HASIL OBSERVASI
stlutfiah.k@gmail.com
ABSTRAK
Pada Tahun 2019 terjadi wabah penyakit pertama kali yang muncul di Negeri
Wuhan China yang di sebut dengan covid-19 yang sekarang menjadi wabah
penyakit yang tersebar di seluruh Dunia termasuk di Indonesia, persebaran
covid-19 di Indonesia pada tanggal 24 Juni 2020 mencapai angka masyarakat
yang terpapar covid-19 sebanyak 49.009 orang. Angka ini semakin hari
semakin bertambah sejak diberlakukannya New normal, hal ini sepertinya
akan menambah kepanikan di kalangan masyarakat.
Dalam hal ini teori Client Centered bisa menjadi hal yang bisa mengurangi
kepanikan masyarakat sebab Client Centered adalah salah satu teori dalam
konseling yang berfokus pada klien untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
Kenapa penulis merekomendasikan teori tersebut. Dalam teori Client
Centered berasumsi bahwa Individu memiliki potensi untuk memahami apa
yang terjadi dalam hidupnya yang terkait dengan tekanan dan kecemasan yang
Ia rasakan.
22Juni2022, Bandung. 1
Siti lutfiah khoirunnisa .
ABSTRACT
In 2019 there was the first disease outbreak that appeared in Wuhan China
which is called covid-19 which is now a disease outbreak spread throughout
the world, including in Indonesia, the spread of covid-19 in Indonesia on June
24, 2020 reached the number of people exposed to covid-19 as many as 49,009
people. This number is increasing day by day since the enactment of the New
Normal, this is likely to add to the panic among the people.
In this case, Client Centered theory can be something that can reduce public
panic because Client Centered is one of the theories in counseling that focuses
on clients to solve their own problems. Why the author recommends the theory.
In client-centered theory assumes that the Individual has the potential to
understand what happens in his life related to the stress and anxiety he feels.
educational, and social activities And the most worrying thing is the
psychological impact and changes in people's behavior. This virus does not
only affect the physical condition but also the mental health and quality of life
of the patient. Research that has been done previously is research on the
impact of COVID-19 on mental
PENDAHULUAN
1
Agung, I. M. (2020). Memahami Pandemi COVID-19 Dalam Perspektif Psikologi Sosial.
Jurnal Psikobuletin: Buletin Ilmiah Psikologi, 1(2), 68-84).
2
Agustin, I. M., Nurlaila., Yuda, H. T., & Yulia. (2020). Pilot Study Kondisi .
Irsyad : Jurnal Psikologi BKI 3
Siti lutfiah khoirunnisa .
COVID193:
1.kecemasan (Anxiety)
Kecemasan identik dengan rasa takut atau khawatir tetapi belum spesifik,
sedangkan ketakutan’ merupakan suatu keadaan yang mengkhawatirkan jika
terdapat ancaman’langsung. Kecemasan’merupakan bentuk rasa khawatir
terhadap bahaya yang ada’ dimasa depan. Cemas juga merupakan’ suatu
kondisi perasaan emosi yang mempunyai gejala atau respon seperti’ jantung
berdetak kencang’, mudah berkeringat’, dan sulit bernafas.
Menurut Syamsu (dalam Annisa & Ifdil, 2016) cemas (Anxiety)adalah suatu
ketidakberdayaan yang dirasakan oleh individu atau masyarakat seperti
mempunyai rasa tidak aman, kesulitan dalam menghadapi kehidupan sehari-
hari, adanya tekanan, dan tidak mampu menghadapi tuntutan realitas yang ada.
Pendapat lain juga
Pada situasi pandemi seperti ini, banyak pasien pasca COVID-19 yang merasa
cemas serta khawatir terhadap kehidupan mereka. Hal ini dikarenakan semakin
meningkatnya angka kematian dari hari ke hari.
3
Psikologis Relawan Bencana COVID-19. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(2), 113-118.
4 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikologi BKI
kondisi psikologis terhadap orang yang pernah terpapar covid-19.
yang’dianggap penting’serta mengesampingkan’ hal lain’ sehingga dapat
menyempitkan persepsi individu’. Sedangkan cemas berat sangat memungkin
individu untuk memperkecil persepsi individu dikarenakan terlalu fokus
terhadap suatu hal sehingga tidak memperdulikan dan memikirkan hal lain.
Tingkat kecemasan berikutnya yaitu tingkat panik atau was-was, seseorang
yang selalu merasa panik, sulit untuk melakukan sesuatu walaupun dengan
arahan.4
2. Depresi
Depresi menurut Iyus (dalam Dirgayunita, 2016) adalah suatu bentuk masalah
atau gangguan jiwa yang ada pada pikiran dan perasaan manusia yang ditandai
dengan perasaan sedih dan murung, lesuh, kehilangan semangat hidup, tidak
bergairah, merasa tidak mempunyai kekuatan, merasa dirinya selalu salah dan
berbuat dosa, serta tidak bermanfaat bagi orang lain dan merasa putus asa.
4
Annisa, D. F., & Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia Lansia). Jurnal
Konselor, 5(2), 93-99.
Irsyad : Jurnal Psikologi BKI 5
Siti lutfiah khoirunnisa .
Adapun faktor penyebab depresi yang dirasakan individu atau pasien pasca
COVID-19 sat ini yaitu seperti faktor biologi, factor psikologis’ atau
kepribadian, dan faktor sosial’ atau interaksi dengan orang lain. Faktor biologi
yaitu faktor yang disebabkan oleh perubahan hormon pada individu sehingga
menyebabkan gangguan mood dan terjadinya depresi.
3.Stres
Menurut Feldman’ (dalam Lio & Sembiring, 2019) stress merupakan suatu
proses yang menilai terjadinya suatu keadaan yang mengancam maupun
membahayakan seorang individu, dan individu’ tersebut ingin merespon
keadaan tadi dengan rasa emosional, kognitif’, fisiologis, dan’ tindakan.
Peristiwa’’stress dapat memunculkan’’ keadaan positif (seperti
merencanakan’perkawinan’)’dan negatif’ (seperti: kematian keluarga).
Peristiwa’ stress dapat dikatakan menekan (stressful event) atau tidak,
tergantung pada respon individu terhadap peristiwa tersebut’.
Tanda dan gejala stres’ yang’ dialami pasien pasca COVID-19 yang disaat
masa pandemi COVID-19 ini, seperti; merasakan rasa takut dan khawatir yang
berlebihan sehingga tidak dapat berpikir secara rasional, berpikir yang negatif
kepada diri sendiri dan merasa tersinggung dengan’ stigma orang lain kepada
dirinya, mencari’ informasi berita COVID-19 yang berlebihan, hingga tidak’
bisa memilih’ antara informasi yang’ fakta dan’ tidak akurat, sehingga bisa
menimbulkan rasa cemas yang membuat seorang individu mengalami sulit dan
susah tidur, kepala terasa sakit, dan sakit fisik lainnya.
Faktor yang kedua yaitu konflik, konflik selama pandemi ini membuat adanya
perselisihan antara dua kepentingan ataupun lebih’ yang bisa membuat orang
merasakan kecemasan, contohnya pada pasien atau individu yang bekerja,
apakah individu tersebut harus WFH atau WFO, keduanya’ sangat dapat
mengakibatkan permasalahan.
LANDASAN TEORITIS
Terapi berpusat pada klien (Client Centered Teraphy) merupakan salah satu
teknik alternatif dalam praktik pekerjaan sosial, terutama bagi terapis yang
tidak begitu menguasai secara baik beberapa teori dan praktik pekerjaan sosial,
walaupun begitu bukan berarti tanpa tantangan dan keahlian yang spesific.
5
Chamberlain et al,. (2021). Post-traumatic Stress Disorder Symptoms in.
6
Firda, E., & Atikah, J. F. (2020). Layanan bimbingan dan konseling ditengah pandemi
COVID-19. PD ABKIN JATIM Open Journal System, 1(1), 490–494.
https://doi.org/https://doi.org/10.1234/pdabkin.v1i1.77
Irsyad : Jurnal Psikologi BKI 7
Siti lutfiah khoirunnisa .
Beberapa teori dan praktik pekerjaan yang bersifat dasar tetap menjadi
kebutuhan mutlak dalam teknik terapi ini. Tulisan ini akan berusaha
menjelaskan tentang latarbelakang historis terapi client centered, beberapa
asumsi dasar, prinsip, tujuan dan teknik serta proses terapi client centered. 7
7
Azzahra, D. R., Septyanti, R. N., & Yuliani, W. (2019). Pengaruh clien-centered therapy.
Fokus, 2(1), 30–36. https://journal.ikipsiliwangi.ac.id/index.php/fokus/article/view/4174
8
Chasanah, K. R. N., Hidayati, A., & Maynawati, A. F. R. N. (2020). Peran konseling client
centered dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa. Advice: Jurnal Bimbingan Dan
Konseling, 2(1), 92–102. https://doi.org/https://doi.org/10.32585/advice.v2i1.710
8 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikologi BKI
kondisi psikologis terhadap orang yang pernah terpapar covid-19.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Biografi Narasumber .
B.Hasil Wawancara.
Terapi berpusat pada klien (Client Centered Teraphy) merupakan salah satu
teknik alternatif dalam praktik pekerjaan sosial, terutama bagi terapis yang
1.Apa yang anda pikiran setelah mengetahui bahwa anda ternyata terpapar
covid-19 ini ?
2.Apakah ada perubahan prilaku setelah anda didiagnosa covid-19 lalu hal apa
yang dirasakan oleh anda bahwa anda mengalami perubahan sikap atau prilaku
tersebut ?
3.Aktivitas apakah yang anda lakukan saat didiagnosa covid-19 terutama saat
melakukan isolasi ?
1 Raqi Firmansyah
2 Afina Nafila
PENUTUP
Dinamika psikologi itu tidak lepas dari interaksi antara karakteristik personal
(kepribadian, nilai, pengatahuan), situasi (budaya, norma, agama), dan
kebijakan pemerintah dalam menangani pandemic COVID-19. Memahami
dinamika social psikologis pandemi COVID-19 membantu kita untuk
bagiamana berpikir, bersikap dan berperilaku, serta memberikan masukan .
Terapi berpusat pada klien (Client Centered Teraphy) merupakan salah satu
teknik alternatif dalam praktik pekerjaan sosial, terutama bagi terapis yang
tidak begitu menguasai secara baik beberapa teori dan praktik pekerjaan sosial,
walaupun begitu bukan berarti tanpa tantangan dan keahlian yang spesific.
Beberapa teori dan praktik pekerjaan yang bersifat dasar tetap menjadi
kebutuhan mutlak dalam teknik terapi ini. Tulisan ini akan berusaha
menjelaskan tentang latarbelakang historis terapi client centered, beberapa
asumsi dasar, prinsip, tujuan dan teknik serta proses terapi client centered.