Nim : 2002070055
Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh kehidupannya sebagai individu
dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi, maupun masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari
setiap manusia berinteraksi, membangun relasi dan transaksi sosial dengan orang lain. Itulah
sebabnya manusia tidak dapat menghindari komunikasi antar personal, komunikasi dalam
kelompok, komunikasi dalam organisasi dan publik, dan komunikasi massa (Liliweri, 2009).
Komunikasi senantiasa berperan penting dalam proses kehidupan. Komunikasi merupakan inti dari
kehidupan sosial manusia dan merupakan komponen dasar dari hubungan antar manusia. Banyak
permasalahan yang menyangkut manusia dapat diidentifikasi dan dipecahkan melalui komunikasi
(Suryani, 2006).
Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang, simbol
bahasa, atau gerak (non verbal), untuk memengaruhi perilaku orang lain. Proses komunikasi yang
menggunakan stimulus atau respon dalam bentuk bahasa baik lisan maupun tulisan selanjutnya
disebut komunikasi verbal. Sedangkan apabila proses komunikasi tersebut menggunakan simbol-
simbol tertentu disebut komunikasi non verbal (Setiawati, 2008).
Menurut Winnet (2004) dalam Liliweri (2009), komunikasi adalah segala aktivitas interaksi manusia
yang bersifat human relationships disertai dengan peralihan sejumlah fakta-fakta. Secara sederhana
dapat dikatakan komunikasi adalah interaksi atau transaksi antara dua orang (Liliweri, 2009).
Prinsip 1 : komunikasi adalah suatu proses simbolik komunikasi yang bersifat dinamis ,
sirkular dan tidak di suatu titik terahir tetap terus berkelanjutan .
Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi Setiap orang tidak bebas nilai,
pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai
oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak
tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain
menjadi suatu stimulus.
Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan Setiap pesan komunikasi mempunyai
dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang
ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. Percakapan diantara dua
orang sahabat dan antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki dimesi isi yang
berbeda.
Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan Setiap tindakan
komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang
rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan
atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi
yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya
tercapai)
Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktuPesan komunikasi yang
dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan
tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan
kapan komunikasi itu berlangsung.
Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Tidak dapat dibayangkan jika
orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita
tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan
senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita.
Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses
komunikasi.
Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal
yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan.
Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi
internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi
bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi Jika dua
orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada
kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling
dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang
saling dipertukarkan.
Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti
tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan
yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti.
Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional Konsekuensi dari
prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan
transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak
yang melakukan komunikasi.
Prinsip 11 : komunikasi bersifat irreversible Setiap orang yang melakukan proses komunikasi
tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang
dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti
orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut.
Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah Dalam arti
bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah .
2. KOMUNIKASIH KESEHATAN
Manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga
tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Hidup bersama antar manusia akan berlangsung dalam
berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Ada berbagai bentuk pola interaksi antar manusia dalam
kehidupan ini, khususnya mengenai interaksi yang disengaja, salah satunya interaksi dalam
memberikan informasi kesehatan (komunikasi
kesehatan). Salah satu isu utama dalam komunikasi kesehatan adalah mempengaruh individu dan
komunitas. Dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan cara berbagi informasi
seputar kesehatan.
Menurut Healthy People 2010 dalam Liliweri (2009), komunikasi kesehatan yaitu seni
menginformasikan, mempengaruhi dan memotivasi individu, institusi, serta masyarakat tentang isu-
isu penting di bidang kesehatan dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan individu dalam
masyarakat. Sedangkan menurut Cline, R. dalam Liliweri (2009), komunikasi kesehatan merupakan
sebuah bidang teori, riset dan praktek yang berkaitan dengan pemahaman dan saling
ketergantungan mempengaruhi komunikasi (interaksi simbolik dalam bentuk pesan dan makna) dan
kepercayaan kesehatan terkait, perilaku dan hasil.
Komunikasi kesehatan menurut Notoatmodjo (2007), merupakan usaha yang sistematis untuk
mempengaruhi secara positif perilaku kesehata masyarakat dengan menggunakan berbagai prinsip
dan metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa.
Ratzan dalam Liliweri (2009) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan komunikasi kesehatan ialah
proses kemitraan anara partisipan berdasarkan dialog dua arah yang di dalamnya ada suasana
interaktif, ada pertukaran gagasan, ada kesepakatan mengenai kesatuan gagasan mengenai
kesehatan, juga merupakan teknik dari pengirim dan penerima untuk memperoleh informasi
mengenai kesehatan yang seimbang demi membaharui pemahaman bersama.
3. HUBUNGAN PROMOSI KESEHATAN DENGAN DETERMIN PRILAKU
Determinan perilaku kesehatan merupakan faktor yang menentukan atau membentuk seseorang
dalam melakukan perilaku kesehatan yang tepat dan sesuai dengan tempatnya. Di sini akan
membahas tiga teori tentang determinan perilaku kesehatan menurut para ahli yaitu Lawrence
Green, Snehandu B. Kar, dan WHO yang merupakaN patokan dan acuan dalam menentukan faktor
perilaku kesehatan yang dipakai dalam standar umum kesehatan.
Menurut Lawrence Green tahun 1980, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi tiga yaitu,
faktor pendukung, faktor pemungkin, dan faktor pendorong. Faktor pendukung di antaranya adalah
kebiasaan, kebudayaan, tanggapan, pengetahuan, tradisi, nilai, dan sikap. Faktor pemungkin di
antaranya adalah terpenuhinya lingkungan dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan, rujukan yang
diperlukan, dan keahlian untuk melakukan sesuatu. Lalu faktor pendorong di antaranya adalah dari
tenaga Kesehatan berupa perilaku atau sikap yang dilakukannya untuk mempengaruhi atau
memberikan contoh kepada masyarakat awam.
Menurut Snehandu B. Kar tahun 1983, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi lima yaitu, niat
atau keinginan dari individu dalam berperilaku yang tepat, dukungan dari sekitar yang
mempengaruhi perubahan atau pembentukan perilaku kesehatan, tersedianya fasilitas-fasilitas yang
mampu menunjang terjadinya pembentukan perilaku yang sesuai, diberikannya kebebasan individu
dalam melakukan perubahan perilaku, dan adanya situasi yang memungkinkan dalam melakukan
tindakan untuk upaya perubahan perilaku yang diinginkan.
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 1983, determinan perilaku ada empat hal yaitu,
pemikiran dan perasaan seseorang mengenai pandangannya terhadap sesuatu, adanya seseorang
yang dianut atau dianggap penting yang bisa membuat perubahan yang lebih meyakinkan individu,
terpenuhinya sumber atau fasilitas yang memadai, dan adanya kebudayaan dalam berperilaku atau
bersikap seseorang dalam sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
1.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/33921/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
2.https://brainly.co.id/tugas/11665276
3.http://eprints.umm.ac.id/37920/3/jiptummpp-gdl-alfionitaa-47462-3-babii.pdf
NIM : 2002070049
Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi
terus berkelanjutan.
Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan
sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses
berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh
orang lain menjadi suatu stimulus.
Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa
memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi.
Percakapan diantara dua orang sahabat dan antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki
dimesi isi yang berbeda.
Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat
kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan
dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan
komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap
tujuannya tercapai)
Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktuPesan komunikasi yang dikirimkan oleh
pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses
komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu
berlangsung.
Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Tidak dapat dibayangkan jika orang
melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka
kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa
seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat
seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.
Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai,
adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa
hal internal tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia
bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi
Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada
kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan.
Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.
Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau
tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti.
Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan
transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak yang
melakukan komunikasi.
Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap
efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika
seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja
pada diri orang lain tersebut.
Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah.
Komunikasi kesehatan adalah ceruk unik dalam perawatan kesehatan yang memungkinkan para
profesional menggunakan strategi komunikasi untuk menginformasikan dan memengaruhi
keputusan dan tindakan publik untuk meningkatkan kesehatan.
3. Determinan perilaku kesehatan merupakan faktor yang menentukan atau membentuk seseorang
dalam melakukan perilaku kesehatan yang tepat dan sesuai dengan tempatnya. Di sini akan
membahas tiga teori tentang determinan perilaku kesehatan menurut para ahli yaitu Lawrence
Green, Snehandu B. Kar, dan WHO yang merupakan patokan dan acuan dalam menentukan faktor
perilaku kesehatan yang dipakai dalam standar umum kesehatan.[2]
Menurut Lawrence Green tahun 1980, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi tiga yaitu,
faktor pendukung, faktor pemungkin, dan faktor pendorong. Faktor pendukung di antaranya adalah
kebiasaan, kebudayaan, tanggapan, pengetahuan, tradisi, nilai, dan sikap. Faktor pemungkin di
antaranya adalah terpenuhinya lingkungan dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan, rujukan yang
diperlukan, dan keahlian untuk melakukan sesuatu. Lalu faktor pendorong di antaranya adalah dari
tenaga kesehatan berupa perilaku atau sikap yang dilakukannya untuk mempengaruhi atau
memberikan contoh kepada masyarakat awam.[3]
Menurut Snehandu B. Kar tahun 1983, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi lima yaitu, niat
atau keinginan dari individu dalam berperilaku yang tepat, dukungan dari sekitar yang
mempengaruhi perubahan atau pembentukan perilaku kesehatan, tersedianya fasilitas-fasilitas yang
mampu menunjang terjadinya pembentukan perilaku yang sesuai, diberikannya kebebasan individu
dalam melakukan perubahan perilaku, dan adanya situasi yang memungkinkan dalam melakukan
tindakan untuk upaya perubahan perilaku yang diinginkan.[3]
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 1983, determinan perilaku ada empat hal yaitu,
pemikiran dan perasaan seseorang mengenai pandangannya terhadap sesuatu, adanya seseorang
yang dianut atau dianggap penting yang bisa membuat perubahan yang lebih meyakinkan individu,
terpenuhinya sumber atau fasilitas yang memadai, dan adanya kebudayaan dalam berperilaku atau
bersikap seseorang dalam sehari-hari.[3]
DAFTAR PUSTAKA
http://bowonurcahyono.wordpress.com/
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Health_communication
NIM : 2002070066
Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi
terus berkelanjutan.
Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan
sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses
berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh
orang lain menjadi suatu stimulus.
Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa
memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi.
Percakapan diantara dua orang sahabat dan antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki
dimesi isi yang berbeda.
Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat
kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan
dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan
komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap
tujuannya tercapai)
Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktuPesan komunikasi yang dikirimkan oleh
pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses
komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu
berlangsung.
Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Tidak dapat dibayangkan jika orang
melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka
kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa
seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat
seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.
Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai,
adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa
hal internal tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia
bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi
Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada
kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan.
Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.
Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau
tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti.
Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan
transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak yang
melakukan komunikasi.
Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap
efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika
seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja
pada diri orang lain tersebut.
Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah.
Komunikasi kesehatan adalah ceruk unik dalam perawatan kesehatan yang memungkinkan para
profesional menggunakan strategi komunikasi untuk menginformasikan dan memengaruhi
keputusan dan tindakan publik untuk meningkatkan kesehatan.
3. Determinan perilaku kesehatan merupakan faktor yang menentukan atau membentuk seseorang
dalam melakukan perilaku kesehatan yang tepat dan sesuai dengan tempatnya. Di sini akan
membahas tiga teori tentang determinan perilaku kesehatan menurut para ahli yaitu Lawrence
Green, Snehandu B. Kar, dan WHO yang merupakan patokan dan acuan dalam menentukan faktor
perilaku kesehatan yang dipakai dalam standar umum kesehatan.[2]
Menurut Lawrence Green tahun 1980, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi tiga yaitu,
faktor pendukung, faktor pemungkin, dan faktor pendorong. Faktor pendukung di antaranya adalah
kebiasaan, kebudayaan, tanggapan, pengetahuan, tradisi, nilai, dan sikap. Faktor pemungkin di
antaranya adalah terpenuhinya lingkungan dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan, rujukan yang
diperlukan, dan keahlian untuk melakukan sesuatu. Lalu faktor pendorong di antaranya adalah dari
tenaga kesehatan berupa perilaku atau sikap yang dilakukannya untuk mempengaruhi atau
memberikan contoh kepada masyarakat awam.[3]
Menurut Snehandu B. Kar tahun 1983, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi lima yaitu, niat
atau keinginan dari individu dalam berperilaku yang tepat, dukungan dari sekitar yang
mempengaruhi perubahan atau pembentukan perilaku kesehatan, tersedianya fasilitas-fasilitas yang
mampu menunjang terjadinya pembentukan perilaku yang sesuai, diberikannya kebebasan individu
dalam melakukan perubahan perilaku, dan adanya situasi yang memungkinkan dalam melakukan
tindakan untuk upaya perubahan perilaku yang diinginkan.[3]
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 1983, determinan perilaku ada empat hal yaitu,
pemikiran dan perasaan seseorang mengenai pandangannya terhadap sesuatu, adanya seseorang
yang dianut atau dianggap penting yang bisa membuat perubahan yang lebih meyakinkan individu,
terpenuhinya sumber atau fasilitas yang memadai, dan adanya kebudayaan dalam berperilaku atau
bersikap seseorang dalam sehari-hari.[3]
DAFTAR PUSTAKA
http://bowonurcahyono.wordpress.com/
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Health_communication
NIM : 2002070069
Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi
terus berkelanjutan.
Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan
sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses
berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh
orang lain menjadi suatu stimulus.
Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa
memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi.
Percakapan diantara dua orang sahabat dan antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki
dimesi isi yang berbeda.
Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat
kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan
dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan
komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap
tujuannya tercapai)
Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktuPesan komunikasi yang dikirimkan oleh
pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses
komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu
berlangsung.
Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Tidak dapat dibayangkan jika orang
melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka
kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa
seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat
seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.
Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai,
adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa
hal internal tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia
bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi
Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada
kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan.
Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.
Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau
tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti.
Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan
transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak yang
melakukan komunikasi.
Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap
efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika
seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja
pada diri orang lain tersebut.
Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah.
Komunikasi kesehatan adalah ceruk unik dalam perawatan kesehatan yang memungkinkan para
profesional menggunakan strategi komunikasi untuk menginformasikan dan memengaruhi
keputusan dan tindakan publik untuk meningkatkan kesehatan.
3. Determinan perilaku kesehatan merupakan faktor yang menentukan atau membentuk seseorang
dalam melakukan perilaku kesehatan yang tepat dan sesuai dengan tempatnya. Di sini akan
membahas tiga teori tentang determinan perilaku kesehatan menurut para ahli yaitu Lawrence
Green, Snehandu B. Kar, dan WHO yang merupakan patokan dan acuan dalam menentukan faktor
perilaku kesehatan yang dipakai dalam standar umum kesehatan.[2]
Menurut Lawrence Green tahun 1980, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi tiga yaitu,
faktor pendukung, faktor pemungkin, dan faktor pendorong. Faktor pendukung di antaranya adalah
kebiasaan, kebudayaan, tanggapan, pengetahuan, tradisi, nilai, dan sikap. Faktor pemungkin di
antaranya adalah terpenuhinya lingkungan dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan, rujukan yang
diperlukan, dan keahlian untuk melakukan sesuatu. Lalu faktor pendorong di antaranya adalah dari
tenaga kesehatan berupa perilaku atau sikap yang dilakukannya untuk mempengaruhi atau
memberikan contoh kepada masyarakat awam.[3]
Menurut Snehandu B. Kar tahun 1983, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi lima yaitu, niat
atau keinginan dari individu dalam berperilaku yang tepat, dukungan dari sekitar yang
mempengaruhi perubahan atau pembentukan perilaku kesehatan, tersedianya fasilitas-fasilitas yang
mampu menunjang terjadinya pembentukan perilaku yang sesuai, diberikannya kebebasan individu
dalam melakukan perubahan perilaku, dan adanya situasi yang memungkinkan dalam melakukan
tindakan untuk upaya perubahan perilaku yang diinginkan.[3]
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 1983, determinan perilaku ada empat hal yaitu,
pemikiran dan perasaan seseorang mengenai pandangannya terhadap sesuatu, adanya seseorang
yang dianut atau dianggap penting yang bisa membuat perubahan yang lebih meyakinkan individu,
terpenuhinya sumber atau fasilitas yang memadai, dan adanya kebudayaan dalam berperilaku atau
bersikap seseorang dalam sehari-hari.[3]
DAFTAR PUSTAKA
http://bowonurcahyono.wordpress.com/
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Health_communication
NIM : 2002070056
Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa
memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi.
Percakapan diantara dua orang sahabat dan antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki
dimesi isi yang berbeda.
Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat
kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan
dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan
komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap
tujuannya tercapai)
-Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktuPesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak
komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses
komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu
berlangsung.
-Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan
tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat
memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang
maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang
menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.
Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai,
adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa
hal internal tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia
bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
-Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh kehidupannya sebagai individu
dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi, maupun masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari
setiap manusia berinteraksi, membangun relasi dan transaksi sosial dengan orang lain. Itulah
sebabnya manusia tidak dapat menghindari komunikasi antar personal, komunikasi dalam kelompok,
komunikasi dalam organisasi dan publik, dan komunikasi massa (Liliweri, 2009).
-Komunikasi senantiasa berperan penting dalam proses kehidupan. Komunikasi merupakan inti dari
kehidupan sosial manusia dan merupakan komponen dasar dari hubungan antar manusia. Banyak
permasalahan yang menyangkut manusia dapat diidentifikasi dan dipecahkan melalui komunikasi
(Suryani, 2006).
-Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang, simbol
bahasa, atau gerak (non verbal), untuk memengaruhi perilaku orang lain. Proses komunikasi yang
menggunakan stimulus atau respon dalam bentuk bahasa baik lisan maupun tulisan selanjutnya
disebut komunikasi verbal. Sedangkan apabila proses komunikasi tersebut menggunakan simbol-
simbol tertentu disebut komunikasi non verbal (Setiawati, 2008).
Bentuk Komunikasi
-Ada beberapa bentuk komnikasi yang perlu diketahui oleh seorang komunikator agar dia mampu
memilih bentuk komunikasi yang tepat ketika berkomunikasi. Secara garis besar bentuk komunikasi
dibagi 4 (empat) yaitu komunikasi personal (komunikasi intra personal dan komunikasi
interpersonal), komunikasi kelompok, komunikasi massa, dan komunikasi medio. (Effendy, 2002).
-Pada pembahasan berikutnya akan dijelaskan lebih lanjut mengenai komunikasi interpersonal dan
komunikasi terapeutik :
-Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang dilakukan pada diri sendiri, yang terdiri dari
sensasi, persepsi, memori dan berpikir. Komunikasi ini biasanya dilakukan oleh seseorang ketika
merenung tentang dirinya atau pada saat melakukan evaluasi diri.
-Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncakan secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan dan kesehatan klien.
2. KOMUNIKASI KESEHATAN
-Komunikasi adalah proses rangsangan stimulus dalam bentuk lambang atau simbol bahasa atau
gerak non verbal, untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Komunikasi kesehatan merupakan
bagian dari komunikasi antar manusia dengan fokus utama pada bagaimana individu menghadapi
isu-isu kesehatan serta bagaimana upaya memelihara kesehatannya.
-Komunikasi kesehatan memanfaatkan jasa komunikasi untuk mempengaruhi secara positif perilaku
kesehatan individu, keluarga dan komunitas masyarakat. Komunikasi kesehatan meliputi informasi
tentang pencegahan penyakit, promosi kesehatan, kebijakan pemeliharaan kesehatan serta
meningkatkan kesadaran individu tentang isu-isu kesehatan, masalah kesehatan, resiko kesehatan
serta solusi kesehatan. Media advokasi, media massa, media entertainmen dan internet merupakan
ragam bentuk komunikasi kesehatan. dengan tujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan
derajat kesehatan.
1. Komunikator
2. Komunikan
3. Pesan
4. Media
5. Efek
-Tujuan utama dari komunikasi kesehatan ini adalah untuk perubahan prilaku kesehatan pada
sasaran kearah yang lebih kondusif sehingga dimungkinkan terjadinya peningkatan status kesehatan
sebagai dampak (impact) dari program komunikasi kesehatan.
Kerangka konsep determinan kesehatan yang diterima luas dewasa ini adalah bahwa tingkat
kesehatan individu dan distribusi kesehatan yang adil dalam populasi ditentukan oleh banyak faktor
yang terletak di berbagai level. Dahlgren dan Whitehead (1991) menggambarkan determinan sosial
kesehatan terletak di berbagai level dalam model eko-sosial kesehatan (Gambar 1). Perhatikan
bahwa pelayanan kesehatan bukan satu-satunya determinan kesehatan, melainkan hanya salah satu
dari banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan individu dan populasi.
Dalam teori eko-sosial kesehatan, Dahlgren dan Whitehead (1991) menjelaskan bahwa kesehatan/
penyakit yang dialami individu dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terletak di berbagai lapisan
lingkungan, sebagian besar determinan kesehatan tersebut sesungguhnya dapat diubah (modifiable
factors). Gambar 1 memeragakan, individu yang kesehatannya ingin ditingkatkan terletak di pusat,
dengan faktor konstitusional (gen), dan sistem lingkungan mikro pada level sel/ molekul. Lapisan
pertama (level mikro, hilir/ downstream) determinan kesehatan meliputi perilaku dan gaya hidup
individu, yang meningkatkan ataupun merugikan kesehatan, misalnya pilihan untuk merokok atau
tidak merokok. Pada level mikro, faktor konstitusional genetik berinteraksi dengan paparan
lingkungan dan memberikan perbedaan apakah individu lebih rentan atau lebih kuat menghadapi
paparan lingkungan yang merugikan. Perilaku dan karakteristik individu dipengaruhi oleh pola
keluarga, pola pertemanan, dan norma-norma di dalam komunitas.
Dengan memahami prasyarat terjadinya kesehatan dapat disimpulkan, kesehatan tidak dapat
dipisahkan hubungannya dengan kondisi sosial ekonomi, lingkungan fisik, perilaku dan gaya-hidup
individu. Hubungan tersebut memberikan pemahaman yang holistik dan sistemik tentang kesehatan.
Holistik dalam arti kesehatan individu yang ingin ditingkatkan meliputi aspek biopsikososial. Sistemik
dalam arti kesehatan individu dan populasi dipengaruhi oleh faktor-faktor pada berbagai level, yang
tertata dalam suatu sistem di masing-masing level, dan lintas level, suatu paradigma yang disebut
“eko-epidemiologi” (Susser dan Susser, 2001). Implikasi bagi kebijakan, diperlukan kebijakan publik
yang sehat (“healthy public policy”), yakni kebijakan publik yang secara langsung maupun tidak
langsung (melalui perubahan dan perbaikan determinan kesehatan pada level makro) dapat
meningkatkan kesehatan individu dan kesehatan kolektif komunitas, serta menciptakan distribusi
kesehatan yang adil.
"RESUMAN MATERI"
NIM : 2002070070
Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan
sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain, maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses
komunikasi.
dimensi hubungan.
Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara nonverbal.
Dimensi isi = menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan.
seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang
tidak di rencanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan
detail),
dan waktu.
Ketika orang – orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka.
Komunikator memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana komunikan akan merespon.
=>Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial – budaya semakin efektiflah komunikasi.
- Komunikasi Intrapersonal
- Komunikasi Interpersonal
- Komunikasi Kelompok
- Komunikasi Organisasi
- Komunikasi Massa
*Tujuan komunikasi
kepentingan komunikator/sumber :
1. Memberikan
informasi
2. Mendidik
3. Menghibur
4. Menganjurkan
tindakan/persuasi
kepentingan komunikan/penerima :
1. Memahami
informasi
2. Mempelajari
3. Menikmati
4. Menerima atau
menolah anjuran
Komunikasi kesehatan
Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar manusia yang memiliki fokus pada
bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok/masyarakat menghadapi isu-isu yang
berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk memelihara kesehatannya (Northouse dalam
Notoatmodjo, 2005). Fokus utama dalam komunikasi kesehatan adalah terjadinya transaksi yang
secara spesifik berhubungan dengan isu-isu kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
transaksi tersebut. Transaksi yang berlangsung antar ahli kesehatan, antara ahli kesehatan dengan
pasien dan antara pasien dengan keluarga pasien merupakan perhatian utama dalam komunikasi
kesehatan.Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif
perilaku kesehatan individu dan komunitas masyarakat, dengan menggunakan berbagai
prinsip dan metode komunikasi baik komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa. Selain
itu, komunikasi kesehatan juga dipahami sebagai studi yang mempelajari bagaimana cara
menggunakan strategi komunikasi untuk menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat
mempengaruhi individu dan komunitas agar dapat membuat keputusan yang tepat
masalah kesehatan, resiko kesehatan serta solusi kesehatan. Peningkatan kesadaran individu akan
hal-hal tersebut ini berdampak pada keluarga serta lingkungan komunitas individu. Contohnya bila
dalam sebuah keluarga ada anggota keluarga yang menderita sakit diabetes (isu kesehatan dan
masalah kesehatan).
Lebih banyak orang mengenal kampanye media massa sebagai salah satu cara
mengkomunikasikan isu-isu kesehatan. Namun ternyata ada bentuk komunikasi kesehatan yang lain.
Program entertainmen (hiburan) merupakan salah satu cara lain yang cukup efektif dalam
mengkomunikasikan informasi kesehatan. Beberapa hasil penelitian
mendemonstrasikan bahwa informasi kesehatan yang ditayangkan secara singkat memiliki pengaruh
yang cukup kuat. Dalam sebuah survey yang dilakukan oleh Paul Novelli pada
tahun 2001 terhadap 3719 individu, menemukan bahwa banyak informasi kesehatan yang dapat
dipelajari oleh individu ketika menonton televisi pada jam-jam utama (prime time).
Bentuk komunikasi kesehatan yang lain adalah media advocacy, yang didefiniksikan
sebagai upaya pemanfaatan media massa yang lebih strategis bila didukung oleh
Komunikasi kesehatan dalam berbagai bentuk seperti media advokasi, media massa,
media entertainmen dan internet mampu membentuk sikap dan mengubah perilaku individu
dengan cara meningkatkan kesadaran dan menambah pengetahuan tentang isu-isu kesehatan,
masalah-masalah kesehatan dan solusi kesehatan dengan tujuan untuk meningkatkan dan
DAFTAR PUSTAKA
Baxter, L., Nichole E., Ho, Evelyn, 2008. Everyday Health Communication Experiences.Journal of
American College Health. Vol. 56 No. 4.
Aditama
Mubarak dan Chayatin, 2008 Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Penerbit
Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.
P.D. Williams, 2002. Interrelationship among variables affecting wall siblings and mothers in families
of children with chronic illness ordisability. Journal Of Behavioral Medicine.
25.411-424.
Sutton, S. 2004. Health Psychology. London: SageTaylor, S. 2006. Health Psychology. New York : Mc
Graw Hill
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku
merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Secara garis
besar perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yakni aspek fisik, psikis dan sosial. Akan tetapi
dari ketiga aspek tersebut sulit ditarik garis yang tegas batas – batasnya. Secara lebih terinci, perilaku
manusia yang sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan,
keingginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
Namun demikian, pada realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang menentukan
perilaku seseorang. Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan tersebut ditentukan atau
dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, diantaranya adalah faktor pengalaman, keyakinan, sarana
fisik, sosio – budaya masyarakat dan sebagainya sehingga proses terbentuknya perilaku.
Disamping asumsi – asumsi tersebut, ada beberapa asumsi lain, antara lain asumsi yang
mendasarkan kepada teori kepribadian dari Spranger. Spranger membagi kepribadian manusia itu
menjadi enam macam nilai kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai
budaya yang dominan pada diri orang tersebut. Selanjutnya, kepribadian
Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap determinan perilaku dari
analisis faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan, antara lain teori Lawrence Green (1980), Snehandu B.Kar (1983) dan WHO (1984).
Nama : Aisya Septi Yuvita Putri
Nim : 2002070047
RESUME MATERI
Dari ayat di atas dapat penulis pahami, bahwa ayat tersebut menyampaikan
informasi kepada komunikan. Unsur yang perlu diperhatikan yaitu pesan yang akan
dikomunikasikan, karena prinsip komunikasi umum dan komunikasi Alquran sebernanya
bertujuan sama, ingin membawa perubahan. Tapi yang membedakannya kepada isi
pesan yang disampaikan. Prinsip komunikasi secara umum apapun pesan bisa
disampaikan oleh komunikator tanpa harus memilah, memilih dan melihat kebenaran
pesan yang akan disampaikan. Sedangkan prinsip komunikasi dalam Alquran seorang
komunikator harus meneliti teliti disini adalah meneliti tentang kebenaran pesan yang
akan disampaikan karena tanpa memperhatikan pesan yang akan disampaikan akan
menimbulkan masalah baru bahkan menyesatkan umat. Selanjutnya tanpa meneliti pesan
yang akan disampaikan, akan memunculkan dampak positif maupun negatif. Positifnya
pesan akan diterima dengan baik oleh komunikan, sedangkan negatifnya pesan tersebut
bisa memunculkan masalah ditengah-tengah kehidupan manusia.
Jadi prinsip komunikasi menurut Alquran , tidak bohong (berkata benar dan
jujur) dan komunikator harus berkata dengan lemah lembut supaya komunikasi dengan
komunikan bisa berjalan dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
https://media.neliti.com/media/publications/164422-ID-etika-komunikasi-dalam-
persfektif-islam.pdf (Di akses pada 24 Maret 2021)
2. Komunikasi Kesehatan
Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar manusia yang
memiliki fokus pada bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok/masyarakat
menghadapi isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk
memelihara kesehatannya (Northouse dalam Notoatmodjo, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
Inti dari definisi promosi kesehatan, baik yang berasal dari Ottawa Charter,
maupun modifikasinya dari WHO adalah masyarakat menjalankan perilaku yang
menguntungkan kesehatan, baik berupa perilaku pencegahan dan pemeliharaan kesehatan,
perilaku memilih dan memperbaiki lingkungan maupun perilaku penggunaan pelayanan
kesehatan, bahkan perilaku yang berkenaan dengan aspek genetika dan kependudukan.
1. Kesenjangan sosial
Pada masyarakat kelas sosial-ekonomi rendah, biasanya lebih beresiko dan rentan
terhadap penyakit dan umur harapan hidup juga lebih rendah.
2. Stress
Kegagalan dalam menanggulangi stress baik dalam pekerjaan maupun dalam
kehidupan sehari-hari sangat mempengaruhi kesehatan seseorang.
3. Kehidupan dini
Kesehatan di masa dewasa sangat ditentukan oleh kondisi kesehatan di usia dini atau
awal kehidupan. Pertumbuhan fisik yang lambat dan dukungan emosional yang
kurang baik di awal kehidupan, akan memberikan dampak kesehatan fisik, emosi dan
kemampuan intelektual di masa dewasa.
4. Pengucilan sosial
Pengucilan menghasilkan perasaan kehilangan dan tak berharga, mengungsi ke tempat
lain yang asing, merasa dikucilkan, kehilangan harga diri, sangat mempengaruhi
kesehatan fisik dan mental seseorang.
5. Pekerjaan
Stress di tempat kerja meningkatkan resiko terhadap penyakit dan kematian.
Memperhatikan syarat-syarat kesehatan dan keselamatan kerja sangat membantu
dalam meningkatkan derajat kesehatan pekerja.
6. Pengangguran
Jaminan adanya pekerjaan meningkatkan derajat kesehatan dan rasa sejahtera, bukan
hanya untuk pekerja tapi juga seluruh keluarganya. Keadaan yang sebaliknya terjadi
pada penganggur.
7. Dukungan sosial
Persahabatan, hubungan sosial dan kekerabatan yang baik memberikan dampak
kesehatan yang baik dalam keluarga, di tempat kerja dan di masyarakat.
9. Pangan
Cara makan yang sehat dan ketersediaan pangan merupakan hal utama dalam
kesehatan dan kesejahteraan seseorang dan masyarakat. Baik kekurangan gizi maupun
kelebihan gizi sama-sama menimbulkan masalah kesehatan dan penyakit.
10. Transportasi
Transportasi yang sehat berarti mengurangi waktu mengendarai dan meningkatkan
gerak fisik yang sangat baik bagi kebugaran dan kesehatan. Selain itu, mengurangi
kendaraan berarti membantu mengurangi polusi.
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena
perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal
(lingkungan). Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yakni
aspek fisik, psikis dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit ditarik garis
yang tegas batas – batasnya. Secara lebih terinci, perilaku manusia yang sebenarnya
merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keingginan,
kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.uki.ac.id/2759/1/BUKUMODULPROMOSIKESEHATAN.pdf (Di
akses pada 24 Maret 2021).
NIM : 2002070067
Prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi mempunyai uraian
yang beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh masing-masing pakar. Istilah prinsip
oleh William B. Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi. Larry A.Samovar dan Richard E.Porter
menyebutnya karakteristik komunikasi. Deddy Mulyana, Ph.D membuat istilah baru yaitu prinsip-
prinsip komunikasi.
Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari definisi dan
hakekat komunikasi yaitu :
Prinsip 1 : Komunikasi adalah suatu proses simbolik komunikasi adalah sesuatu yang bersifat
dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan.
Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi setiap orang tidak bebas nilai, pada saat
orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka
orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi
non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.
Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi
isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara
pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. Percakapan diantara dua orang sahabat dan antara
dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki dimesi isi yang berbeda.
Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan setiap tindakan
komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah
artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja
yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul
disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai)
Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktuPesan komunikasi yang dikirimkan oleh
pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses
komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu
berlangsung.
Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Tidak dapat dibayangkan jika orang
melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka
kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa
seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat
seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.
Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang
dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana
seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal seperti
lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia
melakukan tindakan komunikasi.
Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi jika dua orang
melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada
kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan.
Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.
Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak
berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang
dikirimkan itu diterima dan dimengerti.
Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional konsekuensi dari prinsip bahwa
komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses
saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
Prinsip 11 : komunikasi bersifat irreversible setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak
dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan.
Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka
efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut.
Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam arti bahwa
komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Deddy. 2005. Human Communication: prinsip – prinsip dasar. Bandung: Remaja
Rosdakarya Hanafi, Abdullah. 1984. Memahami Antar Manusia. Surabaya: Usaha Nasional Cangara,
Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Gradindo Persada Wood, Julia T. 2013.
Komunikasi interpersonal: Interaksi Keseharian. Jakarta: Salemba Humanika Dasrun Hidayat. 2012.
Komunikasi Antar Pribadi & Medianya. Yogyakarta: Graha Ilmu Dian Wisnuwardhani, Sri Fatmawati.
2012. Hubungan Interpersonal. Jakarta: Salemba Humanika Phil, Astrid, S. Susanto. 1988. Komunikasi
Dalam Teori dan Praktik. Binacipta Effendi, Onong Uchjana. 2011. Ilmu Komunikasi: teori dan Praktik.
Bandung: Remaja Rosdakarya Mulyana, Deddy. 2012. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung:
Remaja Rosdakarya Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif dan R&D. Bandung: Remaja Rosdakarya Rachmat Kriyantono. 2010. Teknik Praktis Riset
Komunikasi. Jakarta: Kharisma Putra Utama Alo liliweri. 1997. Komunikasi Antarpribadi. Bandung:
Citra Aditya Bakti 62 Morissan. 2013. Teori Komunikasi: Komunikator, Pesan, Percakapan, dan
Hubungan (interpersonal). Bogor: Ghalia Indonesia Suranto Aw. 2010. Komunikasi Sosial Budaya.
Yogyakarta: Graha Ilmu Suranto Aw. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu
KOMUNIKASI KESEHATAN
Komunikasi adalah proses rangsangan stimulus dalam bentuk lambang atau simbol bahasa
atau gerak non verbal, untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Komunikasi kesehatan merupakan
bagian dari komunikasi antar manusia dengan fokus utama pada bagaimana individu menghadapi
isu-isu kesehatan serta bagaimana upaya memelihara kesehatannya. Komunikasi kesehatan
memanfaatkan jasa komunikasi untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan individu,
keluarga dan komunitas masyarakat. Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan
penyakit, promosi kesehatan, kebijakan pemeliharaan kesehatan serta meningkatkan kesadaran
individu tentang isu-isu kesehatan, masalah kesehatan, resiko kesehatan serta solusi kesehatan.
Media advokasi, media massa, media entertainmen dan internet merupakan ragam bentuk
komunikasi kesehatan. dengan tujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan derajat kesehatan.
Komunikasi kesehatan juga dianggap relevan dengan beberapa konteks dalam bidang
kesehatan, termasuk didalamnya :
3) kepatuhan individu pada proses pengobatan yang harus dijalani serta kepatuhan dalam
melakukan saran medis yang diterima,
6) gambaran secara garis besar profil kesehatan di media massa dan budaya,
7) pendidikan bagi pengguna jasa kesehatan bagaimana mengakses fasilitas kesehatan umum
serta sistem kesehatan dan
1) Untuk menyampaikan pesan (informasi) atau menyebarluaskan informasi kepada orang lain.
Artinya, dari penyebarluasan informasi ini diharapkan penerima informasi akan mengetahui apa
yang ingin diketahui.
Komunikasi kesehatan dalam berbagai bentuk seperti media advokasi, media massa, media
entertainmen dan internet mampu membentuk sikap dan mengubah perilaku individu dengan cara
meningkatkan kesadaran dan menambah pengetahuan tentang isu-isu kesehatan, masalah-masalah
kesehatan dan solusi kesehatan dengan tujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan derajat
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Baxter, L., Nichole E., Ho, Evelyn, 2008. Everyday Health Communication Experiences.
Damaiyanti, M. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: Refika Aditama
Mubarak dan Chayatin, 2008 Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi. Jakarta :
Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.
P.D. Williams, 2002. Interrelationship among variables affecting wall siblings and mothers in
families of children with chronic illness ordisability. Journal Of Behavioral Medicine. 25.411-424.
Konsep Umum Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena
perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan).
Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yakni aspek fisik, psikis dan sosial.
Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit ditarik garis yang tegas batas – batasnya. Secara lebih
terinci, perilaku manusia yang sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti
pengetahuan, keingginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Namun
demikian, pada realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang menentukan perilaku
seseorang. Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan tersebut ditentukan atau dipengaruhi oleh
berbagai faktor lain, diantaranya adalah faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosio – budaya
masyarakat dan sebagainya sehingga proses terbentuknya perilaku. Disamping asumsi – asumsi
tersebut, ada beberapa asumsi lain, antara lain asumsi yang mendasarkan kepada teori kepribadian
dari Spranger. Spranger membagi kepribadian manusia itu menjadi enam macam nilai kebudayaan.
Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang
tersebut. Selanjutnya, kepribadian tersebut akan menentukan pola dasar perilaku manusia yang
bersangkutan.
Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap determinan perilaku dari analisis
faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan, antara lain teori Lawrence Green (1980), Snehandu B.Kar (1983) dan WHO (1984).
1. Teori Lawrence Green Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.
2. Teori Snehandu B.Kar Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak
3. Teori WHO Tim kerja WHO menganalisis bahwa menyebakan seseorang itu berperilaku
tertentu
4) Teori Kurt Lewin Lewin berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang
seimbang antara kekuatan – kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan – kekuatan
penahan (restining forces).
5) Teori Kognisi Sosial Teori kognisi sosial merupakan interaksi yang terus-menerus antara suatu
perilaku, pengetahuan, dan lingkungan. Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura yang semula
dikenal sebagai Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory).
6) Teori ABC (Anteseden, Behaviour, Consequence) Perilaku yang dilakukan oleh seseorang tidak
terlepas dari lingkungan sekitarnya
7) Theory of Reasoned Action (TRA) Teori of reasoned action ( TRA) ini digunakan untuk melihat
keterkaitan antara keyakinan, sikap, niat dan perilaku.
8) Theory of Planned Behavior (Teori Perilaku Berencana) Theory of Reasoned Action (TRA)
dikembangkan karena kebutuhan sehingga memunculkan sebuah teori yang disebut dengan
Theory of Planned Behavior (TPB). Menurut Theory of Planned Behavior (TPB), intensi
dipengaruhi oleh tiga hal yaitu : sikap, norma subjektif, kontrol perilaku.
9) Health Belief Model ( HBM) HBM (Health Belief Model) dikembangkan pada tahun 1950-an
untuk menjelaskan respon individu terhadap gejala penyakit, diagnosa, pengobatan dan alasan
mengapa orang tidak berpartisipasi pada program kesehatan masyarakat.
Bentuk – bentuk perubahan perilaku menurut WHO. Menurut WHO, perubahan perilaku itu
dikelompokkan menjadi tiga.
1. Perubahan Alamiah (Natural Change) Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu
disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan
lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota – anggota masyarakat di
dalamnya juga akan mengalami perubahan.
2. Perubahan Terencana (Planned Change) Perubahan perilaku ini terjadi karena memang
direncanakan sendiri oleh subjek dikarenakan individu tersebut merasakan akan mendapatkan
kerugian atau keuntungan jika perilaku tersebut diteruskan.
3. Kesediaan untuk Berubah (Readiness to Change) Apabila terjadi suatu inovasi atau program –
program pembangunan didalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang
sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah perilakunya), dan
sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini
disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah (readiness to change) yang
berbeda – beda.
DAFTAR PUSTAKA
NIM : 2002070045
“TUGAS RESUME”
PRINSIP DASAR KOMUNIKASI
KOMUNIKASI KESEHATAN
DAFTAR PUSTAKA
https://pakarkomunikasi.com/prinsip-komunikasi-kesehatan
http://diansrimulyani.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63386/Prinsip+Dasar+Komunik
asi.pdf
NAMA : IQLIMAH MAGHFIROH
NIM : 2002070060
TUGAS RESUME
Istilah prinsip oleh William B. Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi. Larry A. Samovar dan
Richard E.Porte rmenyebutnya karakteristik komunikasi. Deddy Mulyana, Ph.D membuat istilah baru
yaitu prinsip-prinsip komunikasi. Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran
lebih jauh dari definisi dan hakekat komunikasi yaitu :
Prinsip 1 : Komunikasi adalah suatu proses simbolik. Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat
dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan.
Prinsip 2 : Setiap prilaku mempunyai potensi komunikasi. Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat
orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka
orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi
non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.
Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan. Setiap pesan komunikasi mempunyai
dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada
diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi.
Prinsip 4 : Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan. Setiap tindakan komunikasi
yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah artinya
tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan
dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja
(pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai).
Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu. Pesan komunikasi yang dikirimkan
oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana
proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu
berlangsung.
Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Tidak dapat dibayangkan jika orang
melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka
kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman. Prediksi seperti
itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.
Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik. Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang
dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana
seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal seperti
lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia
melakukan tindakan komunikasi.
Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi. Jika dua orang
melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada
kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan.
Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.
Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial. Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak
berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang
dikirimkan itu diterima dan dimengerti.
Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional. Konsekuensi dari prinsip
bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada
proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
Prinsip 11 : Komunikasi bersifat irreversible. Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak
dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan.
Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka
efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut.
Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasehat untuk menyelesaikan berbagai masalah. Dalam arti bahwa
komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
[1].
Komunikasi kesehatan merupakan dari komunikasi antar manusia yang memiliki focus pada
bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok atau masyarakat menghadapi isu-isu yang
berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk memelihara kesehatannya (Northouse dalam
Notoatmodjo, 2005). Focus utama dalam komunikasi kesehatan adalah terjadinya transaksi yang
secara spesifik berhubungan dengan isu-isu kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
transaksi tersebut. Transaksi yang berlangsung antar ahli kesehatan, antara ahli kesehatan dengan
pasien dan antara pasien dengan keluarga pasien merupakan perhatian utama dalam komunikasi
kesehatan.
Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif
perilaku kesehatan individu dan komunitas masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan
metode komunikasi baik komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa.
Selain itu, komunikasi kesehatan juga dipahami sebagai studi yang memperlajari bagaimana
cara menggunakan strategi komunikasi untuk menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat
mempengaruhi individu dan komunitas agar dapat membuat keputusan yang tepat berkaitan
dengan pengelolaan kesehatan (Liliweri, 2008).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa komunikasi kesehatan merupakan aplikasi dari
konsep dan teori komunikasi dalam transaksi yang berlangsung antar individu kelompok terhadap
isu-isu kesehatan.
Tujuan pokok dari komunikasi kesehatan adalah perubahan perilaku kesehatan dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan [2].
Secara lebih khusus, bagi para professional kesehatan, komunikasi kesehatan bermanfaat
untuk meningkatkan efektivitas komunitas diantara professional kesehatan, professional kesehatan
dengan lembaga kesehatan dan professional kesehatan dengan masyarakat.
Pada akhirnya, masyarakat mendapatkan manfaat dari komunikasi kesehatan dalam bentuk
meningkatkan kualitas taraf hidup kesehatan sebagai hasil dari komunikasi kesehatan yang dilakukan
oleh professional kesehatan dan lembaga bersangkutan [3].
Depkes RI (2008) menitik beratkan bahwa promosi kesehatan bukan hanya sekedar proses
penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya menfasilitasi perubahan perilaku.
Secara teknis, promosi kesehatan dapat dijabarkan dalam berbagai program dan kegiatan
yang diformulasikan untuk mewujudkan perubahan perilaku masyarakat juga mengupayakan
perubahan secara sosial dan lingkungan fisik yang mengarah pada peningkatan derajat kesehatan
masyarakat.
Committee on Health Education and Promotion Terminology yang dikutip oleh McKenzie
(2007) mendefenisikan promosi kesehatan sebagai kombinasi terencana apapun dari mekanisme
pendidikan, politik, lingkungan, peraturan, maupun mekanisme organisasi yang mendukung tindakan
dan kondisi kehidupan yang kondusif untuk kesehatan individu, kelompok dan masyarakat. Pada
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan (Depkes RI, 2006) disebutkan bahwa promosi kesehatan
adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk,
dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan
kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Dalam melakukan promosi kesehatan tidak terlepas dari perilaku. Perilaku tidak hanya
menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma, melainkan juga dimensi ekonomi.
Sistem nilai dan norma merupakan rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu. Sistem nilai dan norma “dibuat” oleh masyarakat untuk dianut oleh individu-
individu anggota masyarakat tersebut. Namun demikian sistem nilai dan norma, sebagai sistem
sosial, adalah sesuatu yang dinamis. Artinya, sistem nilai dan norma suatu masyarakat akan berubah
mengikuti perubahan-perubahan lingkungan dari masyarakat yang bersangkutan (Depkes RI, 2006)
[4].
DAFTAR PUSTAKA
[1] Rayudaswati Budi, S.Sos, M.Si,. Pengantar Ilmu Komunikasi, Kretakupa Print, Makassar, 2010
[2] Metta Rahmadiana. 2012. Komunikasi Kesehatan. Jurnal Psikogenesis Vol I.. No 1.
[3] Fajar Junaedi dan Filosa Gita Sukmono. 2018. Komunikasi Kesehatan: Sebuah Pengantar
Komprehensif. Prenadamedia Group. Jakarta.
[4]http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/63792/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y (diakses pada 24 Maret 2021
NAMA : ELSA FATIKA WIDHIANI
NIM : 2002070063
Menurut Winnet (2004) dalam Liliweri (2009), komunikasi adalah segala aktivitas
interaksi manusia yang bersifat human relationships disertai dengan peralihan sejumlah
fakta-fakta. Secara sederhana dapat dikatakan komunikasi adalah interaksi atau transaksi
antara dua orang (Liliweri, 2009).
Lawrence Green, Health Education Planning, A Diagnostic Approuch (New York: The John
Hopkins University: Mayfield Publising Co, 1980).
https://brainly.co.id/tugas/11665276
RESUME MATA KULIAH
“PROMOSI KESEHATAN”
NAMA : MEITA CATUR KURNIA PUTRI
NIM : 2002070064
MATERI:
2. KOMUNIKASI KESEHATAN
Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar manusia yang
memiliki fokus pada bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok/masyarakat
menghadapi isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk
memelihara kesehatannya (Northouse dalam Notoatmodjo, 2005).
Fokus utama dalam komunikasi kesehatan adalah terjadinya transaksi yang
secara spesifik berhubungan dengan isu-isu kesehatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi transaksi tersebut. Transaksi yang berlangsung antar ahli kesehatan,
antara ahli kesehatan dengan pasien dan antara pasien dengan keluarga pasien
merupakan perhatian utama dalam komunikasi kesehatan. Komunkiasi kesehatan
adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan
individu dan komunitas masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan
metode komunikasi baik komunikasi interpersonal maupun komunikasi massa.
Contoh:
Seorang ibu mau membawa anaknya ke posyandu untuk dilakukan penimbangan agar
mengetahui pertumbuhannya. Tanpa adanya pengetahuan, ibu tersebut mungkin tidak
akan membawa anaknya ke posyandu.
Kedua, faktor pemungkin (enabling factor), yaitu faktor yang memungkinkan atau
yang menfasilitasi perilaku atau tindakan, antara lain: prasarana, sarana, ketersediaan
sdm. Contoh konkritnya, ketersediaan puskesmas, ketersediaan tong sampah, adanya
tempat olah raga, dsb.
Ketiga, faktor penguat (reinforcing factor), yaitu faktor yang mendorong atau
memperkuat terjadinya perilaku, antara lain: sikap petugas kesehatan, sikap tokoh
masyarakat, dukungan suami, dukungan keluarga, tokoh adat, dsb.
Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari promosi kesehatan yaitu tercapainya derajat
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang tinggi, dengan dijalankannya perilaku
yang menguntungkan kesehatan. Untuk itu upaya-upaya promosi kesehatan adalah
penciptaan kondisi yang memungkinkan masyarakat berperilaku sehat dan membuat
perilaku sehat sebagai pilihan yang mudah dijalankan.
Promosi kesehatan juga merupakan salah satu bentuk tindakan mandiri keperawatan
untuk membantu klien baik individu, kelompok maupun masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat
perperan sebagai perawat pendidik. Perubahan perilaku yang diharapkan pada klien
berupa perubahan pola pikir, sikap, dan keterampilan yang spesifik terhadap kesehatan.
Hubungan pembelajaran yang terjadi tersebut harus bersifat dinamis dan interaktif.
Promosi kesehatan pada proses keperawatan tersebut merupakan tahap pengkajian dan
intervensi keperawatan yang diarahkan pada faktor predisposisi, faktor pemungkin dan
faktor penguat masalah perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/33921/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
http://digilib.uinsby.ac.id/218/3/Bab%202.pdf
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Promkes-
Komprehensif.pdf
Nama : Putri Nur Indah Sari
Nim : 2002070068
- Komunikasi kesehatan.
Prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi mempunyai uraian yang
beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh masing-masing pakar. Istilah prinsip oleh
William B. Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi. Larry A. Samovar dan Richard E.Porter
menyebutnya karakteristik komunikasi. Deddy Mulyana, Ph.D membuat istilah baru yaitu prinsip-
prinsip komunikasi. Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh
dari definisi dan hakekat komunikasi yaitu :
1) Prinsip 1 : Komunikasi adalah suatu proses simbolik. Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat
dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan.
2) Prinsip 2 : Setiap prilaku mempunyai potensi komunikasi. Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat
orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka
orang tersebutsudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi
non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.
3) Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan. Setiap pesan komunikasi mempunyai
dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada
diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. Percakapan diantara dua orang sahabat
dan antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki dimesi isi yang berbeda.
4) Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan. Setiap tindakan
komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah
artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atauapa saja
yang akandilakukansecara rincidandetail),sampaipada tindakan komunikasi yang betul-betul
disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai)
5) Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu. Pesan komunikasi yang dikirimkan
oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana
proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu
berlangsung.
6) Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Tidak dapat dibayangkan jika
orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum
maka kita dapatmemprediksi bahwa pihak penerima akanmembalas dengan senyuman, jika kita
menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan
membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.
7) Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik. Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang
dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana
seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal seperti
lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia
melakukan tindakan komunikasi.
8) Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi. Jika dua
orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada
kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan.
Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.
9) Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial. Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak
berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang
dikirimkan itu diterima dan dimengerti.
10) Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional. Konsekuensi dari prinsip
bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada
proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
11) Prinsip 11 : komunikasi bersifat irreversible. Setiap orang yang melakukan proses komunikasi
tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang
dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti orang
lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut.
12) Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasehat untuk menyelesaikan berbagai masalah. Dalam arti
bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah.
Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar manusia yang memiliki
fokus pada bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok/masyarakat menghadapi isu-
isu yang berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk memelihara kesehatannya
(Northouse dalam Notoatmodjo, 2005). Fokus utama dalam komunikasi kesehatan adalah
terjadinya transaksi yang secara spesifik berhubungan dengan isu-isu kesehatan dan faktor-
faktor yang mempengaruhi transaksi tersebut. Transaksi yang berlangsung antar ahli
kesehatan, antara ahli kesehatan dengan pasien dan antara pasien dengan keluarga pasien
merupakan perhatian utama dalam komunikasi kesehatan.
Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku
kesehatan individu dan komunitas masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan
metode komunikasi baik komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa. Selain itu,
komunikasi kesehatan juga dipahami sebagai studi yang mempelajari bagaimana cara
menggunakan strategi komunikasi untuk menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat
mempengaruhi individu dan komunitas agar dapat membuat keputusan yang tepat berkaitan
dengan pengelolaan kesehatan (Liliweri, 2008).
Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan penyakit, promosi kesehatan,
kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, regulasi bisnis dalam bidang kesehatan yang sejauh
mungkin mengubah dan memperbaharui kualitas individu dalam suatu komunitas
masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu pengetahuan dan etika. Dengan demikian
dapat dipahami bahwa komunikasi kesehatan merupakan aplikasi dari konsep dan teori
komunikasi dalam transaksi yang berlangsung antar individu/kelompok terhadap isu-isu kesehatan.
Tujuan pokok dari komunikasi kesehatan adalah perubahan perilaku kesehatan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan.
Teori Lawrence Green Menurut Lawrence Green faktor-faktor yang menentukan perilaku sehingga
menimbulkan perilaku yang positif adalah sebagai berikut.
Faktor Predisposisi
1. Pengetahuan
2. Kepercayaan
3. Nilai
4. Sikap
5. Demografi
B. Faktor pemungkin atau pendukung (Enabling Factors) Faktor pemungkin adalah faktor antaseden
terhadap perilaku yang memungkinkan motivasi atau aspirasi terlaksana, yang termasuk dalam
faktor ini adalah keterampilan, fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang
memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.
C. Faktor penguat (reinforcing factors) Faktor penguat merupakan faktor penyerta perilaku atau
yang datang sesudah perilaku itu ada. Hal–hal yang termasuk dalam faktor ini adalah keluarga,
teman, petugas kesehatan dan sebagainya.
Perilaku Kesehatan Tiap-tiap perilaku kesehatan dapat dilihat dari sebagai fungsi dari pengaruh
ketiga faktor yang dapat memengaruhi perilaku tersebut (predisposisi, pendukung dan penguat).
Dengan kata lain, program penyebaran informasi kesehatan tanpa memperhatikan pengaruh dari
faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor penguat tidak akan berhasil mem pengaruhi
perilaku. Berdasarkan tiga faktor determinan perilaku tersebut, maka kegiatan promosi kesehatan
sebagai pendekatan perilaku hendaknya diarahkan kepada tiga faktor tersebut:
1. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepada faktor predisposisi adalah dalam bentuk
pemberian informasi atau pesan kesehatan dan penyuluhan kesehatan. Tujuan kegiatan ini
memberikan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Tujuan kegiatan ini memberikan
pengetahuan dan sikap tentang kesehatan yang diperlukan oleh seseorang atau masyarakat
sehingga akan mempermudah terjadinya perilaku sehat mereka. Upaya ini dimaksudkan untuk
meluruskan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, dan sebagainya yang tidak kondusif bagi perilaku sehat.
2. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan untuk faktor pendukung atau pemungkin adalah
memberda yakan masyarakat melalui pengembangan masyarakat, diharapkan masyarakat mampu
memfasilitasi diri mereka atau masyarakat sendiri untuk berperilaku sehat.
3. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan pada faktor penguat adalah dengan pelatihan-
pelatihan kepada keluarga, tokoh, masyarakat untuk menguat kan perilaku yang sudah terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Rayudaswati. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Makassar: Kretakupa Print Makassar
NIM : 2002070054
SMT : DUA ( 2 )
2021/2021
Menurut Winnet (2004) dalam Liliweri (2009), komunikasi adalah segala aktivitas
interaksi manusia yang bersifat human relationships disertai dengan peralihan sejumlah
fakta-fakta. Secara sederhana dapat dikatakan komunikasi adalah interaksi atau transaksi
antara dua orang (Liliweri, 2009). 1
2. KOMUNIKASIH KESEHATAN
Manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia
bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Hidup bersama antar
manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Ada
berbagai bentuk pola interaksi antar manusia dalam kehidupan ini, khususnya
mengenai interaksi yang disengaja, salah satunya interaksi dalam memberikan
informasi kesehatan (komunikasi
kesehatan). Salah satu isu utama dalam komunikasi kesehatan adalah mempengaruh
individu dan komunitas. Dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
dengan cara berbagi informasi seputar kesehatan.
Menurut Healthy People 2010 dalam Liliweri (2009), komunikasi kesehatan
yaitu seni menginformasikan, mempengaruhi dan memotivasi individu, institusi, serta
masyarakat tentang isu-isu penting di bidang kesehatan dalam meningkatkan kualitas
hidup dan kesehatan individu dalam masyarakat. Sedangkan menurut Cline, R. dalam
Liliweri (2009), komunikasi kesehatan merupakan sebuah bidang teori, riset dan
praktek yang berkaitan dengan pemahaman dan saling ketergantungan
mempengaruhi komunikasi (interaksi simbolik dalam bentuk pesan dan makna) dan
kepercayaan kesehatan terkait, perilaku dan hasil.
Komunikasi kesehatan menurut Notoatmodjo (2007), merupakan usaha yang
sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehata masyarakat dengan
menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik menggunakan
komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa.
Ratzan dalam Liliweri (2009) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan komunikasi
kesehatan ialah proses kemitraan anara partisipan berdasarkan dialog dua arah yang
di dalamnya ada suasana interaktif, ada pertukaran gagasan, ada kesepakatan
2
https://brainly.co.id/tugas/11665276
mengenai kesatuan gagasan mengenai kesehatan, juga merupakan teknik dari
pengirim dan penerima untuk memperoleh informasi mengenai kesehatan yang
seimbang demi membaharui
pemahaman bersama. 3
3
http://eprints.umm.ac.id/37920/3/jiptummpp-gdl-alfionitaa-47462-3-babii.pdf
4
Maulana, Heri D. J. (2007). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.
fasilitas yang memadai, dan adanya kebudayaan dalam berperilaku atau bersikap
seseorang dalam sehari-hari.5
DAFTAR PUSTAKA
1. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/33921/Chapter
%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y
2. https://brainly.co.id/tugas/11665276
3. http://eprints.umm.ac.id/37920/3/jiptummpp-gdl-alfionitaa-47462-3-
babii.pdf
4. . Maulana, Heri D. J. (2007). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.
5. ^ a b c Agustin, Aat (2019). Promosi Kesehatan. Jogjakarta: CV Budi Utama
PROMOSI KESEHATAN
5
^ a b c Agustin, Aat (2019). Promosi Kesehatan. Jogjakarta: CV Budi Utama
Nama: putri wijiati
Nim : 2002070071
Prinsip merupakan sebuah dasar atau awal dari informasi yang dianggap sebagai kebenaran
baik secara umum ataupun individu. Prinsip dijadikan juga sebagai pedoman. Komunikasi
adalah proses tukar menukar informasi ataupun pesan antar individu atau kelompok.
Sedangkan kesehatan adalah keadaan tubuh, jiwa, sosial dan ekonomi seseorang yang berada
dalam kondisi baik, sejahtera, aman sentosa.
Dari pengertian tersebut, maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa prinsip komunikasi
kesehatan adalah sebuah dasar yang digunakan untuk menyebarkan informasi mengenai
keadaan ataupun kondisi seseorang. Apa sajakah Prinsip – prinsip komunikasi kesehatan
tersebut?
Prinsip komunikasi kesehatan yang paling dasar dan paling penting adalah informasi yang
disebarkan haruslah benar adanya, tidak ditambah atau dikurangi dan dapat dipertanggung
jawabkan. Kenapa? karena komunikasi kesehatan memiliki fungsi utama untuk menyebarkan
informasi mengenai kesehatan yang tidak jarang akan membahas kondisi kesehatan
seseorang, obat-obatan, hingga dosis pemakaian obat. Atas dasar itulah, komunikasi
kesehatan yang dilakukan tidak boleh mengandung kebohongan dan informasi palsu.
Contohnya adalah :
Komunikasi merupakan sebuah simbol yang digunakan untuk memberikan dan menyebarkan
informasi. Prinsip yang satu ini akan menuntun orang-orang dibidang kesehatan untuk
sanggup dan mampu menggunakan berbagai simbol yang ada, seperti kata-kata, gestur tubuh,
perilaku, mimik wajah, hingga penggunaan alat bantu komunikasi lainnya. Dengan prinsip ini
pula, komunikasi kesehatan akan mampu dilakukan meskipun informasi yang dibahas adalah
mengenai kondisi kesehatan seseorang yang buruk atau tidak tertolong dan lain sebagainya.
Contohnya adalah :
Ketika AA meninggal sewaktu tindakan operasi, dan ketika dokter keluar ruangan
dengan wajah sedih serta intonasi suara yang sangat halus, maka keluarga AA akan
mengetahui bahwa AA sudah meninggal.
Ketika membahas kesehatan seseorang, maka intonasi suara yang dikeluarkan oleh
penyampai informasi haruslah lemah lembut, agar penerima informasi dapat menerima
informasi tersebut meskipun informasi tersebut adalah informasi yang mengandung
kesedihan.
Contohnya adalah :
Kesehatan tidaklah menjadi hal utama yang diperhatikan oleh orang banyak, terutama yang
kehidupannya memiliki jadwal yang padat. Oleh sebab itu, komunikasi kesehatan lebih
efektif ketika dilakukan oleh orang – orang yang memiliki hubungan atau ikatan. Hubungan
atau ikatan yang sudah terjalin akan membuat komunikasi lebih saling menghargai dan saling
menerima dan menjadi Cara Berkomunikasi dengan Baik. Selain itu, hubungan juga akan
membuat potensi keberhasilan komunikasi kesehatan menjadi lebih besar.
Contohnya adalah :
5. Etika penyampaian
Prinsip komunikasi kesehatan yang selanjutnya adalah etika penyampaian informasi, baik
secara langsung, melalui perantara atau menggunakan Macam-macam Media Komunikasi.
Etika penyampaian berhubungan pula dengan isi atau dimensi pesan yang akan disampaikan.
Ketika pemberi informasi memiliki etika penyampaian yang baik, maka informasi kesehatan
yang disampaikan akan dapat diterima dengan baik pula.
Contohnya adalah :
Ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, maka utamakan sopan santun,
pemilihan kata yang tidak menggangu perasaan hingga kepada intonasi suara yang lembut.
6. Penempatan diri
Prinsip komunikasi kesehatan yang berikutnya adalah penempatan diri. Penempatan diri,
secara tidak langsung akan memaksa penyampai informasi atau penerima informasi untuk
dapat menempatkan dirinya pada tempat yang benar. Tujuannya adalah untuk meminimalisir
salah tafsir bagi orang yang mendengar informasi tersebut atau menjaga perasaan seseorang
yang sedang dibicarakan. Selain itu, penempatan diri akan memberikan citra positif dimata
penerima informasi diberbagai situasi dan menjadi salah satu Cara Komunikasi Efektif
dengan Pasien.
Contohnya adalah :
7. Kesempatan
Komunikasi kesehatan yang terjadi, tidak terlepas dari berbagai kesempatan yang ada seperti
waktu, hari, tempat atau dengan siapa komunikasi tersebut berlangsung. Oleh sebab itu,
pemberi informasi pada komunikasi kesehatan harus mampu melihat, memilih berbagai
kesempatan yang ada dan menentukannya secepat mungkin kapan informasi tersebut akan
disampaikan agar Proses Komunikasi Efektif.
Contohnya :
Ketika akan melakukan komunikasi kesehatan sebagai bagian dari sosialisasi atau
penyuluhan, maka pemberi informasi harus mampu untuk memilih tempat dan waktu
pelaksanaan, serta mampu untuk menentukan materi yang akan dibawakan.
Ketika akan menyampaikan informasi yang mengandung kesedihan, maka penyampai
informasi harus mampu menentukan kepada siapa, dimana, dan kapan waktunya informasi
tersebut disampaikan.
8. Pertimbangkan Efek
Komunikasi kesehatan yang dilakukan juga harus mampu untuk mempertimbangkan efek
yang akan muncul setelah komunikasi terjadi. Caranya adalah dengan menyusun kata – kata
dengan baik dan memprediksi efek atau apa hasil yang mungkin saja akan terjadi terkait
dengan informasi yang diucapkan. Ketika pemberi informasi dapat memprediksi dan
mempertimbangkan efek yang akan terjadi, maka komunikasi kesehatakan akan berjalan
dengan baik serta menghasilkan efek yang baik pula. Selain itu, pemberi informasi akan
mampu untuk mengatasi Pengaruh Efektivitas Komunikasi dalam Integrasi Sosial yang tidak
diharapkan.
Contohnya adalah :
Ketika melakukan penyuluhan demam berdarah yang diselingi dengan penjualan obat
pencegah perkembangbiakan nyamuk penyebab demam berdarah. Efek yang terjadi adalah,
masyarakat hanya mau mendengar penyuluhan tapi tidak membeli obat pencegah nyamuk
atau masyarakat hanya sedikit yang membeli obat pencegah nyamuk.
Dengan contoh diatas, maka penyuluh harus mampu untuk menyusun materi yang akan
membuat masyarakat bukan hanya mengikuti penyuluhan tapi juga tertarik membeli obat
pencegah nyamuk.
9. Tahap komunikasi
Contohnya adalah :
Ketika menyampaikan informasi pesan terhadap peserta usia muda atau anak – anak,
maka buatlah tempat komunikasi semenarik dan seunik mungkin serta buatlah metode
penyampaian informasi yang mudah dimengerti oleh anak – anak.
Contohnya adalah : Ketika seorang dokter berbicara dan memberikan informasi mengenai
berbagai obat-obatan beserta dengan dosisnya, tidaklah etis dan tidak pantas apabila dokter
tersebut salah dalam memberikan informasi dan menarik kembali ucapannya.
Prinsip yang satu ini mengajarkan kepada siapa saja yang melakukan komunikasi
kesehatan bahwa komunikasi bukanlah panasea atau obat atau jalan keluar bagi setiap
permasalahan. Namun, komunikasi hanyalah bertindak untuk mencari obat atau jalan
keluar terhadap sebuah penyakit.
Contohnya adalah :
Dengan menganggap lawan bicara memiliki kesamaan mulai dari ekonomi, kedudukan, status
dan budaya, maka pemberi informasi akan mampu untuk berkomunikasi dengan baik. Tapi
ketika pemberi komunikasi menganggap dirinya lebih tinggi dari penerima informasi, maka
yang keluar adalah sifat angkuh, sombong dan sebagainya.
B. Komunikasi kesehatan
Seiring perkembangan jaman, komunikasi kesehatan juga dapat kita temui ketika kita
membaca sebuah tulisan atau artikel kesehatan secara online. Penyebaran informasi
kesehatan melalui media online sekarang ini juga didukung oleh begitu pesatnya
perkembangan teknologi, sehingga dimana saja dan kapan saja kita dapat membaca informasi
kesehatan tanpa harus menghubungi dokter ataupun perawat. Meskipun disebarkan dan
diinformasikan melalui berbagai media seperti media online, komunikasi kesehatan tidaklah
boleh melupakan Konsep Moral dalam Komunikasi Keperawatan, karena konsep ini sangat
berhubungan dengan prinsip komunikasi kesehatan.
Sarjana Marmot (1999) menyebutkan bahwa ada 10 determinan sosial yang mempengaruhi
kesehatan, yaitu:
Kesenjangan sosial
Pada masyarakat kelas sosial-ekonomi rendah, biasanya lebih beresiko dan rentan
terhadap penyakit dan umur harapan hidup juga lebih rendah.
Stress
Kegagalan dalam menanggulangi stress baik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan
sehari-hari sangat mempengaruhi kesehatan seseorang.
Kehidupan dini
Kesehatan di masa dewasa sangat ditentukan oleh kondisi kesehatan di usia dini atau
awal kehidupan. Pertumbuhan fisik yang lambat dan dukungan emosional yang kurang
baik di awal kehidupan, akan memberikan dampak kesehatan fisik, emosi dan
kemampuan intelektual di masa dewasa.
Pengucilan sosial
Pengucilan menghasilkan perasaan kehilangan dan tak berharga, mengungsi ke tempat
lain yang asing, merasa dikucilkan, kehilangan harga diri, sangat mempengaruhi
kesehatan fisik dan mental seseorang.
Pekerjaan
Stress di tempat kerja meningkatkan resiko terhadap penyakit dan kematian.
Memperhatikan syarat-syarat kesehatan dan keselamatan kerja sangat membantu dalam
meningkatkan derajat kesehatan pekerja.
Pengangguran
Jaminan adanya pekerjaan meningkatkan derajat kesehatan dan rasa sejahtera, bukan
hanya untuk pekerja tapi juga seluruh keluarganya. Keadaan yang sebaliknya terjadi
pada penganggur.
Dukungan sosial
Persahabatan, hubungan sosial dan kekerabatan yang baik memberikan dampak
kesehatan yang baik dalam keluarga, di tempat kerja dan di masyarakat.
Pangan
Cara makan yang sehat dan ketersediaan pangan merupakan hal utama dalam kesehatan
dan kesejahteraan seseorang dan masyarakat. Baik kekurangan gizi maupun kelebihan
gizi sama-sama menimbulkan masalah kesehatan dan penyakit.
Transportasi
Transportasi yang sehat berarti mengurangi waktu mengendarai dan meningkatkan
gerak fisik yang sangat baik bagi kebugaran dan kesehatan. Selain itu, mengurangi
kendaraan berarti membantu mengurangi polusi.
Dengan meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, berkembangnya
peradaban, serta dampak globalisasi, determinan-determinan kesehatan pun selalu berubah
dan akan selalu ada yang baru. Misalnya perdagangan senjata, seks bebas, eksploitasi anak,
dan lain-lain.
Daftar pustaka
Anonim. (2000). Health Promotion. http://www.who.int/health-promotion
Bunton, R. (1992). More than a woolly jumper health promotion as social regulation. Critical
Public Health 3: 4-11
Departemen Kesehatan RI. (1997). Deklarasi Jakarta Tentang Promosi Kesehatan pada Abad
21. Jakarta: PPKM Depkes RI.
NAMA : SISKA DHEA RISKIANA
NIM : 2002070046
2021/2022
Menurut Winnet (2004) dalam Liliweri (2009), komunikasi adalah segala aktivitas interaksi
manusia yang bersifat human relationships disertai dengan peralihan sejumlah fakta-fakta. Secara
sederhana dapat dikatakan komunikasi adalah interaksi atau transaksi antara dua orang (Liliweri,
2009). 1
Prinsip 1 : komunikasi adalah suatu proses simbolik komunikasi yang bersifat dinami
s , sirkular dan tidak di suatu titik terahir tetap terus berkelanjutan .
Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi Setiap orang tidak bebas n
ilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi di
maknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunika
si. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai ol
eh orang lain menjadi suatu stimulus.
Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan Setiap pesan komunikasi me
mpunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi h
ubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. Percaka
pan diantara dua orang sahabat dan antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda me
miliki dimesi isi yang berbeda.
Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan Setiap tin
dakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesen
gajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja ya
ng akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai
pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapk
an respon dan berharap tujuannya tercapai)
Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktuPesan komunikasi yang
dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan
dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dik
irimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.
Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Tidak dapat dibayan
gkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masya
rakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan
membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan
membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang d
alam melakukan proses komunikasi.
Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik Dalam diri setiap orang mengandung sisi
internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pen
didikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal
tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosia
lisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi
Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang
sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untu
k saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simb
ol-simbol yang saling dipertukarkan.
Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial Proses komunikasi bersifat sirkular dal
am arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti
bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti.
Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional Konsekuensi d
ari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis da
n transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-p
ihak yang melakukan komunikasi.
Prinsip 11 : komunikasi bersifat irreversible Setiap orang yang melakukan proses ko
munikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan ole
h pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sud
ah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pa
da diri orang lain tersebut.
Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah Dala
m arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan unt
uk menyelesaikan masalah . 2
5. KOMUNIKASIH KESEHATAN
Manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaima
napun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Hidup bersama antar manusia akan b
erlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Ada berbagai bentuk pola interaks
i antar manusia dalam kehidupan ini, khususnya mengenai interaksi yang disengaja, salah sat
unya interaksi dalam memberikan informasi kesehatan (komunikasi
kesehatan). Salah satu isu utama dalam komunikasi kesehatan adalah mempengaruh individu
dan komunitas. Dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan cara berbagi inf
ormasi seputar kesehatan.
Menurut Healthy People 2010 dalam Liliweri (2009), komunikasi kesehatan yaitu se
ni menginformasikan, mempengaruhi dan memotivasi individu, institusi, serta masyarakat te
ntang isu-isu penting di bidang kesehatan dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan i
ndividu dalam masyarakat. Sedangkan menurut Cline, R. dalam Liliweri (2009), komunikasi
kesehatan merupakan sebuah bidang teori, riset dan praktek yang berkaitan dengan pemaham
an dan saling ketergantungan mempengaruhi komunikasi (interaksi simbolik dalam bentuk pe
san dan makna) dan kepercayaan kesehatan terkait, perilaku dan hasil.
Komunikasi kesehatan menurut Notoatmodjo (2007), merupakan usaha yang sistem
atis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehata masyarakat dengan menggunakan b
erbagai prinsip dan metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi interpersonal, maupu
n komunikasi massa.
Ratzan dalam Liliweri (2009) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan komunikasi keseha
tan ialah proses kemitraan anara partisipan berdasarkan dialog dua arah yang di dalamnya ad
a suasana interaktif, ada pertukaran gagasan, ada kesepakatan mengenai kesatuan gagasan me
ngenai kesehatan, juga merupakan teknik dari pengirim dan penerima untuk memperoleh inf
ormasi mengenai kesehatan yang seimbang demi membaharui
pemahaman bersama. 3.
Determinan perilaku kesehatan merupakan faktor yang menentukan atau membentuk seseoran
g dalam melakukan perilaku kesehatan yang tepat dan sesuai dengan tempatnya. Di sini akan
membahas tiga teori tentang determinan perilaku kesehatan menurut para ahli yaitu Lawrence
Green, Snehandu B. Kar, dan WHO yang merupakan patokan dan acuan dalam menentukan f
aktor perilaku kesehatan yang dipakai dalam standar umum kesehatan.
Menurut Lawrence Green tahun 1980, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi tiga yait
u, faktor pendukung, faktor pemungkin, dan faktor pendorong. Faktor pendukung di antarany
a adalah kebiasaan, kebudayaan, tanggapan, pengetahuan, tradisi, nilai, dan sikap. Faktor pem
ungkin di antaranya adalah terpenuhinya lingkungan dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan,
rujukan yang diperlukan, dan keahlian untuk melakukan sesuatu. Lalu faktor pendorong di ant
aranya adalah dari tenaga kesehatan berupa perilaku atau sikap yang dilakukannya untuk me
mpengaruhi atau memberikan contoh kepada masyarakat awam.
Menurut Snehandu B. Kar tahun 1983, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi lima yai
tu, niat atau keinginan dari individu dalam berperilaku yang tepat, dukungan dari sekitar yang
mempengaruhi perubahan atau pembentukan perilaku kesehatan, tersedianya fasilitas-fasilitas
yang mampu menunjang terjadinya pembentukan perilaku yang sesuai, diberikannya kebebas
an individu dalam melakukan perubahan perilaku, dan adanya situasi yang memungkinkan da
lam melakukan tindakan untuk upaya perubahan perilaku yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
6. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/33921/Chapter%20II .
pdf?sequence=4&isAllowed=y
7. https://brainly.co.id/tugas/11665276
8. Sumber :Maulana, Heri D. J. (2007). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.^ a b c A
gustin, Aat (2019). Promosi Kesehatan. Jogjakarta: CV Budi Utama.
B. Komunikasi Kesehatan
Menurut Liliweri (2008), komunikasi dapat diartikan sebagai pengalihan suatu
pesan dari satu sumber kepada penerima agar dapat dipahami. Proses komunikasi
biasanya melibatkan dua pihak, baik antar individu dengan individu, individu dengan
kelompok atau antar kelompok dengan kelompok yang berinteraksi dengan aturan-
aturan yang disepakati bersama.
Adapun fungsi komunikasi itu sendiri yakni :
1. Untuk menyampaikan pesan (informasi) atau menyebarluaskan informasi kepada
orang lain. Artinya, dari penyebarluasan informasi ini diharapkan penerima
informasi akan mengetahui apa yang ingin diketahui.
2. Untuk menyampaikan pesan (informasi) atau menyebarluaskan informasi yang
bersifat mendidik orang lain. Artinya, dari penyebarluasan informasi ini
diharapkan penerima informasi akan menambah pengetahuan tentang sesuatu
yang ingin diketahui. Untuk memberikan instruksi kepada penerima pesan.
3. Untuk mempengaruhi dan mengubah sikap penerima pesan.
1. Kesenjangan sosial
Pada masyarakat kelas sosial-ekonomi rendah, biasanya lebih beresiko dan rentan
terhadap penyakit dan umur harapan hidup juga lebih rendah.
2. Stress
Kegagalan dalam menanggulangi stress baik dalam pekerjaan maupun dalam
kehidupan sehari-hari sangat mempengaruhi kesehatan seseorang.
3. Kehidupan dini
Kesehatan di masa dewasa sangat ditentukan oleh kondisi kesehatan di usia dini
atau awal kehidupan. Pertumbuhan fisik yang lambat dan dukungan emosional
yang kurang baik di awal kehidupan, akan memberikan dampak kesehatan fisik,
emosi dan kemampuan intelektual di masa dewasa.
4. Pengucilan sosial
Pengucilan menghasilkan perasaan kehilangan dan tak berharga, mengungsi ke
tempat lain yang asing, merasa dikucilkan, kehilangan harga diri, sangat
mempengaruhi kesehatan fisik dan mental seseorang.
5. Pekerjaan
Stress di tempat kerja meningkatkan resiko terhadap penyakit dan kematian.
Memperhatikan syarat-syarat kesehatan dan keselamatan kerja sangat membantu
dalam meningkatkan derajat kesehatan pekerja.
6. Pengangguran
Jaminan adanya pekerjaan meningkatkan derajat kesehatan dan rasa sejahtera,
bukan hanya untuk pekerja tapi juga seluruh keluarganya. Keadaan yang
sebaliknya terjadi pada penganggur.
7. Dukungan sosial
Persahabatan, hubungan sosial dan kekerabatan yang baik memberikan dampak
kesehatan yang baik dalam keluarga, di tempat kerja dan di masyarakat.
8. Ketergantungan pada narkoba
Pemakaian narkoba sangat memperburuk kondisi kesehatan dan kesejahteraan.
Alkohol, narkoba dan merokok sangat erat hubungannya dalam memberikan
dampak buruk pada kehidupan sosial dan ekonomi.
9. Pangan
Cara makan yang sehat dan ketersediaan pangan merupakan hal utama dalam
kesehatan dan kesejahteraan seseorang dan masyarakat. Baik kekurangan gizi
maupun kelebihan gizi sama-sama menimbulkan masalah kesehatan dan penyakit.
10. Transportasi
Transportasi yang sehat berarti mengurangi waktu mengendarai dan meningkatkan
gerak fisik yang sangat baik bagi kebugaran dan kesehatan. Selain itu, mengurangi
kendaraan berarti membantu mengurangi polusi.
Daftar Pustaka
https://khusnia.wordpress.com/pengantar-ilmu-komunikasi/03-prinsip-prinsip-
komunikasi/ (diakses pada 24 Maret pukul 12.00)
Nim : 2002070053
2. Komunikasi kesehatan
9
https://core.ac.uk/download/pdf/229000618.pdf
10
Maulana, Heri D. J. (2007). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 1983, determinan perilaku ada
empat hal yaitu, pemikiran dan perasaan seseorang mengenai pandangannya terhadap
sesuatu, adanya seseorang yang dianut atau dianggap penting yang bisa membuat
perubahan yang lebih meyakinkan individu, terpenuhinya sumber atau fasilitas yang
memadai, dan adanya kebudayaan dalam berperilaku atau bersikap seseorang dalam
sehari-hari.11
Daftar Pustaka
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/30875/Chapter
%20II.pdf?sequence=4
https://core.ac.uk/download/pdf/229000618.pdf
11
Agustin, Aat (2019). Promosi Kesehatan. Jogjakarta: CV Budi Utama.
Nama: Shofia Nurlaila
Nim : 2002070058
Menurut Winnet (2004) dalam Liliweri (2009), komunikasi adalah segala aktivitas
interaksi manusia yang bersifat human relationships disertai dengan peralihan sejumlah
fakta-fakta. Secara sederhana dapat dikatakan komunikasi adalah interaksi atau transaksi
antara dua orang (Liliweri, 2009).
Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan Untuk menunjuk sesuatu
lainnya, berdasarkan Kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-Kata
(pesan verbal), perilaku non verbal dan objek yang Maknanya disepakati bersama.
Contoh : memasang Bendera Negara pada bulan Agustus.
Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud
mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain, maka orang tersebut
sudah terlibat dalam proses komunikasi.
Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari
tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak di
rencanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara
rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang disengaja (pihak
komunikator mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai).
Terdapat dua sistem dasar dalam transaksi komunikasi, Yaitu sistem internal dan
sistem eksternal. Sistem internal = seluruh sistem nilai yang dibawa oleh Individu
ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi di Berbagai lingkungan sosialnya (keluarga,
masyarakat Setempat, suku, agama, lembaga pendidikan, dsb). Sistem Internal ini
mengandung semua unsur yang membentuk Individu yang unik, kepribadiannya,
pendidikan, Pengetahuan, agama, cita-cita dsb.
Komunikasi antar manusia dalam bentuk dasarnya Adalah komunikasi dua arah.
Peserta komunikasi saling Berganti fungsi sebagai komunikator dan komunikan.
Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis Dan transaksional.
Pesan yang sudah tersampaikan, tidak dapat di tarik Kembali. Setiap orang yang
melakukan proses Komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa Terhadap
efek yang ditimbulkannya. Prinsip ini menyadarkan kita bahwa kita harus berhati-Hati
dalam menyampaikan pesan kepada orang lain.
Komunikasi Kesehatan
Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar manusia yang
Memiliki fokus pada bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok/masyarakat
Menghadapi isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk
memelihara Kesehatannya (Northouse dalam Notoatmodjo, 2005).
Fokus utama dalam komunikasi Kesehatan adalah terjadinya transaksi yang secara
spesifik berhubungan dengan isu-isu Kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
transaksi tersebut. Transaksi yang Berlangsung antar ahli kesehatan, antara ahli
kesehatan dengan pasien dan antara pasien Dengan keluarga pasien merupakan
perhatian utama dalam komunikasi kesehatan.Komunikasi kesehatan adalah usaha
yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif Perilaku kesehatan individu dan
komunitas masyarakat, dengan menggunakan berbagai Prinsip dan metode
komunikasi baik komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa.
Selain itu, komunikasi kesehatan juga dipahami sebagai studi yang mempelajari
bagaimana Cara menggunakan strategi komunikasi untuk menyebarluaskan informasi
kesehatan yang Dapat mempengaruhi individu dan komunitas agar dapat membuat
keputusan yang tepat Berkaitan dengan pengelolaan kesehatan (Liliweri,
2008).Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan penyakit,
promosi Kesehatan, kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, regulasi bisnis dalam
bidang kesehatan Yang sejauh mungkin mengubah dan memperbaharui kualitas
individu dalam suatu Komunitas masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu
pengetahuan dan etika.Dengan demikian dapat dipahami bahwa komunikasi
kesehatan merupakan aplikasi Dari konsep dan teori komunikasi dalam transaksi yang
berlangsung antar individu/kelompok Terhadap isu-isu kesehatan. Tujuan pokok dari
komunikasi kesehatan adalah perubahan Perilaku kesehatan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan.
Daftar Pustaka
Nim :2002070057
Tugas resum
1. PRINSIP DASAR KOMUNIKASI
Menurut Winnet (2004) dalam Liliweri (2009), komunikasi adalah segala aktivitas interaksi
manusia yang bersifat human relationships disertai dengan peralihan sejumlah fakta-fakta. Secara
sederhana dapat dikatakan komunikasi adalah interaksi atau transaksi antara dua orang (Liliweri,
2009).
Deddy Mulyana membagi prinsip-prinsip komunikasi menjadi dua belas macam. Prinsip-prinsip
tersebut adalah :
Simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang lainnya, berdasarkan
kesepakatan sekelompok orang, Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal, dan
objek yang maknanya disepakati Bersama.
Kita tidak dapat tidak berkomunikasi (we cannot not to communicate). Tidak berarti bahwa
semua perilaku adalah berkomunikasi. Alih-alih komunikasi yang terjadi bila seseorang memberi
makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri. Cobalah Anda meminta seseorang untuk
tidak berkomunikasi. Amat sulit baginya untuk berbuat demikian, karena setiap perilakunya punya
potensi untuk ditafsirkan.
Dimensi ini menunjukan muatan (isi) komunikasi apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi
hubungan menunjukan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana
hubungan para peserta komunikasi itu, dan bagaimana pesan itu ditafsirkan.
Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan, dari komunikasi yang tidak
disengaja sama sekali (misalnya ketika Anda melamun sementara orang memperhatikan Anda)
sehingga komunikasi yang benarbenar direncanakan dan disadari (ketika Anda menyampaikan
pidato).
5) Komunikasi Terjadi Dalam Konteks Ruang Dan Waktu
Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang (termasuk iklim, suhu, intensitas
cahaya, dan sebagainya), waktu, sosial dan psikologis. Topik yang lazim dipercakapkan di rumah,
tempat kerja, atau tempat hiburan terasa kurang sopan bila dikemukakan di masjid.
Setiap individu adalah suatu sistem yang hidup (a living sistem). Setidaknya dua sistem dasar
beroperasi dalam transaksi komunikasi itu sistem internal dan sistem eksternal.
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para
pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi).
Meskipun terdapat banyak model komunikasi linier atau satu arah, sebenarnya komunikasi
manusia pada bentuk dasarnya adalah (komuniaksi tatap muka) bersifat dua arah. Yaitu ketika
seseorang berbicara dengan yang lainnya, atau kepada sekelompok orang seperti dalam rapat atau
kuliah.
Seperti juga waktu dan eksistensi, komunikasi tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai
akhir, melainkan merupakan proses yang sinambung (continuous).
Suatu perilaku merupakan suatu peristiwa, oleh karena itu peristiwa, perilaku berlangsung
dalam waktu dan tidak dapat “diambil kembali”. Dalam komunikasi, sekali Anda mengirimkan pesan,
Anda tidak dapat mengendalikan pesan tersebut bagi khalayak, apalagi menghilangkan efek pesan
tersebut sama sekali.
Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar manusia yang memiliki fokus pada
bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok/masyarakat menghadapi isu-isu yang
berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk memelihara kesehatannya (Northouse dalam
Notoatmodjo, 2005). Fokus utama dalam komunikasi kesehatan adalah terjadinya transaksi yang
secara spesifik berhubungan dengan isu-isu kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
transaksi tersebut. Transaksi yang berlangsung antar ahli kesehatan, antara ahli kesehatan dengan
pasien dan antara pasien dengan keluarga pasien merupakan perhatian utama dalam komunikasi
kesehatan.Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif
prinsip dan metode komunikasi baik komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa. Selain
itu, komunikasi kesehatan juga dipahami sebagai studi yang mempelajari bagaimana cara
menggunakan strategi komunikasi untuk menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat
mempengaruhi individu dan komunitas agar dapat membuat keputusan yang tepat
Green dan Kreuter (2005) menyatakan bahwa “Promosi kesehatan adalah kombinasi
upaya-upaya pendidikan, kebijakan (politik), peraturan, dan organisasi untuk mendukung kegiatan-
kegiatan dan kondisi-kondisi hidup yang menguntungkan kesehatan individu, kelompok, atau
komunitas”.
Inti dari definisi promosi kesehatan, baik yang berasal dari Ottawa Charter, maupun
modifikasinya dari WHO adalah masyarakat menjalankan perilaku yang menguntungkan kesehatan,
baik berupa perilaku pencegahan dan pemeliharaan kesehatan, perilaku memilih dan memperbaiki
lingkungan maupun perilaku penggunaan pelayanan kesehatan, bahkan perilaku yang berkenaan
dengan aspek genetika dan kependudukan.
Sarjana Marmot (1999) menyebutkan bahwa ada 10 determinan sosial yang mempengaruhi
kesehatan, yaitu:
1.Kesenjangan sosial
Pada masyarakat kelas sosial-ekonomi rendah, biasanya lebih beresiko dan rentan terhadap penyakit
dan umur harapan hidup juga lebih rendah.
2.Stress
Kegagalan dalam menanggulangi stress baik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan sehari-hari
sangat mempengaruhi kesehatan seseorang.
3.Kehidupan dini
Kesehatan di masa dewasa sangat ditentukan oleh kondisi kesehatan di usia dini atau awal
kehidupan. Pertumbuhan fisik yang lambat dan dukungan emosional yang kurang baik di awal
kehidupan, akan memberikan dampak kesehatan fisik, emosi dan kemampuan intelektual di masa
dewasa.
4.Pengucilan sosial
Pengucilan menghasilkan perasaan kehilangan dan tak berharga, mengungsi ke tempat lain yang
asing, merasa dikucilkan, kehilangan harga diri, sangat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental
seseorang.
5.Pekerjaan
Stress di tempat kerja meningkatkan resiko terhadap penyakit dan kematian. Memperhatikan syarat-
syarat kesehatan dan keselamatan kerja sangat membantu dalam meningkatkan derajat kesehatan
pekerja.
6.Pengangguran
Jaminan adanya pekerjaan meningkatkan derajat kesehatan dan rasa sejahtera, bukan hanya untuk
pekerja tapi juga seluruh keluarganya. Keadaan yang sebaliknya terjadi pada penganggur.
7.Dukungan sosial
Persahabatan, hubungan sosial dan kekerabatan yang baik memberikan dampak kesehatan yang
baik dalam keluarga, di tempat kerja dan di masyarakat.
9.Pangan
Cara makan yang sehat dan ketersediaan pangan merupakan hal utama dalam kesehatan dan
kesejahteraan seseorang dan masyarakat. Baik kekurangan gizi maupun kelebihan gizi sama-sama
menimbulkan masalah kesehatan dan penyakit.
10.Transportasi
Transportasi yang sehat berarti mengurangi waktu mengendarai dan meningkatkan gerak fisik yang
sangat baik bagi kebugaran dan kesehatan. Selain itu, mengurangi kendaraan berarti membantu
mengurangi polusi.
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena
perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan).
Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yakni aspek fisik, psikis dan sosial.
Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit ditarik garis yang tegas batas – batasnya. Secara lebih
terinci, perilaku manusia yang sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti
pengetahuan, keingginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/33921/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y