Anda di halaman 1dari 93

Nama : Putri Elok Nuraini

Nim : 2002070055

DASAR – DASAR KOMUNIKASI

1. PRINSIP DASAR KOMUNIKASI

Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh kehidupannya sebagai individu
dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi, maupun masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari
setiap manusia berinteraksi, membangun relasi dan transaksi sosial dengan orang lain. Itulah
sebabnya manusia tidak dapat menghindari komunikasi antar personal, komunikasi dalam
kelompok, komunikasi dalam organisasi dan publik, dan komunikasi massa (Liliweri, 2009).
Komunikasi senantiasa berperan penting dalam proses kehidupan. Komunikasi merupakan inti dari
kehidupan sosial manusia dan merupakan komponen dasar dari hubungan antar manusia. Banyak
permasalahan yang menyangkut manusia dapat diidentifikasi dan dipecahkan melalui komunikasi
(Suryani, 2006).

Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang, simbol
bahasa, atau gerak (non verbal), untuk memengaruhi perilaku orang lain. Proses komunikasi yang
menggunakan stimulus atau respon dalam bentuk bahasa baik lisan maupun tulisan selanjutnya
disebut komunikasi verbal. Sedangkan apabila proses komunikasi tersebut menggunakan simbol-
simbol tertentu disebut komunikasi non verbal (Setiawati, 2008).

Menurut Winnet (2004) dalam Liliweri (2009), komunikasi adalah segala aktivitas interaksi manusia
yang bersifat human relationships disertai dengan peralihan sejumlah fakta-fakta. Secara sederhana
dapat dikatakan komunikasi adalah interaksi atau transaksi antara dua orang (Liliweri, 2009).

Prinsip prinsip dasar komunikasi

 Prinsip 1 : komunikasi adalah suatu proses simbolik komunikasi yang bersifat dinamis ,
sirkular dan tidak di suatu titik terahir tetap terus berkelanjutan .
 Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi Setiap orang tidak bebas nilai,
pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai
oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak
tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain
menjadi suatu stimulus.
 Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan Setiap pesan komunikasi mempunyai
dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang
ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. Percakapan diantara dua
orang sahabat dan antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki dimesi isi yang
berbeda.
 Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan Setiap tindakan
komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang
rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan
atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi
yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya
tercapai)
 Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktuPesan komunikasi yang
dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan
tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan
kapan komunikasi itu berlangsung.
 Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Tidak dapat dibayangkan jika
orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita
tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan
senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita.
Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses
komunikasi.
 Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal
yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan.
Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi
internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi
bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
 Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi Jika dua
orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada
kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling
dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang
saling dipertukarkan.
 Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti
tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan
yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti.
 Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional Konsekuensi dari
prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan
transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak
yang melakukan komunikasi.
 Prinsip 11 : komunikasi bersifat irreversible Setiap orang yang melakukan proses komunikasi
tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang
dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti
orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut.
 Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah Dalam arti
bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah .
2. KOMUNIKASIH KESEHATAN

Manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga
tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Hidup bersama antar manusia akan berlangsung dalam
berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Ada berbagai bentuk pola interaksi antar manusia dalam
kehidupan ini, khususnya mengenai interaksi yang disengaja, salah satunya interaksi dalam
memberikan informasi kesehatan (komunikasi

kesehatan). Salah satu isu utama dalam komunikasi kesehatan adalah mempengaruh individu dan
komunitas. Dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan cara berbagi informasi
seputar kesehatan.

Menurut Healthy People 2010 dalam Liliweri (2009), komunikasi kesehatan yaitu seni
menginformasikan, mempengaruhi dan memotivasi individu, institusi, serta masyarakat tentang isu-
isu penting di bidang kesehatan dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan individu dalam
masyarakat. Sedangkan menurut Cline, R. dalam Liliweri (2009), komunikasi kesehatan merupakan
sebuah bidang teori, riset dan praktek yang berkaitan dengan pemahaman dan saling
ketergantungan mempengaruhi komunikasi (interaksi simbolik dalam bentuk pesan dan makna) dan
kepercayaan kesehatan terkait, perilaku dan hasil.

Komunikasi kesehatan menurut Notoatmodjo (2007), merupakan usaha yang sistematis untuk
mempengaruhi secara positif perilaku kesehata masyarakat dengan menggunakan berbagai prinsip
dan metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa.

Ratzan dalam Liliweri (2009) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan komunikasi kesehatan ialah
proses kemitraan anara partisipan berdasarkan dialog dua arah yang di dalamnya ada suasana
interaktif, ada pertukaran gagasan, ada kesepakatan mengenai kesatuan gagasan mengenai
kesehatan, juga merupakan teknik dari pengirim dan penerima untuk memperoleh informasi
mengenai kesehatan yang seimbang demi membaharui pemahaman bersama.
3. HUBUNGAN PROMOSI KESEHATAN DENGAN DETERMIN PRILAKU

Determinan perilaku kesehatan merupakan faktor yang menentukan atau membentuk seseorang
dalam melakukan perilaku kesehatan yang tepat dan sesuai dengan tempatnya. Di sini akan
membahas tiga teori tentang determinan perilaku kesehatan menurut para ahli yaitu Lawrence
Green, Snehandu B. Kar, dan WHO yang merupakaN patokan dan acuan dalam menentukan faktor
perilaku kesehatan yang dipakai dalam standar umum kesehatan.

Menurut Lawrence Green tahun 1980, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi tiga yaitu,
faktor pendukung, faktor pemungkin, dan faktor pendorong. Faktor pendukung di antaranya adalah
kebiasaan, kebudayaan, tanggapan, pengetahuan, tradisi, nilai, dan sikap. Faktor pemungkin di
antaranya adalah terpenuhinya lingkungan dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan, rujukan yang
diperlukan, dan keahlian untuk melakukan sesuatu. Lalu faktor pendorong di antaranya adalah dari
tenaga Kesehatan berupa perilaku atau sikap yang dilakukannya untuk mempengaruhi atau
memberikan contoh kepada masyarakat awam.

Menurut Snehandu B. Kar tahun 1983, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi lima yaitu, niat
atau keinginan dari individu dalam berperilaku yang tepat, dukungan dari sekitar yang
mempengaruhi perubahan atau pembentukan perilaku kesehatan, tersedianya fasilitas-fasilitas yang
mampu menunjang terjadinya pembentukan perilaku yang sesuai, diberikannya kebebasan individu
dalam melakukan perubahan perilaku, dan adanya situasi yang memungkinkan dalam melakukan
tindakan untuk upaya perubahan perilaku yang diinginkan.

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 1983, determinan perilaku ada empat hal yaitu,
pemikiran dan perasaan seseorang mengenai pandangannya terhadap sesuatu, adanya seseorang
yang dianut atau dianggap penting yang bisa membuat perubahan yang lebih meyakinkan individu,
terpenuhinya sumber atau fasilitas yang memadai, dan adanya kebudayaan dalam berperilaku atau
bersikap seseorang dalam sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

1.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/33921/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

2.https://brainly.co.id/tugas/11665276

3.http://eprints.umm.ac.id/37920/3/jiptummpp-gdl-alfionitaa-47462-3-babii.pdf

4.. Maulana, Heri D. J. (2007). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

5.^ a b c Agustin, Aat (2019). Promosi Kesehatan. Jogjakarta: CV Budi


NAMA : SILVIA ADIEN PURWANTA

NIM : 2002070049

1.Prinsip Prinsip Dasar Komunikasis

Prinsip 1 : Komunikasi adalah suatu proses simbolik

Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi
terus berkelanjutan.

Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi

Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan
sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses
berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh
orang lain menjadi suatu stimulus.

Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan

Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa
memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi.
Percakapan diantara dua orang sahabat dan antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki
dimesi isi yang berbeda.

Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan

Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat
kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan
dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan
komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap
tujuannya tercapai)

Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktuPesan komunikasi yang dikirimkan oleh
pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses
komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu
berlangsung.

Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Tidak dapat dibayangkan jika orang
melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka
kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa
seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat
seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.

Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik

Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai,
adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa
hal internal tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia
bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.

Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi

Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada
kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan.
Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.

Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial

Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau
tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti.

Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional

Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan
transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak yang
melakukan komunikasi.

Prinsip 11 : komunikasi bersifat irreversible

Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap
efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika
seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja
pada diri orang lain tersebut.

Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah

Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah.

2. Komunikasi kesehatan adalah studi dan praktik mengkomunikasikan informasi kesehatan


promosi , seperti dalam kampanye kesehatan masyarakat , pendidikan kesehatan , dan antara dokter
dan pasien.

Komunikasi kesehatan adalah ceruk unik dalam perawatan kesehatan yang memungkinkan para
profesional menggunakan strategi komunikasi untuk menginformasikan dan memengaruhi
keputusan dan tindakan publik untuk meningkatkan kesehatan.

3. Determinan perilaku kesehatan merupakan faktor yang menentukan atau membentuk seseorang
dalam melakukan perilaku kesehatan yang tepat dan sesuai dengan tempatnya. Di sini akan
membahas tiga teori tentang determinan perilaku kesehatan menurut para ahli yaitu Lawrence
Green, Snehandu B. Kar, dan WHO yang merupakan patokan dan acuan dalam menentukan faktor
perilaku kesehatan yang dipakai dalam standar umum kesehatan.[2]

Menurut Lawrence Green tahun 1980, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi tiga yaitu,
faktor pendukung, faktor pemungkin, dan faktor pendorong. Faktor pendukung di antaranya adalah
kebiasaan, kebudayaan, tanggapan, pengetahuan, tradisi, nilai, dan sikap. Faktor pemungkin di
antaranya adalah terpenuhinya lingkungan dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan, rujukan yang
diperlukan, dan keahlian untuk melakukan sesuatu. Lalu faktor pendorong di antaranya adalah dari
tenaga kesehatan berupa perilaku atau sikap yang dilakukannya untuk mempengaruhi atau
memberikan contoh kepada masyarakat awam.[3]

Menurut Snehandu B. Kar tahun 1983, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi lima yaitu, niat
atau keinginan dari individu dalam berperilaku yang tepat, dukungan dari sekitar yang
mempengaruhi perubahan atau pembentukan perilaku kesehatan, tersedianya fasilitas-fasilitas yang
mampu menunjang terjadinya pembentukan perilaku yang sesuai, diberikannya kebebasan individu
dalam melakukan perubahan perilaku, dan adanya situasi yang memungkinkan dalam melakukan
tindakan untuk upaya perubahan perilaku yang diinginkan.[3]

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 1983, determinan perilaku ada empat hal yaitu,
pemikiran dan perasaan seseorang mengenai pandangannya terhadap sesuatu, adanya seseorang
yang dianut atau dianggap penting yang bisa membuat perubahan yang lebih meyakinkan individu,
terpenuhinya sumber atau fasilitas yang memadai, dan adanya kebudayaan dalam berperilaku atau
bersikap seseorang dalam sehari-hari.[3]

DAFTAR PUSTAKA

http://bowonurcahyono.wordpress.com/

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Health_communication

Maulana, Heri D. J. (2007). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

a b c Agustin, Aat (2019). Promosi Kesehatan. Jogjakarta: CV Budi Utama.


NAMA : FADILLA FARIDATUN JANNAH

NIM : 2002070066

1.Prinsip Prinsip Dasar Komunikasis

Prinsip 1 : Komunikasi adalah suatu proses simbolik

Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi
terus berkelanjutan.

Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi

Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan
sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses
berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh
orang lain menjadi suatu stimulus.

Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan

Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa
memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi.
Percakapan diantara dua orang sahabat dan antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki
dimesi isi yang berbeda.

Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan

Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat
kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan
dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan
komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap
tujuannya tercapai)

Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktuPesan komunikasi yang dikirimkan oleh
pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses
komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu
berlangsung.

Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Tidak dapat dibayangkan jika orang
melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka
kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa
seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat
seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.

Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik

Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai,
adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa
hal internal tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia
bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.

Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi

Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada
kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan.
Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.

Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial

Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau
tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti.

Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional

Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan
transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak yang
melakukan komunikasi.

Prinsip 11 : komunikasi bersifat irreversible

Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap
efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika
seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja
pada diri orang lain tersebut.

Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah

Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah.

2. Komunikasi kesehatan adalah studi dan praktik mengkomunikasikan informasi kesehatan


promosi , seperti dalam kampanye kesehatan masyarakat , pendidikan kesehatan , dan antara dokter
dan pasien.

Komunikasi kesehatan adalah ceruk unik dalam perawatan kesehatan yang memungkinkan para
profesional menggunakan strategi komunikasi untuk menginformasikan dan memengaruhi
keputusan dan tindakan publik untuk meningkatkan kesehatan.

3. Determinan perilaku kesehatan merupakan faktor yang menentukan atau membentuk seseorang
dalam melakukan perilaku kesehatan yang tepat dan sesuai dengan tempatnya. Di sini akan
membahas tiga teori tentang determinan perilaku kesehatan menurut para ahli yaitu Lawrence
Green, Snehandu B. Kar, dan WHO yang merupakan patokan dan acuan dalam menentukan faktor
perilaku kesehatan yang dipakai dalam standar umum kesehatan.[2]

Menurut Lawrence Green tahun 1980, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi tiga yaitu,
faktor pendukung, faktor pemungkin, dan faktor pendorong. Faktor pendukung di antaranya adalah
kebiasaan, kebudayaan, tanggapan, pengetahuan, tradisi, nilai, dan sikap. Faktor pemungkin di
antaranya adalah terpenuhinya lingkungan dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan, rujukan yang
diperlukan, dan keahlian untuk melakukan sesuatu. Lalu faktor pendorong di antaranya adalah dari
tenaga kesehatan berupa perilaku atau sikap yang dilakukannya untuk mempengaruhi atau
memberikan contoh kepada masyarakat awam.[3]

Menurut Snehandu B. Kar tahun 1983, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi lima yaitu, niat
atau keinginan dari individu dalam berperilaku yang tepat, dukungan dari sekitar yang
mempengaruhi perubahan atau pembentukan perilaku kesehatan, tersedianya fasilitas-fasilitas yang
mampu menunjang terjadinya pembentukan perilaku yang sesuai, diberikannya kebebasan individu
dalam melakukan perubahan perilaku, dan adanya situasi yang memungkinkan dalam melakukan
tindakan untuk upaya perubahan perilaku yang diinginkan.[3]

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 1983, determinan perilaku ada empat hal yaitu,
pemikiran dan perasaan seseorang mengenai pandangannya terhadap sesuatu, adanya seseorang
yang dianut atau dianggap penting yang bisa membuat perubahan yang lebih meyakinkan individu,
terpenuhinya sumber atau fasilitas yang memadai, dan adanya kebudayaan dalam berperilaku atau
bersikap seseorang dalam sehari-hari.[3]

DAFTAR PUSTAKA

http://bowonurcahyono.wordpress.com/

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Health_communication

Maulana, Heri D. J. (2007). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

a b c Agustin, Aat (2019). Promosi Kesehatan. Jogjakarta: CV Budi Utama.


NAMA : IRHAM KUSWIDYANTO

NIM : 2002070069

1.Prinsip Prinsip Dasar Komunikasis

Prinsip 1 : Komunikasi adalah suatu proses simbolik

Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi
terus berkelanjutan.

Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi

Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan
sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses
berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh
orang lain menjadi suatu stimulus.

Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan

Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa
memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi.
Percakapan diantara dua orang sahabat dan antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki
dimesi isi yang berbeda.

Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan

Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat
kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan
dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan
komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap
tujuannya tercapai)

Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktuPesan komunikasi yang dikirimkan oleh
pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses
komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu
berlangsung.

Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Tidak dapat dibayangkan jika orang
melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka
kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa
seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat
seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.

Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik

Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai,
adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa
hal internal tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia
bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.

Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi

Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada
kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan.
Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.

Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial

Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau
tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti.

Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional

Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan
transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak yang
melakukan komunikasi.

Prinsip 11 : komunikasi bersifat irreversible

Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap
efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika
seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja
pada diri orang lain tersebut.

Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah

Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah.

2. Komunikasi kesehatan adalah studi dan praktik mengkomunikasikan informasi kesehatan


promosi , seperti dalam kampanye kesehatan masyarakat , pendidikan kesehatan , dan antara dokter
dan pasien.

Komunikasi kesehatan adalah ceruk unik dalam perawatan kesehatan yang memungkinkan para
profesional menggunakan strategi komunikasi untuk menginformasikan dan memengaruhi
keputusan dan tindakan publik untuk meningkatkan kesehatan.

3. Determinan perilaku kesehatan merupakan faktor yang menentukan atau membentuk seseorang
dalam melakukan perilaku kesehatan yang tepat dan sesuai dengan tempatnya. Di sini akan
membahas tiga teori tentang determinan perilaku kesehatan menurut para ahli yaitu Lawrence
Green, Snehandu B. Kar, dan WHO yang merupakan patokan dan acuan dalam menentukan faktor
perilaku kesehatan yang dipakai dalam standar umum kesehatan.[2]

Menurut Lawrence Green tahun 1980, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi tiga yaitu,
faktor pendukung, faktor pemungkin, dan faktor pendorong. Faktor pendukung di antaranya adalah
kebiasaan, kebudayaan, tanggapan, pengetahuan, tradisi, nilai, dan sikap. Faktor pemungkin di
antaranya adalah terpenuhinya lingkungan dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan, rujukan yang
diperlukan, dan keahlian untuk melakukan sesuatu. Lalu faktor pendorong di antaranya adalah dari
tenaga kesehatan berupa perilaku atau sikap yang dilakukannya untuk mempengaruhi atau
memberikan contoh kepada masyarakat awam.[3]

Menurut Snehandu B. Kar tahun 1983, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi lima yaitu, niat
atau keinginan dari individu dalam berperilaku yang tepat, dukungan dari sekitar yang
mempengaruhi perubahan atau pembentukan perilaku kesehatan, tersedianya fasilitas-fasilitas yang
mampu menunjang terjadinya pembentukan perilaku yang sesuai, diberikannya kebebasan individu
dalam melakukan perubahan perilaku, dan adanya situasi yang memungkinkan dalam melakukan
tindakan untuk upaya perubahan perilaku yang diinginkan.[3]

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 1983, determinan perilaku ada empat hal yaitu,
pemikiran dan perasaan seseorang mengenai pandangannya terhadap sesuatu, adanya seseorang
yang dianut atau dianggap penting yang bisa membuat perubahan yang lebih meyakinkan individu,
terpenuhinya sumber atau fasilitas yang memadai, dan adanya kebudayaan dalam berperilaku atau
bersikap seseorang dalam sehari-hari.[3]

DAFTAR PUSTAKA

http://bowonurcahyono.wordpress.com/

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Health_communication

Maulana, Heri D. J. (2007). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

a b c Agustin, Aat (2019). Promosi Kesehatan. Jogjakarta: CV Budi Utama.


NAMA : MUHAMMAD KHUSNI MUBARROK

NIM : 2002070056

PRODI : S1 ADMINSITRASI RUMAH SAKIT

TUGAS RESUME PROMOSI KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

1. PRINSIP DASAR KOMUNIKASI

 Prinsip Dasar Komunikasi

-Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan

Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa
memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi.
Percakapan diantara dua orang sahabat dan antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki
dimesi isi yang berbeda.

-Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan

Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat
kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan
dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan
komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap
tujuannya tercapai)

-Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktuPesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak
komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses
komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu
berlangsung.

-Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan
tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat
memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang
maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang
menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.

-Komunikasi itu bersifat sistemik

Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai,
adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa
hal internal tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia
bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.

-Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh kehidupannya sebagai individu
dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi, maupun masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari
setiap manusia berinteraksi, membangun relasi dan transaksi sosial dengan orang lain. Itulah
sebabnya manusia tidak dapat menghindari komunikasi antar personal, komunikasi dalam kelompok,
komunikasi dalam organisasi dan publik, dan komunikasi massa (Liliweri, 2009).

-Komunikasi senantiasa berperan penting dalam proses kehidupan. Komunikasi merupakan inti dari
kehidupan sosial manusia dan merupakan komponen dasar dari hubungan antar manusia. Banyak
permasalahan yang menyangkut manusia dapat diidentifikasi dan dipecahkan melalui komunikasi
(Suryani, 2006).

-Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang, simbol
bahasa, atau gerak (non verbal), untuk memengaruhi perilaku orang lain. Proses komunikasi yang
menggunakan stimulus atau respon dalam bentuk bahasa baik lisan maupun tulisan selanjutnya
disebut komunikasi verbal. Sedangkan apabila proses komunikasi tersebut menggunakan simbol-
simbol tertentu disebut komunikasi non verbal (Setiawati, 2008).

 Bentuk Komunikasi

-Ada beberapa bentuk komnikasi yang perlu diketahui oleh seorang komunikator agar dia mampu
memilih bentuk komunikasi yang tepat ketika berkomunikasi. Secara garis besar bentuk komunikasi
dibagi 4 (empat) yaitu komunikasi personal (komunikasi intra personal dan komunikasi
interpersonal), komunikasi kelompok, komunikasi massa, dan komunikasi medio. (Effendy, 2002).

-Pada pembahasan berikutnya akan dijelaskan lebih lanjut mengenai komunikasi interpersonal dan
komunikasi terapeutik :

-Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang dilakukan pada diri sendiri, yang terdiri dari
sensasi, persepsi, memori dan berpikir. Komunikasi ini biasanya dilakukan oleh seseorang ketika
merenung tentang dirinya atau pada saat melakukan evaluasi diri.

-Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncakan secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan dan kesehatan klien.

2. KOMUNIKASI KESEHATAN

 Pengertian Komunikasi Kesehatan

-Komunikasi adalah proses rangsangan stimulus dalam bentuk lambang atau simbol bahasa atau
gerak non verbal, untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Komunikasi kesehatan merupakan
bagian dari komunikasi antar manusia dengan fokus utama pada bagaimana individu menghadapi
isu-isu kesehatan serta bagaimana upaya memelihara kesehatannya.

-Komunikasi kesehatan memanfaatkan jasa komunikasi untuk mempengaruhi secara positif perilaku
kesehatan individu, keluarga dan komunitas masyarakat. Komunikasi kesehatan meliputi informasi
tentang pencegahan penyakit, promosi kesehatan, kebijakan pemeliharaan kesehatan serta
meningkatkan kesadaran individu tentang isu-isu kesehatan, masalah kesehatan, resiko kesehatan
serta solusi kesehatan. Media advokasi, media massa, media entertainmen dan internet merupakan
ragam bentuk komunikasi kesehatan. dengan tujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan
derajat kesehatan.

 Komponen Komunikasi Kesehatan


-Komponen komunikasi kesehatan tak berbeda halnya dengan komponen komunikasi pada
umumnya. Komunikasi tidak hanya sebatas penyampaian pesan saja, adanya umpan balik (feedback)
atau respon dari penerima pesan menandakan bahwa komunikasi dapat terjadi hanya jika
memenuhi komponen-komponen tertentu.

-Menurut Lasswel, komponen komunikasi ialah:

1. Komunikator

2. Komunikan

3. Pesan

4. Media

5. Efek

 Tujuan Komunikasi Kesehatan

-Tujuan utama dari komunikasi kesehatan ini adalah untuk perubahan prilaku kesehatan pada
sasaran kearah yang lebih kondusif sehingga dimungkinkan terjadinya peningkatan status kesehatan
sebagai dampak (impact) dari program komunikasi kesehatan.

3. HUBUNGAN PROMOSI KESEHATAN DENGAN DETERMINAN KESEHATAN

Kerangka konsep determinan kesehatan yang diterima luas dewasa ini adalah bahwa tingkat
kesehatan individu dan distribusi kesehatan yang adil dalam populasi ditentukan oleh banyak faktor
yang terletak di berbagai level. Dahlgren dan Whitehead (1991) menggambarkan determinan sosial
kesehatan terletak di berbagai level dalam model eko-sosial kesehatan (Gambar 1). Perhatikan
bahwa pelayanan kesehatan bukan satu-satunya determinan kesehatan, melainkan hanya salah satu
dari banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan individu dan populasi.

Dalam teori eko-sosial kesehatan, Dahlgren dan Whitehead (1991) menjelaskan bahwa kesehatan/
penyakit yang dialami individu dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terletak di berbagai lapisan
lingkungan, sebagian besar determinan kesehatan tersebut sesungguhnya dapat diubah (modifiable
factors). Gambar 1 memeragakan, individu yang kesehatannya ingin ditingkatkan terletak di pusat,
dengan faktor konstitusional (gen), dan sistem lingkungan mikro pada level sel/ molekul. Lapisan
pertama (level mikro, hilir/ downstream) determinan kesehatan meliputi perilaku dan gaya hidup
individu, yang meningkatkan ataupun merugikan kesehatan, misalnya pilihan untuk merokok atau
tidak merokok. Pada level mikro, faktor konstitusional genetik berinteraksi dengan paparan
lingkungan dan memberikan perbedaan apakah individu lebih rentan atau lebih kuat menghadapi
paparan lingkungan yang merugikan. Perilaku dan karakteristik individu dipengaruhi oleh pola
keluarga, pola pertemanan, dan norma-norma di dalam komunitas.

Dengan memahami prasyarat terjadinya kesehatan dapat disimpulkan, kesehatan tidak dapat
dipisahkan hubungannya dengan kondisi sosial ekonomi, lingkungan fisik, perilaku dan gaya-hidup
individu. Hubungan tersebut memberikan pemahaman yang holistik dan sistemik tentang kesehatan.
Holistik dalam arti kesehatan individu yang ingin ditingkatkan meliputi aspek biopsikososial. Sistemik
dalam arti kesehatan individu dan populasi dipengaruhi oleh faktor-faktor pada berbagai level, yang
tertata dalam suatu sistem di masing-masing level, dan lintas level, suatu paradigma yang disebut
“eko-epidemiologi” (Susser dan Susser, 2001). Implikasi bagi kebijakan, diperlukan kebijakan publik
yang sehat (“healthy public policy”), yakni kebijakan publik yang secara langsung maupun tidak
langsung (melalui perubahan dan perbaikan determinan kesehatan pada level makro) dapat
meningkatkan kesehatan individu dan kesehatan kolektif komunitas, serta menciptakan distribusi
kesehatan yang adil.
"RESUMAN MATERI"

NAMA : SHOMMAL CHALIK

NIM : 2002070070

Prinsip dasar komunikasi

Oleh : Dian Sri Mulyani, S.I.Kom., M.Si

=>Prinsip 1 : Komunikasi adalah suatu proses simbolik.

Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan

untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan

kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-

kata (pesan verbal), perilaku non verbal dan objek yang

maknanya disepakati bersama. Contoh : memasang

bendera Negara pada bulan Agustus.

Ikon dan Indeks

Ikon = benda fisik (dua atau tiga dimensi) yang

menyerupai apa yang di representasikannya. Misal :

Patung Soekarno adalah Ikon Soekarno.

Indeks = tanda yang secara alamiah mempresentasikan

objek lainnya. Indeks muncul berdasarkan hubungan

sebab dan akibat. Misal : awan gelap adalah indeks

hujan akan turun. Asap adalah indeks api.

=>Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi.

Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan
sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain, maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses
komunikasi.

=>Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan

dimensi hubungan.

Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara nonverbal.
Dimensi isi = menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan.

Dimensi hubungan = menunjukkan bagaimana cara mengatakannya, yang juga mengisyaratkan


bagaimana hubungan para pelaku komunikasi itu dan bagaimana pesan pesan tersebut ditafsirkan.

=>Prinsip 4 : Komunikasi berlangsung dalam

berbagai tingkat kesengajaan.

Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh

seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang
tidak di rencanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan
detail),

sampai pada tindakan komunikasi yang disengaja

(pihak komunikator mengharapkan respon dan

berharap tujuannya tercapai).

=> Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang

dan waktu.

=>Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi.

Ketika orang – orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka.
Komunikator memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana komunikan akan merespon.

=>Prinsip 7 : Komunikasi bersifat sistematik.

=>Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial – budaya semakin efektiflah komunikasi.

=>Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial (Sirkuler).

=>Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional.

=>Prinsip 11 : Komunikasi bersifat irreversible

=>Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah

*Tingkatan proses komunikasi

- Komunikasi Intrapersonal

- Komunikasi Interpersonal

- Komunikasi Kelompok

- Komunikasi Organisasi
- Komunikasi Massa

- Komunikasi Antar Budaya

*Tujuan komunikasi

- Dari sudut pandang

kepentingan komunikator/sumber :

1. Memberikan

informasi

2. Mendidik

3. Menghibur

4. Menganjurkan

tindakan/persuasi

- Dari sudut pandang

kepentingan komunikan/penerima :

1. Memahami

informasi

2. Mempelajari

3. Menikmati

4. Menerima atau

menolah anjuran

Komunikasi kesehatan

Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar manusia yang memiliki fokus pada
bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok/masyarakat menghadapi isu-isu yang
berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk memelihara kesehatannya (Northouse dalam
Notoatmodjo, 2005). Fokus utama dalam komunikasi kesehatan adalah terjadinya transaksi yang
secara spesifik berhubungan dengan isu-isu kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
transaksi tersebut. Transaksi yang berlangsung antar ahli kesehatan, antara ahli kesehatan dengan
pasien dan antara pasien dengan keluarga pasien merupakan perhatian utama dalam komunikasi
kesehatan.Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif
perilaku kesehatan individu dan komunitas masyarakat, dengan menggunakan berbagai

prinsip dan metode komunikasi baik komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa. Selain
itu, komunikasi kesehatan juga dipahami sebagai studi yang mempelajari bagaimana cara
menggunakan strategi komunikasi untuk menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat
mempengaruhi individu dan komunitas agar dapat membuat keputusan yang tepat

berkaitan dengan pengelolaan kesehatan (Liliweri, 2008).Komunikasi kesehatan meliputi informasi


tentang pencegahan penyakit, promosi kesehatan, kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, regulasi
bisnis dalam bidang kesehatan yang sejauh mungkin mengubah dan memperbaharui kualitas
individu dalam suatu komunitas masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu pengetahuan
dan etika.Dengan demikian dapat dipahami bahwa komunikasi kesehatan merupakan aplikasi dari
konsep dan teori komunikasi dalam transaksi yang berlangsung antar individu/kelompok terhadap
isu-isu kesehatan. Tujuan pokok dari komunikasi kesehatan adalah perubahan perilaku kesehatan
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan.

Peran penting komunikasi kesehatan

Komunikasi kesehatan meningkatkan kesadaran individu tentang isu-isu kesehatan,

masalah kesehatan, resiko kesehatan serta solusi kesehatan. Peningkatan kesadaran individu akan
hal-hal tersebut ini berdampak pada keluarga serta lingkungan komunitas individu. Contohnya bila
dalam sebuah keluarga ada anggota keluarga yang menderita sakit diabetes (isu kesehatan dan
masalah kesehatan).

Bentuk komunikasi kesehatan

Lebih banyak orang mengenal kampanye media massa sebagai salah satu cara

mengkomunikasikan isu-isu kesehatan. Namun ternyata ada bentuk komunikasi kesehatan yang lain.
Program entertainmen (hiburan) merupakan salah satu cara lain yang cukup efektif dalam
mengkomunikasikan informasi kesehatan. Beberapa hasil penelitian

mendemonstrasikan bahwa informasi kesehatan yang ditayangkan secara singkat memiliki pengaruh
yang cukup kuat. Dalam sebuah survey yang dilakukan oleh Paul Novelli pada

tahun 2001 terhadap 3719 individu, menemukan bahwa banyak informasi kesehatan yang dapat
dipelajari oleh individu ketika menonton televisi pada jam-jam utama (prime time).

Bentuk komunikasi kesehatan yang lain adalah media advocacy, yang didefiniksikan

sebagai upaya pemanfaatan media massa yang lebih strategis bila didukung oleh

keikutsertaan komunitas masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kebijakan-kebijakan publik


yang berkaitan dengan kesehatan.
SIMPULAN

Komunikasi kesehatan dalam berbagai bentuk seperti media advokasi, media massa,

media entertainmen dan internet mampu membentuk sikap dan mengubah perilaku individu

dengan cara meningkatkan kesadaran dan menambah pengetahuan tentang isu-isu kesehatan,

masalah-masalah kesehatan dan solusi kesehatan dengan tujuan untuk meningkatkan dan

mempertahankan derajat kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Baxter, L., Nichole E., Ho, Evelyn, 2008. Everyday Health Communication Experiences.Journal of
American College Health. Vol. 56 No. 4.

Damaiyanti, M. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: Refika

Aditama

Liliweri, Alo. 2008. Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Jakarta : Pustaka Pelajar

Mubarak dan Chayatin, 2008 Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Penerbit
Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.

P.D. Williams, 2002. Interrelationship among variables affecting wall siblings and mothers in families
of children with chronic illness ordisability. Journal Of Behavioral Medicine.

25.411-424.

Sutton, S. 2004. Health Psychology. London: SageTaylor, S. 2006. Health Psychology. New York : Mc
Graw Hill

Hubungan promosi kesehatan dengan determinan prilaku

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku

merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Secara garis
besar perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yakni aspek fisik, psikis dan sosial. Akan tetapi
dari ketiga aspek tersebut sulit ditarik garis yang tegas batas – batasnya. Secara lebih terinci, perilaku
manusia yang sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan,
keingginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.

Namun demikian, pada realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang menentukan
perilaku seseorang. Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan tersebut ditentukan atau
dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, diantaranya adalah faktor pengalaman, keyakinan, sarana
fisik, sosio – budaya masyarakat dan sebagainya sehingga proses terbentuknya perilaku.

Disamping asumsi – asumsi tersebut, ada beberapa asumsi lain, antara lain asumsi yang
mendasarkan kepada teori kepribadian dari Spranger. Spranger membagi kepribadian manusia itu
menjadi enam macam nilai kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai
budaya yang dominan pada diri orang tersebut. Selanjutnya, kepribadian

tersebut akan menentukan pola dasar perilaku manusia yang bersangkutan.

Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap determinan perilaku dari

analisis faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan, antara lain teori Lawrence Green (1980), Snehandu B.Kar (1983) dan WHO (1984).
Nama : Aisya Septi Yuvita Putri

Nim : 2002070047

RESUME MATERI

1. Prinsip Dasar Komunikasi


William B. Gudykunst menyebutkan istilah prinsip komunikasi adalah asumsi-asumsi
komunikasi. Larry A. Samovar dan Richard E.Porter menyebutnya karakteristik
komunikasi. Kemudian Deddy Mulyana, Ph.D membuat istilah baru yaitu prinsip-prinsip
komunikasi. Terdapat 12 prinsip komunikasi yaitu sebagai berikut :

1. Komunikasi adalah suatu proses simbolik.


Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada
suatu titik, tetapi terus berkelanjutan.

2. Setiap prilaku mempunyai potensi komunikasi.


Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud
mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebuts
udah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi
non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.

3. Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan.


Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita
bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan
proses komunikasi.

4. Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan.


Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari
tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak
direncanakan , sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja.

5. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu.


Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun
non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung,
kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.
6. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi.
Jika kita tersenyum , maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan
membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan
membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang
dalam melakukan proses komunikasi.

7. Komunikasi itu bersifat sistemik.


Dalam diri setiap orang terdapat sisi internal , seperti lingkungan keluarga dan
lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan
tindakan komunikasi.

8. Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi.


Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari (ras) suku yang sama, pendidikan
yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama
untuk saling dikomunikasikan.

9. Komunikasi bersifat nonseksual.


Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah.
Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu di
terima dan dimengerti.

10. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional.


Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi
itu dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi
diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.

11. Komunikasi bersifat irreversible.


Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti
orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain
tersebut.

12. Komunikasi bukan panasehat untuk menyelesaikan berbagai masalah.


Hal ini dapat di artikan bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang
dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.
Prinsip Komunikasi dalam Al-Qur’an

Dalam Al-Qura’an komunikator harus melihat pesan yang akan disampaikan


kepada komunikan dalam hal ini terdapat dalam surat Al-hujurat ayat 6 yang artinya: Hai
orangorang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita,
maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu
kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu.

Dari ayat di atas dapat penulis pahami, bahwa ayat tersebut menyampaikan
informasi kepada komunikan. Unsur yang perlu diperhatikan yaitu pesan yang akan
dikomunikasikan, karena prinsip komunikasi umum dan komunikasi Alquran sebernanya
bertujuan sama, ingin membawa perubahan. Tapi yang membedakannya kepada isi
pesan yang disampaikan. Prinsip komunikasi secara umum apapun pesan bisa
disampaikan oleh komunikator tanpa harus memilah, memilih dan melihat kebenaran
pesan yang akan disampaikan. Sedangkan prinsip komunikasi dalam Alquran seorang
komunikator harus meneliti teliti disini adalah meneliti tentang kebenaran pesan yang
akan disampaikan karena tanpa memperhatikan pesan yang akan disampaikan akan
menimbulkan masalah baru bahkan menyesatkan umat. Selanjutnya tanpa meneliti pesan
yang akan disampaikan, akan memunculkan dampak positif maupun negatif. Positifnya
pesan akan diterima dengan baik oleh komunikan, sedangkan negatifnya pesan tersebut
bisa memunculkan masalah ditengah-tengah kehidupan manusia.

Jadi prinsip komunikasi menurut Alquran , tidak bohong (berkata benar dan
jujur) dan komunikator harus berkata dengan lemah lembut supaya komunikasi dengan
komunikan bisa berjalan dengan baik

DAFTAR PUSTAKA

Budi, Rayudaswati. 2010.Pengantar Ilmu Komunikasi. Kretakupa Print. Makasar.

https://media.neliti.com/media/publications/164422-ID-etika-komunikasi-dalam-
persfektif-islam.pdf (Di akses pada 24 Maret 2021)
2. Komunikasi Kesehatan
Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar manusia yang
memiliki fokus pada bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok/masyarakat
menghadapi isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk
memelihara kesehatannya (Northouse dalam Notoatmodjo, 2005).

Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi


secara positif perilaku kesehatan individu dan komunitas masyarakat, dengan
menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi baik komunikasi interpersonal,
maupun komunikasi massa. Selain itu, komunikasi kesehatan juga dipahami sebagai studi
yang mempelajari bagaimana cara menggunakan strategi komunikasi untuk
menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat mempengaruhi individu dan komunitas
agar dapat membuat keputusan yang tepat berkaitan dengan pengelolaan kesehatan
(Liliweri, 2008).

Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan penyakit,


promosi kesehatan, kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, regulasi bisnis dalam bidang
kesehatan yang sejauh mungkin mengubah dan memperbaharui kualitas individu dalam
suatu komunitas masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu pengetahuan dan
etika.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa komunikasi kesehatan merupakan


aplikasi dari konsep dan teori komunikasi dalam transaksi yang berlangsung antar
individu/kelompok terhadap isu-isu kesehatan. Tujuan pokok dari komunikasi kesehatan
adalah perubahan perilaku kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan.

Peran Penting Komunikasi Kesehatan

Ada interaksi antara kesehatan dengan perilaku individu. Individu berada


dalam situasi biologis, psikologis dan sosial kemasyarakatan. Ketiga faktor tersebut
berpengaruh terhadap status kesehatan seorang individu. Melalui komunikasi kesehatan,
kita mempelajari timbal balik antara ketiga faktor tersebut. Pemahaman ini penting agar
kedepannya dapat dikembangkan intervensi program kesehatan yang bertujuan untuk
mengubah perilaku individu menjadi lebih sehat.
Kepatuhan (adherence) pasien terhadap saran medis yang diberikan oleh ahli
medis juga sangat dipengaruhi oleh peran penting komunikasi kesehatan. Ada dua hal
yang mempengaruhi kepatuhan pasien pada saran medis yang diterima, yaitu :

1. Pasien harus terlebih dahulu memahami (understand) isu-isu kesehatan atau


masalahmasalah kesehatan yang dihadapi. Untuk itu ia harus mampu menafsirkan dan
memahami semua informasi kesehatan yang dikomunikasikan oleh tenaga medis pada
dirinya.
2. Pasien harus mampu mengingat (memorize) saran medis yang diberikan. Bila dalam
mengkomunikasikan informasi seputar kesehatan pasien, para ahli medis tidak
menggunakan istilah (jargon) medis yang sulit dipahami oleh pasien umum dan
informasi yang diberikan tidak terlalu banyak dan rumit, maka pasien dapat dengan
mudah mengingat kembali semua informasi kesehatan (saran medis) yang telah
disampaikan untuk dirinya.

Dengan demikian komunikasi merupakan sesuatu yang penting untuk setiap


individu. Komunikasi kesehatan menjadi bagian yang penting dari aspek kesehatan dan
kesejahteraan psikologis karena komunikasi kesehatan mencakup upaya pencegahan
penyakit (disease prevention), promosi kesehatan serta peningkatan kualitas hidup.

Bentuk Komunikasi Kesehatan

1. Kampanye media massa


2. Program entertainmen (hiburan)
3. Media advocacy

Contoh Komunikasi Kesehatan dalam Keseharian

1. Komunikasi kesehatan dengan pasien/penderita


Komunikasi kesehatan dengan pasien atau penderita meliputi informasi yang
berkaitan dengan kondisi kesehatan individu, informasi bagaimana memaksimalkan
perawatan dan bagaimana pemberian terapi. Komunikasi kesehatan pada
pasien/penderita lebih bersifat terapeutik yang artinya memfasilitasi proses
penyembuhan.
2. Komunikasi kesehatan dengan pihak keluarga
Komunikasi kesehatan dengan pasien dan pihak keluarga merupakan bagian penting
dalam perawatan medis. Komunikasi yang efektif merupakan sesuatu yang esensial
karena pasien dapat memahami keadaan dirinya dan pihak keluarga dapat memahami
keadaan anggota keluarganya yang sakit. Kegagalan dalam mengkomunikasikan
informasi-informasi kesehatan pada pasien dan pihak keluarga dapat berakibat pada
ketidakpahaman pasien atas hasil tes yang dijalani (McBride, 2002) serta
ketidakpatuhan pasien dalam mengikuti saran medis (Haynes, 1996).

3. Komunikasi kesehatan untuk masyarakat


Komunikasi kesehatan untuk masyarakat lebih mengarah pada bentuk promosi
kesehatan. Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran komunitas masyarakat
dalam hal pemberian dan peningkatan pengetahuan dalam bidang kesehatan saja.
Promosi kesehatan merupakan program kesehatan yang dirancang untuk membawa
perbaikan berupa perubahan perilaku, baik di dalam masyarakat maupun lingkungan
organisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Rahmadania, Metta. Komunikasi Kesehatan : Sebuah Tinjauan. Jurnal Psikogenesis.


Vol.1, No 1. Tahun 2012

3. Hubungan Promosi Kesehatan dengan Determinan Perilaku

Green dan Kreuter (2005) menyatakan bahwa “Promosi kesehatan adalah


kombinasi upaya-upaya pendidikan, kebijakan (politik), peraturan, dan organisasi untuk
mendukung kegiatan-kegiatan dan kondisi-kondisi hidup yang menguntungkan kesehatan
individu, kelompok, atau komunitas”.

Sedangkan Kementerian/Departemen Kesehatan Republik Indonesia


merumuskan pengertian promosi kesehatan sebagai berikut: “Upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong
dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai
sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan.” Hal tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.
1114/Menkes/SK/VIII/2005.

Piagam Ottawa adalah piagam kesepakatan yang dihasilkan pada Konferensi


Internasional Promosi Kesehatan Pertama di Ottawa, Canada tahun 1986, telah membawa
perubahan dalam pengertian dan praktek “health promotion” atau promosi kesehatan.
Piagam ini mendefinisikan Promosi Kesehatan sebagai “Proses yang memungkinkan
individu mengendalikan dan memperbaiki kesehatannya. Untuk mencapai kesehatan
jasmani, rohani dan sosial yang sempurna, seseorang atau kelompok harus mampu
mengidentifikasi dan mewujudkan aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan, mampu
mengubah atau beradaptasi dengan lingkungan”.

Inti dari definisi promosi kesehatan, baik yang berasal dari Ottawa Charter,
maupun modifikasinya dari WHO adalah masyarakat menjalankan perilaku yang
menguntungkan kesehatan, baik berupa perilaku pencegahan dan pemeliharaan kesehatan,
perilaku memilih dan memperbaiki lingkungan maupun perilaku penggunaan pelayanan
kesehatan, bahkan perilaku yang berkenaan dengan aspek genetika dan kependudukan.

Kesehatan sangat dipengaruhi oleh determinan-determinan sosial dan


lingkungan, disamping determinan fisik dan biologik. Determinan fisik seperti kebersihan
lingkungan, cuaca, iklim dll, sedangkan determinan biologik misalnya mikroorganisme
(virus, bakteri), parasit dan lain-lain. Sementara itu determinan-determinan sosial yang
sangat mempengaruhi kesehatan antara lain: kemiskinan, pengangguran, kelestarian
lingkungan, diskriminasi dan ketidakberdayaan (La Bonte and Feather, 1996).

Sarjana Marmot (1999) menyebutkan bahwa ada 10 determinan sosial yang


mempengaruhi kesehatan, yaitu:

1. Kesenjangan sosial
Pada masyarakat kelas sosial-ekonomi rendah, biasanya lebih beresiko dan rentan
terhadap penyakit dan umur harapan hidup juga lebih rendah.

2. Stress
Kegagalan dalam menanggulangi stress baik dalam pekerjaan maupun dalam
kehidupan sehari-hari sangat mempengaruhi kesehatan seseorang.
3. Kehidupan dini
Kesehatan di masa dewasa sangat ditentukan oleh kondisi kesehatan di usia dini atau
awal kehidupan. Pertumbuhan fisik yang lambat dan dukungan emosional yang
kurang baik di awal kehidupan, akan memberikan dampak kesehatan fisik, emosi dan
kemampuan intelektual di masa dewasa.

4. Pengucilan sosial
Pengucilan menghasilkan perasaan kehilangan dan tak berharga, mengungsi ke tempat
lain yang asing, merasa dikucilkan, kehilangan harga diri, sangat mempengaruhi
kesehatan fisik dan mental seseorang.

5. Pekerjaan
Stress di tempat kerja meningkatkan resiko terhadap penyakit dan kematian.
Memperhatikan syarat-syarat kesehatan dan keselamatan kerja sangat membantu
dalam meningkatkan derajat kesehatan pekerja.

6. Pengangguran
Jaminan adanya pekerjaan meningkatkan derajat kesehatan dan rasa sejahtera, bukan
hanya untuk pekerja tapi juga seluruh keluarganya. Keadaan yang sebaliknya terjadi
pada penganggur.

7. Dukungan sosial
Persahabatan, hubungan sosial dan kekerabatan yang baik memberikan dampak
kesehatan yang baik dalam keluarga, di tempat kerja dan di masyarakat.

8. Ketergantungan pada narkoba


Pemakaian narkoba sangat memperburuk kondisi kesehatan dan kesejahteraan.

9. Pangan
Cara makan yang sehat dan ketersediaan pangan merupakan hal utama dalam
kesehatan dan kesejahteraan seseorang dan masyarakat. Baik kekurangan gizi maupun
kelebihan gizi sama-sama menimbulkan masalah kesehatan dan penyakit.
10. Transportasi
Transportasi yang sehat berarti mengurangi waktu mengendarai dan meningkatkan
gerak fisik yang sangat baik bagi kebugaran dan kesehatan. Selain itu, mengurangi
kendaraan berarti membantu mengurangi polusi.

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena
perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal
(lingkungan). Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yakni
aspek fisik, psikis dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit ditarik garis
yang tegas batas – batasnya. Secara lebih terinci, perilaku manusia yang sebenarnya
merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keingginan,
kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.uki.ac.id/2759/1/BUKUMODULPROMOSIKESEHATAN.pdf (Di
akses pada 24 Maret 2021).

Susilowati, Dwi. 2016. Promosi Kesehatan. http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-


content/uploads/2017/08/Promkes-Komprehensif.pdf, (Di akses pada 24 Maret 2021).
NAMA : MARRETA ALDY WINDIANA

NIM : 2002070067

PRODI : ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

PRINSIP DASAR KOMUNIKASI

Prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi mempunyai uraian
yang beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh masing-masing pakar. Istilah prinsip
oleh William B. Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi. Larry A.Samovar dan Richard E.Porter
menyebutnya karakteristik komunikasi. Deddy  Mulyana, Ph.D membuat istilah baru yaitu prinsip-
prinsip komunikasi.

Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari definisi dan
hakekat komunikasi yaitu :

Prinsip 1 : Komunikasi adalah suatu proses simbolik komunikasi adalah sesuatu yang bersifat
dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan.

Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi setiap orang tidak bebas nilai, pada saat
orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka
orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi
non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.

Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi
isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara
pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. Percakapan diantara dua orang sahabat dan antara
dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki dimesi isi yang berbeda.

Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan setiap tindakan
komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah
artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja
yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul
disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai)

Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktuPesan komunikasi yang dikirimkan oleh
pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses
komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu
berlangsung.

Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Tidak dapat dibayangkan jika orang
melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka
kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa
seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat
seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.
Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang
dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana
seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal seperti
lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia
melakukan tindakan komunikasi.

Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi jika dua orang
melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada
kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan.
Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.

Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak
berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang
dikirimkan itu diterima dan dimengerti.

Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional konsekuensi dari prinsip bahwa
komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses
saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.

Prinsip 11 : komunikasi bersifat irreversible setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak
dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan.
Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka
efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut.

Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam arti bahwa
komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah

DAFTAR PUSTAKA

Mulyana, Deddy. 2005. Human Communication: prinsip – prinsip dasar. Bandung: Remaja
Rosdakarya Hanafi, Abdullah. 1984. Memahami Antar Manusia. Surabaya: Usaha Nasional Cangara,
Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Gradindo Persada Wood, Julia T. 2013.
Komunikasi interpersonal: Interaksi Keseharian. Jakarta: Salemba Humanika Dasrun Hidayat. 2012.
Komunikasi Antar Pribadi & Medianya. Yogyakarta: Graha Ilmu Dian Wisnuwardhani, Sri Fatmawati.
2012. Hubungan Interpersonal. Jakarta: Salemba Humanika Phil, Astrid, S. Susanto. 1988. Komunikasi
Dalam Teori dan Praktik. Binacipta Effendi, Onong Uchjana. 2011. Ilmu Komunikasi: teori dan Praktik.
Bandung: Remaja Rosdakarya Mulyana, Deddy. 2012. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung:
Remaja Rosdakarya Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif dan R&D. Bandung: Remaja Rosdakarya Rachmat Kriyantono. 2010. Teknik Praktis Riset
Komunikasi. Jakarta: Kharisma Putra Utama Alo liliweri. 1997. Komunikasi Antarpribadi. Bandung:
Citra Aditya Bakti 62 Morissan. 2013. Teori Komunikasi: Komunikator, Pesan, Percakapan, dan
Hubungan (interpersonal). Bogor: Ghalia Indonesia Suranto Aw. 2010. Komunikasi Sosial Budaya.
Yogyakarta: Graha Ilmu Suranto Aw. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu
KOMUNIKASI KESEHATAN

Komunikasi adalah proses rangsangan stimulus dalam bentuk lambang atau simbol bahasa
atau gerak non verbal, untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Komunikasi kesehatan merupakan
bagian dari komunikasi antar manusia dengan fokus utama pada bagaimana individu menghadapi
isu-isu kesehatan serta bagaimana upaya memelihara kesehatannya. Komunikasi kesehatan
memanfaatkan jasa komunikasi untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan individu,
keluarga dan komunitas masyarakat. Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan
penyakit, promosi kesehatan, kebijakan pemeliharaan kesehatan serta meningkatkan kesadaran
individu tentang isu-isu kesehatan, masalah kesehatan, resiko kesehatan serta solusi kesehatan.
Media advokasi, media massa, media entertainmen dan internet merupakan ragam bentuk
komunikasi kesehatan. dengan tujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan derajat kesehatan.

Komunikasi kesehatan mencakup pemanfaatan jasa komunikasi untuk menyampaikan pesan


dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan upaya peningkatan
dan pengelolaan kesehatan oleh individu maupun komunitas masyarakat. Selain itu, komunikasi
kesehatan juga meliputi kegiatan menyebarluaskan informasi tentang kesehatan kepada masyarakat
agar tercapai perilaku hidup sehat, menciptakan kesadaran, mengubah sikap dan memberikan
motivasi pada individu untuk mengadopsi perilaku sehat yang direkomendasikan menjadi tujuan
utama komunikasi kesehatan. Komunikasi kesehatan memberi kontribusi dan menjadi bagian dari
upaya pencegahan penyakit serta promosi kesehatan.

Komunikasi kesehatan juga dianggap relevan dengan beberapa konteks dalam bidang
kesehatan, termasuk didalamnya :

1) hubungan antara ahli medis dengan pasien,

2) daya jangkau individu dalam mengakses serta memanfaatkan informasi kesehatan,

3) kepatuhan individu pada proses pengobatan yang harus dijalani serta kepatuhan dalam
melakukan saran medis yang diterima,

4) bentuk penyampaian pesan kesehatan dan kampanye kesehatan

5) penyebaran informasi mengenai resiko kesehatan pada individu dan populasi,

6) gambaran secara garis besar profil kesehatan di media massa dan budaya,

7) pendidikan bagi pengguna jasa kesehatan bagaimana mengakses fasilitas kesehatan umum
serta sistem kesehatan dan

8) perkembangan aplikasi program seperti tele-kesehatan.


Adapun fungsi komunikasi itu sendiri yakni :

1) Untuk menyampaikan pesan (informasi) atau menyebarluaskan informasi kepada orang lain.
Artinya, dari penyebarluasan informasi ini diharapkan penerima informasi akan mengetahui apa
yang ingin diketahui.

2) Untuk menyampaikan pesan (informasi) atau menyebarluaskan informasi yang bersifat


mendidik orang lain. Artinya, dari penyebarluasan informasi ini diharapkan penerima informasi
akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang ingin diketahui.

3) Untuk memberikan instruksi kepada penerima pesan.

4) Untuk mempengaruhi dan mengubah sikap penerima pesan. Komunikasi kesehatan


merupakan bagian dari komunikasi antar manusia yang memiliki fokus pada bagaimana seorang
individu dalam suatu kelompok/masyarakat menghadapi isu-isu yang berhubungan dengan
kesehatan serta berupaya untuk memelihara kesehatannya (Northouse dalam Notoatmodjo,
2005).

Komunikasi kesehatan dalam berbagai bentuk seperti media advokasi, media massa, media
entertainmen dan internet mampu membentuk sikap dan mengubah perilaku individu dengan cara
meningkatkan kesadaran dan menambah pengetahuan tentang isu-isu kesehatan, masalah-masalah
kesehatan dan solusi kesehatan dengan tujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan derajat
kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Baxter, L., Nichole E., Ho, Evelyn, 2008. Everyday Health Communication Experiences.

Journal of American College Health. Vol. 56 No. 4.

Damaiyanti, M. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: Refika Aditama

Liliweri, Alo. 2008. Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Jakarta : Pustaka Pelajar

Mubarak dan Chayatin, 2008 Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi. Jakarta :

Penerbit Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.

P.D. Williams, 2002. Interrelationship among variables affecting wall siblings and mothers in

families of children with chronic illness ordisability. Journal Of Behavioral Medicine. 25.411-424.

Sutton, S. 2004. Health Psychology. London: Sage

Taylor, S. 2006. Health Psychology. New York : Mc Graw Hil


HUBUNGAN PROMOSI KESEHATAN DENGAN DETERMINAN PERILAKU

Konsep Umum Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena
perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan).
Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yakni aspek fisik, psikis dan sosial.
Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit ditarik garis yang tegas batas – batasnya. Secara lebih
terinci, perilaku manusia yang sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti
pengetahuan, keingginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Namun
demikian, pada realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang menentukan perilaku
seseorang. Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan tersebut ditentukan atau dipengaruhi oleh
berbagai faktor lain, diantaranya adalah faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosio – budaya
masyarakat dan sebagainya sehingga proses terbentuknya perilaku. Disamping asumsi – asumsi
tersebut, ada beberapa asumsi lain, antara lain asumsi yang mendasarkan kepada teori kepribadian
dari Spranger. Spranger membagi kepribadian manusia itu menjadi enam macam nilai kebudayaan.
Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang
tersebut. Selanjutnya, kepribadian tersebut akan menentukan pola dasar perilaku manusia yang
bersangkutan.

Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap determinan perilaku dari analisis
faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan, antara lain teori Lawrence Green (1980), Snehandu B.Kar (1983) dan WHO (1984).

1. Teori Lawrence Green Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.

2. Teori Snehandu B.Kar Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak

3. Teori WHO Tim kerja WHO menganalisis bahwa menyebakan seseorang itu berperilaku
tertentu

4) Teori Kurt Lewin Lewin berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang
seimbang antara kekuatan – kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan – kekuatan
penahan (restining forces).

5) Teori Kognisi Sosial Teori kognisi sosial merupakan interaksi yang terus-menerus antara suatu
perilaku, pengetahuan, dan lingkungan. Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura yang semula
dikenal sebagai Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory).

6) Teori ABC (Anteseden, Behaviour, Consequence) Perilaku yang dilakukan oleh seseorang tidak
terlepas dari lingkungan sekitarnya

7) Theory of Reasoned Action (TRA) Teori of reasoned action ( TRA) ini digunakan untuk melihat
keterkaitan antara keyakinan, sikap, niat dan perilaku.

8) Theory of Planned Behavior (Teori Perilaku Berencana) Theory of Reasoned Action (TRA)
dikembangkan karena kebutuhan sehingga memunculkan sebuah teori yang disebut dengan
Theory of Planned Behavior (TPB). Menurut Theory of Planned Behavior (TPB), intensi
dipengaruhi oleh tiga hal yaitu : sikap, norma subjektif, kontrol perilaku.

9) Health Belief Model ( HBM) HBM (Health Belief Model) dikembangkan pada tahun 1950-an
untuk menjelaskan respon individu terhadap gejala penyakit, diagnosa, pengobatan dan alasan
mengapa orang tidak berpartisipasi pada program kesehatan masyarakat.

Bentuk – bentuk perubahan perilaku menurut WHO. Menurut WHO, perubahan perilaku itu
dikelompokkan menjadi tiga.

1. Perubahan Alamiah (Natural Change) Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu
disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan
lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota – anggota masyarakat di
dalamnya juga akan mengalami perubahan.

2. Perubahan Terencana (Planned Change) Perubahan perilaku ini terjadi karena memang
direncanakan sendiri oleh subjek dikarenakan individu tersebut merasakan akan mendapatkan
kerugian atau keuntungan jika perilaku tersebut diteruskan.

3. Kesediaan untuk Berubah (Readiness to Change) Apabila terjadi suatu inovasi atau program –
program pembangunan didalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang
sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah perilakunya), dan
sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini
disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah (readiness to change) yang
berbeda – beda.

DAFTAR PUSTAKA

Adhani, Rosihan., Etika Dan Komunikasi Dokter-Pasien-Mahasiswa. (Kalimantan Selatan: Grafika


Wangi Kalimantan., 2014) Ajzen, I.,Fishben, M, Understanding Attitudes and Predicting Social
Behavior (Englewood Cliffs, N.J.: Prentice Hall, 1980) Ali, Z, Dasar-Dasar Pendidikan Kesehatan
Masyarakat Dan Promosi Kesehatan (Jakarta: Trans Info Media, 2011) Azwar, Arul., Pengantar Ilmu
Kesehatan Lingkungan, Cetakan Ke (Jakarta: Mutiara, 1983) Azwar, Saifuddin, Sikap Manusia Teori
Dan Pengukurannya, Edisi Kedu (Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar, 2012) Bandura, Health Education
and Behavior (New York: Health Educ Behav. SAGE Publication, 1968) Departemen Kesehatan RI,
Panduan Integrasi Promosi Kesehatan Dalam Program Kesehatan Di Kabupaten/Kota (Jakarta: Pusat
Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2006) ———, Panduan Penggunaan Media
Penyuluhan (Jakarta: Dirjen PPM dan PL Departemen Kesehatan RI, 2003) Departemen Kesehatan
RI., Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan (Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI, 2005) Devitto, J, Komunikasi Antar Manusia, Edisi Keli (Jakarta.: Profesional Book,
1997) Effendy, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktik (Bandung: Rosdakarya, 2002) Ewles, L., Promosi
Kesehatan Petunjuk Praktis., Edisi Kedu (Yogyakarta: UGM Press, 1994) Festinger, L, Theory Of
Cognitive Dissonance (New York: Stanford University Press, 1957) Fitriani, Sinta, Promosi Kesehatan
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) Glanz, Karen, Health Behavior And Health Education (Theory,
Research, and Practice) (San Francisco: Jossey-Bass) Green, L, Health Promotion Planning, An
Educational and Environmental Approach, Second Edi (Mayfield Publishing Company, 2005) Green,
Lawrence, Health Education Planning, A Diagnostic Approuch (New York: The John Hopkins
University: Mayfield Publising Co, 1980) Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta:
Rineka Cipta, 2009) 104 Lewin, K., Dynamic Theory of Personality (New York: McGraw-Hill
Companies, 1935) Liliweri, A, Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011)
Mubarok, Cahayatin, Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar Dalam
Pendidikan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007) Mulyana, D., Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar Remaja
(Bandung: Rosdakarya., 2005) Musliha, S., Komunikasi Keperawatan (Yogjakarta.: Nuha Medika,
2011) Nasir, A., Komunikasi Dalam Keperawatan Teori Dan Aplikasi (Jakarta: Salemba Medika., 2011)
Notoatmodjo, Soekidjo, Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2014)
Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) Rosenstock, I. M.,
Social Learning Theory and the Health Belief Model (San Francisco: Jossey- Bass, 1988) Sadiman,
Rahardjo, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan Dan Pemanfatannya (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006) Sarwono, S.W, Pengantar Psikologi Umum (Jakarta: Rajawali, 2009)
Sarwono, S.W., Psikologi Sosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2009) Setiawati, D, Proses
Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan (Jakarta: Agung Wijaya, 2008) Siregar, Putra Apriadi,
Promosi Kesehatan Lanjutan Dalam Teori Dan Aplikasi, Edisi Pert (Jakarta: PT. Kencana, 2020)
Skinner, B. F, Science and Human Behaviour (New York: McMillan, 1996) Suryani, Komunikasi
Terapeutik : Teori Dan Praktik (Jakarta: Balai Penerbit. EGC, 2006) Susilowati, Dwi, Promosi
Kesehatan( Modul Bahan Ajar Cetak Keparawatan), Cetakan pe (Jakarta: Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan., 2016)
NAMA : LIYA ROMAYATUL

NIM : 2002070045

“TUGAS RESUME”
PRINSIP DASAR KOMUNIKASI

Prinsip dasar komunikasi :

1. Komunikasi adalah suatu proses simbolik.


Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu
lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata
(pesan verbal), perilaku non verbal dan objek yang maknanya disepakati bersama.
2. Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi.
Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud
mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain, maka orang tersebut
sudah terlibat dalam proses komunikasi.
3. Komunikasi punya dimensi isi dan dimensi hubungan
4. Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan.
Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari
tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak di
rencanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara
rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang disengaja (pihak
komunikator mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai).
5. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu.
6. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
Ketika orang – orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi
mereka. Komunikator memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana komunikan
akan merespon.
7. Komunikasi bersifat sistematik.
Terdapat dua sistem dasar dalam transaksi komunikasi,yaitu sistem internal dan
sistem eksternal.
8. Semakin mirip latar belakang sosial –budaya semakin efektiflah komunikasi.
9. Komunikasi bersifat nonsekuensial (Sirkuler)
Komunikasi antar manusia dalam bentuk dasarnya adalah komunikasi dua arah.
Peserta komunikasi saling berganti fungsi sebagai komunikator dan komunikan.
10. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional.
Komunikasi yang dapat mengubah sebuah perilaku. Peserta komunikasi mengalami
perubahan sebagai hasil terjadinya komunikasi, dari sekedar berubah pengetahuan
hingga berubah pandangan dunia dan perilakunya
11. Komunikasi bersifat irreversible
Pesan yang sudah tersampaikan, tidak dapat di tarik kembali. Setiap orang yang
melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek
yang ditimbulkannya.
12. Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah
Menyelesaikan masalah harus dengan tindakan.

KOMUNIKASI KESEHATAN

Komunikasi Kesehatan merupakan sebuah proses pertukaran atau penyampaian


informasi atau pesan yang berhubungan dengan Kesehatan. Komunikasi ini biasanya
dilakukan antara pasien dengan tenaga medis maupun sesame tenaga medis. Komunikasi ini
dapat ditemui ditempat atau area Kesehatan seperti rumah sakit, klinik, puskesmas, praktek
dokter, dan tempat-tempat lain yang berhubungan dengan Kesehatan.

Unsur-unsur komunikasi Kesehatan adalah :

1. Sumber atau komunikator


2. Penerima atau komunikan
3. Pesan atau informasi
4. Media atau alat penyampaian
5. Pengaruh atau efek yang dibutuhkan
6. Feedback atau umpan balik
7. Lingkungan komunikasi hingga gangguan komunikasi

Seiring dengan berkembangnya zaman yang sudah modern komunikasi Kesehatan


juga dapat ditemui ketika sedang membaca tulisan atau artikel Kesehatan secara online yang
penyebarannya menggunakan social media yang sekarang sangat didukung oleh
perkembangan teknologi yang sudah pesat.

Fungsi komunikasi Kesehatan :

1. Untuk menyampaikan informasi atau menyebarluaskan informasi kepada orang lain


2. Untuk menyampakan infromasi yang bersifat mendidik orang lain
3. Untuk memberikan instruksi kepada penerima pesan
4. Untuk mempengaruhi dan mengubah sikap penerima pesan

Prinsip komunikasi Kesehatan :

1. Informasi benar, valid, dan dapat dipertanggung jawabkan


Informasi yang disampaikan harus benar adanya, tidak ditambah dan dikurangi dan
dapat dipertanggung jawabkan
2. Komunikasi adalah penyampaian informasi dengan symbol
Prinsip ini akan menuntun orang di bidang Kesehatan untuk sanggup dan mampu
menggunakan symbol yang ada seperti gerak tubuh, ekspresi wajah
3. Perilaku mempengaruhi perilaku
Perilaku seseorang yang bertindak dalam menyampaikan informasi Kesehatan
haruslah mencerminkan sikap dan perilaku oraf yang peduli dengan kesehatan
4. Hubungan atau ikatan
Komunikasi Kesehatan lebih efektif ketika dilakukan oleh orang yang memiliki
hubungan atau ikatan
5. Etika penyampaian
Pemberi informasi harus memiliki etika penyampaian yang baik, maka informasi
Kesehatan yang disampaikan akan dapat diterima dengan baik pula
6. Penempatan diri
Tujuan prindip ini untuk meminimalisir salah tafsir bagi orang yang mendengar
informasi tersebut atau menjaga perasaan seseorang yang sedang dibicarakan
7. Kesempatan
Komunikasi yang terjadi tidak terlepas dari berbagai kesempatan misalnya waktu,
hari, tempat atau dengan siapa komunikasi tersebut berlangsung
8. Pertimbangan efek
Komunikasi harus mampu untuk mempertimbangkan efek yang akan muncul setelah
komunikasi terjadi
9. Tahap komunikasi
Saat berkomunikasi harus dipertimbangkan baik-baik mulai dari kata, penyampaian
kata, kritik maupun saran
10. Sosial budaya
Pemberi informasi Kesehatan harus memiliki cara mengatasi gap komunikasi dengan
menggunakan Bahasa daerah, symbol

HUBUNGAN PROMOSI KESEHATAN DENGAN DETERMINAN PERILAKU

Dengan melakukan promosi Kesehatan yaitu dengan menyampaikan informasi


mengenai Kesehatan kepada individu dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran individu
tentang isu-isu Kesehatan, masalah Kesehatan, resiko Kesehatan , serta solusi Kesehatan.
Dari peningkatkan kesadaran individu akan hal-hal tersebut ini berdampak kepada perilaku
individu tersebut. Individu yang dulunya tidak mengetahui tentang suatu penyakit misalnya
diabetes maka dengan melakukan promosi Kesehatan maka individu tersebut tau tentang
penyakit tersebut dengan mengubah perilakunya yaitu dengan menjaga pola makan. Menjaga
asupan gizinya.

DAFTAR PUSTAKA

https://pakarkomunikasi.com/prinsip-komunikasi-kesehatan

Rahmadiana, metta. 2012. Jurnal Psikogenesis. Komunikasi Kesehatan : sebuah tinjauan.


1(1): 89-90

http://diansrimulyani.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63386/Prinsip+Dasar+Komunik
asi.pdf
NAMA : IQLIMAH MAGHFIROH

NIM : 2002070060

TUGAS RESUME

1.1 PRINSIP DASAR KOMUNIKASI

Istilah prinsip oleh William B. Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi. Larry A. Samovar dan
Richard E.Porte rmenyebutnya karakteristik komunikasi. Deddy Mulyana, Ph.D membuat istilah baru
yaitu prinsip-prinsip komunikasi. Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran
lebih jauh dari definisi dan hakekat komunikasi yaitu :

Prinsip 1 : Komunikasi adalah suatu proses simbolik. Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat
dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan.

Prinsip 2 : Setiap prilaku mempunyai potensi komunikasi. Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat
orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka
orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi
non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.

Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan. Setiap pesan komunikasi mempunyai
dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada
diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi.

Prinsip 4 : Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan. Setiap tindakan komunikasi
yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah artinya
tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan
dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja
(pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai).

Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu. Pesan komunikasi yang dikirimkan
oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana
proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu
berlangsung.

Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Tidak dapat dibayangkan jika orang
melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka
kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman. Prediksi seperti
itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.

Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik. Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang
dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana
seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal seperti
lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia
melakukan tindakan komunikasi.

Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi. Jika dua orang
melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada
kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan.
Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.

Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial. Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak
berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang
dikirimkan itu diterima dan dimengerti.

Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional. Konsekuensi dari prinsip
bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada
proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.

Prinsip 11 : Komunikasi bersifat irreversible. Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak
dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan.
Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka
efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut.

Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasehat untuk menyelesaikan berbagai masalah. Dalam arti bahwa
komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
[1].

1.2 KOMUNIKASI KESEHATAN

Komunikasi kesehatan merupakan dari komunikasi antar manusia yang memiliki focus pada
bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok atau masyarakat menghadapi isu-isu yang
berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk memelihara kesehatannya (Northouse dalam
Notoatmodjo, 2005). Focus utama dalam komunikasi kesehatan adalah terjadinya transaksi yang
secara spesifik berhubungan dengan isu-isu kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
transaksi tersebut. Transaksi yang berlangsung antar ahli kesehatan, antara ahli kesehatan dengan
pasien dan antara pasien dengan keluarga pasien merupakan perhatian utama dalam komunikasi
kesehatan.

Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif
perilaku kesehatan individu dan komunitas masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan
metode komunikasi baik komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa.

Selain itu, komunikasi kesehatan juga dipahami sebagai studi yang memperlajari bagaimana
cara menggunakan strategi komunikasi untuk menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat
mempengaruhi individu dan komunitas agar dapat membuat keputusan yang tepat berkaitan
dengan pengelolaan kesehatan (Liliweri, 2008).

Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan penyakit, promosi kesehatan,


kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, regulasi bisnis dalam bidang kesehatan yang sejauh
mungkin mengubah dam memperbaruhi kualitas individu dalam suatu komunitas masyarakat
dengan mempertimbangkan aspek ilmu pengetahuan dan etika.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa komunikasi kesehatan merupakan aplikasi dari
konsep dan teori komunikasi dalam transaksi yang berlangsung antar individu kelompok terhadap
isu-isu kesehatan.
Tujuan pokok dari komunikasi kesehatan adalah perubahan perilaku kesehatan dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan [2].

Komunikasi kesehatan secara ideal bermanfaat untuk meningkatkan taraf kesehatan


masyarakat. Untuk mencapai taraf kesehatan yang baik, diperlukan komunikasi yang baik antara dari
berbagai pihak yang terlibat dalam komunikasi kesehatan.

Secara lebih khusus, bagi para professional kesehatan, komunikasi kesehatan bermanfaat
untuk meningkatkan efektivitas komunitas diantara professional kesehatan, professional kesehatan
dengan lembaga kesehatan dan professional kesehatan dengan masyarakat.

Adapun bagi lembaga kesehatan, komunikasi kesehatan bermanfaat untuk meningkatkan


efektivitas komunikasi dengan professional kesehatan yang berkerja didalam lembaga bersangkutan,
meningkatkan efektivitas komunikasi dengan lembaga non kesehatan yang menjadi mitranya dan
meningkatkan efektivitas komunikasi dengan masyarakat yang dilayaninya.

Pada akhirnya, masyarakat mendapatkan manfaat dari komunikasi kesehatan dalam bentuk
meningkatkan kualitas taraf hidup kesehatan sebagai hasil dari komunikasi kesehatan yang dilakukan
oleh professional kesehatan dan lembaga bersangkutan [3].

1.3 HUBUNGAN PROMOSI KESEHATAN DENGAN DETERMINAN PERILAKU

Definisi promosi kesehatan menurut Depkes RI (2008) menyatakan bahwa promosi


kesehatan adalah serangkaian proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatan. Proses pemberdayaan dilakukan dari oleh masyarakat yang artinya proses
pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat bahkan
semua komponen masyarakat.

Depkes RI (2008) menitik beratkan bahwa promosi kesehatan bukan hanya sekedar proses
penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya menfasilitasi perubahan perilaku.

Secara teknis, promosi kesehatan dapat dijabarkan dalam berbagai program dan kegiatan
yang diformulasikan untuk mewujudkan perubahan perilaku masyarakat juga mengupayakan
perubahan secara sosial dan lingkungan fisik yang mengarah pada peningkatan derajat kesehatan
masyarakat.

Committee on Health Education and Promotion Terminology yang dikutip oleh McKenzie
(2007) mendefenisikan promosi kesehatan sebagai kombinasi terencana apapun dari mekanisme
pendidikan, politik, lingkungan, peraturan, maupun mekanisme organisasi yang mendukung tindakan
dan kondisi kehidupan yang kondusif untuk kesehatan individu, kelompok dan masyarakat. Pada
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan (Depkes RI, 2006) disebutkan bahwa promosi kesehatan
adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk,
dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan
kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Dalam melakukan promosi kesehatan tidak terlepas dari perilaku. Perilaku tidak hanya
menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma, melainkan juga dimensi ekonomi.
Sistem nilai dan norma merupakan rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu. Sistem nilai dan norma “dibuat” oleh masyarakat untuk dianut oleh individu-
individu anggota masyarakat tersebut. Namun demikian sistem nilai dan norma, sebagai sistem
sosial, adalah sesuatu yang dinamis. Artinya, sistem nilai dan norma suatu masyarakat akan berubah
mengikuti perubahan-perubahan lingkungan dari masyarakat yang bersangkutan (Depkes RI, 2006)
[4].

DAFTAR PUSTAKA

[1] Rayudaswati Budi, S.Sos, M.Si,. Pengantar Ilmu Komunikasi, Kretakupa Print, Makassar, 2010

[2] Metta Rahmadiana. 2012. Komunikasi Kesehatan. Jurnal Psikogenesis Vol I.. No 1.

[3] Fajar Junaedi dan Filosa Gita Sukmono. 2018. Komunikasi Kesehatan: Sebuah Pengantar
Komprehensif. Prenadamedia Group. Jakarta.

[4]http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/63792/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y (diakses pada 24 Maret 2021
NAMA : ELSA FATIKA WIDHIANI

NIM : 2002070063

1. Prinsip dasar komunikasi

Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh


kehidupannya sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi, maupun
masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia berinteraksi, membangun relasi dan
transaksi sosial dengan orang lain. Itulah sebabnya manusia tidak dapat menghindari
komunikasi antar personal, komunikasi dalam kelompok, komunikasi dalam organisasi dan
publik, dan komunikasi massa (Liliweri, 2009). Komunikasi senantiasa berperan penting
dalam proses kehidupan. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan sosial manusia dan
merupakan komponen dasar dari hubungan antar manusia. Banyak permasalahan yang
menyangkut manusia dapat diidentifikasi dan dipecahkan melalui komunikasi
(Suryani,2006).

Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk


lambang, simbol bahasa, atau gerak (non verbal), untuk memengaruhi perilaku orang lain.
Proses komunikasi yang menggunakan stimulus atau respon dalam bentuk bahasa baik lisan
maupun tulisan selanjutnya disebut komunikasi verbal. Sedangkan apabila proses
komunikasi tersebut menggunakan simbol-simbol tertentu disebut komunikasi non verbal
(Setiawati, 2008).

Menurut Winnet (2004) dalam Liliweri (2009), komunikasi adalah segala aktivitas
interaksi manusia yang bersifat human relationships disertai dengan peralihan sejumlah
fakta-fakta. Secara sederhana dapat dikatakan komunikasi adalah interaksi atau transaksi
antara dua orang (Liliweri, 2009).

Prinsip prinsip dasar komunikasi :

 Prinsip 1 : komunikasi adalah suatu proses simbolik komunikasi yang bersifat


dinamis , sirkular dan tidak di suatu titik terahir tetap terus berkelanjutan .
 Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi Setiap orang tidak
bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan
sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat
dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non
verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.
 Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan Setiap pesan
komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa
memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang
melakukan proses komunikasi. Percakapan diantara dua orang sahabat dan
antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki dimesi isi yang
berbeda.
 Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan
Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai
dari tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak
direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan
secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul
disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya
tercapai)
 Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktuPesan
komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal
maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu
berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu
berlangsung.
 Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Tidak dapat
dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang
berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi
bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa
seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu
akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses
komunikasi.
 Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik Dalam diri setiap orang
mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai,
adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi
dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal seperti
lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi
bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
 Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah
komunikasi Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang
sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut
mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak
mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling
dipertukarkan.
 Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial Proses komunikasi bersifat
sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau
tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan
dimengerti.
 Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional
Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah
komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan
menerima informasi diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
 Prinsip 11 : komunikasi bersifat irreversible Setiap orang yang melakukan
proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek
yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik
kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit
hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut.
Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah
Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan masalah .
2. Komunikasi kesehatan
Manusia adalah makhluk social, dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia
berinteraksi, membangun relasi dan transaksi sosial dengan orang lain. Itulah
sebabnya manusia tidak dapat menghindari komunikasi antar personal, komunikasi
dalam kelompok, komunikasi dalam organisasi dan publik, dan komunikasi massa.
Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk
lambang, simbol bahasa, atau gerak (non verbal), untuk memengaruhi perilaku orang
lain. Proses komunikasi yang menggunakan stimulus atau respon dalam bentuk
bahasa baik lisan maupun tulisan selanjutnya disebut komunikasi verbal. Sedangkan
apabila proses komunikasi tersebut menggunakan simbol-simbol tertentu disebut
komunikasi non verbal.
3. Hubungan promosi kesehatan dengan determinan perilaku
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena
perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal
(lingkungan). Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yakni
aspek fisik, psikis dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit ditarik garis
yang tegas batas – batasnya. Secara lebih terinci, perilaku manusia yang sebenarnya
merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keingginan,
kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Namun demikian, pada
realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang menentukan perilaku
seseorang. Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan tersebut ditentukan atau
dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, diantaranya adalah faktor pengalaman,
keyakinan, sarana fisik, sosio – budaya masyarakat dan sebagainya sehingga proses
terbentuknya perilaku. Disamping asumsi – asumsi tersebut, ada beberapa asumsi
lain, antara lain asumsi yang mendasarkan kepada teori kepribadian dari Spranger.
Spranger membagi kepribadian manusia itu menjadi enam macam nilai kebudayaan.
Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada
diri orang tersebut. Selanjutnya, kepribadian tersebut akan menentukan pola dasar
perilaku manusia yang bersangkutan. Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk
mengungkap determinan perilaku dari analisis faktor – faktor yang mempengaruhi
perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori
Lawrence Green (1980), Snehandu B.Kar (1983) dan WHO (1984).

1. Teori Lawrence Green


Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan
seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor
perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non – behavior causes).
Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga factor.
2. Teori Snehandu B.Kar
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa
perilaku itu merupakan fungsi dari niat, dukungan social, otonomi pribadi dll.
3. Teori WHO
Tim kerja WHO menganalisis bahwa menyebakan seseorang itu berperilaku
tertentu adalah karena empat alasan pokok. Yaitu Pemahaman dan pertimbangan
(thoughts and feeling), Orang penting sebagai referensi (personal reference),
Sumber – sumber daya (resources), Kebudayaan (culture).
 DAFTAR PUSTAKA

A Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011).

D Setiawati, Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan (Jakarta: Agung Wijaya,


2008).

L Green, Health Promotion Planning, An Educational and Environmental Approach, Second


Edi (Mayfield Publishing Company, 2005)

Lawrence Green, Health Education Planning, A Diagnostic Approuch (New York: The John
Hopkins University: Mayfield Publising Co, 1980).

https://brainly.co.id/tugas/11665276
RESUME MATA KULIAH
“PROMOSI KESEHATAN”
NAMA : MEITA CATUR KURNIA PUTRI

NIM : 2002070064

MATERI:

1. PRINSIP DASAR KOMUNIKASI


Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam
bentuk lambang, simbol bahasa, atau gerak (non verbal), untuk memengaruhi perilaku
orang lain. Proses komunikasi yang menggunakan stimulus atau respon dalam bentuk
bahasa baik lisan maupun tulisan selanjutnya disebut komunikasi verbal. Sedangkan
apabila proses komunikasi tersebut menggunakan simbol-simbol tertentu disebut
komunikasi non verbal (Setiawati, 2008).
Menurut Winnet (2004) dalam Liliweri (2009), komunikasi adalah
segala aktivitas interaksi manusia yang bersifat human relationships disertai dengan
peralihan sejumlah fakta-fakta. Secara sederhana dapat dikatakan komunikasi adalah
interaksi atau transaksi antara dua orang (Liliweri, 2009).
Deddy Mulyana membagi prinsip-prinsip komunikasi menjadi dua belas macam.
Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1) Komunikasi Adalah Proses Simbolik
Simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang
lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang, Lambang meliputi kata-kata
(pesan verbal), perilaku nonverbal, dan objek yang maknanya disepakati Bersama.
2) Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi
Kita tidak dapat tidak berkomunikasi (we cannot not to communicate).
Tidak berarti bahwa semua perilaku adalah berkomunikasi. Alih-alih komunikasi
yang terjadi bila seseorang memberi makna pada perilaku orang lain atau perilakunya
sendiri. Cobalah Anda meminta seseorang untuk tidak berkomunikasi. Amat sulit
baginya untuk berbuat demikian, karena setiap perilakunya punya potensi untuk
ditafsirkan.
3) Komunikasi Punya Dimensi Isi Dan Dimensi Hubungan
Dimensi ini menunjukan muatan (isi) komunikasi apa yang dikatakan.
Sedangkan dimensi hubungan menunjukan bagaimana cara mengatakannya yang juga
mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu, dan bagaimana
pesan itu ditafsirkan.
4) Komunikasi Berlangsung Dalam Berbagai Tingkat
Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan, dari
komunikasi yang tidak disengaja sama sekali (misalnya ketika Anda melamun
sementara orang memperhatikan Anda) sehingga komunikasi yang benarbenar
direncanakan dan disadari (ketika Anda menyampaikan pidato).
5) Komunikasi Terjadi Dalam Konteks Ruang Dan Waktu
Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang (termasuk
iklim, suhu, intensitas cahaya, dan sebagainya), waktu, sosial dan psikologis. Topik
yang lazim dipercakapkan di rumah, tempat kerja, atau tempat hiburan terasa kurang
sopan bila dikemukakan di masjid.
6) Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi
Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek prilaku
komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau
tatakrama.
7) Komunikasi Bersifat Sistemik
Setiap individu adalah suatu sistem yang hidup (a living sistem).
Setidaknya dua sistem dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi itu sistem internal
dan sistem eksternal.
8) Semakin Mirip Latar Belakang Budaya Semakin Efektiflah Komunikasi
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan
harapan para pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi).
9) Komunikasi Bersifat Nonsekunsial
Meskipun terdapat banyak model komunikasi linier atau satu arah,
sebenarnya komunikasi manusia pada bentuk dasarnya adalah (komuniaksi tatap
muka) bersifat dua arah. Yaitu ketika seseorang berbicara dengan yang lainnya, atau
kepada sekelompok orang seperti dalam rapat atau kuliah.
10) Komunikasi Bersifat Prosedural, Dinamis, dan Transaksional
Seperti juga waktu dan eksistensi, komunikasi tidak mempunyai awal
dan tidak mempunyai akhir, melainkan merupakan proses yang sinambung
(continuous).
11) Komunikasi Bersifat Irreversible
Suatu perilaku merupakan suatu peristiwa, oleh karena itu peristiwa,
perilaku berlangsung dalam waktu dan tidak dapat “diambil kembali”. Dalam
komunikasi, sekali Anda mengirimkan pesan, Anda tidak dapat mengendalikan pesan
tersebut bagi khalayak, apalagi menghilangkan efek pesan tersebut sama sekali.
12) Komunikasi Bukan Panasea Yang Bisa Menyelesaikan Berbagai Masalah.
Banyak persoalan antarmanusia disebabkan oleh masalah komunikasi.
Namun komunikasi bukanlah panasea (obat mujarab) untuk menyelesaikan persoalan
itu, karena persoalan itu berkaitan dengan masalah struktural.

2. KOMUNIKASI KESEHATAN
Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar manusia yang
memiliki fokus pada bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok/masyarakat
menghadapi isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk
memelihara kesehatannya (Northouse dalam Notoatmodjo, 2005).
Fokus utama dalam komunikasi kesehatan adalah terjadinya transaksi yang
secara spesifik berhubungan dengan isu-isu kesehatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi transaksi tersebut. Transaksi yang berlangsung antar ahli kesehatan,
antara ahli kesehatan dengan pasien dan antara pasien dengan keluarga pasien
merupakan perhatian utama dalam komunikasi kesehatan. Komunkiasi kesehatan
adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan
individu dan komunitas masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan
metode komunikasi baik komunikasi interpersonal maupun komunikasi massa.

Selain itu komunikasi kesehatan juga dipahami sebagai studi yang


mempelajari bagaimana cara menggunakan strategi komunikasi untuk
menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat mempengaruhi individu dan
komunitas agar dapat membuat keputusan yang tepat berkaitan dengan pengelolaan
kesehatan (Liliweri,2008).

Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan


penyakit,promosi kesehatan, kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan,regulasi bisnis
dalam bidang kesehatan yang sejauh mungkin mengubah dan memperbaharui kualitas
individu dalam suatu komunitas masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu
pengetahuan dan etika. Dengan demikian dapat dipahami bahwa komunikasi
kesehatan merupakan aplikasi dari konsep dan teori komunikasi dalam transaksi yang
berlangsung antar individu/kelompok terhadap isu-isu kesehatan. Tujuan pokok dari
komunikasi kesehatan adalah perubahan perilaku kesehatan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan.

3. HUBUNGAN PROMOSI KESEHATAN DENGAN DETERMINAN


PERILAKU Predisposing Factors Health Promotion Enabling
Factors HealthBehavior Reinforcing Factors 

Contoh:

Seorang ibu mau membawa anaknya ke posyandu untuk dilakukan penimbangan agar
mengetahui pertumbuhannya. Tanpa adanya pengetahuan, ibu tersebut mungkin tidak
akan membawa anaknya ke posyandu.

Kedua, faktor pemungkin (enabling factor), yaitu faktor yang memungkinkan atau
yang menfasilitasi perilaku atau tindakan, antara lain: prasarana, sarana, ketersediaan
sdm. Contoh konkritnya, ketersediaan puskesmas, ketersediaan tong sampah, adanya
tempat olah raga, dsb.

Ketiga, faktor penguat (reinforcing factor), yaitu faktor yang mendorong atau
memperkuat terjadinya perilaku, antara lain: sikap petugas kesehatan, sikap tokoh
masyarakat, dukungan suami, dukungan keluarga, tokoh adat, dsb.
Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari promosi kesehatan yaitu tercapainya derajat
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang tinggi, dengan dijalankannya perilaku
yang menguntungkan kesehatan. Untuk itu upaya-upaya promosi kesehatan adalah
penciptaan kondisi yang memungkinkan masyarakat berperilaku sehat dan membuat
perilaku sehat sebagai pilihan yang mudah dijalankan.

Promosi kesehatan juga merupakan salah satu bentuk tindakan mandiri keperawatan
untuk membantu klien baik individu, kelompok maupun masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat
perperan sebagai perawat pendidik. Perubahan perilaku yang diharapkan pada klien
berupa perubahan pola pikir, sikap, dan keterampilan yang spesifik terhadap kesehatan.
Hubungan pembelajaran yang terjadi tersebut harus bersifat dinamis dan interaktif.
Promosi kesehatan pada proses keperawatan tersebut merupakan tahap pengkajian dan
intervensi keperawatan yang diarahkan pada faktor predisposisi, faktor pemungkin dan
faktor penguat masalah perilaku.

DAFTAR PUSTAKA

Metta Rahmadiana. 2012. Komunikasi Kesehatan: Sebuah Tinjauan. Jurnal Psikogenesis.


Vol. I, No. 1.2012

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/33921/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

http://digilib.uinsby.ac.id/218/3/Bab%202.pdf

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Promkes-
Komprehensif.pdf
Nama : Putri Nur Indah Sari

Nim : 2002070068

Tugas Resume Materi:

- Prinsip dasar komunikasi.

- Komunikasi kesehatan.

- Hubungan promosi kesehatan dengan determinan perilaku.

Prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi mempunyai uraian yang
beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh masing-masing pakar. Istilah prinsip oleh
William B. Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi. Larry A. Samovar dan Richard E.Porter
menyebutnya karakteristik komunikasi. Deddy Mulyana, Ph.D membuat istilah baru yaitu prinsip-
prinsip komunikasi. Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh
dari definisi dan hakekat komunikasi yaitu :

1) Prinsip 1 : Komunikasi adalah suatu proses simbolik. Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat
dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan.

2) Prinsip 2 : Setiap prilaku mempunyai potensi komunikasi. Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat
orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka
orang tersebutsudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi
non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.

3) Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan. Setiap pesan komunikasi mempunyai
dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada
diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. Percakapan diantara dua orang sahabat 
dan antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki dimesi isi yang berbeda.

4) Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan. Setiap tindakan
komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah
artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atauapa saja
yang akandilakukansecara rincidandetail),sampaipada tindakan komunikasi yang betul-betul
disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai)

5) Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu. Pesan komunikasi yang dikirimkan
oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana
proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu
berlangsung.

6) Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Tidak dapat dibayangkan jika
orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum
maka kita dapatmemprediksi bahwa pihak penerima akanmembalas dengan senyuman, jika kita
menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan
membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.

7) Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik. Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang
dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana
seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal seperti
lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia
melakukan tindakan komunikasi.

8) Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi. Jika dua
orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada
kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan.
Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.

9) Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial. Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak
berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang
dikirimkan itu diterima dan dimengerti.

10) Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional. Konsekuensi dari prinsip
bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada
proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.

11) Prinsip 11 : komunikasi bersifat irreversible. Setiap orang yang melakukan proses komunikasi
tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang
dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti orang
lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut.

12) Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasehat untuk menyelesaikan berbagai masalah. Dalam arti
bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah.

Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar manusia yang memiliki
fokus pada bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok/masyarakat menghadapi isu-
isu yang berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk memelihara kesehatannya
(Northouse dalam Notoatmodjo, 2005). Fokus utama dalam komunikasi kesehatan adalah
terjadinya transaksi yang secara spesifik berhubungan dengan isu-isu kesehatan dan faktor-
faktor yang mempengaruhi transaksi tersebut. Transaksi yang berlangsung antar ahli
kesehatan, antara ahli kesehatan dengan pasien dan antara pasien dengan keluarga pasien
merupakan perhatian utama dalam komunikasi kesehatan.

Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku
kesehatan individu dan komunitas masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan
metode komunikasi baik komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa. Selain itu,
komunikasi kesehatan juga dipahami sebagai studi yang mempelajari bagaimana cara
menggunakan strategi komunikasi untuk menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat
mempengaruhi individu dan komunitas agar dapat membuat keputusan yang tepat berkaitan
dengan pengelolaan kesehatan (Liliweri, 2008).
Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan penyakit, promosi kesehatan,
kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, regulasi bisnis dalam bidang kesehatan yang sejauh
mungkin mengubah dan memperbaharui kualitas individu dalam suatu komunitas
masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu pengetahuan dan etika. Dengan demikian
dapat dipahami bahwa komunikasi kesehatan merupakan aplikasi dari konsep dan teori
komunikasi dalam transaksi yang berlangsung antar individu/kelompok terhadap isu-isu kesehatan.
Tujuan pokok dari komunikasi kesehatan adalah perubahan perilaku kesehatan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan.

Teori Lawrence Green Menurut Lawrence Green faktor-faktor yang menentukan perilaku sehingga
menimbulkan perilaku yang positif adalah sebagai berikut.

A. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) Faktor predisposisi merupakan faktor anteseden


terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku, yang termasuk dalam faktor ini
adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial, dan pengalaman.

Faktor Predisposisi

1. Pengetahuan

2. Kepercayaan

3. Nilai

4. Sikap

5. Demografi

B. Faktor pemungkin atau pendukung (Enabling Factors) Faktor pemungkin adalah faktor antaseden
terhadap perilaku yang memungkinkan motivasi atau aspirasi terlaksana, yang termasuk dalam
faktor ini adalah keterampilan, fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang
memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.

C. Faktor penguat (reinforcing factors) Faktor penguat merupakan faktor penyerta perilaku atau
yang datang sesudah perilaku itu ada. Hal–hal yang termasuk dalam faktor ini adalah keluarga,
teman, petugas kesehatan dan sebagainya.

Perilaku Kesehatan Tiap-tiap perilaku kesehatan dapat dilihat dari sebagai fungsi dari pengaruh
ketiga faktor yang dapat memengaruhi perilaku tersebut (predisposisi, pendukung dan penguat).
Dengan kata lain, program penyebaran informasi kesehatan tanpa memperhatikan pengaruh dari
faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor penguat tidak akan berhasil mem pengaruhi
perilaku. Berdasarkan tiga faktor determinan perilaku tersebut, maka kegiatan promosi kesehatan
sebagai pendekatan perilaku hendaknya diarahkan kepada tiga faktor tersebut:

1. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepada faktor predisposisi adalah dalam bentuk
pemberian informasi atau pesan kesehatan dan penyuluhan kesehatan. Tujuan kegiatan ini
memberikan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Tujuan kegiatan ini memberikan
pengetahuan dan sikap tentang kesehatan yang diperlukan oleh seseorang atau masyarakat
sehingga akan mempermudah terjadinya perilaku sehat mereka. Upaya ini dimaksudkan untuk
meluruskan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, dan sebagainya yang tidak kondusif bagi perilaku sehat.

2. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan untuk faktor pendukung atau pemungkin adalah
memberda yakan masyarakat melalui pengembangan masyarakat, diharapkan masyarakat mampu
memfasilitasi diri mereka atau masyarakat sendiri untuk berperilaku sehat.

3. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan pada faktor penguat adalah dengan pelatihan-
pelatihan kepada keluarga, tokoh, masyarakat untuk menguat kan perilaku yang sudah terbentuk.

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, Aat. 2014. Promosi Kesehatan. Sleman : CV. Budi Utama.

Budi, Rayudaswati. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Makassar: Kretakupa Print Makassar

Liliweri, Alo. 2008. Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Jakarta : Pustaka Pelajar


NAMA : FRISCA DEWI FAISLAMI

NIM : 2002070054

SMT : DUA ( 2 )

PRODI : S1. ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

DOSEN : FAIZATUL UMMAH , M.Kes

UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

2021/2021

DASAR – DASAR KOMUNIKASI


1. PRINSIP DASAR KOMUNIKASIH
Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh kehidupannya
sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi, maupun masyarakat. Dalam
kehidupan sehari-hari setiap manusia berinteraksi, membangun relasi dan transaksi sosial
dengan orang lain. Itulah sebabnya manusia tidak dapat menghindari komunikasi antar
personal, komunikasi dalam kelompok, komunikasi dalam organisasi dan publik, dan
komunikasi massa (Liliweri, 2009). Komunikasi senantiasa berperan penting dalam proses
kehidupan. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan sosial manusia dan merupakan
komponen dasar dari hubungan antar manusia. Banyak permasalahan yang menyangkut
manusia dapat diidentifikasi dan dipecahkan melalui komunikasi (Suryani, 2006).

Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk


lambang, simbol bahasa, atau gerak (non verbal), untuk memengaruhi perilaku orang lain.
Proses komunikasi yang menggunakan stimulus atau respon dalam bentuk bahasa baik lisan
maupun tulisan selanjutnya disebut komunikasi verbal. Sedangkan apabila proses
komunikasi tersebut menggunakan simbol-simbol tertentu disebut komunikasi non verbal
(Setiawati, 2008).

Menurut Winnet (2004) dalam Liliweri (2009), komunikasi adalah segala aktivitas
interaksi manusia yang bersifat human relationships disertai dengan peralihan sejumlah
fakta-fakta. Secara sederhana dapat dikatakan komunikasi adalah interaksi atau transaksi
antara dua orang (Liliweri, 2009). 1

Prinsip prinsip dasar komunikasi


1
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/33921/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
 Prinsip 1 : komunikasi adalah suatu proses simbolik komunikasi yang bersifat
dinamis , sirkular dan tidak di suatu titik terahir tetap terus berkelanjutan .
 Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi Setiap orang tidak
bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan
sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat
dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non
verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.
 Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan Setiap pesan
komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa
memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang
melakukan proses komunikasi. Percakapan diantara dua orang sahabat dan
antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki dimesi isi yang
berbeda.
 Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan
Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai
dari tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak
direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan
secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul
disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya
tercapai)
 Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktuPesan
komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal
maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu
berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu
berlangsung.
 Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Tidak dapat
dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang
berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi
bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa
seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu
akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses
komunikasi.
 Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik Dalam diri setiap orang
mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai,
adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi
dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal seperti
lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi
bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
 Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah
komunikasi Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang
sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut
mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak
mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling
dipertukarkan.
 Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial Proses komunikasi bersifat
sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau
tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan
dimengerti.
 Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional
Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah
komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan
menerima informasi diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
 Prinsip 11 : komunikasi bersifat irreversible Setiap orang yang melakukan
proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek
yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik
kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit
hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut.
 Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai
masalah Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang
dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah .2

2. KOMUNIKASIH KESEHATAN
Manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia
bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Hidup bersama antar
manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Ada
berbagai bentuk pola interaksi antar manusia dalam kehidupan ini, khususnya
mengenai interaksi yang disengaja, salah satunya interaksi dalam memberikan
informasi kesehatan (komunikasi
kesehatan). Salah satu isu utama dalam komunikasi kesehatan adalah mempengaruh
individu dan komunitas. Dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
dengan cara berbagi informasi seputar kesehatan.
Menurut Healthy People 2010 dalam Liliweri (2009), komunikasi kesehatan
yaitu seni menginformasikan, mempengaruhi dan memotivasi individu, institusi, serta
masyarakat tentang isu-isu penting di bidang kesehatan dalam meningkatkan kualitas
hidup dan kesehatan individu dalam masyarakat. Sedangkan menurut Cline, R. dalam
Liliweri (2009), komunikasi kesehatan merupakan sebuah bidang teori, riset dan
praktek yang berkaitan dengan pemahaman dan saling ketergantungan
mempengaruhi komunikasi (interaksi simbolik dalam bentuk pesan dan makna) dan
kepercayaan kesehatan terkait, perilaku dan hasil.
Komunikasi kesehatan menurut Notoatmodjo (2007), merupakan usaha yang
sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehata masyarakat dengan
menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik menggunakan
komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa.
Ratzan dalam Liliweri (2009) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan komunikasi
kesehatan ialah proses kemitraan anara partisipan berdasarkan dialog dua arah yang
di dalamnya ada suasana interaktif, ada pertukaran gagasan, ada kesepakatan
2
https://brainly.co.id/tugas/11665276
mengenai kesatuan gagasan mengenai kesehatan, juga merupakan teknik dari
pengirim dan penerima untuk memperoleh informasi mengenai kesehatan yang
seimbang demi membaharui
pemahaman bersama. 3

3. HUBUNGAN PROMOSI KESEHATAN DENGAN


DETERMIN PRILAKU
Determinan perilaku kesehatan merupakan faktor yang menentukan atau
membentuk seseorang dalam melakukan perilaku kesehatan yang tepat dan sesuai
dengan tempatnya. Di sini akan membahas tiga teori tentang determinan perilaku
kesehatan menurut para ahli yaitu Lawrence Green, Snehandu B. Kar, dan WHO yang
merupakaN patokan dan acuan dalam menentukan faktor perilaku kesehatan yang
dipakai dalam standar umum kesehatan.4

Menurut Lawrence Green tahun 1980, determinan perilaku kesehatan dibagi


menjadi tiga yaitu, faktor pendukung, faktor pemungkin, dan faktor pendorong.
Faktor pendukung di antaranya adalah kebiasaan, kebudayaan, tanggapan,
pengetahuan, tradisi, nilai, dan sikap. Faktor pemungkin di antaranya adalah
terpenuhinya lingkungan dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan, rujukan yang
diperlukan, dan keahlian untuk melakukan sesuatu. Lalu faktor pendorong di
antaranya adalah dari tenaga Kesehatan berupa perilaku atau sikap yang dilakukannya
untuk mempengaruhi atau memberikan contoh kepada masyarakat awam.

Menurut Snehandu B. Kar tahun 1983, determinan perilaku kesehatan dibagi


menjadi lima yaitu, niat atau keinginan dari individu dalam berperilaku yang tepat,
dukungan dari sekitar yang mempengaruhi perubahan atau pembentukan perilaku
kesehatan, tersedianya fasilitas-fasilitas yang mampu menunjang terjadinya
pembentukan perilaku yang sesuai, diberikannya kebebasan individu dalam
melakukan perubahan perilaku, dan adanya situasi yang memungkinkan dalam
melakukan tindakan untuk upaya perubahan perilaku yang diinginkan.

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 1983, determinan perilaku


ada empat hal yaitu, pemikiran dan perasaan seseorang mengenai pandangannya
terhadap sesuatu, adanya seseorang yang dianut atau dianggap penting yang bisa
membuat perubahan yang lebih meyakinkan individu, terpenuhinya sumber atau

3
http://eprints.umm.ac.id/37920/3/jiptummpp-gdl-alfionitaa-47462-3-babii.pdf

4
Maulana, Heri D. J. (2007). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.
fasilitas yang memadai, dan adanya kebudayaan dalam berperilaku atau bersikap
seseorang dalam sehari-hari.5

DAFTAR PUSTAKA
1. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/33921/Chapter
%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y
2. https://brainly.co.id/tugas/11665276
3. http://eprints.umm.ac.id/37920/3/jiptummpp-gdl-alfionitaa-47462-3-
babii.pdf
4. . Maulana, Heri D. J. (2007). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.
5. ^ a b c Agustin, Aat (2019). Promosi Kesehatan. Jogjakarta: CV Budi Utama

PROMOSI KESEHATAN

5
^ a b c Agustin, Aat (2019). Promosi Kesehatan. Jogjakarta: CV Budi Utama
Nama: putri wijiati

Nim : 2002070071

A. Prinsip dasar komunikasi

Prinsip Komunikasi Kesehatan

Prinsip merupakan sebuah dasar atau awal dari informasi yang dianggap sebagai kebenaran
baik secara umum ataupun individu. Prinsip dijadikan juga sebagai pedoman. Komunikasi
adalah proses tukar menukar informasi ataupun pesan antar individu atau kelompok.
Sedangkan kesehatan adalah keadaan tubuh, jiwa, sosial dan ekonomi seseorang yang berada
dalam kondisi baik, sejahtera, aman sentosa.

Dari pengertian tersebut, maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa prinsip komunikasi
kesehatan adalah sebuah dasar yang digunakan untuk menyebarkan informasi mengenai
keadaan ataupun kondisi seseorang. Apa sajakah Prinsip – prinsip komunikasi kesehatan
tersebut?

1. Informasi benar, valid dan dapat dipertanggung jawabkan

Prinsip komunikasi kesehatan yang paling dasar dan paling penting adalah informasi yang
disebarkan haruslah benar adanya, tidak ditambah atau dikurangi dan dapat dipertanggung
jawabkan. Kenapa? karena komunikasi kesehatan memiliki fungsi utama untuk menyebarkan
informasi mengenai kesehatan yang tidak jarang akan membahas kondisi kesehatan
seseorang, obat-obatan, hingga dosis pemakaian obat. Atas dasar itulah, komunikasi
kesehatan yang dilakukan tidak boleh mengandung kebohongan dan informasi palsu.

Contohnya adalah :

 Ketika AA berkonsultasi dengan dokter mengenai kesehatannya, maka dokter harus


menjawab setiap pertanyaan AA dengan jujur, benar dan dapat dipertanggung jawabkan.
 Ketika komunikasi kesehatan menggunakan media Komunikasi Online, maka segala
informasi yang disebarkan haruslah dapat dipertanggung jawabkan, karena mungkin saja
ketika seseorang membaca informasi tersebut, maka orang tersebut akan mengikutinya.

2. Komunikasi adalah penyampaian informasi dengan simbol

Komunikasi merupakan sebuah simbol yang digunakan untuk memberikan dan menyebarkan
informasi. Prinsip yang satu ini akan menuntun orang-orang dibidang kesehatan untuk
sanggup dan mampu menggunakan berbagai simbol yang ada, seperti kata-kata, gestur tubuh,
perilaku, mimik wajah, hingga penggunaan alat bantu komunikasi lainnya. Dengan prinsip ini
pula, komunikasi kesehatan akan mampu dilakukan meskipun informasi yang dibahas adalah
mengenai kondisi kesehatan seseorang yang buruk atau tidak tertolong dan lain sebagainya.

Contohnya adalah :
 Ketika AA meninggal sewaktu tindakan operasi, dan ketika dokter keluar ruangan
dengan wajah sedih serta intonasi suara yang sangat halus, maka keluarga AA akan
mengetahui bahwa AA sudah meninggal.
 Ketika membahas kesehatan seseorang, maka intonasi suara yang dikeluarkan oleh
penyampai informasi haruslah lemah lembut, agar penerima informasi dapat menerima
informasi tersebut meskipun informasi tersebut adalah informasi yang mengandung
kesedihan.

3. Perilaku mempengaruhi komunikasi

Perilaku seseorang yang bertindak dalam menyampaikan pesan kesehatan, haruslah


mencerminkan sikap dan perilaku orang – orang yang peduli dengan kesehatan. Perilaku
yang baik adalah salah satu Cara Mengatasi Kesalahan Persepsi atau tanggapan yang salah
dari penerima informasi. Oleh sebab itu, pemberi informasi haruslah dapat menjadi contoh
atau panutan dari penerima informasi. Perilaku penyampai informasi juga akan memberikan
pengaruh yang besar terhadap keberhasilan komunikasi yang sedang dilakukan.

Contohnya adalah :

 Ketika AA memberikan informasi kesehatan mengenai bahaya merokok kepada orang


banyak pada sebuah seminar, tapi tidak lama seminar berlangsung atau sebelum peserta
seminar pergi, AA malah merokok. Tentunya, peserta seminar akan menjadi tidak percaya
dengan apa yang disampaikan oleh AA.

4. Hubungan atau ikatan

Kesehatan tidaklah menjadi hal utama yang diperhatikan oleh orang banyak, terutama yang
kehidupannya memiliki jadwal yang padat. Oleh sebab itu, komunikasi kesehatan lebih
efektif ketika dilakukan oleh orang – orang yang memiliki hubungan atau ikatan. Hubungan
atau ikatan yang sudah terjalin akan membuat komunikasi lebih saling menghargai dan saling
menerima dan menjadi Cara Berkomunikasi dengan Baik. Selain itu, hubungan juga akan
membuat potensi keberhasilan komunikasi kesehatan menjadi lebih besar.

Contohnya adalah :

 Ketika AA terlalu sibuk bekerja dan melupakan kesehatannya, kemungkinan terbesar


AA untuk mau menjaga kesehatannya adalah karena dibujuk oleh keluarganya.
 Ketika dokter ingin memberikan informasi kesehatan AA, tapi tidak memungkinkan
untuk memberitahukannya langsung dengan AA, maka pilihan utama adalah berbicara
dengan orang yang memiliki hubungan dengan AA.

5. Etika penyampaian

Prinsip komunikasi kesehatan yang selanjutnya adalah etika penyampaian informasi, baik
secara langsung, melalui perantara atau menggunakan Macam-macam Media Komunikasi.
Etika penyampaian berhubungan pula dengan isi atau dimensi pesan yang akan disampaikan.
Ketika pemberi informasi memiliki etika penyampaian yang baik, maka informasi kesehatan
yang disampaikan akan dapat diterima dengan baik pula.
Contohnya adalah :

 Ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, maka utamakan sopan santun,
pemilihan kata yang tidak menggangu perasaan hingga kepada intonasi suara yang lembut.

6. Penempatan diri

Prinsip komunikasi kesehatan yang berikutnya adalah penempatan diri. Penempatan diri,
secara tidak langsung akan memaksa penyampai informasi atau penerima informasi untuk
dapat menempatkan dirinya pada tempat yang benar. Tujuannya adalah untuk meminimalisir
salah tafsir bagi orang yang mendengar informasi tersebut atau menjaga perasaan seseorang
yang sedang dibicarakan. Selain itu, penempatan diri akan memberikan citra positif dimata
penerima informasi diberbagai situasi dan menjadi salah satu Cara Komunikasi Efektif
dengan Pasien.

Contohnya adalah :

 Tenaga kesehatan harus mampu menempatkan dirinya dalam berbagai situasi,


misalnya pada keluarga yang sedang berduka, atau pada keluarga dengan situasi bahagia dan
pada situasi keluarga kaya atau keluarga tidak mampu.

7. Kesempatan

Komunikasi kesehatan yang terjadi, tidak terlepas dari berbagai kesempatan yang ada seperti
waktu, hari, tempat atau dengan siapa komunikasi tersebut berlangsung. Oleh sebab itu,
pemberi informasi pada komunikasi kesehatan harus mampu melihat, memilih berbagai
kesempatan yang ada dan menentukannya secepat mungkin kapan informasi tersebut akan
disampaikan agar Proses Komunikasi Efektif.

Contohnya :

 Ketika akan melakukan komunikasi kesehatan sebagai bagian dari sosialisasi atau
penyuluhan, maka pemberi informasi harus mampu untuk memilih tempat dan waktu
pelaksanaan, serta mampu untuk menentukan materi yang akan dibawakan.
 Ketika akan menyampaikan informasi yang mengandung kesedihan, maka penyampai
informasi harus mampu menentukan kepada siapa, dimana, dan kapan waktunya informasi
tersebut disampaikan.

8. Pertimbangkan Efek

Komunikasi kesehatan yang dilakukan juga harus mampu untuk mempertimbangkan efek
yang akan muncul setelah komunikasi terjadi. Caranya adalah dengan menyusun kata – kata
dengan baik dan memprediksi efek atau apa hasil yang mungkin saja akan terjadi terkait
dengan informasi yang diucapkan. Ketika pemberi informasi dapat memprediksi dan
mempertimbangkan efek yang akan terjadi, maka komunikasi kesehatakan akan berjalan
dengan baik serta menghasilkan efek yang baik pula. Selain itu, pemberi informasi akan
mampu untuk mengatasi Pengaruh Efektivitas Komunikasi dalam Integrasi Sosial yang tidak
diharapkan.
Contohnya adalah :

 Ketika melakukan penyuluhan demam berdarah yang diselingi dengan penjualan obat
pencegah perkembangbiakan nyamuk penyebab demam berdarah. Efek yang terjadi adalah,
masyarakat hanya mau mendengar penyuluhan tapi tidak membeli obat pencegah nyamuk
atau masyarakat hanya sedikit yang membeli obat pencegah nyamuk.

Dengan contoh diatas, maka penyuluh harus mampu untuk menyusun materi yang akan
membuat masyarakat bukan hanya mengikuti penyuluhan tapi juga tertarik membeli obat
pencegah nyamuk.

9. Tahap komunikasi

Tahap-tahap Komunikasi yang Efektif pada komunikasi kesehatan juga harus


dipertimbangkan dengan baik, mulai dari pemilihan kata, penyampaian kata, kritik atau saran,
pesan – pesan atau himbauan hingga kepada kesimpulan dan pemberian motivasi atau
semangat. Selain tahap tahap komunikasi tersebut, sistem komunikasi seperti pemilihan
informasi, tujuan, orang yang menyampaikan informasi hingga lingkungan, tempat
penyampaian informasi, pola pikir dan berbagai hal lainnya juga harus diperhatikan dengan
baik. Jangan sampai karena proses perencanaan tahapan yang buruk, informasi malah
mendapat Gangguan Makna dalam Komunikasi.

Contohnya adalah :

 Ketika menyampaikan informasi pesan terhadap peserta usia muda atau anak – anak,
maka buatlah tempat komunikasi semenarik dan seunik mungkin serta buatlah metode
penyampaian informasi yang mudah dimengerti oleh anak – anak.

10. Sosial – Budaya

Ketika komunikasi kesehatan dilakukan kepada masyarakat dengan berbagai berlatar


belakang mulai dari tingkat sosial, budaya bahkan kepercayaan, cenderung lebih sulit untuk
dilakukan dari pada komunikasi kesehatan dengan latar belakang yang hampir sama. Oleh
sebab itu, pemberi informasi kesehatan harus memiliki Cara Mengatasi Gap
Komunikasi kesehatan ketika hal tersebut terjadi.  Caranya adalah dengan menggunakan
bahasa daerah, menggunakan simbol, atau mengajak para tokoh agama dan lain sebagainya.

11. Sifat Komunikasi Nonsekuensial

Komunikasi kesehatan memiliki sifat komunikasi nonsekuensial atau Komunikasi Dua Arah,


dengan pengertian bahwa pemberi informasi dapat menjadi penerima dan penerima informasi
dapat menjadi pemberi informasi meskipun tidak begitu dominan dan lebih sering
menggunakan Komunikasi Nonverbal. Karena prinsip inilah, seseorang yang bertindak
sebagai pemberi informasi kesehatan harus mampu untuk menangkap pesan yang diberikan
oleh penerima informasi secara nonverbal seperti anggukan kepala, gerak tubuh, tatapan mata
hingga ekspresi wajah.

12. Sifat Dinamis dan Prosesual


Komunikasi kesehatan biasanya akan selalu berkesinambungan atau Prosesual dan selalu
berkembang atau dinamis seiring dengan berjalannya komunikasi. Oleh sebab itu, pemberi
informasi kesehatan harus mampu untuk mendesign dan menjalankan komunikasi dengan
baik, memiliki suasana yang cair dan terjadi pertukaran informasi. Dengan prinsip ini, pesan
atau informasi kesehatan akan mudah untuk diterima dan diingat oleh penerima informasi.
Selain itu, penerima informasi akan merasa memiliki hubungan yang kuat dengan pemberi
informasi sehingga komunikasi kesehatan dapat berjalan secara berkesinambungan.

13. Ucapan Tidak Dapat Ditarik

Jika pada Komunikasi Bisnis atau Komunikasi Politik ucapan yang dikeluarkan dapat ditarik


kembali, maka pada komunikasi kesehatan ucapan tidak dapat ditarik lagi karena komunikasi
kesehatan memiliki sifat Irreversibel. Oleh sebab itu setiap informasi yang diucapkan harus
dipertimbangkan setiap aspeknya, mulai dari kebenaran informasi, efek informasi, hingga
risiko yang akan ditimbulkannya.

Contohnya adalah : Ketika seorang dokter berbicara dan memberikan informasi mengenai
berbagai obat-obatan beserta dengan dosisnya, tidaklah etis dan tidak pantas apabila dokter
tersebut salah dalam memberikan informasi dan menarik kembali ucapannya.

14.Komunikasi bukan Panasea

Prinsip yang satu ini mengajarkan kepada siapa saja yang melakukan komunikasi
kesehatan bahwa komunikasi bukanlah panasea atau obat atau jalan keluar bagi setiap
permasalahan. Namun, komunikasi hanyalah bertindak untuk mencari obat atau jalan
keluar terhadap sebuah penyakit.

Contohnya adalah :

 Ketika AA mengidap suatu penyakit, maka jangan pernah katakan dengan mengikuti


terapi B, terapi C atau dengan menggunakan obat D atau obat E, maka penyakit akan sembuh.
Tapi katakanlah bahwa dengan melakukan terapi B, C dan menggunakan obat D, E mudah-
mudahan kesehatan AA segera pulih. Tujuannya adalah untuk tidak memberikan harapan
yang terlalu tinggi bagi orang lain.

15. Anggap Lawan Bicara Sama

Dengan menganggap lawan bicara memiliki kesamaan mulai dari ekonomi, kedudukan, status
dan budaya, maka pemberi informasi akan mampu untuk berkomunikasi dengan baik. Tapi
ketika pemberi komunikasi menganggap dirinya lebih tinggi dari penerima informasi, maka
yang keluar adalah sifat angkuh, sombong dan sebagainya.

B. Komunikasi kesehatan

1. Post authorBy Jaba Sitepu


2. Post dateJanuary 12, 2018

Komunikasi Kesehatan merupakan sebuah proses pertukaran atau penyampaian informasi


atau pesan yang berhubungan dengan kesehatan. Biasanya, komunikasi ini dilakukan oleh
dokter atau perawat kepada pasien, pasien dengan dokter atau perawat, bahkan bisa juga
dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Komunikasi ini, dapat pula kita temui pada tempat
atau area kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, tempat praktek dokter, dan tempat-
tempat lain yang berhubungan dengan kesehatan. Ketika melakukan komunikasi kesehatan
dengan dokter maupun perawat, komunikasi ini sering kali menggunakan Teknik Komunikasi
Terapeutik ataupun Teknik Komunikasi Persuasif. Ini terjadi karena, komunikasi kesehatan
memiliki kemiripan dengan Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan.

Beberapa kemiripan tersebut diantaranya adalah Karakteristik Komunikasi Terapeutik yang


mirip dengan karakteristik komunikasi kesehatan hingga Komponen Komunikasi
Terapeutik yang mirip dengan Unsur-unsur Komunikasi Kesehatan. Beberapa unsur tersebut
adalah :

1. Sumber atau komunikator


2. Penerima atau komunikan
3. Pesan atau Informasi
4. Media atau alat penyampaian
5. Pengaruh atau efek yang ditimbulkan
6. Feed back atau umpan balik
7. Lingkungan komunikasi hingga gangguan komunikasi

Seiring perkembangan jaman, komunikasi kesehatan juga dapat kita temui ketika kita
membaca sebuah tulisan atau artikel kesehatan secara online. Penyebaran informasi
kesehatan melalui media online sekarang ini juga didukung oleh begitu pesatnya
perkembangan teknologi, sehingga dimana saja dan kapan saja kita dapat membaca informasi
kesehatan tanpa harus menghubungi dokter ataupun perawat. Meskipun disebarkan dan
diinformasikan melalui berbagai media seperti media online, komunikasi kesehatan tidaklah
boleh melupakan Konsep Moral dalam Komunikasi Keperawatan, karena konsep ini sangat
berhubungan dengan prinsip komunikasi kesehatan.

C. Hubungan promosi kesehatan dengan determinan pelaku


Inti dari definisi promosi kesehatan, baik yang berasal dari Ottawa Charter, maupun
modifikasinya dari WHO adalah masyarakat menjalankan perilaku yang
menguntungkan kesehatan, baik berupa perilaku pencegahan dan pemeliharaan
kesehatan, perilaku memilih dan memperbaiki lingkungan maupun perilaku
penggunaan pelayanan kesehatan, bahkan perilaku yang berkenaan dengan aspek
D. genetika dan kependudukan.
E. STOP!! Sebelum dilanjutkan…. Masih ingatkah anda dengan definisi sehat pada Mata
Kuliah Konsep Dasar Keperawatan (KDK) di semester I?? coba anda ingat kembali...
Lihatlah, definisi sehat di atas, tampak bahwa ada perubahan batasan kesehatan yang
terjadi. Sehat dan menjadi sehat adalah upaya yang harus dilakukan. Salah satunya dengan
melakukan upaya promosi kesehatan seperti yang diputuskan pada konferensi pertama di
Kanada (1986). Untuk itu, anda perlu mengetahui terlebih dahulu tentang determinan-
determinan kesehatan dalam uraian berikut ini: Dewasa ini semakin banyak orang yang
memahami dan menerima bahwa kesehatan sangat dipengaruhi oleh determinan-determinan
sosial dan lingkungan, disamping determinan fisik dan biologik. Determinan fisik seperti
kebersihan lingkungan, cuaca, iklim dll, sedangkan determinan biologik misalnya
mikroorganisme (virus, bakteri), parasit dan lain-lain. Sementara itu determinan-determinan
sosial yang sangat mempengaruhi kesehatan antara lain: kemiskinan, pengangguran,
kelestarian lingkungan, diskriminasi dan ketidakberdayaan (La Bonte and Feather, 1996).

Sarjana Marmot (1999) menyebutkan bahwa ada 10 determinan sosial yang mempengaruhi
kesehatan, yaitu:

 Kesenjangan sosial
Pada masyarakat kelas sosial-ekonomi rendah, biasanya lebih beresiko dan rentan
terhadap penyakit dan umur harapan hidup juga lebih rendah.
 Stress
Kegagalan dalam menanggulangi stress baik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan
sehari-hari sangat mempengaruhi kesehatan seseorang.

 Kehidupan dini
Kesehatan di masa dewasa sangat ditentukan oleh kondisi kesehatan di usia dini atau
awal kehidupan. Pertumbuhan fisik yang lambat dan dukungan emosional yang kurang
baik di awal kehidupan, akan memberikan dampak kesehatan fisik, emosi dan
kemampuan intelektual di masa dewasa.

 Pengucilan sosial
Pengucilan menghasilkan perasaan kehilangan dan tak berharga, mengungsi ke tempat
lain yang asing, merasa dikucilkan, kehilangan harga diri, sangat mempengaruhi
kesehatan fisik dan mental seseorang.

 Pekerjaan
Stress di tempat kerja meningkatkan resiko terhadap penyakit dan kematian.
Memperhatikan syarat-syarat kesehatan dan keselamatan kerja sangat membantu dalam
meningkatkan derajat kesehatan pekerja.

 Pengangguran
Jaminan adanya pekerjaan meningkatkan derajat kesehatan dan rasa sejahtera, bukan
hanya untuk pekerja tapi juga seluruh keluarganya. Keadaan yang sebaliknya terjadi
pada penganggur.
 Dukungan sosial
Persahabatan, hubungan sosial dan kekerabatan yang baik memberikan dampak
kesehatan yang baik dalam keluarga, di tempat kerja dan di masyarakat.

 Ketergantungan pada narkoba


Pemakaian narkoba sangat memperburuk kondisi kesehatan dan kesejahteraan.
Alkohol, narkoba dan merokok sangat erat hubungannya dalam memberikan dampak
buruk pada kehidupan sosial dan ekonomi.

 Pangan
Cara makan yang sehat dan ketersediaan pangan merupakan hal utama dalam kesehatan
dan kesejahteraan seseorang dan masyarakat. Baik kekurangan gizi maupun kelebihan
gizi sama-sama menimbulkan masalah kesehatan dan penyakit.

 Transportasi
Transportasi yang sehat berarti mengurangi waktu mengendarai dan meningkatkan
gerak fisik yang sangat baik bagi kebugaran dan kesehatan. Selain itu, mengurangi
kendaraan berarti membantu mengurangi polusi.
Dengan meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, berkembangnya
peradaban, serta dampak globalisasi, determinan-determinan kesehatan pun selalu berubah
dan akan selalu ada yang baru. Misalnya perdagangan senjata, seks bebas, eksploitasi anak,
dan lain-lain.

Pada penyelenggaraan konferensi sedunia di Alma Ata secara gamblang menyatakan


bahwa kondisi fundamental dan sumberdaya untuk sehat adalah: perdamaian, perumahan,
pangan, pendapatan, ekosistem yang stabil, kelestarian sumberdaya, keadilan sosial, dan
kesetaraan. Hal ini disebut juga sebagai prasyarat dasar (basic prerequisites) untuk kesehatan.

Daftar pustaka
Anonim. (2000). Health Promotion. http://www.who.int/health-promotion

Bunton, R. (1992). More than a woolly jumper health promotion as social regulation. Critical
Public Health 3: 4-11

Departemen Kesehatan RI. (1997). Deklarasi Jakarta Tentang Promosi Kesehatan pada Abad
21. Jakarta: PPKM Depkes RI.
NAMA : SISKA DHEA RISKIANA

NIM : 2002070046

PRODI : S1. ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

2021/2022

4. PRINSIP DASAR KOMUNIKASIH


Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh kehidupannya sebagai
individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi, maupun masyarakat. Dalam kehidupan
sehari-hari setiap manusia berinteraksi, membangun relasi dan transaksi sosial dengan orang lain.
Itulah sebabnya manusia tidak dapat menghindari komunikasi antar personal, komunikasi dalam
kelompok, komunikasi dalam organisasi dan publik, dan komunikasi massa (Liliweri, 2009).
Komunikasi senantiasa berperan penting dalam proses kehidupan. Komunikasi merupakan inti dari
kehidupan sosial manusia dan merupakan komponen dasar dari hubungan antar manusia. Banyak
permasalahan yang menyangkut manusia dapat diidentifikasi dan dipecahkan melalui komunikasi
(Suryani, 2006).

Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang,


simbol bahasa, atau gerak (non verbal), untuk memengaruhi perilaku orang lain. Proses komunikasi
yang menggunakan stimulus atau respon dalam bentuk bahasa baik lisan maupun tulisan selanjutnya
disebut komunikasi verbal. Sedangkan apabila proses komunikasi tersebut menggunakan simbol-
simbol tertentu disebut komunikasi non verbal (Setiawati, 2008).

Menurut Winnet (2004) dalam Liliweri (2009), komunikasi adalah segala aktivitas interaksi
manusia yang bersifat human relationships disertai dengan peralihan sejumlah fakta-fakta. Secara
sederhana dapat dikatakan komunikasi adalah interaksi atau transaksi antara dua orang (Liliweri,
2009). 1

Prinsip prinsip dasar komunikasi

 Prinsip 1 : komunikasi adalah suatu proses simbolik komunikasi yang bersifat dinami
s , sirkular dan tidak di suatu titik terahir tetap terus berkelanjutan .
 Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi Setiap orang tidak bebas n
ilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi di
maknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunika
si. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai ol
eh orang lain menjadi suatu stimulus.
 Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan Setiap pesan komunikasi me
mpunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi h
ubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. Percaka
pan diantara dua orang sahabat dan antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda me
miliki dimesi isi yang berbeda.
 Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan Setiap tin
dakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesen
gajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja ya
ng akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai
pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapk
an respon dan berharap tujuannya tercapai)
 Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktuPesan komunikasi yang
dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan
dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dik
irimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.
 Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Tidak dapat dibayan
gkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masya
rakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan
membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan
membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang d
alam melakukan proses komunikasi.
 Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik Dalam diri setiap orang mengandung sisi
internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pen
didikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal
tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosia
lisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
 Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi
Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang
sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untu
k saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simb
ol-simbol yang saling dipertukarkan.
 Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial Proses komunikasi bersifat sirkular dal
am arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti
bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti.
 Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional Konsekuensi d
ari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis da
n transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-p
ihak yang melakukan komunikasi.
 Prinsip 11 : komunikasi bersifat irreversible Setiap orang yang melakukan proses ko
munikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan ole
h pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sud
ah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pa
da diri orang lain tersebut.
 Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah Dala
m arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan unt
uk menyelesaikan masalah . 2

5. KOMUNIKASIH KESEHATAN
Manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaima
napun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Hidup bersama antar manusia akan b
erlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Ada berbagai bentuk pola interaks
i antar manusia dalam kehidupan ini, khususnya mengenai interaksi yang disengaja, salah sat
unya interaksi dalam memberikan informasi kesehatan (komunikasi
kesehatan). Salah satu isu utama dalam komunikasi kesehatan adalah mempengaruh individu
dan komunitas. Dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan cara berbagi inf
ormasi seputar kesehatan.
Menurut Healthy People 2010 dalam Liliweri (2009), komunikasi kesehatan yaitu se
ni menginformasikan, mempengaruhi dan memotivasi individu, institusi, serta masyarakat te
ntang isu-isu penting di bidang kesehatan dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan i
ndividu dalam masyarakat. Sedangkan menurut Cline, R. dalam Liliweri (2009), komunikasi
kesehatan merupakan sebuah bidang teori, riset dan praktek yang berkaitan dengan pemaham
an dan saling ketergantungan mempengaruhi komunikasi (interaksi simbolik dalam bentuk pe
san dan makna) dan kepercayaan kesehatan terkait, perilaku dan hasil.
Komunikasi kesehatan menurut Notoatmodjo (2007), merupakan usaha yang sistem
atis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehata masyarakat dengan menggunakan b
erbagai prinsip dan metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi interpersonal, maupu
n komunikasi massa.
Ratzan dalam Liliweri (2009) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan komunikasi keseha
tan ialah proses kemitraan anara partisipan berdasarkan dialog dua arah yang di dalamnya ad
a suasana interaktif, ada pertukaran gagasan, ada kesepakatan mengenai kesatuan gagasan me
ngenai kesehatan, juga merupakan teknik dari pengirim dan penerima untuk memperoleh inf
ormasi mengenai kesehatan yang seimbang demi membaharui
pemahaman bersama. 3.

6. HUBUNGAN PROMOSI KESEHATAN DENGAN DETERMIN PRILAKU

Determinan perilaku kesehatan merupakan faktor yang menentukan atau membentuk seseoran
g dalam melakukan perilaku kesehatan yang tepat dan sesuai dengan tempatnya. Di sini akan
membahas tiga teori tentang determinan perilaku kesehatan menurut para ahli yaitu Lawrence
Green, Snehandu B. Kar, dan WHO yang merupakan patokan dan acuan dalam menentukan f
aktor perilaku kesehatan yang dipakai dalam standar umum kesehatan.
Menurut Lawrence Green tahun 1980, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi tiga yait
u, faktor pendukung, faktor pemungkin, dan faktor pendorong. Faktor pendukung di antarany
a adalah kebiasaan, kebudayaan, tanggapan, pengetahuan, tradisi, nilai, dan sikap. Faktor pem
ungkin di antaranya adalah terpenuhinya lingkungan dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan,
rujukan yang diperlukan, dan keahlian untuk melakukan sesuatu. Lalu faktor pendorong di ant
aranya adalah dari tenaga kesehatan berupa perilaku atau sikap yang dilakukannya untuk me
mpengaruhi atau memberikan contoh kepada masyarakat awam.

Menurut Snehandu B. Kar tahun 1983, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi lima yai
tu, niat atau keinginan dari individu dalam berperilaku yang tepat, dukungan dari sekitar yang
mempengaruhi perubahan atau pembentukan perilaku kesehatan, tersedianya fasilitas-fasilitas
yang mampu menunjang terjadinya pembentukan perilaku yang sesuai, diberikannya kebebas
an individu dalam melakukan perubahan perilaku, dan adanya situasi yang memungkinkan da
lam melakukan tindakan untuk upaya perubahan perilaku yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA
6. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/33921/Chapter%20II .
pdf?sequence=4&isAllowed=y
7. https://brainly.co.id/tugas/11665276
8. Sumber :Maulana, Heri D. J. (2007). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.^ a b c A
gustin, Aat (2019). Promosi Kesehatan. Jogjakarta: CV Budi Utama.

Nama : Rafida Alifiyah Yusroh


NIM : 2002070062

PRODI : Administrasi Rumah Sakit

TUGAS RESUME PROMOSI KESEHATAN DI ARS

A. Prinsip Dasar Komunikasi


Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari
definisi dan hakekat komunikasi yaitu
- Prinsip 1 : Komunikasi adalah suatu proses simbolik.
Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu
lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata
(pesan verbal), perilaku non verbal dan objek yang maknanya disepakati bersama.
- Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi.
Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud
mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain, maka orang tersebut
sudah terlibat dalam proses komunikasi.
- Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan dimensi hubungan.
Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara
nonverbal. Dimensi isi = menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang
dikatakan. Dimensi hubungan = menunjukkan bagaimana cara mengatakannya, yang
juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para pelaku komunikasi itu dan bagaimana
pesan pesan tersebut ditafsirkan.
- Prinsip 4 : Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan.
Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari
tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak di
rencanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara
rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang disengaja (pihak
komunikator mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai).
- Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu.
Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun
non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung,
kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.
- Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerimas akan
membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan
membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang
dalam melakukan proses komunikasi.

- Prinsip 7 : Komunikasi bersifat sistematik.


Terdapat dua sistem dasar dalam transaksi komunikasi, yaitu sistem internal dan
sistem eksternal.
 Sistem internal = seluruh sistem nilai yang dibawa oleh individu ketika ia
berpartisipasi dalam komunikasi di berbagai lingkungan sosialnya (keluarga,
masyarakat setempat, suku, agama, lembaga pendidikan, dsb). Sistem internal
ini mengandung semua unsur yang membentuk individu yang unik,
kepribadiannya, pendidikan, pengetahuan, agama, cita-cita dsb. Setiap
individu memiliki sistem internal yang berbeda.
 Sistem eksternal = terdiri dari unsur - unsur dalam lingkungan luar individu
(kata-kata yang dipilih saat berbicara, isyarat fisik, kegaduhan sekitar, cahaya,
tempratur ruangan dsb).
Maka dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah perpaduan dari sistem internal dan
eksternal. Lingkungan mempengaruhi komunikasi kita, persepsi juga mempengaruhi
cara kita berperilaku.

- Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial – budaya semakin efektiflah


komunikasi.
Seperti apa komunikasi efektif? Kesamaan bahasa khususnya akan membuat
orangorang yang berkomunikasi lebih mudah mencapai pengertian bersama
dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memahami bahasa yang sama.
- Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial (Sirkuler)
Komunikasi antar manusia dalam bentuk dasarnya adalah komunikasi dua arah.
Peserta komunikasi saling berganti fungsi sebagai komunikator dan komunikan.
- Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional.
Komunikasi yang dapat mengubah sebuah perilaku. Peserta komunikasi mengalami
perubahan sebagai hasil terjadinya komunikasi, dari sekedar berubah pengetahuan
hingga berubah pandangan dunia dan perilakunya.
- Prinsip 11 : Komunikasi bersifat irreversible
Pesan yang sudah tersampaikan, tidak dapat di tarik kembali. Setiap orang yang
melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek
yang ditimbulkannya. Prinsip ini menyadarkan kita bahwa kita harus berhatihati
dalam menyampaikan pesan kepada orang lain.
- Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah.
Artinya bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan masalah.

B. Komunikasi Kesehatan
Menurut Liliweri (2008), komunikasi dapat diartikan sebagai pengalihan suatu
pesan dari satu sumber kepada penerima agar dapat dipahami. Proses komunikasi
biasanya melibatkan dua pihak, baik antar individu dengan individu, individu dengan
kelompok atau antar kelompok dengan kelompok yang berinteraksi dengan aturan-
aturan yang disepakati bersama.
Adapun fungsi komunikasi itu sendiri yakni :
1. Untuk menyampaikan pesan (informasi) atau menyebarluaskan informasi kepada
orang lain. Artinya, dari penyebarluasan informasi ini diharapkan penerima
informasi akan mengetahui apa yang ingin diketahui.
2. Untuk menyampaikan pesan (informasi) atau menyebarluaskan informasi yang
bersifat mendidik orang lain. Artinya, dari penyebarluasan informasi ini
diharapkan penerima informasi akan menambah pengetahuan tentang sesuatu
yang ingin diketahui. Untuk memberikan instruksi kepada penerima pesan.
3. Untuk mempengaruhi dan mengubah sikap penerima pesan.

Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar manusia yang


memiliki fokus pada bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok/masyarakat
menghadapi isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk
memelihara kesehatannya (Northouse dalam Notoatmodjo, 2005). Fokus utama dalam
komunikasi kesehatan adalah terjadinya transaksi yang secara spesifik berhubungan
dengan isu-isu kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi transaksi tersebut.
Transaksi yang berlangsung antar ahli kesehatan, antara ahli kesehatan dengan pasien
dan antara pasien dengan keluarga pasien merupakan perhatian utama dalam
komunikasi kesehatan.
Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi
secara positif perilaku kesehatan individu dan komunitas masyarakat, dengan
menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi baik komunikasi
interpersonal, maupun komunikasi massa. Selain itu, komunikasi kesehatan juga
dipahami sebagai studi yang mempelajari bagaimana cara menggunakan strategi
komunikasi untuk menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat mempengaruhi
individu dan komunitas agar dapat membuat keputusan yang tepat berkaitan dengan
pengelolaan kesehatan (Liliweri, 2008).
Komunikasi Kesehatan dalam Keseharian
1. Komunikasi Kesehatan dengan pasien/penderita
2. Komunikasi Kesehatan dengan pihak keluarga
3. Komunikasi Kesehatan untuk masyarakat

Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan penyakit,


promosi kesehatan, kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, regulasi bisnis dalam
bidang kesehatan yang sejauh mungkin mengubah dan memperbaharui kualitas
individu dalam suatu komunitas masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu
pengetahuan dan etika.
Komunikasi kesehatan dalam berbagai bentuk seperti media advokasi, media
massa, media entertainment dan internet mampu membentuk sikap dan mengubah
perilaku individu dengan cara meningkatkan kesadaran dan menambah pengetahuan
tentang isu-isu kesehatan, masalah-masalah kesehatan dan solusi kesehatan dengan
tujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan derajat kesehatan.
C. Hubungan Kesehatan dan Determinan Perilaku
Promosi kesehatan adalah adalah ilmu yang membantu masyarakat
menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan
sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini
bukan sekadar pengubahan gaya hidup saja, namun berkairan dengan pengubahan
lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan yang
sehat. Pengubahan gaya hidup dapat difasilitasi dengan menciptakan lingkungan yang
mendukung, mengubah perilaku, dan meningkatkan kesadaran.
kesehatan sangat dipengaruhi oleh determinandeterminan sosial dan lingkungan,
disamping determinan fisik dan biologik. Determinan fisik seperti kebersihan
lingkungan, cuaca, iklim dll, sedangkan determinan biologik misalnya
mikroorganisme (virus, bakteri), parasit dan lain-lain. Sementara itu determinan-
determinan sosial yang sangat mempengaruhi kesehatan antara lain: kemiskinan,
pengangguran, kelestarian lingkungan, diskriminasi dan ketidakberdayaan (La Bonte
and Feather, 1996).

Sarjana Marmot (1999) menyebutkan bahwa ada 10 determinan sosial yang


mempengaruhi kesehatan, yaitu:

1. Kesenjangan sosial
Pada masyarakat kelas sosial-ekonomi rendah, biasanya lebih beresiko dan rentan
terhadap penyakit dan umur harapan hidup juga lebih rendah.
2. Stress
Kegagalan dalam menanggulangi stress baik dalam pekerjaan maupun dalam
kehidupan sehari-hari sangat mempengaruhi kesehatan seseorang.
3. Kehidupan dini
Kesehatan di masa dewasa sangat ditentukan oleh kondisi kesehatan di usia dini
atau awal kehidupan. Pertumbuhan fisik yang lambat dan dukungan emosional
yang kurang baik di awal kehidupan, akan memberikan dampak kesehatan fisik,
emosi dan kemampuan intelektual di masa dewasa.
4. Pengucilan sosial
Pengucilan menghasilkan perasaan kehilangan dan tak berharga, mengungsi ke
tempat lain yang asing, merasa dikucilkan, kehilangan harga diri, sangat
mempengaruhi kesehatan fisik dan mental seseorang.
5. Pekerjaan
Stress di tempat kerja meningkatkan resiko terhadap penyakit dan kematian.
Memperhatikan syarat-syarat kesehatan dan keselamatan kerja sangat membantu
dalam meningkatkan derajat kesehatan pekerja.
6. Pengangguran
Jaminan adanya pekerjaan meningkatkan derajat kesehatan dan rasa sejahtera,
bukan hanya untuk pekerja tapi juga seluruh keluarganya. Keadaan yang
sebaliknya terjadi pada penganggur.
7. Dukungan sosial
Persahabatan, hubungan sosial dan kekerabatan yang baik memberikan dampak
kesehatan yang baik dalam keluarga, di tempat kerja dan di masyarakat.
8. Ketergantungan pada narkoba
Pemakaian narkoba sangat memperburuk kondisi kesehatan dan kesejahteraan.
Alkohol, narkoba dan merokok sangat erat hubungannya dalam memberikan
dampak buruk pada kehidupan sosial dan ekonomi.
9. Pangan
Cara makan yang sehat dan ketersediaan pangan merupakan hal utama dalam
kesehatan dan kesejahteraan seseorang dan masyarakat. Baik kekurangan gizi
maupun kelebihan gizi sama-sama menimbulkan masalah kesehatan dan penyakit.
10. Transportasi
Transportasi yang sehat berarti mengurangi waktu mengendarai dan meningkatkan
gerak fisik yang sangat baik bagi kebugaran dan kesehatan. Selain itu, mengurangi
kendaraan berarti membantu mengurangi polusi.

Dengan meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,


berkembangnya peradaban, serta dampak globalisasi, determinan-determinan
kesehatan pun selalu berubah dan akan selalu ada yang baru. Misalnya perdagangan
senjata, seks bebas, eksploitasi anak, dan lain-lain.

Daftar Pustaka

Liliweri, A, Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011)

Oktaviani, Siti Arofatul 2016 “Prinsip-prinsip Komunikasi”.


http://arofatulmubarok.blogspot.com/2016/11/makalah-prinsip-prinsip-
komunikasi.html , diakses pada 24 Maret 2021 pukul 11.46

https://khusnia.wordpress.com/pengantar-ilmu-komunikasi/03-prinsip-prinsip-
komunikasi/ (diakses pada 24 Maret pukul 12.00)

Mulyana, D., Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar Remaja (Bandung: Rosdakarya.,


2005)

Cangara, H. (2010). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Reajawali Pers

Ali, Z, Dasar-Dasar Pendidikan Kesehatan Masyarakat Dan Promosi Kesehatan


(Jakarta: Trans Info Media, 2011)

Susilowati, Dwi, Promosi Kesehatan Cetakan pertama. Jakarta: Badan Pengembangan


dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan., 2016
Nama : Ainur Rizkya

Nim : 2002070053

1. Prinsip Dasar Komunikasi

Komunikasi adalah proses pengopoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk


lambang atau simbol bahasa atau gerak (non-verbal), untuk mempengaruhi perilaku orang
lain. Proses komunikasi yang menggunakan stimulus atau respon dalam bentuk bahasa
baik lisan maupun tulisan selanjutnya disebut komunikasi verbal. Sedangkan apabila
proses komunikasi tersebut menggunakan simbolsimbol disebut kmunikasi non-verbal
(Setiawati, 2008).6

Komunikasi menurut Deddy Mulyana memiliki 12 prinsip, yaitu: 7

1. Komunikasi Adalah Proses Simbolik


2. Komunikasi Memiliki Dimensi Isi Dan Dimensi Hubungan
3. Komunikasi Berlangsung Dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan
4. Komunikasi Berlangsung Dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan
5. Komunikasi Terjadi Dalam Konteks Ruang Dan Waktu
6. Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi
7. Komunikasi Bersifat Sistemik
8. Semakin Mirip Latar Belakang Sosial Budaya Semakin Efektif
9. Komunikasi Bersifat Non Sekuensial (Tidak Berurutan)
10. Komunikasi Bersifat Prosesual, Dinamis Dan Transaksional
11. Komunikasi Bersifat Irreversibel
12. Komunikasi Bukan Panasea Untuk Menyelesaikan Berbagai Masalah

2. Komunikasi kesehatan

Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar manusia yang


memiliki fokus pada bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok/masyarakat
menghadapi isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk
memelihara kesehatannya (Northouse dalam Notoatmodjo, 2005). Fokus utama dalam
komunikasi kesehatan adalah terjadinya transaksi yang secara spesifik berhubungan
dengan isu-isu kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi transaksi tersebut.
Transaksi yang berlangsung antar ahli kesehatan, antara ahli kesehatan dengan pasien dan
antara pasien dengan keluarga pasien merupakan perhatian utama dalam komunikasi
kesehatan. 8

Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara


positif perilaku kesehatan individu dan komunitas masyarakat, dengan menggunakan
6
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/30875/Chapter%20II.pdf?sequence=4
7
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi, suatu pengantar. (Bandung: PT Remaja Kosdakarya.2007), hlm 92-126
8
Northouse dalam Notoatmodjo, 2005
berbagai prinsip dan metode komunikasi baik komunikasi interpersonal, maupun
komunikasi massa. Selain itu, komunikasi kesehatan juga dipahami sebagai studi yang
mempelajari bagaimana cara menggunakan strategi komunikasi untuk menyebarluaskan
informasi kesehatan yang dapat mempengaruhi individu dan komunitas agar dapat
membuat keputusan yang tepat berkaitan dengan pengelolaan kesehatan .

Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan penyakit, promosi


kesehatan, kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, regulasi bisnis dalam bidang kesehatan
yang sejauh mungkin mengubah dan memperbaharui kualitas individu dalam suatu
komunitas masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu pengetahuan dan etika.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa komunikasi kesehatan merupakan aplikasi dari
konsep dan teori komunikasi dalam transaksi yang berlangsung antar individu/kelompok
terhadap isu-isu kesehatan. Tujuan pokok dari komunikasi kesehatan adalah perubahan
perilaku kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan9

3. Hubungan komunikasi kesehatan dengan determinan perilaku

Determinan perilaku kesehatan merupakan faktor yang menentukan atau membentuk


seseorang dalam melakukan perilaku kesehatan yang tepat dan sesuai dengan tempatnya.
Di sini akan membahas tiga teori tentang determinan perilaku kesehatan menurut para
ahli yaitu Lawrence Green, Snehandu B. Kar, dan WHO yang merupakan patokan dan
acuan dalam menentukan faktor perilaku kesehatan yang dipakai dalam standar umum
kesehatan.10

Menurut Lawrence Green tahun 1980, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi


tiga yaitu, faktor pendukung, faktor pemungkin, dan faktor pendorong. Faktor pendukung
di antaranya adalah kebiasaan, kebudayaan, tanggapan, pengetahuan, tradisi, nilai,
dan sikap. Faktor pemungkin di antaranya adalah terpenuhinya lingkungan dan fasilitas
kesehatan yang dibutuhkan, rujukan yang diperlukan, dan keahlian untuk melakukan
sesuatu. Lalu faktor pendorong di antaranya adalah dari tenaga kesehatan berupa perilaku
atau sikap yang dilakukannya untuk mempengaruhi atau memberikan contoh kepada
masyarakat awam.

Menurut Snehandu B. Kar tahun 1983, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi


lima yaitu, niat atau keinginan dari individu dalam berperilaku yang tepat, dukungan dari
sekitar yang mempengaruhi perubahan atau pembentukan perilaku kesehatan, tersedianya
fasilitas-fasilitas yang mampu menunjang terjadinya pembentukan perilaku yang sesuai,
diberikannya kebebasan individu dalam melakukan perubahan perilaku, dan adanya
situasi yang memungkinkan dalam melakukan tindakan untuk upaya perubahan perilaku
yang diinginkan.

9
https://core.ac.uk/download/pdf/229000618.pdf
10
Maulana, Heri D. J. (2007). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 1983, determinan perilaku ada
empat hal yaitu, pemikiran dan perasaan seseorang mengenai pandangannya terhadap
sesuatu, adanya seseorang yang dianut atau dianggap penting yang bisa membuat
perubahan yang lebih meyakinkan individu, terpenuhinya sumber atau fasilitas yang
memadai, dan adanya kebudayaan dalam berperilaku atau bersikap seseorang dalam
sehari-hari.11

Daftar Pustaka

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/30875/Chapter
%20II.pdf?sequence=4

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi, suatu pengantar. (Bandung: PT Remaja


Kosdakarya.2007), hlm 92-126

Northouse dalam Notoatmodjo, 2005

https://core.ac.uk/download/pdf/229000618.pdf

Maulana, Heri D. J. (2007). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Agustin, Aat (2019).  Promosi Kesehatan. Jogjakarta: CV Budi Utama.

11
Agustin, Aat (2019). Promosi Kesehatan. Jogjakarta: CV Budi Utama.
Nama: Shofia Nurlaila

Nim : 2002070058

Resume Materi Dasar-Dasar Komunikasi

 Prinsip Dasar Komunikasi


Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh kehidupannya
sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi, maupun masyarakat. Dalam
kehidupan sehari-hari setiap manusia berinteraksi, membangun relasi dan transaksi sosial
dengan orang lain. Itulah sebabnya manusia tidak dapat menghindari komunikasi antar
personal, komunikasi dalam kelompok, komunikasi dalam organisasi dan publik, dan
komunikasi massa (Liliweri, 2009). Komunikasi senantiasa berperan penting dalam proses
kehidupan. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan sosial manusia dan merupakan
komponen dasar dari hubungan antar manusia. Banyak permasalahan yang menyangkut
manusia dapat diidentifikasi dan dipecahkan melalui komunikasi (Suryani, 2006).

Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang,


simbol bahasa, atau gerak (non verbal), untuk memengaruhi perilaku orang lain. Proses
komunikasi yang menggunakan stimulus atau respon dalam bentuk bahasa baik lisan
maupun tulisan selanjutnya disebut komunikasi verbal. Sedangkan apabila proses
komunikasi tersebut menggunakan simbol-simbol tertentu disebut komunikasi non verbal
(Setiawati, 2008).

Menurut Winnet (2004) dalam Liliweri (2009), komunikasi adalah segala aktivitas
interaksi manusia yang bersifat human relationships disertai dengan peralihan sejumlah
fakta-fakta. Secara sederhana dapat dikatakan komunikasi adalah interaksi atau transaksi
antara dua orang (Liliweri, 2009).

Prinsip – Prinsip Dasar Komunikasi

Prinsip 1: Komunikasi adalah suatu proses simbolik.

Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan Untuk menunjuk sesuatu
lainnya, berdasarkan Kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-Kata
(pesan verbal), perilaku non verbal dan objek yang Maknanya disepakati bersama.
Contoh : memasang Bendera Negara pada bulan Agustus.

Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi.

Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud
mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain, maka orang tersebut
sudah terlibat dalam proses komunikasi.

Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan Dimensi hubungan.


Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi Hubungan disandi secara
nonverbal. Dimensi isi = menunjukkan muatan (isi) komunikasi,Yaitu apa yang
dikatakan.Dimensi hubungan = menunjukkan bagaimana cara Mengatakannya, yang
juga mengisyaratkan bagaimana Hubungan para pelaku komunikasi itu dan
bagaimana Pesan pesan tersebut ditafsirkan.

Prinsip 4 : Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan.

Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari
tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak di
rencanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara
rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang disengaja (pihak
komunikator mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai).

Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang Dan waktu.

Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta Komunikasi

Ketika orang – orang berkomunikasi, mereka meramalkan Efek perilaku komunikasi


mereka. Komunikator memilih Strategi tertentu berdasarkan bagaimana komunikan
akan Merespon.

Prinsip 7 : Komunikasi bersifat sistematik.

Terdapat dua sistem dasar dalam transaksi komunikasi, Yaitu sistem internal dan
sistem eksternal. Sistem internal = seluruh sistem nilai yang dibawa oleh Individu
ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi di Berbagai lingkungan sosialnya (keluarga,
masyarakat Setempat, suku, agama, lembaga pendidikan, dsb). Sistem Internal ini
mengandung semua unsur yang membentuk Individu yang unik, kepribadiannya,
pendidikan, Pengetahuan, agama, cita-cita dsb.

Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial –Budaya semakin efektiflah


komunikasi.

Seperti apa komunikasi efektif?Kesamaan bahasa khususnya akan membuat orang-


Orang yang berkomunikasi lebih mudah mencapai Pengertian bersama dibandingkan
dengan orang-orang Yang tidak memahami bahasa yang sama.

Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial (Sirkuler)

Komunikasi antar manusia dalam bentuk dasarnya Adalah komunikasi dua arah.
Peserta komunikasi saling Berganti fungsi sebagai komunikator dan komunikan.
Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis Dan transaksional.

Komunikasi yang dapat mengubah sebuah perilaku. Peserta komunikasi mengalami


perubahan sebagai Hasil terjadinya komunikasi, dari sekedar berubah Pengetahuan
hingga berubah pandangan dunia dan Perilakunya.

Prinsip 11 : Komunikasi bersifat irreversible

Pesan yang sudah tersampaikan, tidak dapat di tarik Kembali. Setiap orang yang
melakukan proses Komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa Terhadap
efek yang ditimbulkannya. Prinsip ini menyadarkan kita bahwa kita harus berhati-Hati
dalam menyampaikan pesan kepada orang lain.

Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasea untuk Menyelesaikan berbagai masalah

Menyelesaikan masalah harus dengan tindakan.Contoh : meskipun Pemprov DKI


telah bersusah payah Menghimbau masyarakat untuk beralih menggunakan
Transportasi umum sebagai upaya mengurangi Kemacetan, tidak mungkin usaha
tersebut akan berhasil Jika tidak ada sarana transportasi umum yang aman Dan
nyaman.

 Komunikasi Kesehatan
Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar manusia yang
Memiliki fokus pada bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok/masyarakat
Menghadapi isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk
memelihara Kesehatannya (Northouse dalam Notoatmodjo, 2005).

Fokus utama dalam komunikasi Kesehatan adalah terjadinya transaksi yang secara
spesifik berhubungan dengan isu-isu Kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
transaksi tersebut. Transaksi yang Berlangsung antar ahli kesehatan, antara ahli
kesehatan dengan pasien dan antara pasien Dengan keluarga pasien merupakan
perhatian utama dalam komunikasi kesehatan.Komunikasi kesehatan adalah usaha
yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif Perilaku kesehatan individu dan
komunitas masyarakat, dengan menggunakan berbagai Prinsip dan metode
komunikasi baik komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa.

Selain itu, komunikasi kesehatan juga dipahami sebagai studi yang mempelajari
bagaimana Cara menggunakan strategi komunikasi untuk menyebarluaskan informasi
kesehatan yang Dapat mempengaruhi individu dan komunitas agar dapat membuat
keputusan yang tepat Berkaitan dengan pengelolaan kesehatan (Liliweri,
2008).Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan penyakit,
promosi Kesehatan, kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, regulasi bisnis dalam
bidang kesehatan Yang sejauh mungkin mengubah dan memperbaharui kualitas
individu dalam suatu Komunitas masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu
pengetahuan dan etika.Dengan demikian dapat dipahami bahwa komunikasi
kesehatan merupakan aplikasi Dari konsep dan teori komunikasi dalam transaksi yang
berlangsung antar individu/kelompok Terhadap isu-isu kesehatan. Tujuan pokok dari
komunikasi kesehatan adalah perubahan Perilaku kesehatan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan.

 Hubungan Promosi Kesehatan dengan Determinan Pelaku


Determinan perilaku kesehatan merupakan faktor yang menentukan atau
membentuk seseorang dalam melakukan perilaku kesehatan yang tepat dan sesuai
dengan tempatnya. Di sini akan membahas tiga teori tentang determinan perilaku
kesehatan menurut para ahli yaitu Lawrence Green, Snehandu B. Kar, dan WHO yang
merupakan patokan dan acuan dalam menentukan faktor perilaku kesehatan yang
dipakai dalam standar umum kesehatan.

Menurut Lawrence Green tahun 1980, determinan perilaku kesehatan dibagi


menjadi tiga yaitu, faktor pendukung, faktor pemungkin, dan faktor pendorong.
Faktor pendukung di antaranya adalah kebiasaan, kebudayaan, tanggapan,
pengetahuan, tradisi, nilai, dan sikap. Faktor pemungkin di antaranya adalah
terpenuhinya lingkungan dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan, rujukan yang
diperlukan, dan keahlian untuk melakukan sesuatu. Lalu faktor pendorong di
antaranya adalah dari tenaga kesehatan berupa perilaku atau sikap yang dilakukannya
untuk mempengaruhi atau memberikan contoh kepada masyarakat awam.Menurut
Snehandu B. Kar tahun 1983, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi lima
yaitu, niat atau keinginan dari individu dalam berperilaku yang tepat, dukungan dari
sekitar yang mempengaruhi perubahan atau pembentukan perilaku kesehatan,
tersedianya fasilitas-fasilitas yang mampu menunjang terjadinya pembentukan
perilaku yang sesuai, diberikannya kebebasan individu dalam melakukan perubahan
perilaku, dan adanya situasi yang memungkinkan dalam melakukan tindakan untuk
upaya perubahan perilaku yang diinginkan.

Daftar Pustaka

1. Mubarak dan Chayatin, 2008 Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan


Aplikasi. Jakarta : Penerbit Salemba Medika
2. Pdf oleh : Dian Sri Mulyani, S.I.Kom., M.Si
3. Sumber : Maulana, Heri D. J. (2007). Promosi Kesehatan. Jakarta:
EGC.^ a b c Agustin, Aat (2019). Promosi Kesehatan. Jogjakarta: CV Budi
Utama.
4. Diansrimulyani.staff.guandarma
Nama : Muhammad faturrahman

Nim :2002070057

Tugas resum
1. PRINSIP DASAR KOMUNIKASI

Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang,


simbol bahasa, atau gerak (non verbal), untuk memengaruhi perilaku orang lain. Proses komunikasi
yang menggunakan stimulus atau respon dalam bentuk bahasa baik lisan maupun tulisan selanjutnya
disebut komunikasi verbal. Sedangkan apabila proses komunikasi tersebut menggunakan simbol-
simbol tertentu disebut komunikasi non verbal (Setiawati, 2008).

Menurut Winnet (2004) dalam Liliweri (2009), komunikasi adalah segala aktivitas interaksi
manusia yang bersifat human relationships disertai dengan peralihan sejumlah fakta-fakta. Secara
sederhana dapat dikatakan komunikasi adalah interaksi atau transaksi antara dua orang (Liliweri,
2009).

Deddy Mulyana membagi prinsip-prinsip komunikasi menjadi dua belas macam. Prinsip-prinsip
tersebut adalah :

1) Komunikasi Adalah Proses Simbolik

Simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang lainnya, berdasarkan
kesepakatan sekelompok orang, Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal, dan
objek yang maknanya disepakati Bersama.

2) Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi

Kita tidak dapat tidak berkomunikasi (we cannot not to communicate). Tidak berarti bahwa
semua perilaku adalah berkomunikasi. Alih-alih komunikasi yang terjadi bila seseorang memberi
makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri. Cobalah Anda meminta seseorang untuk
tidak berkomunikasi. Amat sulit baginya untuk berbuat demikian, karena setiap perilakunya punya
potensi untuk ditafsirkan.

3) Komunikasi Punya Dimensi Isi Dan Dimensi Hubungan

Dimensi ini menunjukan muatan (isi) komunikasi apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi
hubungan menunjukan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana
hubungan para peserta komunikasi itu, dan bagaimana pesan itu ditafsirkan.

4) Komunikasi Berlangsung Dalam Berbagai Tingkat

Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan, dari komunikasi yang tidak
disengaja sama sekali (misalnya ketika Anda melamun sementara orang memperhatikan Anda)
sehingga komunikasi yang benarbenar direncanakan dan disadari (ketika Anda menyampaikan
pidato).
5) Komunikasi Terjadi Dalam Konteks Ruang Dan Waktu

Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang (termasuk iklim, suhu, intensitas
cahaya, dan sebagainya), waktu, sosial dan psikologis. Topik yang lazim dipercakapkan di rumah,
tempat kerja, atau tempat hiburan terasa kurang sopan bila dikemukakan di masjid.

6) Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi

Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek prilaku komunikasi mereka.


Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau tatakrama.

7) Komunikasi Bersifat Sistemik

Setiap individu adalah suatu sistem yang hidup (a living sistem). Setidaknya dua sistem dasar
beroperasi dalam transaksi komunikasi itu sistem internal dan sistem eksternal.

8) Semakin Mirip Latar Belakang Budaya Semakin Efektiflah Komunikasi

Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para
pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi).

9) Komunikasi Bersifat Nonsekunsial

Meskipun terdapat banyak model komunikasi linier atau satu arah, sebenarnya komunikasi
manusia pada bentuk dasarnya adalah (komuniaksi tatap muka) bersifat dua arah. Yaitu ketika
seseorang berbicara dengan yang lainnya, atau kepada sekelompok orang seperti dalam rapat atau
kuliah.

10) Komunikasi Bersifat Prosedural, Dinamis, dan Transaksional

Seperti juga waktu dan eksistensi, komunikasi tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai
akhir, melainkan merupakan proses yang sinambung (continuous).

11) Komunikasi Bersifat Irreversible

Suatu perilaku merupakan suatu peristiwa, oleh karena itu peristiwa, perilaku berlangsung
dalam waktu dan tidak dapat “diambil kembali”. Dalam komunikasi, sekali Anda mengirimkan pesan,
Anda tidak dapat mengendalikan pesan tersebut bagi khalayak, apalagi menghilangkan efek pesan
tersebut sama sekali.

12) Komunikasi Bukan Panasea Yang Bisa Menyelesaikan Berbagai Masalah.

Banyak persoalan antarmanusia disebabkan oleh masalah komunikasi. Namun komunikasi


bukanlah panasea (obat mujarab) untuk menyelesaikan persoalan itu, karena persoalan itu berkaitan
dengan masalah struktural.
2. Komunikasi kesehatan

Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar manusia yang memiliki fokus pada
bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok/masyarakat menghadapi isu-isu yang
berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk memelihara kesehatannya (Northouse dalam
Notoatmodjo, 2005). Fokus utama dalam komunikasi kesehatan adalah terjadinya transaksi yang
secara spesifik berhubungan dengan isu-isu kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
transaksi tersebut. Transaksi yang berlangsung antar ahli kesehatan, antara ahli kesehatan dengan
pasien dan antara pasien dengan keluarga pasien merupakan perhatian utama dalam komunikasi
kesehatan.Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif

perilaku kesehatan individu dan komunitas masyarakat, dengan menggunakan berbagai

prinsip dan metode komunikasi baik komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa. Selain
itu, komunikasi kesehatan juga dipahami sebagai studi yang mempelajari bagaimana cara
menggunakan strategi komunikasi untuk menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat
mempengaruhi individu dan komunitas agar dapat membuat keputusan yang tepat

berkaitan dengan pengelolaan kesehatan (Liliweri, 2008).Komunikasi kesehatan meliputi informasi


tentang pencegahan penyakit, promosi kesehatan, kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, regulasi
bisnis dalam bidang kesehatan yang sejauh mungkin mengubah dan memperbaharui kualitas
individu dalam suatu komunitas masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu pengetahuan
dan etika.Dengan demikian dapat dipahami bahwa komunikasi kesehatan merupakan aplikasi dari
konsep dan teori komunikasi dalam transaksi yang berlangsung antar individu/kelompok terhadap
isu-isu kesehatan. Tujuan pokok dari komunikasi kesehatan adalah perubahan perilaku kesehatan
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan.

3. Hubungan Promosi Kesehatan dengan Determinan Perilaku

Green dan Kreuter (2005) menyatakan bahwa “Promosi kesehatan adalah kombinasi
upaya-upaya pendidikan, kebijakan (politik), peraturan, dan organisasi untuk mendukung kegiatan-
kegiatan dan kondisi-kondisi hidup yang menguntungkan kesehatan individu, kelompok, atau
komunitas”.

Sedangkan Kementerian/Departemen Kesehatan Republik Indonesia merumuskan


pengertian promosi kesehatan sebagai berikut: “Upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk
dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan
kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.” Hal tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri
Kesehatan No. 1114/Menkes/SK/VIII/2005.

Piagam Ottawa adalah piagam kesepakatan yang dihasilkan pada Konferensi


Internasional Promosi Kesehatan Pertama di Ottawa, Canada tahun 1986, telah membawa
perubahan dalam pengertian dan praktek “health promotion” atau promosi kesehatan. Piagam ini
mendefinisikan Promosi Kesehatan sebagai “Proses yang memungkinkan individu mengendalikan
dan memperbaiki kesehatannya. Untuk mencapai kesehatan jasmani, rohani dan sosial yang
sempurna, seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan mewujudkan aspirasi,
mampu memenuhi kebutuhan, mampu mengubah atau beradaptasi dengan lingkungan”.

Inti dari definisi promosi kesehatan, baik yang berasal dari Ottawa Charter, maupun
modifikasinya dari WHO adalah masyarakat menjalankan perilaku yang menguntungkan kesehatan,
baik berupa perilaku pencegahan dan pemeliharaan kesehatan, perilaku memilih dan memperbaiki
lingkungan maupun perilaku penggunaan pelayanan kesehatan, bahkan perilaku yang berkenaan
dengan aspek genetika dan kependudukan.

Kesehatan sangat dipengaruhi oleh determinan-determinan sosial dan lingkungan,


disamping determinan fisik dan biologik. Determinan fisik seperti kebersihan lingkungan, cuaca, iklim
dll, sedangkan determinan biologik misalnya mikroorganisme (virus, bakteri), parasit dan lain-lain.
Sementara itu determinan-determinan sosial yang sangat mempengaruhi kesehatan antara lain:
kemiskinan, pengangguran, kelestarian lingkungan, diskriminasi dan ketidakberdayaan (La Bonte and
Feather, 1996).

Sarjana Marmot (1999) menyebutkan bahwa ada 10 determinan sosial yang mempengaruhi
kesehatan, yaitu:

1.Kesenjangan sosial

Pada masyarakat kelas sosial-ekonomi rendah, biasanya lebih beresiko dan rentan terhadap penyakit
dan umur harapan hidup juga lebih rendah.

2.Stress

Kegagalan dalam menanggulangi stress baik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan sehari-hari
sangat mempengaruhi kesehatan seseorang.

3.Kehidupan dini

Kesehatan di masa dewasa sangat ditentukan oleh kondisi kesehatan di usia dini atau awal
kehidupan. Pertumbuhan fisik yang lambat dan dukungan emosional yang kurang baik di awal
kehidupan, akan memberikan dampak kesehatan fisik, emosi dan kemampuan intelektual di masa
dewasa.

4.Pengucilan sosial

Pengucilan menghasilkan perasaan kehilangan dan tak berharga, mengungsi ke tempat lain yang
asing, merasa dikucilkan, kehilangan harga diri, sangat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental
seseorang.

5.Pekerjaan

Stress di tempat kerja meningkatkan resiko terhadap penyakit dan kematian. Memperhatikan syarat-
syarat kesehatan dan keselamatan kerja sangat membantu dalam meningkatkan derajat kesehatan
pekerja.
6.Pengangguran

Jaminan adanya pekerjaan meningkatkan derajat kesehatan dan rasa sejahtera, bukan hanya untuk
pekerja tapi juga seluruh keluarganya. Keadaan yang sebaliknya terjadi pada penganggur.

7.Dukungan sosial

Persahabatan, hubungan sosial dan kekerabatan yang baik memberikan dampak kesehatan yang
baik dalam keluarga, di tempat kerja dan di masyarakat.

8.Ketergantungan pada narkoba

Pemakaian narkoba sangat memperburuk kondisi kesehatan dan kesejahteraan.

9.Pangan

Cara makan yang sehat dan ketersediaan pangan merupakan hal utama dalam kesehatan dan
kesejahteraan seseorang dan masyarakat. Baik kekurangan gizi maupun kelebihan gizi sama-sama
menimbulkan masalah kesehatan dan penyakit.

10.Transportasi

Transportasi yang sehat berarti mengurangi waktu mengendarai dan meningkatkan gerak fisik yang
sangat baik bagi kebugaran dan kesehatan. Selain itu, mengurangi kendaraan berarti membantu
mengurangi polusi.

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena
perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan).
Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yakni aspek fisik, psikis dan sosial.
Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit ditarik garis yang tegas batas – batasnya. Secara lebih
terinci, perilaku manusia yang sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti
pengetahuan, keingginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/33921/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

http://repository.uki.ac.id/2759/1/BUKUMODULPROMOSIKESEHATAN.pdf (Di akses pada 24


Maret 2021).

Susilowati, Dwi. 2016. Promosi Kesehatan. http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-


content/uploads/2017/08/Promkes-Komprehensif.pdf, (Di akses pada 24 Maret 2021).

Anda mungkin juga menyukai