, M.KEP
2. NS.TRI WAHYUNI, M.KEP K ODE M K :
2 S KS : 1 S KS TE OR I D AN 1 S KS PR AK T IKUM
CAPAIAN PEMBELAJARAN :
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran KDK mahasiswa mampu :
1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan secara komprehensif yang mencakup pengukuran
tanda vital, pengkajian keperawatan dan pemeriksaan fisik.
2. Mampu mempersiapkan pasien yang akan melakukan pemeriksaan penunjang.
3. Menerapkan prinsip dan prosedur pengendalian infeksi dan patient safety.
4. Mendemonstrasikan prosedur intervensi dalam pemberian medikasi oral, parenteral, topikal dan
suppositori dengan menerapkan prinsip benar.
5. Mendemonstrasikan prosedur intervensi perawatan luka sederhana pada pasien simulasi.
DOA SEBELUM BELAJAR
9 Selasa Menjelaskan penerapan prinsip 3. Prinsip pemberian medikasi, Seminar (SGD) Tim
18/10/2022 benar pemberian medikasi prosedur pemberian medikasiDiskusi Kelompok
Menjelaskan prosedur intervensi oral dan Prosedur pemberian 3 dan 4
dalam pemberian medikasi oral, medikasi topikal
parenteral, topikal dan suppositori 4. Prosedur pemberian medikasi
dengan menerapkan prinsip parenteral dan Prosedur
pemberian obat dengan benar pemberian medikasi
suppositoria sesuai prinsip
pemberian medikasi
10 Rabu, Mampu mendemonstrasikan 1. Prosedur pemberian Aktivitas Tim
19/10/2022 prosedur intervensi dalam medikasi oral Praktikum
pemberian medikasi oral, dan 2. Prosedur pemberian (Lab Skills)
suppositori dengan menerapkan medikasi suppositoria
prinsip benar 3. Menerapkan prinsip dan
prosedur pengendalian
infeksi dan patient safety.
Skor Penilaian :
NILAI <40 40- 50- 55- 60- 65- 70- 75- 80- 85-
49 54 59 64 69 74 79 84 100
HURUF E D C- C C+ B- B B+ A- A
REFERENSI :
Daniels. 2010. Nursing Fundamental: Caring & Clinical Decision Making. New York.
Delmar Cengage Learning
Derrickson B. 2013. Essentials of Anotomy Physiology. Singapore. John Willey
&Sons,Inc.
Douglas G., Nicol F., Robertson C., Rudijanto A. (2014). Pemeriksaan Klinis
Macleod (dengan 28 online video). Edisi Bahasa Indonesia 13. Churchill
Livingstone: Elsevier (Singapore) Pte. Ltd.
Kozier, Barbara. 2008. Fundamentals of Nursing: Concepts, Process and Practice. 8th ed.
New Jersey. Pearson Education
Kozier, B., Erb, G.,Berwan, A.J., & Burke,K. (2008). Fundamentals of
Nursing:Concepts, Process, and Practice. New Jersey: Prentice Hall
Health.
Lynn, P (2011). Taylor’s Handbook of Clinical Nursing Skills. 3rd ed. Wolter
Kluwer, Lippincott Williams & Wilkins.Philadelphia.
Mosby. (2014). Mosby’s Nursing Video Skills DVD Package: Basic, intermediate and
advanced. 4th Edition. Mosby:Elsevier Inc.
Perry A.G., Potter P.A., Ostendorf W. (2014). Clinical Nursing Skills and Techniques. 8th
edition. Mosby: Elsevier Inc.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2010). Fundamental Keperawatan (3-vol set) . Edisi
BahasaIndonesia 7.Elsevier (Singapore) Pte.Ltd.
Potter, P.A.,Perry, A.G., Stockert P., Hall A. (2014). Essentials for Nursing Practice.
8thEd. St. Louis, Missouri: Mosby Elsevier.
Rebeiro G., Jack L., Scully N., Wilson D., Novieastari E., Supartini Y. (2015).
Keperawatan Dasar: Manual Keterampilan Klinis. Edisi Indonesia.
Elsevier(Singapore) Pte Ltd.
Waugh A., Grant A., Nurachmah E., Angriani R. (2011). Dasar-dasar Anatomi
danFisiologi Ross dan Wilson. Edisi Indonesia 10. Elsevier (Singapore)
Pte Ltd.
Waugh A., Grant A. (2014). Buku Kerja Anatomi dan Fisiologi Ross and Wilson.
Edisi Bahasa Indonesia 3. Churchill Livingstone: Elsevier (Singapore)
Pte.Ltd
Tambahan Referensi:
Tutiany, lindawati, dan Paula. (2017). Buku Ajar Keperawatan: Manajemen
Keselamatan Pasien. Pusdik SDM Kesehatan Kemenkes RI.
NAMA KELOMPOK SEMINAR
MODUL
BAB I
No Prosedur Skor
Ya Tidak
1 PERSIAPAN ALAT
a. Stetoskop
b. Jam tangan
c. Kasa / kapas
d. Pen light
e. Optalmoskop
f. Otoskop
g. Spekulum vagina
h. Garpu tala
i. Snellen card
j. Spatel lidah
k. Kaca laring
l. Handscoon
m. Bengkok
n. Timbangan berat badan
o. Reflek hammer
PERSIAPAN KLIEN
• Informed consent
• Menjaga privasi
• Komunikasi terapeutik
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Kepala
- Inspeksi:
a. Bentuk kepala (bulat / lonjong / benjol, besar / kecil,
simetris / tidak)
b. Posisi kepala terhadap tubuh (tegak lurus dan digaris
tengah tubuh / tidak)
c. Kulit kepala (ada luka / tidak, bersih / kotor, berbau /
tidak, ada ketombe / tidak, ada kutu / tidak)
d. Rambut pasien
e. Penyebaran / pertumbuhan (rata / tidak)
f. Keadaan rambut (rontok, pecah-pecah, kusam)
g. Warna rambut (hitam, merah, beruban, atau
menggunakan cat rambut)
h. Bau rambut (berbau / tidak). Bila berbau apa
penyebabnya.
i. Wajah pasien a. Warna kulit wajah (pucat, kemerahan,
kebiruan)
j. Struktur wajah (simetris / tidak, ada luka / tidak, ada ruam
dan pembengkakan / tidak, ada kesan sembab / tidak, ada
kelumpuhan otot-otot fasialis / tidak)
- Palpasi
a. Ubun-ubun (datar / cekung / cembung)
b. Raba dan rasakan (ada / tidak) : nyeri tekan, benjolan,
tumor
c. Palpasi apakah ubun-ubun sudah menutup / belum
b. Pemeriksaan Mata:
- Inspeksi
• Inspeksi Kelopak Mata:
a) Menganjurkan klien untuk menatap lurus ke depan
b) Membandingkan mata kiri dan kanan, inspeksi
posisi dan warna kelopak mata
c) Menganjurkan klien memejamkan matanya
d) Mengamati bentuk dan keadaan kulit kelopak mata
serta pada pinggir kelopak mata dan mencatat setiap
kelainan
e) Mengamati pertumbuhan rambut pada kelopak mata
dan posisi bulu mata
f) Untuk menginspeksi kelopak mata bawah minta
klien untuk membuka mata. Perhatikan frekuensi
refleks berkedip mata.
- Inspeksi Konjungtiva dan Sklera
a) Menganjurkan klien untuk melihat lurus ke depan
b) Menarik kelopak mata bagian bawah ke bawah
dengan menggunakan ibu jari.
c) Menggunakan sarung tangan jika ada sekret di tepi
kelopak mata
d) Mengamati keadaan konjungtivaa dan kantung
konjungtiva bagian bawah. Catat bila ada infeksi,
pus atau warnanya tidak normal/anemis
e) Bila diperlukan amati konjungtiva bagian atas
dengan yaitu membuka atau membalik kelopak mata
atas dengan pemeriksa berdiri di belakang klien
f) Mengamati warna sklera waktu membuka
konjungtiva.
• Inspeksi Kornea:
a) Berdiri di sisi klien, dengan menggunakan cahaya
tak langsung, inspeksi kejernihan dan tekstur kornea
b) Uji sensitifitas kornea dengan menyentuh gulungan
kapas steril untuk melihat reaksi berkedip.
• Inspeksi Pupil
a) Mengatur cahaya kamar menjadi kuraang tenang
b) Memegang kepala dan dagu klien agar tidak
bergerak-gerak
c) Inspeksi ukuran, bentuk, keselarasan pupil dan
reaksi terhadaap cahaya.
d) Menguji reflek pupil terhadap cahaya
e) Pupil klien disinari cahaya dari samping
f) Amati mengecilnya pupil yang sedang disinari
g) Lakukan pada pupil lainnya
h) Memeriksa reflek akomodasi
i) Anjurkan klien menatap benda yang jauh
j) Menatap objek yang diletakkan 10 cm di depan
hidung
k) Mengamati perubahan pupil
• Inspeksi Pergerakan Bola Mata
a) Menganjurkan klien melihat ke depan
b) Mengamati bola mata, jika nistagmus catat
c) Apakah kedua bola mata lurus atau salah satu
deviasi
d) Meluruskan jari telunjuk dan mendekatkan ke klien
dengan jarak 15-30 cm
e) Instruksikan klien mengikuti pergerakan jari
telunjuk
f) Jaga jari tetap pada lapang pandang normal
• Inspeksi Medan Penglihatan
a) Pemeriksa berdiri di depan kira-kira 60 cm
b) Mata yang tidak diperiksa ditutup
c) Instruksikan klien menatap lurus ke depan dan
memfokuskan dalam satu titik
d) Menggerakkan jari sepanjang 1 lengan dari luar
lapang pandang klien
e) Minta klien mengatakan jika melihat jari tersebut
f) Perlahan tarik jari mendekat dan tepat ditengah
antara klien dan perawat.
g) Mengkaji mata sebelahnya
• Pengkajian Ketajaman Penglihatan
a) Pastikan cahaya ruang cukup terang
b) Minta klien membaca surat kabar dengan keras
c) Jika klien berkaca mata, anjurkan untuk dipakai
d) Perhatikan jarak klien memegang lembaran koran
dengan matanya
e) Jika masih kesulitan lanjutkan dengan tahap:
f) Menyiapkan kartu Snellen/kartu E
g) Atur klien dengan jarak 5-6 meter dari kartu
h) Atur klien menutup mata kiri
i) Periksa mata kanan dengan disuruh membaca huruf
yang paling besar menuju yang paling kecil
j) Lakukan pada mata sebelah kiri dengan menutup
mata kiri.
• Pemeriksaan Penglihatan Warna
a) Siapkan kartu Ichihara
b) Pastikan ruangan cukup penerangan
c) Instruksikan klien untuk menyebutkan gambar dan
angka yang terdapat dalam kartu
- Palpasi
a) Anjurkan klien memejamkan mata
b) Melakukan palpasi mata kanan dan kiri dengan jari
telunjuk
c) Dengan menekan-nekan, menilai konsistensi dan
nyeri tekan
c. Pemeriksaan Hidung
- Inspeksi:
a) Bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi (adakah
pembengkokan / tidak)
b) Lubang hidung, kalau perlu gunakan spekulum hidung
dan sumber cahaya yang kuat yang diarahkan dengan
lampu kepala : ― Ada sekret / tidak ― Ada sumbatan /
tidak 6 ― Ada inflamasi / tidak ― Selaput lendir : kering
/ basah / lembab
- Palpasi
a) Palpasi hidung dengan lembut, batang dan jaringan lunak
hidung dan adakah massa atau nyeri tekan
b) Letakkan jari pada sisi arkus nasal dan palpasi lembut dari
pangkal ke ujung hidung
c) Menekan hidung secara ringan untuk mengevaluasikan
hidung dan amati lubang hidung
d. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi
a) Bantu klien duduk jika mungkin
b) Posisi perawat menghadap telinga yang akan dikaji
c) Mengatur pencahayaan
d) Inspeksi telinga terhadap posisi, warna, ukuran, bentuk,
hygiene, adanya lesi atau kesimetrisan.
e) Periksa adanya peradangan, perdarahan dan pada liang
telinga
f) Periksa Pendengaran:
- Pemeriksaan menggunakan Arloji/Jam Tangan
a) Atur suasana tenang
b) Pegang arloji dekat telinga klien
c) Menyuruh klien apakah mendengar detak arloji
d) Pindahkan arloji perlahan menjauhi telinga dan suruh
klien mendengarkan
- Pemeriksaan Garpu Tala
a) Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan pada
tangan atau buku jari
b) Letakkan tangkai garpu tala pada processus mastoideus
klien
c) Anjurkan klien memberitahu jika tidak merasakan getaran
d) Kemudian dengan cepat tempatkan garpu tala pada depan
lubang telinga
e) Instruksikan klien apa masih mendengar suara atau tidak
Dengan Cara :
Pemeriksaan Rinne:
- Pemeriksaan Rinne merupakan pemeriksaan
pendengaran menggunakan garpu tala untuk
membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran
melalui tulang pada telinga yang diperiksa. Vibrasikan
garpu tala, letakkan garpu tala pada mastoid kanan
pasien, anjurkan pasien untuk memberi tahu sewaktu
tidak merasakan getaran lagi. Angkat garpu tala dan
pegang di depan telinga kanan pasien, anjurkan pasien
untuk memberi tahu apakah masih mendengar suara
getaran atau tidak. Normalnya suara getaran masih dapat
didengar karena konduksi udara lebih baik daripada
konduksi tulang.
Pemeriksaan Weber:
- Pemeriksaan Weber merupakan pemeriksaan
pendengaran menggunakan garpu tala untuk
membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan
telinga kanan. Vibrasikan garpu tala, letakkan garpu tala
di tengah-tengah puncak kepala pasien. Tanya pasien
tentang telinga yang mendengar suara getaran lebih
keras. Normalnya kedua telinga dapat mendengar secara
seimbang sehingga getaran dirasakan ditengah-tengah
kepala.
Pemeriksaan Schwabach:
- Pemeriksaan Schwabach merupakan pemeriksaan
pendengaran menggunakan garpu tala untuk
membandingkan hantaran tulang orang diperiksa
dengan pemeriksa yang pendengarannya normal. Syarat
utama dilakukannya pemeriksaan ini adalah pemeriksa
harus dipastikan terlebih dahulu memiliki pendengaran
yang normal. Dalam persiapan pasien, instruksikan pada
pasien untuk memberikan isyarat ketika dia tidak
merasakan getaran dari garpu tala. Vibrasikan Garpu
tala, letakkan tangkai garpu tala pada Processus
Mastoideus O. P. sampai pasien tidak merasakan
getaran lagi. Setelah pasien tidak merasakan getaran,
segera pindahkan garpu tala ke area Processus
Mastoideus O. P. pemeriksa yang memiliki
pendengaran normal. Bila pemeriksa masih dapat
mendengar/ merasakan getaran, maka pemeriksaan
Schwabach memendek. Bila pemeriksa tidak
mendengar maka pemeriksaan diulang dengan cara
sebaliknya. Ketika dilakukan pemeriksaan sebaliknya,
bila pasien masih merasakan getaran, maka pemeriksaan
Schwabach mengalami perpanjangan.
Palpasi
a) Lakukan palpasi dengan jari telunjuk dan jempol
b) Bandingkan telinga kiri dan kanan
g. Pemeriksaan Leher
Inspeksi:
a. Bentuk leher (simetris / tidak). Periksa (ada / tidak) : lesi,
peradangan, massa
b. Periksa kemampuan pergerakan leher secara antefleksi-
dorsifleksi, rotasi kanan-kiri, lateral fleksi kanan-kiri
c. Ada pembesaran kelenjar tiroid / tidak.
Palpasi:
a. Letakkan tangan pemeriksa pada leher pasien, palpasi pada
fossa suprasternal dengan jari telunjuk dan jari tengah,
pasien diminta untuk menelan. Bila teraba kelenjar tiroid,
tentukan menurut bentuk, ukuran, konsistensi, dan
permukaannya.
b. Ada pembesaran kelenjar limfe / tidak (terutama pada
leher, submandibula, dan sekitar telinga)
c. Ada pembesaran vena jugularis / tidak. Nilai normal
Jugular Venous Pressure (JVP) adalah 2 – 5 cmHg
d. Kaji kemampuan menelan pasien dengan kepala sedikit
mendongak
e. Perhatikan adakah perubahan suara dan cari penyebabnya
Gambar Pemeriksaan Fisik pada Leher:
h. Pemeriksaan Thorax
1. Inspeksi:
a) Posisi pasien duduk
b) Perhatikan secara keseluruhan : ― Bentuk thorax :
normal / ada kelainan ― Ukuran dinding dada,
kesimetrisan ― Keadaan kulit, ada luka atau tidak ―
Klavikula, fossa supra dan infraklavikula, lokasi costa
dan intercosta pada kedua sisi ― Ada bendungan vena
atau tidak ― Pemeriksaan dari belakang perhatikan
bentuk atau jalannya vertebra, bentuk scapula
c) Amati pernafasan pasien ― Frekuensi pernafasan, dan
gangguan frekuensi pernafasan :
- Takipnea : frekuensi pernafasan yang jumlahnya
meningkat di atas frekuensi pernafasan normal
- Bradipnea : frekuensi pernafasan yang jumlahnya
menurun di bawah frekuensi pernafasan normal
- Ada tidaknya penggunaan otot bantu pernafasan
(tanda sesak nafas) : Retraksi intercosta, Retraksi
suprasternal, pernafasan cuping hidung(pada bayi)
- Adanya nyeri dada
- Adanya batuk atau tidak. Suara batuk produktif atau
kering. Sputum mengandung darah / tidak
d) Amati adanya gangguan irama pernafasan :
- Pernafasan Cheyne-Stokes : siklus pernafasan yang
amplitudonya mula-mula dangkal, makin naik
kemudian semakin menurun dan berhenti. Lalu
pernafasan dimulai lagi dengan siklus yang baru
- Pernafasan Biot : Pernafasan yang amplitudonya
rata dan disertai apnea
- Pernafasan Kussmaul : Pernafasan yang jumlah dan
kedalamannya meningkat dan sering melebihi
20x/menit.
2. Palpasi
a. Posisi pasien terlentang:
4. Auskultasi
a. Posisi pasien duduk.
Pemeriksa menghadap ke pasien:
- Auskultasi paru-paru
- Minta pasien bernafas secara normal dan mulai
auskultasi dengan pertama kali meletakkan
diafragma stetoskop pada trakea, dengar bunyi
nafas secara teliti, serta bandingkan sisi kanan dan
kiri
- Dengarkan suara nafas :
a. Bronchial / tubular : pada trachea/leher
b. Bronco Vesikuler : pada daerah percabangan
bronkus trachea ( sekitar sternum)
c. Vesikuler : pada semua lapang paru
- Dengarkan ada tidaknya suara tambahan nafas :
a. Rales : bunyi merintik halus, tidak hilang
setelah klien disuruh batuk
b. Ronchi : nada rendah, sangat kasar, akibat dari
terkumpulnya mucus pada trachea/bronkus
besar. Terdengar pada fase inspirasi dan
ekspirasi. Suara menghilang setelah klien batuk
c. Wheezing : bunyi ngiiikkkk…..ngiiikkkk.
terjadi karena eksudat lengket tertiup aliran
udara atau penyempitan bronkus. Terdengar
pada fase inspirasi dan ekspirasi
d. Pleural friction rub : bunyi yang terdengar
“kering” seperti suara gosokan amplas pada
kayu
- Pemeriksaan PRECORDIUM
1. Inspeksi dan Palpasi:
a. Posisi telentang dengan kepala diangkat 30-40
derajat
b. Letakkan tangan pada ruang intercostae II (area
aorta dan pulmonal), lalu amati ada tidaknya
pulsasi. Normalnya tidak ada
c. Geser tangan ke ruang intercostae V parasternal
sinister (area ventrikel kanan/tricuspid). Amati
adanya pulsasi, normalnya tidak ada
d. Dari area tricuspid, geser tangan ke area
midclavicula sinister (area apical/point of
maximal impulse)
e. Tentukan letak ictus cordis di ICS V garis
midklavikula kiri. Untuk mempertajam getaran
gunakan jari ke-2 dan ke-3 tangan kanan
f. Ictus cordis disebabkan karena denyutan
dinding thorax karena pukulan pada ventrikel
kiri, normalnya berada ICS V midclavicula
sinister sebesar 1 cm.
2. Perkusi
a. Untuk memeriksa batas jantung:
- ICS II (area aorta pada sebelah kanan dan
pulmonal pada sebelah kiri)
- ICS V Mid Sternalis kiri (area katup
trikuspid atau ventrikel kanan)
- ICS V Mid Clavikula kiri (area katup
mitral)
- Untuk mengetahui batas, ukuran dan
bentuk jantung secara kasar. Batas-batas
jantung normal adalah : Batas atas : ICS II
Mid sternalis Batas bawah : ICS V Batas
Kiri : ICS V Midclavikula Kiri Batas
Kanan: ICS IV MidSternalis Kanan
3. Auskultasi
a. Dengarkan BJ I pada : ― ICS V garis
midsternalis kiri (area katup trikuspid) ― ICS
V garis midklavicula kiri (area katup mitral):
terdengar LUB lebih keras akibat penutupan
katub mitral dan trikuspid
b. Dengarkan BJ II pada : ― ICS II garis sternalis
kanan (area katup aorta) ― ICS II garis
sternalis kiri (area katup pulmonal): terdengar
DUB akibat penutupan katup aorta dan
pulmonal.
c. Dengarkan adanya suara tambahan (BJ III)
pada fase sistolik-diastolik, BJ IIIterdengar
setelah BJ II dengan jarak cukup jauh tapi tidak
melebihi separuh dari fase diastolic
d. BJ III normal pada anak dan dewasa muda
e. BJ III pada decompensasi kiri disebut Gallop
Rhythm, yaitu suara yang timbul akibat getaran
derasnya pengisian diastolic dari atrium kiri ke
ventrikel kiri yang sudah membesar
f. Dengarkan adanya Murmur (bising jantung),
yaitu suara tambahan pada fase sistolik,
diastolic, maupun keduanya yang disebabkan
karena adanya fibrasi/getaran dalam jantung
atau pembuluh darah besar yang disebabkan
karena arus turbulensi darah. Derajat murmur :
― I : hampir tidak terdengar ― II : Lemah ―
III : Agak keras ― IV : Keras ― V : sangat
keras ― VI : masih terdengar jelas ketika
stetoskop diangkat sedikit
2. Palpasi
a. Adakah nyeri, adakah nyeri tekan, dan kekenyalan
b. Adakah benjolan massa atau tidak
6. Pemeriksaan abdomen
1. Inspeksi
a. Permukaan perut
Perhatikan kulit perut : apakah tegang, licin, tipis (bila
ada pembesaran organ dalam perut) atau kasar, keriput
(bila mengalami distensi). Apakah terdapat luka jahit
atau luka bakar. Perhatikan warna kulit perut : apakah
kuning / tidak (pada pasien ikterus), apakah tampak
pelebaran pembuluh darah vena / tidak ― Perhatikan
adanya striae (tanda peregangan pada ibu hamil)
b. Bentuk perut
Perhatikan : kesimetrisan (baik pada orang yang
gemuk/kurus). Pembesaran perut secara simetris
disebabkan penimbunan cairan di rongga peritonium,
penimbunan udara di dalam usus dan orang terlampau
gemuk. Pembesaran perut asimetris ditemukan pada
kehamilan, tumor di dalam rongga perut, tumor
ovarium atau kandung kencing. Pembesaran setempat
: dijumpai pada pembesaran hepar, limpa, ginjal,
kandung empedu, dan tumor pada organ-organ
tersebut
c. Gerakan dinding perut
Minta pasien untuk nafas dalam dan perhatikan
gerakan perut saat inspirasi dan ekspirasi. Normal
perut mengempis pada ekspirasi dan mengembang
pada inspirasi. Pada kelumpuhan diafragma terdapat
gerakan dinding perut yang berlawanan. Amati adanya
gerakan peristaltik. Pada orang yang sangat kurus
kadang peristaltik normal terlihat
2. Auskultasi
a. Sumber suara abdomen : suara dari struktur vaskuler,
dan peristaltik usus
b. Dengarkan di setiap kuadran dengan stetoskop selama
1 menit dan perhatikan : intensitas, frekuensi, dan
nada. Normal frekuensi peristaltik 5-35 x/menit
c. Dengarkan suara vaskuler dari : aorta (di epigastrium),
arteri hepatika (di hipokondrium kanan), arteri renalis
: di hipokondrium kiri
3. Perkusi
a. Dengan perkusi abdomen dapat ditentukan :
pembesaran organ, adanya udara bebas, cairan bebas
di dalam rongga perut
b. Perhatikan bunyi dan resistensinya:
- Lakukan pada tiap kuadran untuk memperkirakan
distribusi suara timpani dan redup,
- Biasanya suara timpani yang dominan karena
adanya gas pada saluran pencernaan,
- Cairan dan feses memberikan suara redup,
- Perkusi di daerah epigastrium dan hipokondrium
kiri menimbulkan timpani.
c. Perkusi Hepar:
- Lakukan perkusi pada garis midklavikula kanan,
mulai dari bawah umbilikus (di daerah suara
timpani) ke atas, sampai terdengar suara pekak
yang merupakan batas bawah hepar
- Lakukan perkusi dari daerah paru ke bawah untuk
menentukan batas atas hepar yaitu dari
perpindahan suara resonan sampai pekak
d. Perkusi Limpa
Pekak limpa seringkali ditemukan diantara ICS 9 dan
ICS 11 di garis aksila anterior kiri.
e. Perkusi Renal
Area costovertebra. Normal tidak terdengar bunyi, dan
dullness bila ada massa.
4. Palpasi
a. Tahap awal palpasi dengan menggunakan satu tangan
- Letakkan tangan kanan di atas perut, telapak
tangan dan jari-jari menekan dinding perut dengan
tekanan ringan. Dengan perlahan, rasakan di tiap
kuadran
- Rasakan : adanya ketegangan otot atau tidak, nyeri
tekan atau tidak
- Tahap berikutnya lakukan palpasi dalam untuk
memeriksa massa di abdomen
- Rasakan konsistensinya : apakah padat keras
(seperti tulang), padat kenyal (seperti meraba
hidung), lunak (seperti pangkal pertemuan jempol
dan telunjuk), atau kista (ditekan mudah
berpindah seperti balon berisi air, berisi cairan
- Jika dirasakan adanya massa, maka ukuran massa
ditentukan dengan meteran / jangka sorong
panjang, lebar, tebal (kalau tidak ada peralatan,
bisa dengan ukuran jari penderita)
b. Palpasi Hepar
- Letakkan tangan kiri pemeriksa di belakang
pasien, menyangga costa ke 11 dan costa ke 12
sebelah kanan pasien dengan posisi sejajar.
Anjurkan pasien menekuk kakinya. Pasien dalam
keadaan rileks
- Tempatkan tangan kanan pemeriksa pada
abdomen pasien sebelah kanan bawah, dengan
ujung jari ditempatkan di batas bawah daerah
redup hepar. Dengan posisi jari tangan mengarah
ke atas.
- Anjurkan pasien menarik nafas. Pada akhir
inspirasi, lakukan perabaan pada hepar dengan
cara : tangan naik mengikuti irama nafas dan
gembungan perut kemudian tekan secara lembut
dan dalam. Normal hepar tidak teraba
c. Palpasi Limpa
- Palpasi lien dimulai dari hipogastrium ke
hipokondrium kiri
- Dengan teknik palpasi bimanual : letakkan telapak
tangan kanan pemeriksa di daerah hipokondrium
kiri pasien, dengan jari-jari mengarah ke samping
atas. Tangan kiri pemeriksa diletakkan dipinggang
kiri pasien. Dengan tangan kanan pemeriksa
menekan sambil menggerakkan tangan itu sedikit
demi sedikit ke bawah tulang-tulang iga. Pasien
diminta menarik nafas dalam, dan penekanan
dilakukan pada puncak inspirasi. Tangan kiri
pemeriksa merupakan landasan bagi tekanan yang
dilakukan oleh tangan kanan
- Dengan palpasi bimanual ini kita memeriksa tepi,
konsistensi dan permukaan lien yang membesar.
Normal limpa tidak teraba. Hati-hati terjadi
rupture lien
d. Palpasi Ginjal
- Dengan teknik bimanual : tangan kiri mengangkat
ginjal ke anterior pada area lumbal posterior,
tangan kanan diletakan pada bawah arcus costae,
kemudian lakukan palpasi dan deskripsikan
adakah nyeri tekan, bentuk dan ukuran. Normal
ginjal tidak teraba. Palpasi pada ginjal ada 2 cara
yaitu:
1) Palpasi dangkal
2) Palpasi Dalam
a) Digunakan untuk menentukan ukuran
organ dan juga massa tumor/jaringan.
b) Telapak tangan diletakkan di abdomen
kemudian tekan dengan lembut tetapi kuat.
c) Pasien diminta bernafas dalam melalui
mulut dan lengan pasien berada disamping
tubuh.
d) Pemeriksa menggunakan jari telunjuk, jari
tengah dan jari manis yang saling menyatu,
secara perlahan dan bertahap palpasi organ
atau massa abdomen seluruh lapang
abdomen (atas, bawah, kanan, kiri) .
e) Digunakan untuk memeriksa massa pada
abdomen yang letaknya dalam atau lesi
pada organ gastrointestinal .
7. Pemeriksaan Muskuloskeletal
1. Inspeksi
a) Penampilan umum, gaya jalan, ketegapan, cara
bergerak, simetris tubuh dan extremitas (bandingkan sisi
yang satu dengan yang lain → ekstemitas atas/bawah,
kanan/ kiri). Adanya perasaan tidak nyaman, pincang,
atau nyeri saat berjalan
b) Kelumpuhan badan dan atau anggota gerak. Adanya
fraktur atau tidak
c) Warna kulit pada ekstremitas (kemerahan / kebiruan /
hiperpigmentasi)
d) Periksa adanya benjolan / pembengkakan pada
ekstremitas. Adanya atrofi / hipertrofi otot, struktur
tulang dan otot. Amati otot kemungkinan adanya
kontraksi abnormal dan tremor
2. Palpasi
Palpasi pada setiap ekstremitas dan rasakan :
a) Kekuatan / kualitas nadi perifer
b) Adanya nyeri tekan atau tidak
c) Adanya krepitasi atau tidak
d) Konsistensi otot (lembek / keras)
Pemeriksaan verterbra:
1. Vertebra cervicalis:
Prinsip pemeriksaan:
- Pasien duduk
- Pemeriksa berdiri didepan, disamping dan di belakang
pasien
- Area yang dipaparka meliputi regio leher, dada,
anggota gerak atas dan anggota gerak bawah
(mengenakan pakaian dalam)
a) Inspeksi
Anterior:
- Leher dan kepala: adakah tortikolis, apakah
miring ke satu arah (karena prolaps diskus
servikalis atau spasme otot), adakah simetrisan
wajah (biasanya karena neglected tortikolis)
- Pembengkakan di bagian anterior leher pada
thoracic outlet karena tumor
- Perubahan kulit: adakah inflamasi, sikatriks, sinus
Lateral:
- Lordosis
- Pembengkakan
- Perubahan kulit: adakah inflamasi, sikatriks, sinus
c
- Promlinent procesus spinalis
b) Palpasi
- Untuk identifikasi level colluma vertabralis,
palpaso processus spinal T1
- Meraba suhu kulit (hangat/dingin)
- Adanya nyeri tekan: anterior, posterior
- Adanya spase otot (penderita diminta menengok
ke kiri-kanan, pemeriksa dibelakang pasien)
8. Pemeriksaan Neurologis
A. Pemeriksaan kesadaran
1) Secara Kualitatif
a) ComposMentis (conscious), yaitu kesadaran
normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
b) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya sikapnya acuh tak
acuh.
c) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat,
waktu), memberontak, berteriak-teriak,
berhalusinasi, kadang berhayal.
d) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran
menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah
tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila
dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh
tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
e) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur
lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
f) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan,
tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak
ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin
juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
2) Secara Kuantitatif
Penilaian dengan GCS ( Glasgow Coma Scale ).
a) Menilai Respon Membuka Mata (E)
- (4) : spontan
- (3) : dengan rangsang suara (suruh pasien
membuka mata).
- (2) : dengan rangsang nyeri (misalnya
menekan kuku jari)
- (1) : tidak ada respon
b) Menilai Respon Verbal (V)
- (5) : orientasi baik
- (4) : bingung, berbicara mengacau (sering
bertanya berulang-ulang), disorientasi (orang,
tempat, dan waktu)
- (3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi
kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu
kalimat)
- (2) : suara tanpa arti (mengerang)
- (1) : tidak ada respon
1. Reflek Biseps
Posisi: dilakukan dengan pasien duduk, dengan
membiarkan lengan untuk beristirahat di pangkuan
pasien, atau membentuk sudut sedikit lebih dari 90
derajat di siku. Identifikasi tendon: minta pasien
memflexikan di siku sementara pemeriksa mengamati
dan meraba fossa antecubital. Tendon akan terlihat dan
terasa seperti tali tebal.
Cara: ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan
pada tendon muskulus biseps, posisi lengan setengah
diketuk pada sendi siku
Respon: fleksi lengan pada sendi siku
2. Reflek Triseps
Posisi : dilakukan dengan pasien duduk. Dengan
perlahan tarik lengan keluar dari tubuh pasien, sehingga
membentuk sudut kanan di bahu atau lengan bawah
menjuntai ke bawah langsung di siku
Cara : ketukan pada tendon otot triseps, posisi lengan
fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi
Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku
3. Reflek Brachioradialis
Posisi : dapat dilakukan dengan duduk. Lengan bawah
rileks di pangkuan pasien.
Cara : ketukan pada tendon otot brakioradialis (sisi ibu
jari pada lengan bawah) sekitar 10 cm proksimal
pergelangan tangan. Posisi lengan fleksi pada sendi siku
dan sedikit pronasi.
Respons : flexi pada lengan bawah dan supinasi pada
siku dan tangan
4. Reflek Patella
Posisi : dapat dilakukan dengan duduk atau berbaring
terlentang
Cara : ketukan pada tendon patella
Respon : plantar fleksi kaki
5. Reflek Glabela
Cara : Ketukkan hammer pada glabela atau sekitar
daerah supraorbitalis
Respon : Kontraksi singkat kedua otot orbikularis okuli
6. Reflek Rahang Bawah (Jaw Reflex)
Cara : Klien disuruh membuka mulutnya sedikit dan
telunjuk pemeriksa ditempatkan melintang di dagu.
Setelah itu telunjuk diketok dengan hammer
Respon : kontraksi otot masseter sehingga mulut
merapat / menutup
7. Reflek Achiles
Posisi: pasien duduk, kaki menggantung di tepi meja
Identifikasi tendon: tungkai difleksikan pada pinggul
dan lutut
Cara : ketukan hammer pada tendon achilles
Respon : plantar fleksi kaki
4. Reflek Chaddok
- Penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral
sekitar maleolus lateralis dari posterior ke anterior
- Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari,
disertai mekarnya (funning) jari-jari kaki lainnya.
5. Reflek Schaeffer
- Menekan tendon achilles.
- Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari
kaki, disertai mekarnya (funning) jari-jari kaki
lainnya
6. Reflek Oppenheim
- Pengurutan dengan cepat krista anterior tibia dari
proksiml ke distal
- Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari
kaki, disertai mekarnya (funning) jari-jari kaki
lainnya
7. Reflek Gordon
- Menekan pada musculus gastrocnemius (otot betis)
- Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari
kaki, disertai mekarnya (funning) jari-jari kaki
lainnya.
8. Reflek Gonda
- Menekan (memfleksikan) jari kaki ke-4, lalu
melepaskannya dengan cepat.
- Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari
kaki, disertai mekarnya (funning) jari-jari kaki
lainnya.
9. Reflek Bing
- Berikan rangsang tusuk pada kulit yang menutupi
metatarsal ke lima. Dikatakan positif bila terdapat
gerakan dorsofleksi ibu jari kaki yang dapat disertai
dengan gerak mekarnya jari-jari lain (Funning)
2. Pria
1) Pemeriksaan penis
a. Inspeksi
- Perhatikan dari ujung penis sampai pangkal
- Apakah sudah disirkumsisi atau belum.
Bila belum disirkumsisi perhatikan:
- Preputium : preputium terlalu panjang (hipospadia)
→ Redundant prepuce
- Orificium kecil dan konstriksi ketat hingga
preputium tidak dapat ditarik ke belakang melewati
glans penis→ phymosis
- Preputium yg phymosis kalau dipaksa ditarik ke
belakang corona glandis dan tidak segera direposisi
kembali → paraphymosis
Bila sudah disirkumsisi, perhatikan :
- Glans penis : periksa apakah ada Herpes progenitalis
(Virus Herpes tipe 2) atau radang glans penis
(balanitis)
- Meatus uretra
- irritasi khronis pada meatus → Erythro-plasma of
Queyrat
- Condyloma acuminata = verruca acuminate
- Urethral discharge. Cairan yang keluar dari meatus
urethra : nanah (urethritis), darah (ruptura urethra,
corpus alienum, batu, tumor urethra)
- Sulcus coronarius : Chancroid ( infeksi basil Ducrey
), scar ( sifilis primer), tumor (ca. penis),
Condylomata acuminate
- Letak meatus uretra : Hipospadia ada 3 tipe :
glandular (meatus uretra pada corona glandis), penile
(meatus pada batang penis sampai penoskrotalis),
perineal (meatus pada perineum hingga penis terlipat
sama sekali membelah skrotum), epispadia (meatus
urethra terletak di dorsum penis), fistel urethra akibat
periurethritis atau trauma, Hypoplasia of the penis
(micro penis) (penis yang tidak berkembang, tetap
kecil), curvatura penis : hypospadia penis akan
bengkok kearah ventral
b. Palpasi
raba seluruh penis mulai dari preputium, glans dan
batang penis serta urethra :
- Phymosis teraba massa lunak atau keras dibawah
preputium pada glans penis atau sulcus caronarius.
- Uretra spt tali dan pancaran kencing kurang →
striktur uretra
- Teraba batu pada fossa navicularis glandis dan peno-
scrotalis
2) Skrotum dan isinya
a. Inspeksi
1) Normal : kanan lebih tinggi dari kiri
2) Cari : abses, fistel, edema, gangren (skrotum
tegang, kemerahan nyeri, panas, mengkilap, hilang
rasa, basah → gangren, ca skrotum
3) Pembesaran skrotum :
a) orchitis/epididimitis: nyeri dgn tanda radang,
skrotum edema, merah
b) Ca testis : skrotum besar berbenjol, tidak ada
tanda radang dan tidak nyeri
c) Hydrocele testicularis : skrotum besar dan rata,
tidak berbenjol
d) Hydrocele funicularis : sisi yg hidrocele ada 2
biji, jadi terlihat 3 benjolan dengan testis
sebelahnya
e) Hernia Inguinalis : usus dapat masuk atau
didorong masuk ke dalam rongga abdomen
ketika berbaring
f) Varicocele : gambaran kebiruan menonjol dan
berkelok-kelok sepanjang skrotum,
menghilang bila berbaring
g) Hematocele : perdarahan akibat trauma,
skrotum bengkak kebiruan, ada bekas trauma
Torsi testis : testis yang terpuntir lebih tinggi
dari yg normal (Deming's sign) dan posisi lebih
horisontal dari yang normal (Angell's sign)
b. Palpasi
1) Raba jumlah testis, monorchidism/anorchidism,
kriptokismus uni/ bilateral
2) Testis teraba keras sekali,tidak nyeri tekan →
seminoma
3) Hydrocele → testis tidak teraba, fluktuasi, tes
transluminasi (+)
4) Hernia skrotalis → teraba usus/massa dari skrotum
sampai kanalis inguinalis
5) Varicocele → seperti meraba cacing dalam kantung
(bag of worm)
6) Torsio testis → teraba horisontal dan nyeri,
diangkat ke atas lewat sympisis os pubis nyeri
tetap/bertambah (Prehn's sign)
Vas deferens teraba seperti benang besar dan keras
dalam skrotum. Tidak teraba → agenesis vas
deferens; TBC → teraba seperti tasbih
3. Rektum dan Anus
Inspeksi dan palpasi
a. Atur posisi klien
- Wanita: Posisi Sims atau litotomi
- Pria: Posis Sims atau berdiri dengan membungkuk ke
depan atau tubuh bagian atas bersandar pada meja.
- Memakai sarung tangan sekali pakai
- Inspeksi jaringan perineal dan kulit sekitarnya
- Dengan tangan non-dominan, regangkan bokong dan
inspeksi area anal terhadap karakteristik kulit, lesi,
hemoroid, ulkus, inflamasi, kemerahan dan ekskoriasi
- Minta klien mengejan (perhatikan adanya hemoroid
internal) dan jelaskan di arah jam berapa kelainan itu.
- Ulaskan pelumas pada telunjuk yang bersarung tangan,
lakukan palpasi pada dinding rectum dan rasakan ada
tidaknya nodul, massa dan nyeri tekan
- Pada wanita, lakukan palpasi serviks uterus melalui
dinding rectal posterior normanya licin, melingkar tegas
dan dapat digerakkan
3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Mengidentifikasi masalah keperawatan/diagnosa keperawatan
Berdasarkan SDKI yang terkait dengan prosedur pemeriksaan fisik
4 PERENCANAAN
Menentukan tujuan dan menyusun rencana tindakan keperawatan
SLKI dan SIKI
5 EVALUASI
• Lakukan pemeriksaan tindak lanjut yang rinci pada sistem lain
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang menyimpang dari yang
diharapkan atau normal bagi klen.
• Hubungkan hasil pemeriksaan dengan data pengkajian
sebelumnya jika tersedia
• Kaji kenyamanan dan respon klien terhadap tindakan
6 DOKUMENTASI
• Mendokumentasikan melalui lembar dokumentasi yang tersedia
hasil pemeriksaan yang dilakukan
7 SIKAP
• Melakukan tindakan dengan sistematis
• Komunikatif dengan klien dan Percaya diri
8 KOMUNIKASI
• Komunikasi sebelum, selama dan sesudah tindakan
9 PENILAIAN : PARAF
BAB 2
PEMBERIAN MEDIKASI
No Prinsip Cara
1 Benar klien Klien yang benar dapat dipastikan dengan memeriksa
identitas klien, dan meminta klien menyebutkan namanya
sendiri. Beberapa klien akan menjawab dengan nama
sembarangan atau tidak merespon, maka gelang identifikasi
harus diperiksa pada setiap klien pada setiap kali
pengobatan.
Pada keadaan gelang identifikasi hilang, perawat harus
memastikan identitas klien dan meminta klien menyebutkan
namanya sendiri. Pada keadaan gelang identifikasi hilang,
perawat harus memastikan identitas klien sebelum setiap
obat diberikan. Perawat juga bertanggung jawab untuk
secara tepat mengidentifikasi setiap orang pada saat
memberikan pengobatan, pada saat klien tidak
menggunakan gelang identifikasi.
2 Benar obat Klien dapa menerima obat yang telah diresepkan oleh
seorang dokter. Perintah melalui telepon untuk pengobatan
harus ditandatangani oleh dokter, perintah pengobatan
mungkin diresepkan menelpon dalam waktu 24 jam.
B. Prosedur intervensi dalam pemberian medikasi oral, parenteral, topikal dan suppositoria.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Mengidentifikasi masalah keperawatan/diagnosa
keperawatan berdasarkan SDKI.
3. PERENCANAAN
• PERSIAPAN ALAT
✓ Baki berisi obat-obatan pasien (kotak obat pasien)
✓ Kartu atau buku rencana pengobatan
✓ Mengkuk sekali pakai untuk tempat obat
✓ Pemotong obat (jika diperlukan)
✓ Martil dan lumpang penggerus (jika diperlukan)
✓ Gelas pengukur (jika diperlukan)
✓ Gelas dan air minum
• PERSIAPAN LINGKUNGAN
✓ Jaga Privasi klien
• PERSIAPAN KLIEN
✓ Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
✓ Beri klien posisi yang aman dan nyaman saat
medikasi diberikan
4 IMPLEMENTASI
• Siapkan peralatan dan cuci tangan
• Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat
per oral (kemampuan menelan, mual atau muntah)
• Periksa kembali order pengobatan (nama klien, nama
dan dosis obat, waktu dan cara pemberian), periksa
tanggal kadaluarsa obat ada keraguan pada order
pengobatan laporkan pada perawat yang berwenang
atau dokter.
• Ambil obat sesuai keperluan (baca order
pengobatan dan ambil obat dari kotak obat pasien)
• Siapkan obat-obat yang akan diberikan, siapkan
jumlah obat sesuai dengan dosis yang diperlukan
tanpa mengkontaminasi obat (gunakan teknik aseptic
untuk menjaga kebersihan obat.
• Berikan obat kepada pasien pastikan pasien meminum
obat tersebut dengan benar
• Catat obat yang telah diberikan meliputi nama dan
dosis obat, setiap keluhan dan tanda tangan perawat
• Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan
benar
• Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada
klien(biasanya 30 menit setelah pemberian obat
5. EVALUASI
• Setelah pemberian obat oral. Periksa apakah obat
benar-benar sudah masuk ke dalam mulut dan tidak
keluar lagi
• Evaluasi respon klien setelah obat dimasukkan
• Evaluasi pengetahuan klien tentang medikasi
6. DOKUMENTASI
• Mendokumentasikan melalui lembar dokumentasi
yang tersedia tentang: jenis medikasi oral yang
diberikan, waktu diberikannya, lamanya obat tersebut
tertahan bila obat itu kemudian keluar lagi, hasil atau
efek obat dan respons klien
7. SIKAP
• Melakukan tindakan dengan sistematis
• Komunikatif dengan klien
• Percaya diri
8. KOMUNIKASI
• Komunikasi sebelum, selama dan sesudah tindakan
BOBOT PENILAIAN:
Nilai 1 : Tidak dilakukan (25%)
Nilai 2 : Dilakukan salah (50%)
Nilai 3 : Dilakukan kurang tepat (75%)
Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna (100%)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Mengidentifikasi masalah keperawatan/diagnosa
keperawatan berdasarkan SDKI.
3. PERENCANAAN
• PERSIAPAN ALAT
✓ Baskom dan alas
✓ Perlak dan alas
✓ Kapas
✓ Sarungtangan
✓ Kassa kecil steril (sesuaikebutuhan)
✓ Kassa balutan, penutup
✓ plastic dan plester (sesuai kebutuhan)
✓ NaCl
✓ Obat topical sesuai yang di order dokter (krim,
salep, lotion, lotion yang mengandung suspensi,
bubuk atau powder, spray
erosol)
✓ Baskom dengan air hangat, waslap, handuk
✓ Sabun cuci tangan
• PERSIAPAN LINGKUNGAN
✓ Jaga Privasi klien
• PERSIAPAN KLIEN
✓ Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
✓ Beri klien posisi yang aman dan nyaman saat
medikasi diberikan
4 IMPLEMENTASI
• Siapkan peralatan dan cuci tangan
• Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat,
daya kerja dan tempat pemberian.
• Cuci tangan
• Dekatkan peralatan didekat tempat tidur pasien
• Memakai handscoon
• Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan
hanya membuka area yang akan diberi obat
1)Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit,
lepaskan semua debris dan kerak pada kulit
2)Keringkan atau biarkan area kering oleh udara
3)Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan
agen topical
4)Gunakan sarung tangan bila ada indikasi
5)Oleskan agen topical:
a. Krim, salep dan losion yang mengandung minyak
1) Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh
obat di telapak tangan kemudian lunakkan dengan
menggosok lembut diantara kedua tangan
2) Usapkan merata diatas permukaan kulit, lakukan
gerakan memanjang searah pertumbuhan bulu.
3) Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa
berminyak setelah pemberian
b. Lotion mengandung suspensi
1) Kocok wadah dengan kuat
2) Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa
balutan atau bantalan kecil
3) Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa
dingin dan kering.
c. Bubuk
1) Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara
menyeluruh
2) Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit
seperti diantara ibu jari atau bagian bawah lengan
3) Bubuhkan secara tipis pada area yang
bersangkutan
d. Spray aerosol
1) Kocok wadah dengan keras
2) Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk
memegang spray menjauhi area (biasanya 15-30
cm)
3) Bila leher atau bagian atas dada harus
disemprot, minta klien untuk memalingkan wajah
dari arah spray
4) Semprotkan obat dengan cara merata pada
bagian yang sakit
5. EVALUASI
• Setelah pemberian obat topikal. Periksa apakah obat
benar-benar sudah meresap dan tidak menimbulkan
alergi
• Evaluasi respon klien setelah obat diberikan
• Evaluasi pengetahuan klien tentang medikasi
6. DOKUMENTASI
• Mendokumentasikan melalui lembar dokumentasi
yang tersedia tentang: jenis medikasi topikal yang
diberikan, waktu diberikannya, lamanya obat tersebut
menunjukkan hasil atau efek obat dan respons klien
7. SIKAP
• Melakukan tindakan dengan sistematis
• Komunikatif dengan klien
• Percaya diri
8. KOMUNIKASI
• Komunikasi sebelum, selama dan sesudah tindakan
BOBOT PENILAIAN:
Nilai 1 : Tidak dilakukan (25%)
Nilai 2 : Dilakukan salah (50%)
Nilai 3 : Dilakukan kurang tepat (75%)
Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna (100%)
PROSEDUR PEMBERIAN OBAT MELALUI PARENTERAL
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Mengidentifikasi masalah keperawatan/diagnosa
keperawatan berdasarkan SDKI.
3. PERENCANAAN
• PERSIAPAN ALAT
✓ Sarung tangan steril /bersih
✓ Masker
✓ Spuit sesuai ukuran yang diperlukan
✓ Obat yang akan diberikan
✓ Kapas alkohol secukupnya
✓ Desinfektan
✓ Plester / hypafic
✓ Penunjuk waktu/jam
✓ Bengkok
• PERSIAPAN LINGKUNGAN
✓ Jaga Privasi klien
• PERSIAPAN KLIEN
✓ Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
✓ Beri klien posisi yang aman dan nyaman saat
medikasi diberikan
4 IMPLEMENTASI
✓ Mencuci tangan
✓ Siapkan obat dengan prinsip / benar
✓ Identifikasi Klien
✓ Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan
diberikan
✓ Atur klien pada posisi yang nyaman
✓ Pasang perlak / pengalas
✓ Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
✓ Pilih area penusukan yang bebas dari, tanda
kekakuan, peradangan atau rasa gatal.
✓ Memakai handscoon
✓ Bersihkan area penusukan dengan menggunakan
kapas alkohol dengan gerakan sirkuler dan arah
keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu
sampai kering. Metode ini dilakukan untuk
membuang sekresi dari kulit yang mengandung
mikroorganisme
✓ Buka tutup jarum
✓ Tarik kulit ke bawah kurang lebih 2,5 cm dibawah
area penusukan dengan tangan non dominan
✓ Menusuk jarum dengan posisi 2
• Dengan sudut 15⁰ tepat di bawah kulit untuk IC
• Dengan sudut 90⁰ masukan sampai pada jaringan
otot dengan tangan dominan untuk IM
• Pegang jarum pada posisi 30⁰ sejajar dengan vena
akan di tusuk untuk IV
•Masukan jarum dengan sudut 45⁰ atau
menggunakan sudut 90⁰ bagi orang gemuk untuk
SC
✓ Masukan obat perlahan-lahan
✓ Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti
saat dimasukan, sambil melakukan penekanan
dengan menggunakan kapas alkohol pada area
penusukan.
✓ Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa
steril yang diberikan betadine
✓ Kembalikan posisi klien
✓ Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan
✓ Buka sarung tangan+ handscoon
✓ Cuci tangan
✓ Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
5. EVALUASI
• Setelah pemberian obat perenteral. Periksa apakah
ada tanda-tanda menimbulkan alergi
• Evaluasi respon klien setelah obat diberikan
• Evaluasi pengetahuan klien tentang medikasi
6. DOKUMENTASI
• Mendokumentasikan melalui lembar dokumentasi
yang tersedia tentang: jenis medikasi parenteral yang
diberikan, waktu diberikannya, lamanya obat tersebut
menunjukkan hasil atau efek obat dan respons klien
7. SIKAP
• Melakukan tindakan dengan sistematis
• Komunikatif dengan klien
• Percaya diri
8. KOMUNIKASI
• Komunikasi sebelum, selama dan sesudah tindakan
BOBOT PENILAIAN:
Nilai 1 : Tidak dilakukan (25%)
Nilai 2 : Dilakukan salah (50%)
Nilai 3 : Dilakukan kurang tepat (75%)
Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna (100%)
• PERSIAPAN LINGKUNGAN
✓ Jaga Privasi klien
• PERSIAPAN KLIEN
✓ Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
✓ Beri klien posisi side-lying (lateral) dengan paha
bagian atas difleksikan
4 IMPLEMENTASI
• Cuci tangan
• Gunakan sarung tangan bersih
• Pasang pengalas
• Buka pakaian bawah klien. Buka area anal saja dan
tutupi area yang tidak diperlukan dengan selimut
• Observasi bagian anus bagian eksternal dan lakukan
palpasi rectal (K/P)
• Buka obat rectal supositoria dari pembungkusnya
• Lumasi sekeliling area obat rectal supositoria dengan
jelly. Jika diperlukan, lumasi juga jari telunjuk dan
ibu jari tangan dominan yang terpasang sarung tangan
• Minta klien untuk menarik nafas dalam dengan
perlahan dan merilekskan spingter anal
• Buka area anal dengan tangan non dominant
• Masukkan obat rectal supositoriadengan tangan
dominan dengan mantap dan lembut melewati
spingter internal dan dinding rectal sedalam 10 cm
(untuk dewasa) atau 5 cm (untuk anak-anak). Tahan
beberapa saat.
• Bersihkan area anal dan jari tangan dengan tissue
• Minta klien untuk berbaring selama 5 menit agar obat
tidak keluar dari rectal.
• Jika klien mendapat obat supositoria yang berisi
laksatif atau pencahar, minta klien untuk memanggil
perawat jika klien membutuhkan bantuan ke toilet
atau mebutuhkan bed pan
• Rapikan alat dan klien
• Lepaskan sarung tangan
• Cuci tangan
5. EVALUASI
• 5 menit setelah pemberian obat supositoria. Periksa
apakah obat benar-benar sudah masuk ke dalam
rectal dan tidak keluar lagi
• Evaluasi respon klien setelah obat dimasukkan
• Evaluais pengetahuan klien tentang medikasi
6. DOKUMENTASI
• Mendokumentasikan melalui lembar dokumentasi
yang tersedia tentang: jenis supositoria yang
diberikan, waktu diberikannya, lamanya obat tersebut
tertahan bila obat itu kemudian keluar lagi, hasil atau
efek obat dan respons klien
7. SIKAP
• Melakukan tindakan dengan sistematis
• Komunikatif dengan klien
• Percaya diri
8. KOMUNIKASI
• Komunikasi sebelum, selama dan sesudah tindakan
BOBOT PENILAIAN:
Nilai 1 : Tidak dilakukan (25%)
Nilai 2 : Dilakukan salah (50%)
Nilai 3 : Dilakukan kurang tepat (75%)
Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna (100%)
BAB 3
Total score
Signa
ture
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Mengidentifikasi masalah keperawatan/diagnosa keperawatan
berdasarkan SDKI yang terkait dengan prosedur pemeriksaan fisik atau
data yang didapat dari hasil pengkajian pada klien yang terkait dengan
prosedur perawatan luka post operasi.
3 PERENCANAAN
A. PERSIAPAN ALAT
• Set balutan steril berisi:
a. 1 set bak instrument steril atau sesuai kondisi
b. 1 pinset anatomi dan 1 pinset cirrugis
c. Gunting tajam untuk jaringan
d. Gunting tajam untuk lepas jahitan
e. Bengkok dan atau kom kecil/sedang
f. Kassa steril sesuai kebutuhan
• Kantong plastic untuk bahan yang kotor
• Waskom kecil/sedang/bengkok/tap resap air untuk menampung
cairan irigasi sesuai kebutuhan
• Plester/perekat
• Bandaging sesuai kebutuhan
• Dressing dalam kemasan atau obat luka dalam tempatnya
• Cairan fisiologis atau cairan pembersih luka
• Alcohol bila perlu
4 B. PERSIAPAN PASIEN
• Identifikasi resiko infeksi bagi pasien
• Identifikasi luka/drain
• Pengkajia insisi/bedah
• Kaji kebutuhan atau kelengkapan alat
• Identifikasi rencana perawatan dan atau pengobatan
• Menjelaskan prosedur
• Mengatur posisi pasien
• Mencuci tangan
5. IMPLEMENTASI
• Mendekatkan alat-alat untuk memudahkan kerja
• Membuka set balutan steril
• Mengenakan sarung tangan bersih
• Melepaskan balutan dan meletakkannya ke kantong plastic
• Melakukan identifikasi luka termasuk drainase dan keluaran
• Mengenakan sarung tangan steril
• Membersihkan luka dengan cairan fisiologis atau cairan
pembersih luka. Membersihkan luka dari arah luar ke dalam.
Membersihkan luka dengan pergerakan sirkular. Bila luka
terdapat drain bersihkan drain secara adekuat.
• Bila akan melepaskan jahitan, oleskan larutan antiseptic pada
permukaan jahitan luka.
• Bersihkan luka dengan cairan fisiologis
• Mengeringkan luka dengan kasa yang lembut dan steril
• Menempatkan obat luka atau dressing kemasan dan diplester
• Mengatur posisi pasien
• Merapikan alat
• Mencuci tangan
6 Evaluasi
• Evaluasi jumlah granulasi, atau derajat penyembuhan
• Evaluasi jumlah drainase dan warnanya, konsistensi dan bau
• Evaluasi adanya inflamasi
• Evaluasi derajat ketidaknyamanan yang berkaitan dengan insisi
atau tempat pemasangan drain
7. PENDOKUMENTASIAN
• Mencatat pengeluaran luka
• Mencatat hasil tindakan perawatan luka yang mencakup data
subjektif, objektif, analisa dan planning
8. KOMUNIKASI
• Menjelaskan prosedur dan kondisi luka sebelum dan sesudah
perawatan
• Berkomunikasi selama melakukan perawatan luka secara
efektif dan terapeutik
9 SIKAP
• Teliti
• Cermat
BOBOT PENILAIAN:
Nilai 1 : Tidak dilakukan (25%)
Nilai 2 : Dilakukan salah (50%)
Nilai 3 : Dilakukan kurang tepat (75%)
Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna (100%)
Pemeriksaan sensori; vibrasi, monofilaments test, test suhu.
Gangguan sirkulasi pada kaki
◼ Lambatnya pengisian kapiler/venous
❖ normal = 10 – 15 detik
❖ iskemik moderat = 15 – 25 detik
❖ iskemik berat = 25 – 40 detik
❖ iskemik sangat berat = lebih dari 40 detik
2 PERENCANAAN
• PERSIAPAN ALAT
✓ Wastafel / tempat cuci tangan dengan air mengalir
✓ Sabun cair antiseptik / handrub
✓ Handuk kering / tisu
• PERSIAPAN LINGKUNGAN
✓ Jaga privasi
✓ Lingkungan aman dan nyaman
3 IMPLEMENTASI
1. Tarik ke atas lengan baju (bila seragam berlengan
panjang), lepaskan perhiasan dan jam tangan.
2. Buka kran dan alirkan air.
3. Hindari percikan air ke baju.
4. Atur aliran air supaya tidak terlalu besar/ kecil.
5. Basahi tangan dan lengan bawah secara menyeluruh
di bawah air mengalir.
6. Berilah sabun/sabun antiseptik pada telapak tangan
dan gosokklah tangan sesuai prosedur pelaksanaan.
7. Telapak tangan dengan telapak tangan.
4 EVALUASI
• Tangan kering setelah mencuci tangan
5 SIKAP
• Melakukan tindakan dengan sistematis
• Percaya diri
BOBOT PENILAIAN:
Nilai 1 : Tidak dilakukan (25%)
Nilai 2 : Dilakukan salah (50%)
Nilai 3 : Dilakukan kurang tepat (75%)
Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna (100%)
• PERSIAPAN LINGKUNGAN
✓ Jaga Privasi klien
• PERSIAPAN KLIEN
✓ Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
✓ Periksa kembali fisik klien dan rencana perawatan
✓ Identifikasi klien dan kebutuhan
4 IMPLEMENTASI
• Mencuci tangan secara aseptik medik sebelum, selama
dan sesudah melakukan intervensi
• Memakai sarung tangan bersih
• Memakai Masker
1. Mencuci tangan
2. Cari ujung atas masker (masker biasanya mempunyai
lempengan logam tipis di sepanjang pinggirnya)
3. Pegang masker pada bagian atas kedua tali atau kait.
4. Talikan kedua tali atas secara pas dibelakang atas
kepala anda. Dengan tali di atas telinga anda
(alternative selipkan pengikat di masing-masing
telinga). Posisi tali di atas kepala memberikan ikatan
yang kuat.
5. Dengan lembut tekan bagian atas logam di atas
tonjolan hidung anda)
5. EVALUASI
• Evaluasi adanya tanda-tanda infeksi pada klien
• Evaluasi kenyamanan dan respon klien setelah
tindakan
6. DOKUMENTASI
• Mendokumentasikan melalui lembar dokumentasi
yang tersedia tentang: tanda-tanda infeksi dan respon
klien setelah tindakan
7. SIKAP
• Melakukan tindakan dengan sistematis
• Komunikatif dengan klien
• Percaya diri
8. KOMUNIKASI
• Komunikasi sebelum, selama dan sesudah tindakan
Jumlah yang didapat x 100
=
32
BOBOT PENILAIAN:
Nilai 1 : Tidak dilakukan (25%)
Nilai 2 : Dilakukan salah (50%)
Nilai 3 : Dilakukan kurang tepat (75%)
Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna (100%)
4 IMPLEMENTASI
✓ Sebelum menelpon dokter, perawat / bidan telah
melakukan pemeriksaan fisik, anamnesa (pengkajian) dan
membaca rekam medis pasien.
✓ Siapkan di dekat pesawat telepon : status pasien, buku
komunikasi dan pulpen.
✓ Tuliskan identitas dan kondisi pasien pada form buku
komunikasi pasien
✓ Setelah telepon tersambung, ucapkan salam.
✓ Laporkan kondisi pasien dengan menggunakan teknik
komunikasi SBAR
✓ (Situation, Background, Assessment, Recommendation).
✓ S : Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)
✓ Sebutkan nama dan umur pasien
✓ Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawatan yang
belum atau sudah teratasi/keluhan.
✓ B : Background (info penting yang berhubungan dengan
kondisi pasien
✓ terkini)
✓ Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons
pasien dari setiap diagnosis keperawatan
✓ Sebutkan data klinis pasein sesuai kebutuhan
✓ A : Assesment (hasil pengkajian dari kondisi pasien saat
ini)
✓ Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini
seperti tanda vital, skor nyeri, tingkat kesadaran dan lain
– lain.
✓ Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.
✓ R : Recommendation
✓ Rekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan
perlu dilanjutkan (refer to nursing care plan) termasuk
terapi obat-obatan atau pemeriksaan yang diperlukan.
✓ Perawat / bidan mencatat isi perintah yang diucapkan oleh
dokter pada buku komunikasi
✓ Konfirmasi ulang isi perintah yang sudah dituliskan
dengan
✓ membacakan ulang kepada pemberi perintah/dokter. Eja
ulang satu persatu hurufnya (dengan menggunakan
panduan ‘Phonetic Alphabetic) bila perintah
mengandung nama obat gologan LASA (look alike
sound alike) / NORUM (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip) dan obat High Alert. Phonetic Alphabetic, daftar
obat LASA / NORUM dan High Alert terlampir.
✓ Pindahkan data SBAR dan Instruksi dokter tersebut pada
buku status
✓ pasien dengan cara menulis tanggal dan jam saat melapor
kemudian mencantumkan kondisi pasien dengan teknik
SBAR.
✓ Telpon ulang pemberi perintah/dokter bila laporan belum
dibacakan
✓ ulang, dan belum konfirmasikan ulang isi perintah.
✓ Ucapkan terima kasih dan salam.
5. EVALUASI
• Evaluasi apakah terbina hubungan saling percaya
• Evaluasi apakah klien mengungkapkan
permasalahannya, cara mengatasi serta hasilnya
• Evaluasi alternative untuk mengatasi masalah
• Evaluasi perasaan klien untuk menyebutkan kembali
apa yang sudah di ajarkan perawat.
6. DOKUMENTASI
• Mendokumentasikan melalui lembar dokumentasi
yang tersedia tentang: respon klien terhadap
komunikasi yang dijalankan
7. SIKAP
• Melakukan tindakan dengan sistematis
• Komunikatif dengan klien
• Percaya diri
8. KOMUNIKASI
• Komunikasi sebelum, selama dan sesudah tindakan