Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH DASAR KOMUNIKASI

“KOMUNIKASI MODEL INTERPERSONAL AHLI GIZI


KEPADA KLIEN DI PUSKESMAS”

Dosen Pengampu : Bapak Safari Hasan, S.Ip., M.M.R.

Disusun Oleh:

Nama : DHEVIO OKTOFITRA RAHADIKUSUMA

NIM : 10823014

PRODI : S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

FAKULTAS TEKNOLOGI MANAJEMEN KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI 2024

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ahli gizi juga merupakan salah satu tenaga kesehatan yang mempunyai
pengaruh besar terhadap terciptanya sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas. Hal ini dibuktikan dengan perdebatan sumber daya yang diumumkan
bersama oleh negara-negara lintas pemerintahan melalui adopsi resolusi
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengarah pada Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan, (Suistainable Development Goals) yang biasa disingkat SDGs.
Agenda Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) sendiri memiliki 17 tujuan dan 169
hasil yang terukur, salah satunya adalah mendorong kehidupan sehat dan
sejahtera serta peningkatan gizi. Oleh karena itu, layanan kesehatan memainkan
peran penting dalam mewujudkan ambisi nasional.

Kualifikasi dan kewenangan ahli gizi diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Kerja dan
Praktek Ahli Gizi, yang pada Bab II Pasal 1 mengatur bahwa gizi: Telah. Tenaga
profesional harus telah menyelesaikan pelatihan dan lulus uji kompetensi di
bidang gizi sesuai ketentuan yang berlaku. Ruang lingkup pelayanan medis bagi
tenaga ahli gizi adalah memberikan pelayanan gizi yang komprehensif dan
terstandar kepada individu dan kelompok dengan berbagai usia, latar belakang,
dan kondisi kesehatan. Pelayanan yang diberikan antara ahli gizi dengan
kliennya merupakan bentuk interaksi antara individu dengan individu atau
kelompok lain. Interaksi yang dilakukan merupakan bentuk komunikasi untuk
menyampaikan suatu pesan (Cubin dan Dahl, 2017). Menurut Hovland, Janis
dan Kelly mengartikan komunikasi sebagai komunikasi yang menggunakan kata-
kata, bahasa, dan komunikasi verbal, dan komunikasi nonverbal sebagai
komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata tetapi menimbulkan respons
melalui simbol-simbol verbal (Rakhmat, 2008).

Profesionalisme tenaga ahli gizi dalam pemberian pelayanan gizi diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2013. Peran penting spesialis gizi
adalah memeriksa, memberi nasihat, mendidik, mengintervensi, dan

2
mengevaluasi klien. Upaya penyelenggaraan pelayanan gizi secara optimal
didasarkan pada keterampilan komunikasi pelayanan kesehatan, dimana tenaga
ahli gizi sendiri dapat mendukung komunikasi dengan bantuan media. Strategi
penggunaan media didasarkan pada latar belakang keinginan sasaran untuk
menerima pesan dan informasi yang disampaikan (Fatmah, 2014).

Komunikasi interpersonal yang baik menunjang terciptanya pelayanan yang


optimal. Komunikasi interpersonal dapat dipahami sebagai suatu pola hubungan
antara dua orang atau lebih dimana pesan dikirim dan diterima dengan cara yang
benar sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Komunikasi yang terjadi dalam pekerjaan medis. pada dasarnya adalah


komunikasi interpersonal, namun karena mempertimbangkan aspek psikologis,
maka pesan yang disampaikan oleh dokter, ahli gizi terdaftar, dan ahli gizi saat
memberikan pelayanan medis tidak dapat diterima oleh pasien waspadai hal itu.
Sebab, cara mereka menggunakan komunikasi kurang efektif. Merupakan hak
pasien atau klien sebagai konsumen dan pengguna jasa rumah sakit untuk
memperoleh pelayanan yang memadai dan tepat sesuai dengan kode etik dan
standar yang berlaku. Padahal, pasien berhak mendapat pelayanan ramah dari
tenaga kesehatan, termasuk ahli gizi.

Pada dasarnya komunikasi yang terjadi dalam lingkungan medis pada dasarnya
adalah komunikasi interpersonal, namun pesan yang disampaikan oleh dokter,
ahli diet terdaftar, dan ahli gizi saat memberikan layanan medis tidak diterima
oleh pasien dengan mempertimbangkan aspek psikologis. Sebab komunikasi
yang mereka gunakan kurang efektif. Merupakan hak pasien atau klien sebagai
konsumen dan pengguna jasa rumah sakit untuk memperoleh pelayanan yang
memadai dan tepat sesuai dengan kode etik dan standar yang berlaku. Padahal,
pasien berhak mendapat pelayanan ramah dari tenaga kesehatan, termasuk ahli
gizi.

Hasil penelitian Latu (2017) dengan judul “Komunikasi Interpersonal Konselor


dengan Pecandu Narkoba” di Balai Rehabilitasi Sosial Balai Al Kamal Sibolangit.
Di sana, hasil penelitian tentang komunikasi interpersonal, termasuk komunikasi
personal, diterapkan untuk membantu warga merasa nyaman. Saat
berkomunikasi dengan konselor, media yang mereka sediakan dapat membantu

3
Anda merasa lebih rileks, seperti menggunakan Infocus, memutar video tentang
bahaya narkoba bagi Anda dan keluarga, serta memberikan ruang yang nyaman
bagi konselor Anda dengan berhenti merokok. Saat memberikan konseling,
warga cenderung berusaha memediasi permasalahannya, dan konselor
seringkali justru mendengarkan apa yang dikatakan warga dibandingkan
berbicara dengan mereka atau terlibat dalam komunikasi kelompok, yang
dilakukan konselor seminggu sekali. Komunikasi kelompok ini membantu saling
mendukung. Dalam hal ini penasihat hanya sekedar perantara komunikasi
kelompok.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Komunikasi Interpersonal?

2. Apa Tujuan Komunikasi Interpersonal?

3. Apa Sejarah Perkembangan Komunikasi Interpersonal?

4. Apa Pentingnya Gizi Sebagai Aspek Kesehatan Masyarakat?

5. Bagaimana efektivitas model komunikasi interpersonal dalam meningkatkan


pemahaman klien terhadap informasi gizi dan mendorong perubahan perilaku
gizi yang positif?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Pengertian Komunikasi Interpersonal.

2. Mengetahui Tujuan Komunikasi Interpersonal.

3. Mengetahui Sejarah Perkembangan Komunikasi Interpersonal

4. Mengetahui Pentingnya Gizi Sebagai Aspek Kesehatan Masyarakat.

5. Mengetahui efektivitas model komunikasi interpersonal dalam meningkatkan


pemahaman klien terhadap informasi gizi dan mendorong perubahan perilaku
gizi yang positif.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal sebenarnya merupakan suatu proses sosial

dimana orang-orang yang terlibat saling mempengaruhi. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh DeVito (Liliweri, 2013:13). Komunikasi interpersonal

merupakan proses pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain

atau sekelompok orang dengan efek dan timbal balik yang bersifat langsung.

Manusia membutuhkan hubungan antar pribadi untuk dua hal yaitu perasaan

(attachment) dan ketergantungan (dependency). Perasaan tertuju pada

hubungan yang bersifat emosional intensif, sedangkan ketergantungan tertuju

pada instrumen antarpribadi seperti mencari kedekatan, membutuhkan

bantuan,serta kebutuhan berteman dengan orang lain, yang juga dibutuhkan

untukkepentingan mempertahankan hidup. Salah satu karakteristik penting dari

hubungan antar pribadi yaitu hubungan tersebut banyak yang tidak diciptakan

untuk di akhiri berdasarkan kemauan atau kesadaran kita. Komunikasi

interpersonal sering disebut dengan dyadic communication maksudnya adalah

“komunikasi antar dua orang” dimana terjadi kontak langsungdalam bentuk

percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secaraberhadapan muka atau

face two face ataupun bisa juga melalui media seperti telepon. Komunikasi

interpersonal memiliki beberapa ciri khas yaitu sifatnya yang dua arah atau

timbal balik. Tetapi, komunikasi interpersonal melalui tatap muka mempunyai

satu keuntungan dimana melibatkan perilaku nonverbal, ekspresifasial, jarak

5
fisik, perilaku paralinguistik yang sangat menentukan jarak sosial dankeakraban

(Liliweri, 2013:67).

komunikasi interpersonal memiiliki bentuk utama yaitu komunikasi tatap

muka, biasanya merupakan suaturangkaian pertukaran pesan antar dua individu

dalam proses komunikasi, sertaantar individu tersebut berhasil menjalin suatu

kontak. Kontak itu berhasil karenakedua individu menjalin komunikasi dengan

saling mempertukarkan pesan secara bergantian dan berbalas-balasan.

2.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal

Adapun tujuan dari Komunikasi interpersonalyaitu berusaha

meningkatkan hubungan insani (human relation), menghindari dan mengatasi

konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidak pastina terhadap sesuatu, serta

berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain (Cangara, 2014:33).

Komunikasi interpersonal dapat mempererat hubungan emosional di antara

pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat dapat memiliki hal

yang mudah dalamhidupnya karena memiliki banyak teman dekat. Melalui

Komunikasi interpersonal seseorang juga membina hubungan yang baik,

sehinggamenghindari dan mengatasi terjadinya konflik dengan orang

lain/masyarakat.

Komunikasi interpersonal melibatkan pertukaran pesan, ide, dan emosi

antara individu atau kelompok dengan tujuan untuk mencapai pemahaman,

dukungan, atau tujuan bersama. Beberapa tujuan utama dari komunikasi

interpersonal meliputi:

6
 Membangun Hubungan: Komunikasi interpersonal memungkinkan

individu untuk membentuk dan memelihara hubungan yang sehat dan

bermakna dengan orang lain. Ini melibatkan pertukaran pesan yang dapat

memperkuat ikatan emosional dan sosial antara individu atau kelompok.

 Pemahaman: Salah satu tujuan utama dari komunikasi interpersonal

adalah untuk mencapai pemahaman yang saling menguntungkan antara

pihak yang terlibat. Ini melibatkan mendengarkan dengan empati,

bertukar informasi secara efektif, dan mengklarifikasi pemahaman untuk

memastikan bahwa pesan yang disampaikan dipahami dengan benar.

 Pendukung dan Empati: Komunikasi interpersonal juga digunakan untuk

memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada orang lain. Ini

melibatkan mendengarkan dengan penuh perhatian, menunjukkan

empati, dan memberikan dukungan yang diperlukan untuk membantu

individu mengatasi masalah atau kesulitan yang mereka hadapi.

 Pencapaian Tujuan Bersama: Dalam konteks kerja sama atau kolaborasi,

tujuan dari komunikasi interpersonal adalah untuk mencapai tujuan

bersama atau solusi yang saling menguntungkan. Ini melibatkan berbagi

ide, negosiasi, dan mencapai kesepakatan yang memuaskan semua

pihak yang terlibat.

 Penyelesaian Konflik: Komunikasi interpersonal juga digunakan untuk

mengelola konflik dan perbedaan pendapat antara individu atau

kelompok. Ini melibatkan menyampaikan masalah dengan jujur,

mendengarkan sudut pandang yang berbeda, dan mencari solusi yang

saling menguntungkan untuk menyelesaikan konflik dengan damai.

7
Dengan demikian, tujuan dari komunikasi interpersonal adalah untuk

memfasilitasi hubungan yang saling memuaskan, pemahaman yang mendalam,

dukungan emosional, pencapaian tujuan bersama, dan penyelesaian konflik

dengan cara yang produktif dan berdaya guna.

2.3 Sejarah Perkembangan Komunikasi Interpersonal

Dalam catatan sejarah yang lebih luas, peneliti komunikasi telah

memasukkan studi tentang komunikasi interpersonal dalam bidang komunikasi

yang lebih luas sebagai faktor dalam studi komunikasi bahasa. Studi tentang

komunikasi interpersonal di Amerika Serikat telah dikembangkan sejak tahun

1960-an. Berikut ini menunjukkan seberapa banyak pekerjaan yang telah

dilakukan di bidang komunikasi antarpribadi sebelum periode ini.

Pada 1920-an, dan 1930-an, menimbulkan kecerdasan untuk studi

komunikasi antarpribadi yang ditaburkan pada 1920-an, dan 1930-an. Elton

Mayo dan rekannya di Harvard Business School mengidentifikasi potensi

kekuatan yang terkait dengan interaksi sosial dan hubungan sosial di tempat

kerja. Penelitian mereka, yang dilakukan di pabrik Western Electric Hawthorne,

menimbulkan pertanyaan penting tentang interaksi atasan dan bawahan serta

interaksi di antara mereka untuk produktivitas. Gerakan People Relationship

memberikan sinyal pemikiran tentang sifat, keterbukaan dan pengaruh

komunikasi yang mendukung, yang melalui interaksi menunjukkan kepedulian

terhadap kebutuhan orang lain.

8
Asal usul dinamika kelompok telah dibahas di mana-mana (Cartwright

dan Zander, 1960; Hare, Borgatta, & Bales, 1955), namun bidang penelitian

antarpribadi sangat ditentukan oleh karya dinamika kelompok yang mulai

berkembang pada tahun 1960-an. Topik seperti kolaborasi/kompetisi, umpan

balik, konflik, urutan interaksi, metode pengkodean respons, pilihan sosiometrik,

dan jejaring sosial adalah semua kelompok peneliti di bidang yang menjadi

perhatian dan interpersonal.

Pada 1980-an, studi tentang komunikasi antarpribadi muncul dari banyak

perspektif teoritis baru atau yang muncul. Beberapa konsep atau teori yang

berpengaruh pada saat itu adalah manajemen makna terkordinasi (Cronen,

Pearce & Harris, 1982; Pearce, 1976), pengurangan ketidakpastian (Berger &

Bradac, 1982), dan konstruktivisme (Delia, O'Keefe, & O).keefe. 1982), teori

dialektika (Baxter, 1988; Rawlins, 1983), dan pelanggaran ekspektasi (Burgoon,

1983).

Kata kunci tahun 1990-an adalah hubungan dan pesan. Untuk beberapa

negara, istilah "hubungan" identik dengan proses yang dirancang untuk

mengungkapkan komunikasi antarpribadi; bagi orang lain, hubungan adalah

konteks, sebagian besar hubungan antarpribadi dirancang untuk mengeksplorasi

komunikasi antarpribadi. Fokus pada pengetahuan, yang meliputi proses dan

produk kognitif lisan dan tertulis, dianggap menarik bagi mereka yang percaya

bahwa di sinilah peneliti komunikasi dapat memberikan kontribusi khusus untuk

memahami transaksi antarpribadi. (Muhammad, 2014, p. 27)

Perkembangan komunikasi interpersonal telah menjadi bagian integral

dari evolusi manusia dan kemanusiaan sepanjang sejarah. Meskipun tidak ada

9
catatan tertulis tentang komunikasi interpersonal pada zaman prasejarah, namun

diperkirakan bahwa manusia purba menggunakan komunikasi non-verbal, seperti

bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan suara, untuk berkomunikasi dengan satu

sama lain.

Pada zaman kuno, komunikasi interpersonal berkembang seiring dengan

perkembangan peradaban manusia. Pada masa itu, komunikasi interpersonal

terutama bersifat lisan, dan dilakukan melalui pertemuan langsung antara

individu-individu dalam komunitas mereka. Contoh dari perkembangan

komunikasi interpersonal pada masa ini termasuk penggunaan bahasa untuk

berkomunikasi ide dan informasi, serta penggunaan cerita, legenda, dan tradisi

lisan untuk menyampaikan nilai-nilai budaya dan pengetahuan.

Dengan munculnya tulisan pada periode sejarah kuno, komunikasi

interpersonal berkembang dengan adanya pertukaran surat-menyurat dan

dokumentasi tertulis. Misalnya, pada zaman Yunani Kuno, filsuf-filsuf seperti

Socrates, Plato, dan Aristotle mengembangkan prinsip-prinsip logika dan retorika

yang membentuk dasar komunikasi interpersonal dan pengembangan gagasan

filosofis.

Pada Abad Pertengahan, komunikasi interpersonal terutama didominasi

oleh pertemuan langsung antara individu, namun perkembangan agama dan

perdagangan membawa pertukaran ide dan budaya antara berbagai budaya dan

peradaban. Selama periode ini, keahlian dalam retorika dan diplomasi menjadi

penting dalam memfasilitasi komunikasi interpersonal di antara bangsawan dan

pejabat pemerintah.

10
Revolusi Industri pada abad ke-18 dan ke-19 membawa kemajuan

teknologi yang memengaruhi cara komunikasi interpersonal. Penemuan telegraf,

telepon, dan kemudian radio dan televisi memungkinkan komunikasi

interpersonal jarak jauh dan disiarkan ke audiens yang lebih luas. Meskipun

demikian, pertemuan langsung tetap menjadi cara utama komunikasi

interpersonal di antara individu-individu dalam masyarakat.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada abad ke-20 dan

ke-21, terutama dengan internet dan media sosial, telah mengubah lanskap

komunikasi interpersonal secara dramatis. Komunikasi interpersonal tidak lagi

terbatas pada pertemuan langsung, tetapi dapat terjadi secara online melalui

email, pesan teks, panggilan video, dan platform media sosial. Meskipun

teknologi telah membawa perubahan besar dalam cara komunikasi interpersonal

dilakukan, prinsip-prinsip dasar komunikasi, seperti empati, pemahaman, dan

kejujuran, tetap menjadi inti dari interaksi manusia.

2.4 Pentingnya Gizi Sebagai Aspek Kesehatan Masyarakat

Pentingnya Gizi dalam Memperkuat Kesehatan Masyarakat

Gizi merupakan aspek penting dalam memperkuat kesehatan

masyarakat. Sebagai komponen yang sangat vital bagi pemeliharaan tubuh

manusia, gizi memiliki efek yang signifikan terhadap kesehatan dan kualitas

hidup individu serta masyarakat secara keseluruhan. Gizi yang optimal sangat

penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan

bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok umur. Gizi yang baik membuat berat

11
badan normal atau sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi,

produktivitas kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian

dini akibat penyakit Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang

mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan

tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik,

perilaku hidup bersih da n memantau berat badan secara teratur dalam rangka

mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi. Berikut

beberapa alasan mengapa gizi menjadi begitu penting dalam konteks kesehatan

masyarakat:

 Pencegahan Penyakit: Gizi yang baik merupakan faktor utama dalam

mencegah berbagai penyakit kronis seperti obesitas, diabetes, penyakit

jantung, dan beberapa jenis kanker. Konsumsi makanan yang seimbang

dan nutrisi yang adekuat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh

dan meminimalkan risiko penyakit.

 Pertumbuhan dan Perkembangan: Gizi yang cukup adalah kunci untuk

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, terutama pada masa

anak-anak dan remaja. Nutrisi yang tepat memastikan bahwa mereka

memiliki energi dan zat-zat gizi yang diperlukan untuk tumbuh dan

berkembang dengan baik, baik fisik maupun kognitif.

 Kesehatan Mental: Keseimbangan nutrisi juga berperan penting dalam

kesehatan mental. Nutrisi yang tepat dapat membantu menjaga

keseimbangan kimia dalam otak, meningkatkan suasana hati, dan

mengurangi risiko gangguan mental seperti depresi dan kecemasan.

12
 Peningkatan Produktivitas: Individu yang mendapatkan gizi yang cukup

cenderung memiliki tingkat energi yang lebih tinggi, konsentrasi yang

lebih baik, dan daya tahan tubuh yang lebih kuat. Hal ini berkontribusi

pada peningkatan produktivitas di tempat kerja dan dalam kegiatan

sehari-hari.

 Mengurangi Ketimpangan Kesehatan: Akses terhadap gizi yang baik

adalah faktor kunci dalam mengurangi ketimpangan kesehatan di

masyarakat. Memastikan bahwa semua individu memiliki akses yang

setara terhadap makanan berkualitas dan informasi gizi dapat membantu

mengurangi disparitas kesehatan antara kelompok-kelompok sosial

ekonomi yang berbeda.

 Investasi Masa Depan: Investasi dalam gizi yang baik merupakan

investasi dalam masa depan masyarakat. Anak-anak yang mendapatkan

gizi yang cukup cenderung memiliki perkembangan yang lebih baik,

berkinerja lebih baik di sekolah, dan memiliki peluang yang lebih baik

untuk sukses di masa dewasa.

Dengan memahami pentingnya gizi sebagai aspek kesehatan masyarakat, kita

dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memastikan bahwa semua

individu memiliki akses yang setara terhadap makanan berkualitas dan informasi

gizi yang tepat, sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan

masyarakat secara keseluruhan.

2.5 Tantangan dalam Ahli Gizi kepada Klien

13
Tantangan yang paling sering terjadi dalam proses komunikasi adalah

kesalahpahaman antara komunikator dan komunikator, yang masih belum

banyak disadari oleh sebagian besar komunikator. Memahami prinsip-prinsip

komunikasi adalah salah satu dari banyak cara untuk memahami perbedaan

yang ada di luar masalah bahasa. Dua orang dengan kecerdasan yang sama

dapat menafsirkan stimulus yang sama dengan cara yang berbeda.

Tantangan Konseling Gizi dari Klien:

Seperti halnya konselor, klien/pasien adalah individu yang unik dengan segala

karakteristik, kelebihan, dan kelemahannya. Keadaan internal klien/pasien

mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan proses konseling gizi.

Hambatan dalam konseling yang diarahkan oleh klien/pasien antara lain:

kurang terbuka, kurang konsentrasi, sulit menyampaikan masalah, tergesa-gesa,

kurang paham, miskonsepsi tentang makanan, kemampuan menjawab dengan

jujur. Faktor linguistik. Jika kepribadian klien tidak terbuka, konsultasi tidak dapat

berjalan lancar.

Hal ini menghalangi konselor untuk memahami masalah klien. Konselor

membutuhkan informasi yang komprehensif mengenai permasalahan kliennya.

Dengan cara ini, Anda dapat melakukan analisis, memahami masalah,

merencanakan bantuan, dan memberikan saran yang tepat terhadap masalah

pelanggan Anda. Konselor seringkali sulit memahami perasaan klien karena klien

sering kali tidak mampu mengungkapkan permasalahan yang berkaitan dengan

kondisi fisik, kesehatan, atau kemampuannya. Untuk itu konselor harus dapat

membantu klien menyederhanakan hal-hal yang berkaitan dengan

14
permasalahannya agar dapat lebih memahami permasalahannya dan

mengkomunikasikannya kepada konselor.

Adanya asumsi dan keyakinan yang salah mengenai makanan juga

menjadi kendala dalam melakukan konseling dari pasien/klien. Asumsi tersebut

berasal dari lingkungan sosial dan budaya masyarakat serta faktor pengalaman

dan dijadikan acuan yang salah.

Sebagai contoh: seorang ibu hamil yang tidak mau mengkonsumsi ikan

asin dan jenis ikan lainnya dengan anggapan bahwa nanti anak yang dilahirkan

akan menjadi amis, hal ini jelas tidak benar dan akan menjadi penghambat bagi

konselor ketika akan memberikan alternatif pemecahan masalah. Konselor harus

mencari alternatif pemecahan masalah yang lebih banyak karena adanya

anggapan ataupun kepercayaan yang salah terhadap makanan. Seorang

pasien/klien yang tidak mau memberikan jawaban secara jujur justru akan

menghambat proses konseling yang dijalankan oleh konselor. Kondisi tersebut

bisa saja terjadi karena klien menganggap hal tersebut merupakan aib bagi

dirinya sehingga dia berusaha untuk menutupinya. Dalam hal ini seorang

konselor harus mampu menumbuhkan rasa percaya klien/pasien kepada dirinya.

Ahli gizi sering menghadapi berbagai tantangan ketika berkomunikasi

dengan klien, terutama dalam lingkungan seperti Puskesmas. Berikut adalah

beberapa tantangan umum yang mungkin dihadapi oleh ahli gizi saat berinteraksi

dengan klien:

 Keterbatasan Pengetahuan Klien: Salah satu tantangan utama adalah

keterbatasan pengetahuan klien tentang gizi dan kesehatan. Banyak klien

mungkin memiliki pemahaman yang terbatas tentang konsep gizi yang

15
seimbang dan pentingnya makanan sehat. Ini dapat membuat komunikasi

tentang rekomendasi gizi menjadi lebih sulit.

 Perbedaan Budaya dan Bahasa: Di lingkungan Puskesmas, ahli gizi

sering berinteraksi dengan klien dari beragam latar belakang budaya dan

bahasa. Perbedaan budaya dan bahasa dapat menjadi hambatan dalam

komunikasi yang efektif, karena pesan gizi yang disampaikan harus

disesuaikan dengan pemahaman dan kebutuhan spesifik masing-masing

kelompok budaya.

 Keterbatasan Waktu: Keterbatasan waktu adalah masalah umum di

Puskesmas, di mana ahli gizi sering harus menangani banyak klien dalam

satu hari. Hal ini dapat membuat sulit bagi ahli gizi untuk memberikan

informasi gizi secara menyeluruh dan mendalam kepada setiap klien.

 Motivasi dan Perubahan Perilaku: Mendorong perubahan perilaku gizi

sering kali merupakan tantangan, terutama jika klien tidak memiliki

motivasi yang cukup atau menghadapi hambatan tertentu dalam

mengubah kebiasaan makan mereka. Membangun motivasi dan

dukungan yang cukup untuk perubahan perilaku dapat menjadi proses

yang kompleks dan memerlukan pendekatan yang disesuaikan.

 Aspek Psikologis dan Emosional: Beberapa klien mungkin memiliki

masalah psikologis atau emosional yang memengaruhi pola makan

mereka, seperti gangguan makan atau stres yang berhubungan dengan

masalah kesehatan tertentu. Ahli gizi harus sensitif terhadap aspek

psikologis dan emosional ini saat berkomunikasi dengan klien.

 Akses Terhadap Sumber Daya: Beberapa klien mungkin menghadapi

keterbatasan akses terhadap sumber daya, seperti makanan bergizi atau

16
fasilitas olahraga. Ahli gizi perlu mempertimbangkan kendala ini saat

memberikan saran gizi yang sesuai dengan situasi klien.

Mengatasi tantangan-tantangan ini memerlukan keterampilan komunikasi yang

kuat, empati, pemahaman tentang kebutuhan klien, serta pendekatan yang

holistik dalam merancang program gizi yang sesuai.

BAB III

PENUTUP

Komunikasi interpersonal merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari. Kita tidak bisa

menjalani hidup kita tanpa berinteraksi dengan orang lain. Interaksi kita sehari-hari

dengan orang lain dapat membentuk hubungan baru, memperkuat hubungan kita

dengan orang yang diajak berbicara dengan kita, atau bahkan mencapai ide-ide baru

yang sebelumnya tidak akan kita ketahui jika kita tidak pernah berinteraksi dengan

orang itu. Benar adanya bahwa interaksi sehari-hari kita mungkin hanya berupa

komunikasi impersonal, atau berinteraksi dengan seseorang berdasarkan peran mereka,

seperti tenaga kesehatan Puskesmas contohnya, komunikasi antarpribadi membantu

mereka membangun dan memperkuat hubungan mereka sebagai perantara institusi

(Puskesmas) dengan masya-rakat di sekitar wilayah kerja Puskesmas tersebut. Tanpa

keterampilan komunikasi interpersonal yang efektif, hubungan yang terjalin diantara

pihak Puskesmas dengan masyarakat sekitar wilayah kerja Puskesmas dapat memburuk

atau menurun dan setiap orang baru yang kita temui mungkin tidak ingin meng-

asosiasikan diri dengan kita. Maka penting bagi para tenaga kesehatan Puskesmas untuk

menguasai keterampilan komunikasi interpersonal dalam menyampaikan informasi

17
kesehatan kepada keluarga sekitar Puskesmas sebagai bagian dari program Indonesia

Sehat agar informasi yang diberikan dan diterima berjalan dengan baik.

Daftar Pustaka

ACEH, B. (2023, Juli 07). Mengenal Sepuluh Pesan Gizi Seimbang. Retrieved from
PEMERINTAH ACEH DINAS KESEHATAN:
https://dinkes.acehprov.go.id/detailpost/mengenal-sepuluh-pesan-gizi-
seimbang

Ariyanto2, L. M. (2019, Februari). PELATIHAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL BERBASIS.


Retrieved from Jurnal Ilmu dan Budaya:
https://scholar.ui.ac.id/en/publications/pelatihan-komunikasi-interpersonal-
berbasis-kompetensi-untuk-meni

Dr. Nunung Cipta Dainy, S. M. (2023, Januari 25). Pentingnya Memahami Asupan Gizi
Pada Tubuh. Retrieved from UMJ: https://umj.ac.id/opini-1/pentingnya-
memahami-asupan-gizi-pada-tubuh/

Fajar. (2009). HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI. Retrieved from Repository UIN Suska:
https://repository.uin-suska.ac.id/13786/7/7.%20BAB%20II_2018142PSI.pdf

INDONESIA, P. M. (2014). PEDOMAN GIZI SEIMBANG. Retrieved from Hukor Kemkes:


http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK%20No.%2041%20ttg
%20Pedoman%20Gizi%20Seimbang.pdf

Mancini, A. (2021, September 22). KOMUNIKASI INTERPERSONAL AHLI GIZI KEPADA


KLIEN. Retrieved from Didilib Unila: http://digilib.unila.ac.id/59945/3/SKRIPSI
%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN..pdf

Rachmawati, T. S. (2020, Juni 23). Peran tenaga kesehatan puskesmas sebagai


komunikator dalam. Retrieved from e-Jurnal Unitomo:
https://ejournal.unitomo.ac.id/plugins/generic/pdfJsViewer/pdf.js/web/

18
viewer.html?file=https%3A%2F%2Fejournal.unitomo.ac.id%2Findex.php%2Fjkp
%2Farticle%2Fdownload%2F2370%2F1124%2F

19

Anda mungkin juga menyukai