Anda di halaman 1dari 9

KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP

KESEHATAN MENTAL PADA MASYARAKAT YANG


TERPAPAR COVID-19 DI PEKANBARU

JURNAL PENELITIAN

NAMA KELOMPOK
Elviola Nur Amalia 190501116
R. Restira Supriyani 190501127

Rahmanita Rosida 190501106

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Maraknya virus covid-19 membuat seluruh dunia gempar salah satunya


indonesia. Penyebaran virus covid-19 yang sangat cepat mengakibatkan Indonesia
harus merasakannya. Pada awal tahun 2020, kasus pertama covid-19 ditemukan di
Indonesia. Selain itu, banyaknya kasus pasien positif covid-19 ditemukan di sejumlah
daerah. Seiring berjalannya waktu, semakin bertambahnya jumlah pasien yang
dinyatakan positif terkena covid-19, membuat banyak masyarakat merasa cemas dan
melakukan banyak tindakan untuk menghindari diri agar tidak terkena covid-19. Salah
satunya yaitu dengan tidak berkontak fisik secara langsung dengan para pasien yang
terkena covid-19 dan melakukan jaga jarak atau yang biasa disebut social distancing.

Mirisnya tidak sedikit masyarakat yang salah mengartikan aturan tersebut.


Adanya aturan tersebut membuat beberapa masyarakat yang cemas untuk benar-benar
menjauhkan diri dengan pasien terpapar covid baik itu dari pihak keluarga, teman, atau
bahkan tetangga tanpa ingin berkomunikasi terhadap mereka. Hal ini tentu membuat
para pasien yang terpapar covid yang dijauhkan atau dikucilkan akan stress, sehingga
bukan hanya sakit secara fisik akibat covid tetapi juga sakit secara mental. Tidak dapat
dipungkiri bahwa komunikasi sangat berdampak pada Kesehatan salah satunya
komunikasi interpersonal.

Komunikasi interpersonal sendiri merupakan komunikasi yang terjadi antara


seorang individu dengan dua orang atau lebih. Mulyana (2000:73) menjelaskan
komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang yang bertatap muka,
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik
secara verbal atau non verbal. Di dalam komunikasi interpersonal yang terpenting
adalah bukan intensitas dalam berkomunikasi namun bagaimana komunikasi itu
terjalin. Bagaimana komunikasi itu dapat berjalan dengan baik maka perlu adanya
faktor-faktor pendukung. Rakhmat (2007) menyebutkan ada beberapa faktor yang
menumbuhkan hubungan interpersonal salah satunya adalah sikap suportif. Sikap
suportif seperti inilah yang dapat memberikan dampak kepada Kesehatan.
Keterkaitan diantara keduanya dapat terlihat pada kasus yang sudah pernah
terjadi di Indonesia khususnya pada pasien positif covid-19. Dimana, mereka yang
terkena covid dikucilkan dari lingkungan disekitarnya. ‘Dijauhkan’ disini adalah
dimana pasien terpapar covid harus kehilangan kepedulian orang-orang disekitar
disaat diri harus menjalankan masa karantina untuk menyembuhkan diri dari virus
covid. Sehingga hal ini sangat berpengaruh pada Kesehatan mental individu dimana
akan merasa lebih terasingkan dan berfikir bahwa dirinya tidak memiliki support
system apapun dari orang-orang disekitar. Pada dasarnya pasien yang terpapar covid-
19 selain membutuhkan vitamin untuk pemulihan, tetapi juga dukungan semangat dari
orang- orang disekitarnya. Baik itu secara verbal maupun sebaliknya.

Jika hal itu terjadi beberapa akibat yang sangat jelas akan terjadi diantaranya
stress, gangguan mental, bahkan berujung meninggal dunia. Karea seperti yang
diketahui bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri
dan memerlukan manusia lainnya dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya.
Dengan adanya komunikasi interpersonal, setidaknya dapat menjadi salah satu usaha
untuk memberikan dampak positif dalam Kesehatan.

Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk melalukan penelitian


dengan judul “Komunikasi Interpersonal Kesehatan Mental Masyarakat yang Terpapar
Covid-19”.

1.2. Rumusan Penelitian


1. Apa yang dimaksud komunikasi interpersonal?
2. Apa yang dimaksud dengan kesehatan mental?
3. Apa saja yang mempengaruhi kesehatan mental terhadap masyarakat yang terpapar
covid-19?
4. Bagaimana solusi mereka yang memiliki gangguan kesehatan mental bagi
masyarakat yang terpapar covid-19?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa itu komunikasi interpersonal
2. Untuk mengetahui apa itu kesehatan mental
3. Untuk mengetahui hal apa saja yang mempengaruhi kesehatan mental terhadap
masyarakat yang terpapar civid-19.

4. Untuk mengetahui solusi atau cara mengatasi mereka yang memiliki gangguan
kesehatan mental bagi masyarakat yang terpapar covid-19

1.4. Manfaat Penelitian


1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong perkembangan ilmu komunikasi
khususnya komunikasi interpersonal dalam kesehatan.
2. Dapat memperkaya ilmu bagi para pembaca, mengenai komunikasi interpersonal
dalam bidang kesehatan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Komunikasi


Komunikasi secara etimologis atau menurut kata asalnya berasal dari bahasa
latin yaitu yang berarti communication, yang berarti sama makna mengenai suatu hal.
Jadi, berlangsungnya proses komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan mengenai
hal-hal yang dikomunikasikan ataupun kepentingan tertentu. Komunikasi dapat
berlangsung apabila ada pesan yang akan disampaikan dan terdapat pula umpan balik
dari penerima pesan yang dapat diterima langsung oleh penyampai pesan.
Komunikasi adalah informasi yang disampaikan dari satu tempat lain dengan
pemindahan informasi, ide, emosi, keterampilan dan lain-lain dengan menggunakan
simbol seperti kata, figur, grafik serta memberi, meyakinkan ucapan dan tulisan.
Komunikasi adalah “Proses atau tindakan menyampaikan pesan (message)
dari pengirim (sender) ke penerima (Receiver), melalui suatu medium (channel) yang
biasa mengalami gangguan (noise). Dalam definisi ini, komunikasi haruslah bersifat
intentional (disengaja) serta membawa perubahan.”

2.2 Komunikasi Interpersonal


Komunikasi interpersonal dikatakan sebagai komunikasi antara orang-orang
secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang
lain secara langsung, baik verbal maupun non verbal.
Komunikasi interpersonal juga berperan dalam hubungan untuk saling
mengubah dan saling mengembangkan. Dan perubahan hubungan tersebut melalui
interaksi dalam komunikasi, pihak-pihak yang terlibat untuk memberi inspirasi,
semangat, dan dorongan agar dapat merubah pemikiran, perasaan, dan sikap sesuai
dengan topik yang dikaji bersama.
Hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri dari dua orang atau
lebih yang saling tergantung satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang
konsisten. Sedangkan menurut Enjang, hubungan interpersonal adalah komunikasi
antar orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap peserta menangkap
langsung baik secara verbal maupun secara tatap muka, interaksi verbal.
Jadi yang dimaksud dengan hubungan interpersonal adalah hubungan diluar
diri, yaitu dengan lingkungan sekitar. Hubungan interpersonal bukan hanya
menyampaikan isi, tetatpi menentukan kadar hubungan antar indivitu. Sehingga
hubungan interpersonal yang baik adalah hubungan yang di dalamnya terdapat saling
mempercayai, mempunyai rasa simpati dan empati yang tinggi, dapat terbuka antar
individu, dan sebagai kemampuan dalam hubungan interpersonal.

2.3 Kesehatan Mental


Kesehatan mental adalah individu yang terbebas dari gejala psikiatri atau
penyakit mental, terwujudnya keharmonisan antar fungsi-fungsi jiwa serta
mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang terjadi dan
merasakan secara positif kebahagiaan atas kemampuan dirinya, kemampuan yang
dimiliki untuk menyesuaikan diri antar manusia dengan dirinya dan lingkungannya.
Dan menurut Karl Menninger, individu yang sehat mentalnya adalah mereka yang
memiliki kemampuan untuk menahan diri, menunjukkan kecerdasan, berperilaku
dengan menenggang perasaan orang lain, serta memiliki sikap hidup yang Bahagia.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental adalah suatu
kondisi dimana kepribadian, emosional, intelektual dan fisik seseorang tersebut dapat
berfungsi secara optimal, dapat beradaptasi terhadap tuntutan lingkungan, dan
stressor, menjalankan kapasitasnya selaras dengan lingkungannya, menguasai
lingkungan, merasa nyaman dengan diri sendiri, menemukan penyesuaian diri yang
baik terhadap tuntutan sosial dalam budayanya, terus menerus bertumbuh,
berkembang dan matang dalam hidupnya, dapat menerima kekurangan dan
kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki
kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.
2.4 Pandemi (Covid-19)
Pandemi sering diartikan sebagai wabah ataupun penyakit yang menyebar
luas, atau juga bersifat global menyerang banyak sekali masyarakat di banyak daerah
bahkan bisa juga mendunia. Pandemi ini hadir dari suatu penyakit yang melihat titik
penyebaran yang terjadi apakah sudah sangat meluas.
Pandemi covid-19 membawa banyak perubahan bagi masyarakat khususnya mereka
yang terpapar covid-19. Stress dan trauma yang terjadi pada mereka sering menjadi
isu penting di Indonesia salah satunya di Pekanbaru. Selain itu stigma dan
diskriminasi dialami secara nyata, terutama bagi masyarakat yang terpapar covid-19.
Bentuk stigma yang dialami antara lain berupa orang-orang sekitar menghindar dan
menutup pintu, diusir dari tempat tinggal, dilarang naik kendaraan umum, bahkan
dikucilkan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif fenomenologi yang berarti jenis penelitian kualitatif yang melihat,
mendengarkan lebih dekat dan lebih rinci penjelasan dan pemahaman
individual tentang pengalaman-pengalamannya berdasarkan wawancara,
observasi, dan dokumentasi.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada masyarakat Pekanbaru yang terpapar covid-19.
3.3 Subjek dam Objek Penelitian
Menurut Suharsini Arikunto (2010) subjek penelitian adalah batasan
penelitian dimana peneliti bisa menentukannya dengan benda, hal atau orang
untuk melekatkannya variabel penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah
komunikasi interpersonal terhadap kesehatan mental.
Menurut Supranto (2000:21) adalah himpunan elemen yang dapat
berupa orang, organisasi atau barang yang akan diteliti. Objek dalam
penelitian ini adalah masyarakat yang terpapar covid-19 di Pekanbaru.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer, merupakan
data dan sumber data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama atau
informasi yang diperoleh secara langsung di lokasi penelitian atau
subjek/objek penelitian.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Observasi
Menurut Sugiono (2015) penelitian dimulai dengan mencatat,
menganalisis, selanjutnya membuat kesimpulan tentang pelaksanaan dan hasil
program yang dilihat dari ada atau tidaknya perkembangan usaha yang
dimiliki masyarakat. Penelitian ini menggunakan teknik observasi non
partisipan, karena peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat
independent.
3.5.2 Wawancara
Menurut Arikunto (2010:270) wawancara mula-mula menanyakan
serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu
diperdalam dengan mencari keterangan lebih lanjut. Metode wawancara
merupakan suatu metode yang dimana terjadinya suatu interaksi dan
komunikasi langsung antara pewawancara (peneliti) dengan informan (orang
yang di wawancarai) guna memperoleh data yang diperlukan lebih rinci.
3.5.3 Dokumentasi
Selain menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi dan
wawancara dalam penelitian, peneliti juga menggunakan dokumentasi.
Dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan dokumen-dokumen dalam
bentuk tulisan, foto, audio, maupun video. Untuk selanjutnya dapat
dimanfaatkan dalam menafsirkan, menguatkan, dan menguji data yang
diperoleh di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai