Anda di halaman 1dari 17

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

HASIL OBSERVASI

“kondisi psikologis terhadap orang yang pernah terpapar covid-19”


Siti Lutfiah Khoirunnisa
Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas UIN Sunan Gunung Djati Bandung

stlutfiah.k@gmail.com

ABSTRAK

Pada Tahun 2019 terjadi wabah penyakit pertama kali yang muncul di Negeri
Wuhan China yang di sebut dengan covid-19 yang sekarang menjadi wabah
penyakit yang tersebar di seluruh Dunia termasuk di Indonesia, persebaran
covid-19 di Indonesia pada tanggal 24 Juni 2020 mencapai angka masyarakat
yang terpapar covid-19 sebanyak 49.009 orang. Angka ini semakin hari
semakin bertambah sejak diberlakukannya New normal, hal ini sepertinya
akan menambah kepanikan di kalangan masyarakat.

Dalam hal ini teori Client Centered bisa menjadi hal yang bisa mengurangi
kepanikan masyarakat sebab Client Centered adalah salah satu teori dalam
konseling yang berfokus pada klien untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
Kenapa penulis merekomendasikan teori tersebut. Dalam teori Client
Centered berasumsi bahwa Individu memiliki potensi untuk memahami apa
yang terjadi dalam hidupnya yang terkait dengan tekanan dan kecemasan yang
Ia rasakan.

Salah satu dampaknya ialah kehilangan nyawa, penurunan ekonomi,


terkendala aktivitas pendidikan, dan social Serta yang paling
mengkhawatirkan ialah dampak psikologis dan perubahan prilaku masyarakat.
Virus ini tidah hanya mempengaruhi kondisi fisik namun juga pada kesehatan
mental dan kualitas hidup dari pasien. Penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya adalah penelitian mengenai dampak COVID-19 terhadap mental
Kata Kunci : Covid , Client Centered , Mental , Psikologis

22Juni2022, Bandung. 1
Siti lutfiah khoirunnisa .

ABSTRACT

In 2019 there was the first disease outbreak that appeared in Wuhan China
which is called covid-19 which is now a disease outbreak spread throughout
the world, including in Indonesia, the spread of covid-19 in Indonesia on June
24, 2020 reached the number of people exposed to covid-19 as many as 49,009
people. This number is increasing day by day since the enactment of the New
Normal, this is likely to add to the panic among the people.

In this case, Client Centered theory can be something that can reduce public
panic because Client Centered is one of the theories in counseling that focuses
on clients to solve their own problems. Why the author recommends the theory.
In client-centered theory assumes that the Individual has the potential to
understand what happens in his life related to the stress and anxiety he feels.

educational, and social activities And the most worrying thing is the
psychological impact and changes in people's behavior. This virus does not
only affect the physical condition but also the mental health and quality of life
of the patient. Research that has been done previously is research on the
impact of COVID-19 on mental

Keywords: Covid, Client Centered, Mental, Psychological

2 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikologi BKI


kondisi psikologis terhadap orang yang pernah terpapar covid-19.

PENDAHULUAN

kondisi psikologis terhadap orang yang pernah terpapar covid-19.

Pandemi COVID-19 berdampak pada psikologis seorang individu. Dampak


psikologis dapat diartikan sebagai pengaruh yang dapat di lihat,atau sesuatu
yang akan terjadi di dalam diri seseorang baik itu hal yang positif maupun
negatif. Dampak psikologis saat ini banyak dialami oleh setiap individu,
khususnya pada pasien yang sudah pernah terkena COVID19 atau biasa
disebut pasien pasca COVID-19. Gejala dampak psikologis yang dirasakan
seperti adanya stress pasca trauma (post-traumatic stress disorder), terlalu
khawatir terkena infeksi kembali dan menginfeksi orang lain, susah tidur
(insomnia), dan perasaan tidak nyaman saat menjalani gaya hidup karantina
dirumah selama 2 minggu. Adapun dampak psikologis yang dirasakan pasien
pasca COVID-19 ini yaitu seperti cemas, depresi, dan stress. 1

Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya dampak psikologis tersebut


dikarenakan adanya stigma negatif dari masyarakat,diberlakukannya isolasi
sosial yang membuat individu tersebut tidak nyaman, dan gaya hidup karantina
yang diberlakukan secara ketat, serta ekonomi yang tidak stabil 2

Dampak psikologis yang dirasakan pasien pasca COVID-19 yang pertama


yaitu cemas. Menurut Annisa & Ifdil (2016) menyatakan bahwa cemas
merupakan suatu bentuk kondisi yang ditandai dengan rasa tegang,serta
pikiran yang membuat individu merasa khawatir atau cemas dan diikuti reaksi
fisik seperti detak jantung yang kencang, dan tekanan darah.

Macam-Macam Dampak Psikologis Pandemi COVID-19.

Dampak yang dirasakan oleh pasien pasca COVID-19 salah satunyayaitu


dampak psikologis. Dampak psikologis tersebut dipengaruhi oleh pikiran dan
perasaan individu tersebut dalam menjalani kehidupannya sebagai pasien yang
sudah pernah terkena COVID-19 selama pandemi ini. Berikut adalah
penjabaran mengenai dampak psikologis yang dialami pasien pasca

1
Agung, I. M. (2020). Memahami Pandemi COVID-19 Dalam Perspektif Psikologi Sosial.
Jurnal Psikobuletin: Buletin Ilmiah Psikologi, 1(2), 68-84).
2
Agustin, I. M., Nurlaila., Yuda, H. T., & Yulia. (2020). Pilot Study Kondisi .
Irsyad : Jurnal Psikologi BKI 3
Siti lutfiah khoirunnisa .

COVID193:

1.kecemasan (Anxiety)

Kecemasan identik dengan rasa takut atau khawatir tetapi belum spesifik,
sedangkan ketakutan’ merupakan suatu keadaan yang mengkhawatirkan jika
terdapat ancaman’langsung. Kecemasan’merupakan bentuk rasa khawatir
terhadap bahaya yang ada’ dimasa depan. Cemas juga merupakan’ suatu
kondisi perasaan emosi yang mempunyai gejala atau respon seperti’ jantung
berdetak kencang’, mudah berkeringat’, dan sulit bernafas.

Menurut Syamsu (dalam Annisa & Ifdil, 2016) cemas (Anxiety)adalah suatu
ketidakberdayaan yang dirasakan oleh individu atau masyarakat seperti
mempunyai rasa tidak aman, kesulitan dalam menghadapi kehidupan sehari-
hari, adanya tekanan, dan tidak mampu menghadapi tuntutan realitas yang ada.
Pendapat lain juga

mengemukakan bahwa kecemasan merupakan suatau keadaan yang memiliki


respon psikologis seperti perasaan yang kurang menyenangkan’, serta pikiran
yang menduga jika akan datang suatu hal yang buruk’ (Jeffrey, dalam Annisa
& Ifdil, 2016).

Dari berbagai definisi kecemasan (Anxiety) yang telah’ dijabarkan diatas,


dapat disimpulkan bahwa kecemasan’ merupakan tindakan atau perasaan tidak
nyaman yang ada pada diri’’seorang individu, dan merupakan’ perasaan
yang’belum jelas alasannya juga tidak berdaya’ atau tidak menentu’ karena
disebabkan oleh’hal-hal yang’ tidak jelas’ (Annisa & Ifdil, 2016).

Pada situasi pandemi seperti ini, banyak pasien pasca COVID-19 yang merasa
cemas serta khawatir terhadap kehidupan mereka. Hal ini dikarenakan semakin
meningkatnya angka kematian dari hari ke hari.

Tingkat kecemasan (Anxiety) masyarakat dalam menghadapi pandemi ini


berbeda-beda. Menurut Gail (dalam Annisa & Ifdil, 2020) tingkat kecemasan
ada 3 yaitu; cemas berat, cemas sedang, cemas ringan, dan’’tingkat panik’.
Cemas’(Anxiety) ringan dapat membuat individu menjadi was-was sehingga
dapat menaikkan atau memperluas lapang persepsinya’. Untuk cemas
(Anxiety) sedang’terjadi pada individu’yang memgutamakan hal

3
Psikologis Relawan Bencana COVID-19. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(2), 113-118.
4 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikologi BKI
kondisi psikologis terhadap orang yang pernah terpapar covid-19.
yang’dianggap penting’serta mengesampingkan’ hal lain’ sehingga dapat
menyempitkan persepsi individu’. Sedangkan cemas berat sangat memungkin
individu untuk memperkecil persepsi individu dikarenakan terlalu fokus
terhadap suatu hal sehingga tidak memperdulikan dan memikirkan hal lain.
Tingkat kecemasan berikutnya yaitu tingkat panik atau was-was, seseorang
yang selalu merasa panik, sulit untuk melakukan sesuatu walaupun dengan
arahan.4

2. Depresi

Depresi menurut Iyus (dalam Dirgayunita, 2016) adalah suatu bentuk masalah
atau gangguan jiwa yang ada pada pikiran dan perasaan manusia yang ditandai
dengan perasaan sedih dan murung, lesuh, kehilangan semangat hidup, tidak
bergairah, merasa tidak mempunyai kekuatan, merasa dirinya selalu salah dan
berbuat dosa, serta tidak bermanfaat bagi orang lain dan merasa putus asa.

Depresi juga merupakan suatu keadaan emosional yang biasanya ditunjukkan


dengan rasa sedih yang’ mendalam, perasaan tidak berguna juga merasa
bersalah menarik diri, tidak bisa tidur, hilangnya nafsu makan dan keinginan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Gerald, dalam Dirgayunita, 2016).

Berdasarkan’ berbagai definisi depresi yang sudah dijabarkan, maka


disimpulkan bahwa’ depresi merupakan suatu’ bentuk keadaan emosi yang’
dirasakan individu yang ditandai dengan adanya perasaan’ sedih, rasa bersalah,
kehilangan gairah hidup, putus asa, dan rasa menarik diri dari orang lain
ataupun lingkungannya.

Berdasarkan hasil’ survey penelitian yang dilaksanakan secara online dan


offline diperoleh hasil bahwa’ dampak psikologis pandemi COVID-19 paling
tinggi adalah tingkat depresi Tanda dan gejala depresi yang ditunjukkan
individu biasanya seperti gejala psikis, fisik, dan gejala sosial yang’ umumnya
bisa terjadi. Gejala fisik seperti gangguan pola tidur, menurunnya aktivitas,
sulit makan atau makan berlebihan, mudah lelah, dan sulit berkonsentrasi.
Untuk gejalapsikis yaitu seperti rasa sedih, putus asa, adanya rasa
bersalah,sensitive,dan kehilang rasa percaya diri.

4
Annisa, D. F., & Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia Lansia). Jurnal
Konselor, 5(2), 93-99.
Irsyad : Jurnal Psikologi BKI 5
Siti lutfiah khoirunnisa .

Sedangkan gejala socialmeliputi :

menurunnya aktifitas, tidak mempunyai motivasi atau dorongan untuk’


mengerjakan apa saja, serta tidak adanya harapan untuk hidup’atau
mempunyai hasrat bunuh diri’

Adapun faktor penyebab depresi yang dirasakan individu atau pasien pasca
COVID-19 sat ini yaitu seperti faktor biologi, factor psikologis’ atau
kepribadian, dan faktor sosial’ atau interaksi dengan orang lain. Faktor biologi
yaitu faktor yang disebabkan oleh perubahan hormon pada individu sehingga
menyebabkan gangguan mood dan terjadinya depresi.

3.Stres

Menurut Feldman’ (dalam Lio & Sembiring, 2019) stress merupakan suatu
proses yang menilai terjadinya suatu keadaan yang mengancam maupun
membahayakan seorang individu, dan individu’ tersebut ingin merespon
keadaan tadi dengan rasa emosional, kognitif’, fisiologis, dan’ tindakan.
Peristiwa’’stress dapat memunculkan’’ keadaan positif (seperti
merencanakan’perkawinan’)’dan negatif’ (seperti: kematian keluarga).
Peristiwa’ stress dapat dikatakan menekan (stressful event) atau tidak,
tergantung pada respon individu terhadap peristiwa tersebut’.

Bisa ditarik kesimpulan bahwa’ stress merupakan respon individu dalam


menyesuaikan diri dengan’ tuntutan-tuntutan yang’ berlangsung dan suatu
kejadian atau keadaan yang bersifat negatif sebagai sesuatu peristiwa yang
mengancam, yang bersumber dari ‘sistem biologis, psikologis dan social dari
seseorang'.’

Tanda dan gejala stres’ yang’ dialami pasien pasca COVID-19 yang disaat
masa pandemi COVID-19 ini, seperti; merasakan rasa takut dan khawatir yang
berlebihan sehingga tidak dapat berpikir secara rasional, berpikir yang negatif
kepada diri sendiri dan merasa tersinggung dengan’ stigma orang lain kepada
dirinya, mencari’ informasi berita COVID-19 yang berlebihan, hingga tidak’
bisa memilih’ antara informasi yang’ fakta dan’ tidak akurat, sehingga bisa
menimbulkan rasa cemas yang membuat seorang individu mengalami sulit dan
susah tidur, kepala terasa sakit, dan sakit fisik lainnya.

Adapun faktor-faktor penyebab stress yang dirasakan pasien pasca COVID-19


saat ini ada 3, yaitu frustasi, konflik, dan kecemasan. Frustasi yang dimaksud
6 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikologi BKI
kondisi psikologis terhadap orang yang pernah terpapar covid-19.
adalah kenyataan yang ada tidak sesuai dengan impian yang diinginkan,
kondisi seperti itu sangat mungkin dirasakan oleh’seluruh pasien pasca
COVID-19, karena dalam kondisi karantina atau isolasi diri pasca COVID-19
ini semua dilakukan serba terbatas,sebagai dampak dari diberlakukannya
social distancing.

Faktor yang kedua yaitu konflik, konflik selama pandemi ini membuat adanya
perselisihan antara dua kepentingan ataupun lebih’ yang bisa membuat orang
merasakan kecemasan, contohnya pada pasien atau individu yang bekerja,
apakah individu tersebut harus WFH atau WFO, keduanya’ sangat dapat
mengakibatkan permasalahan.

Faktor yang ketiga yaitu kecemasan, yang merupakan perpaduan antara


konflik dan frustrasi’, yang bisa menimbulkan kecemasan, keadaan inilah yang
ditemui dalam beberapa kasus penyebab stress’. Salah satu contoh’ dari
timbulnya’ stress yaitu, individu atau pasien pasca COVID-19 yang
merupakan tulang punggung keluarga disertai dengan pekerjaannya yang tidak
tetap, tentu akan merasa tertekan dalam menghadapi kesehariannya yang akan
berakibat munculnya stress 5

LANDASAN TEORITIS

Pendekatan Client Centered Therapy dalam layanan Bimbingan dan


Konseling pada masa pandemic covid-19.

Pendekatan konseling client centered menekankan pada kecakapan klien untuk


menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya.
Konsep pokok yang mendasari adalah hal yang menyangkut konsep-konsep
mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori kepribadian,dan hakekat kecemasan.
Menurut Roger konsep inti konseling berpusat pada klien adalah konsep
tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan diri.6

Terapi berpusat pada klien (Client Centered Teraphy) merupakan salah satu
teknik alternatif dalam praktik pekerjaan sosial, terutama bagi terapis yang
tidak begitu menguasai secara baik beberapa teori dan praktik pekerjaan sosial,
walaupun begitu bukan berarti tanpa tantangan dan keahlian yang spesific.

5
Chamberlain et al,. (2021). Post-traumatic Stress Disorder Symptoms in.
6
Firda, E., & Atikah, J. F. (2020). Layanan bimbingan dan konseling ditengah pandemi
COVID-19. PD ABKIN JATIM Open Journal System, 1(1), 490–494.
https://doi.org/https://doi.org/10.1234/pdabkin.v1i1.77
Irsyad : Jurnal Psikologi BKI 7
Siti lutfiah khoirunnisa .

Beberapa teori dan praktik pekerjaan yang bersifat dasar tetap menjadi
kebutuhan mutlak dalam teknik terapi ini. Tulisan ini akan berusaha
menjelaskan tentang latarbelakang historis terapi client centered, beberapa
asumsi dasar, prinsip, tujuan dan teknik serta proses terapi client centered. 7

Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk menyelesaikan


masalahnya sendiri namun banyak yang tidak mengetahui apa yang akan
dilakukan, fenomena ini menjadi peran penting bagi konselor dalam
memberikan penanganan terkait hal tersebut apalagi pada kondisi sekarang
yang tidak memungkinkan untuk berfikir secara rasional. Manusia juga
dikatakan sebagai fitrah atau suci. Fitrah dalam psikologi beranggapan bahwa
sesuatu yang netral pada jiwa atau sesuai kata hati dan tidak terikat serta
tertahan oleh keinginan atau keperluan duniawi dan berlapang dada serta hati
yang tentram dan tenang, fitrah menurut psikologi hanya punya satu tujuan
yaitu selalu ingin kembali kepada Tuhan Penciptanya8

7
Azzahra, D. R., Septyanti, R. N., & Yuliani, W. (2019). Pengaruh clien-centered therapy.
Fokus, 2(1), 30–36. https://journal.ikipsiliwangi.ac.id/index.php/fokus/article/view/4174
8
Chasanah, K. R. N., Hidayati, A., & Maynawati, A. F. R. N. (2020). Peran konseling client
centered dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa. Advice: Jurnal Bimbingan Dan
Konseling, 2(1), 92–102. https://doi.org/https://doi.org/10.32585/advice.v2i1.710
8 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikologi BKI
kondisi psikologis terhadap orang yang pernah terpapar covid-19.
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Biografi Narasumber .

1.Biografi Narasumber 1 (Laki-Laki)

Irsyad : Jurnal Psikologi BKI 9


Siti lutfiah khoirunnisa .

2.Biografi Narasumber 2 (Prempuan)

B.Hasil Wawancara.

Penyebaran Pandemi COVID-19 secara cepat dan luas mengakibat perubahan


signifikan pada segala aspek kehidupan masyarakat. Pandemi psikologi
COVID-19 yang menyebabkan perubahan pikiran,perilaku dan aktivitas serta
ketakutan, kecemasan dan kepanikan secara cepat di seluruh dunia.

Terapi berpusat pada klien (Client Centered Teraphy) merupakan salah satu
teknik alternatif dalam praktik pekerjaan sosial, terutama bagi terapis yang

10 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikologi BKI


kondisi psikologis terhadap orang yang pernah terpapar covid-19.
tidak begitu menguasai secara baik beberapa teori dan praktik pekerjaan sosial,
walaupun begitu bukan berarti tanpa tantangan dan keahlian yang spesific.
Beberapa teori dan praktik pekerjaan yang bersifat dasar tetap menjadi
kebutuhan mutlak dalam teknik terapi ini. Tulisan ini akan berusaha
menjelaskan tentang latarbelakang historis terapi client centered, beberapa
asumsi dasar, prinsip, tujuan dan teknik serta proses terapi client centered.

C.Hasil Observasi (Wawancara)

1.Pertanyaan yang diajukan kepada narasumber .

1.Apa yang anda pikiran setelah mengetahui bahwa anda ternyata terpapar
covid-19 ini ?

2.Apakah ada perubahan prilaku setelah anda didiagnosa covid-19 lalu hal apa
yang dirasakan oleh anda bahwa anda mengalami perubahan sikap atau prilaku
tersebut ?

3.Aktivitas apakah yang anda lakukan saat didiagnosa covid-19 terutama saat
melakukan isolasi ?

4.Lantas bagaimanakah perasaan anda sebelum dan setelah mengetahui bahwa


anda terdiagnosa covid-19 ?

2.Lampiran tanya jawab narasumber (wawancara).

NO NAMA JENIS KELAMIN JAWABAN NARASUMBER

1 Raqi Firmansyah Laki-Laki 1.”Yang saya pikirkan ketika saya


mengetahui bahwa saya ternyata
positif covid-19 yang pasti saya
kaget , takut , dan sedih karena ya
saya pasti melakukan isolasi yang
jangka waktunya menurut saya
lama karena saya termasuk orang
yang lebih senang diam diluar dari
pada dirumah atau di ruangan-
ruangan yang menurut saya
membuat jenuh namun apa boleh
buat saya sudah dinyatakan positif
yang dimana harus mengikuti
Irsyad : Jurnal Psikologi BKI 11
Siti lutfiah khoirunnisa .

peraturan yang sudah ditentukan


agar tidak semakin menyebar covid-
19 ini “.

2.”Yang pasti perubahan prilaku


yang saya rasakan ketika saya saya
dinyatakan positif yaitu banyak
takutnya siih seperti “gimana ya
kalau orang lain tahu saya positif
lalu mereka malah menjauh karena
mengetahui saya sudah terpapar
virus ini apakah saya akan dijauhi
atau sebagainya “ lalu perubahan
sikap selanjutnya yang saya rasakan
yaitu karena saya bias dilang
orangnya sangat-sangat ekstrovert
ya dan semenjak saya di isolasi saya
ngerasa jadi manusia introvert yang
lebih menutup diri karena yang saya
tadi bilang ketika orang lain tahu
saya takut mereka takut dekat saya
.”

3.”Untuk aktivitas yang saya


lakukan saat isolasi mungkin pola
hidup saya menjadi lebih sehat baik
itu fisik ataupun seperti menjaga
makanan dan lain-lainnya , aktivitas
lainnya mungkin membaca,menulis
tidur dan melakukan hal-hal lainnya
agar tidak bosan “

4.”Perasaan sebelum dan sesudah


terkena covid-19 yang pasti
sebelumnya jujur ya saya merasa
tertekan karena banyak diemnya ya
bosen gitu dan setelah saya
dinyatakan negative yang pasti
senang dan tak berhenti

12 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikologi BKI


kondisi psikologis terhadap orang yang pernah terpapar covid-19.
mengucapkan syukur karena saya
dapat menghirup kembali udara luar
yang teramat saya rindukan saat
itu.”

2 Afina Nafila Perempuan 1.”Waktu itu juju raja ya saya kaget


dong saat tau kalau saya terkena
covid-19 karena waktu itu saya
termasuk orang yang terpapar
covid-19 namun dengan gejala yang
sangat ringan ya saya fikir saya
cuma flu atau batuk biasa semacam
Cuma engga enak badan biasa pas
di cek taunya saya positif yang pasti
yang ada dalam pikiran saya saat itu
kaget,gundah,takut dan lain-lainnya
tapi ya mau gimana lagi mau tidak
mau saya harus isolasi.”

2.”Untuk perubahan perilaku


mungkin jadi banyak takutnya sih
kaya sering overthingking takut
inilah takut itulah terus perubahan
lainnya lebih kaya membatasi kalau
komunikasi sama seseorang paling
itu aja si .”

3.”Mungkin untuk aktivitas yang


saya lakukan pada saat itu kaya
ngelakuin hal apa aja gitu supaya
gak bosen terus-terussan di kamar
kaya nonton terus ngerjain-ngerjain
tugas lebih awal kaya kadang baca-
baca buku atau novel ya pokoknya
ngelakuin segala aktivitas dikamar
biar gak bosen dan jenuh .”

4.”Perasaannya yang pasti seneng


banget dan bersyukur banget setelah
tau udah bisa melakukan aktivitas
sebagaimana semestinya kembali
Irsyad : Jurnal Psikologi BKI 13
Siti lutfiah khoirunnisa .

meski covid-19 waktu itu masih ada


dengan protokol kesehatan yang
ketat saat itu seenganya kaya bisa
menginjakan kaki diluar dan lain
sebagainya karena kan sebelumnya
bener-bener jenuh dan kesepian
karena kaya apa-apa sendiri .”

3.Lampiran Dokumentasi Narasumber.

NO NAMA HASIL DOKUMENTASI

1 Raqi Firmansyah

14 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikologi BKI


kondisi psikologis terhadap orang yang pernah terpapar covid-19.

2 Afina Nafila

Irsyad : Jurnal Psikologi BKI 15


Siti lutfiah khoirunnisa .

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan dampak COVID-19 terhadap


psikologis, sosial dan ekonomi terhadap orang yang pernah terpapar covid-19
dampak COVID-19 terhadap psikologis pasien yaitu pasien mengalami
penurunan motivasi, terkejut, sedih, tertekan, insomnia, trauma hingga
membutuhkan dukungan motivasi dari aspek tertentu seperti keluarga dan
teman sesama pasien.

Penyebaran Pandemi COVID-19 secara cepat dan luas mengakibat perubahan


signifikan pada segala aspek kehidupan masyarakat. Pandemi psikologi
COVID-19 telah “menyebarkan” ketakutan, kecemasan dan kepanikan secara
cepat di seluruh dunia. Ada beberapa dinamika psikologi pandemic COVID-
19 yang menjadi perhatian dalam perspektif psikologi sosial, yaitu pengolahan
informasi dan bias kognisi, perubahan emosi dan perilaku, serta perngaruh
sosial dan konformitas.

Dinamika psikologi itu tidak lepas dari interaksi antara karakteristik personal
(kepribadian, nilai, pengatahuan), situasi (budaya, norma, agama), dan
kebijakan pemerintah dalam menangani pandemic COVID-19. Memahami
dinamika social psikologis pandemi COVID-19 membantu kita untuk
bagiamana berpikir, bersikap dan berperilaku, serta memberikan masukan .

Terapi berpusat pada klien (Client Centered Teraphy) merupakan salah satu
teknik alternatif dalam praktik pekerjaan sosial, terutama bagi terapis yang
tidak begitu menguasai secara baik beberapa teori dan praktik pekerjaan sosial,
walaupun begitu bukan berarti tanpa tantangan dan keahlian yang spesific.
Beberapa teori dan praktik pekerjaan yang bersifat dasar tetap menjadi
kebutuhan mutlak dalam teknik terapi ini. Tulisan ini akan berusaha
menjelaskan tentang latarbelakang historis terapi client centered, beberapa
asumsi dasar, prinsip, tujuan dan teknik serta proses terapi client centered.

Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk menyelesaikan


masalahnya sendiri namun banyak yang tidak mengetahui apa yang akan
dilakukan, fenomena ini menjadi peran penting bagi konselor dalam
memberikan penanganan terkait hal tersebut. Fitrah dalam psikologi
beranggapan bahwa sesuatu yang netral pada jiwa atau sesuai kata hati dan
tidak terikat serta tertahan oleh keinginan atau keperluan duniawi dan
berlapang dada serta hati yang tentram dan tenang, fitrah menurut psikologi
hanya punya satu tujuan yaitu selalu ingin kembali kepada Tuhan Penciptanya
16 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikologi BKI
kondisi psikologis terhadap orang yang pernah terpapar covid-19.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, I. M. (2020). Memahami Pandemi COVID-19 Dalam Perspektif
Psikologi Sosial. Jurnal Psikobuletin: Buletin Ilmiah Psikologi, 1(2), 68-84).
Agustin, I. M., Nurlaila., Yuda, H. T., & Yulia. (2020). Pilot Study Kondisi .
Psikologis Relawan Bencana COVID-19. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(2),
113-118.
Annisa, D. F., & Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia
Lansia). Jurnal Konselor, 5(2), 93-99.
Chamberlain et al,. (2021). Post-traumatic Stress Disorder Symptoms in.
Firda, E., & Atikah, J. F. (2020). Layanan bimbingan dan konseling ditengah
pandemi COVID-19. PD ABKIN JATIM Open Journal System, 1(1), 490–494.
https://doi.org/https://doi.org/10.1234/pdabkin.v1i1.
Azzahra, D. R., Septyanti, R. N., & Yuliani, W. (2019). Pengaruh clien-centered
therapy. Fokus, 2(1), 30–36.
https://journal.ikipsiliwangi.ac.id/index.php/fokus/article/view/
Chasanah, K. R. N., Hidayati, A., & Maynawati, A. F. R. N. (2020). Peran
konseling client centered dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa. Advice:
Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 2(1), 92–102.
https://doi.org/https://doi.org/10.32585/advice.v2i1.

Irsyad : Jurnal Psikologi BKI 17

Anda mungkin juga menyukai