Anda di halaman 1dari 28

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Komunikasi Interpersonal
a. Konsep Komunikasi Interpersonal
Manusia sebagai makhluk sosial ditandai dengan membentuk suatu
hubungan dengan orang lain baik dengan satu orang maupun secara berkelompok.
Hubungan yang terjalin tersebut menuntut adanya suatu komunikasi yang
memiliki peranan penting. Komunikasi dengan orang lain dapat dikatakan penting
karena sebagai salah satu cara untuk mempertahankan kehidupan manusia agar
tetap berjalan dengan baik. Selain itu melalui komunikasi, manusia dapat
memenuhi kebutuhannya.
Istilah komunikasi dalam bahasa inggris adalah communication berasal
dari bahasa latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti
sama makna (Effendy, 2004:9). Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi dapat
berlangsung jika terjadi kesamaan makna mengenai hal yang dibicarakan. Tanpa
hal tersebut tidak akan terjadi sebuah komunikasi karena individu yang diajak
berkomunikasi tidak dapat memahami isi dari komunikasi dan tidak dapat
memberikan tanggapannya dengan sesuai.
Interaksi manusia dilakukan melalui komunikasi dengan orang lain yang
bertujuan untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi. Hal ini diungkapkan
oleh Sopiah (2008:141) yaitu secara sederhana komunikasi dapat diartikan
sebagai proses penyampaian atau pertukaran informasi/pesan kepada pihak lain.
Komunikasi penting terhadap penciptaan konsep diri, aktualisasi diri untuk
kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, dan terhindar dari tekanan dan
ketegangan. Komunikasi pula yang memungkinkan mempelajari dan menerapkan
strategi-strategi adaptif untuk mengatasi keadaan-keadaan yang menimbulkan
masalah.
commit to user

10
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

Menurut Martin Anderson, (dalam Alo Liliweri, 1994:5) komunikasi


adalah proses untuk memahami dan dipahami orang lain yang merupakan suatu
proses yang dinamis, berganti secara konstan dalam memberikan respon.
Pernyataan tersebut membuktikan bahwa dalam komunikasi terdapat suatu proses
timbal balik dalam memberikan tanggapan.
Ada beberapa tingkatan komunikasi meliputi (1) komunikasi
interpersonal, (2) komunikasi kelompok, (3) komunikasi organisasi, (4)
komunikasi publik, (5) komunikasi massa. Menurut Ruesch dan Bateson (dalam
Alo Liliweri, 1994:3) mengatakan bahwa tingkatan komunikasi yang paling
penting adalah komunikasi interpersonal yang dimaknai sebagai
penghubung/perantara antara individu dalam membentuk suatu hubungan sosial.
Menurut Tan (dalam Alo Liliweri, 1997) komunikasi antarpribadi
dilakukan secara tatap muka antara dua orang atau lebih. Komunikasi
interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan antara orang-orang secara tatap
muka, yang memungkinkan setiap individu mampu memaknai reaksi orang lain
secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal seperti yang dijelaskan oleh
Supratiknya (1995:30) bahwa komunikasi interpersonal merupakan bentuk dari
setiap tingkah laku seseorang baik secara verbal maupun non verbal yang
diberikan respon oleh orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa dalam melakukan
komunikasi diperlukan pemahaman sesuai dengan apa yang dimaksudkan agar
dapat memberikan umpan balik secara tepat.
Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa komunikasi
interpersonal merupakan bentuk tingkah laku dalam suatu interaksi yang
mencakup kegiatan bertukar pesan atau informasi antara dua orang atau lebih baik
secara verbal maupun nonverbal.

b. Fungsi Komunikasi Interpersonal


Fungsi komunikasi interpersonal sangat penting bagi kehidupan manusia
sehingga manusia tidak bisa terlepas dari peranan komunikasi interpersonal,
seperti yang diuraikan oleh Johnson (dalam Supratiknya, 1995:9) yaitu
commitperkembangan
komunikasi antarpribadi (1) membantu to user intelektual dan sosial, (2)
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

menemukan identitas atau jati diri, (3) sebagai pembandingan sosial, dan (4)
mempengaruhi kesehatan mental. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Membantu perkembangan intelektual dan sosial
Perkembangan manusia di mulai sejak bayi sampai dewasa dengan
diiringi ketergantungannya dengan orang lain melalui komunikasi. Orang pertama
yang melakukan komunikasi pada saat masih bayi adalah ibu. Pertambahan usia
menjadikan meluasnya komunikasi yang dilakukan yang berarti memperluas juga
lingkup sosialnya. Melalui kegiatan komunikasi tersebut individu mendapatkan
berbagai informasi dan pengetahuan. Seperti pada siswa yang melakukan transfer
pengetahuan dengan guru melalui komunikasi di sekolah yang dapat memperluas
pengetahuan dan meningkatkan intelektualnya.
2) Menemukan identitas atau jati diri
Melalui komunikasi dengan orang lain secara sadar maupun tidak sadar
terjadi beberapa hal yaitu mengamati, memperhatikan, dan mengingat tanggapan
orang lain mengenai diri seseorang. Berdasarkan tanggapan tersebut dapat
diketahui cara pandang orang lain mengenai diri kita yang akhirnya akan
memudahkan menemukan identitas dan mengenali diri sendiri.
3) Sebagai pembandingan sosial
Pemahaman terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di lingkungan
sekitar tidak dapat dilakukan sendiri, kita perlu membandingkan kesan-kesan yang
kita miliki dengan kesan-kesan orang lain sehingga memperoleh kesamaan makna
yang bisa menggambarkan realitas. Hal ini bisa dilakukan lewat komunikasi.
4) Mempengaruhi kesehatan mental
Adanya komunikasi interpersonal yang baik akan tercipta pula hubungan
yang harmonis dengan orang lain seperti yang diungkapkan Stewart Tubbs dan
Sylvia Moss (1996:26) bahwa komunikasi merupakan alat untuk membina
hubungan. Hubungan harmonis menghindarkan terjadinya masalah-masalah yang
membuat perasaan sedih, cemas, dan frustasi.
Sedangkan menurut Alo Liliweri (1994:27) fungsi komunikasi
antarpribadi ada 2 yaitu (1) berfungsi sosial. Komunikasi dilakukan dengan
commit
individu-individu yang ada dalam to user sosial sehingga memudahkan
lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

adanya suatu interaksi untuk saling memenuhi kebutuhan baik kebutuhan biologis
maupun psikologis. Setiap individu terikat oleh sistem nilai dan norma yang
berlaku di masyarakat yang memiliki kewajiban untuk membina dan memelihara
hubungan dengan orang lain. Kewajiban ini dapat dipenuhi melalui komunikasi.
Komunikasi Interpersonal yang dilakukan secara rutin dapat
mengembangkan hubungan timbal balik antara keduanya dan dapat meningkatkan
serta memelihara penilaian orang lain terhadap diri kita. Dalam hubungan
antarindividu tentu saja sesekali terjadi konflik yang tak bisa dihindari. Melalui
komunikasi antarpribadi konflik yang terjadi dapat diatasi melalui pertukaran
pesan dan kesamaan dalam memaknainya. (2) Pengambilan Keputusan. Manusia
memiliki kemampuan untuk berpikir dan mengambil keputusan. Sebelum
mengambil keputusan individu mempertimbangkannya dengan berkomunikasi
sehingga dapat mendengar informasi, gagasan, saran, pendapat, pengalaman dari
orang lain untuk memantapkan keputusan yang akan diambil. Selain itu individu
juga dapat mempengaruhi orang lain dengan gagasan-gagasan dan ide-idenya
untuk mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi dari
komunikasi interpersonal adalah untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri
sehingga individu mampu menemukan identitas atau jati dirinya, selain itu juga
berfungsi untuk membina hubungan yang harmonis dengan orang lain sehingga
membantu kelangsungan hidup dan menciptakan kebahagiaan serta terhindar dari
tekanan.

c. Unsur-Unsur Komunikasi Interpersonal


Menurut Hafied Cangara, (2005:21) “komunikasi interpersonal dapat
terjadi jika didukung oleh unsur-unsur komunikasi yaitu (1) sumber, (2) pesan, (3)
media, (4) penerima, (5) efek, (6) umpan balik, (7) lingkungan”. Unsur-unsur
diatas dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, sumber merupakan pembuat
atau pengirim informasi bisa dalam bentuk kelompok, individu maupaun kejadian,
sedangkan Riyono Pratikto (1987:22) menjelaskan sumber merupakan asal atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

gagasan yang dijadikan pesan. Jadi, setiap peristiwa maupun individu yang
menyampaikan pesan bisa disebut sebagai sumber.
Kedua, pesan merupakan sesuatu yang disampaikan dalam komunikasi
antara komunikator kepada komunikan. Isi pesan berupa informasi, perintah,
pengetahuan dan hiburan. Pesan ada 2 macam yaitu pesan verbal dan pesan non
verbal (Stewart Tubbs & Sylvia Moss, 1996). Pesan verbal yaitu semua jenis
komunikasi dengan pesan secara lisan yang menggunakan satu kata atau lebih.
Sedangkan, pesan nonverbal adalah pesan yang disampaikan tanpa menggunakan
kata-kata melainkan dengan bentuk nonverbal dalam perilaku kita misalnya:
ekspresi wajah, sikap tubuh, nada suara, gerakan tangan, dan cara berpakaian.
Jadi, pesan dalam komunikasi tidak hanya terpaku pada bentuk pembicaraan yang
dilakukan secara lisan dari mulut ke mulut, tetapi juga termasuk berbagai perilaku
menjadi lambang sebuah pesan menggantikan bahasa.
Ketiga, media merupakan alat atau sarana yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dari sumber. Media terdiri bermacam-macam misalnya,
indera manusia juga termasuk media dalam komunikasi.
Keempat, penerima merupakan pihak atau sasaran yang akan menerima
pesan dari sumber. Penerima pesan dalam komunikasi sering disebut sebagai
komunikan.
Kelima, efek. Adanya perbedaan atau perubahan oleh penerima sebelum
dan sesudah menerima pesan dari sumber pesan mengenai pemikiran, perasaan,
dan perilakunya merupakan efek dari komunikasi.
Keenam, umpan balik merupakan salah satu bentuk tanggapan terhadap
pengaruh dari pesan yang diterima merupakan umpan balik. Adanya umpan balik
menandakan bahwa komunikan sudah menerima pesan yang disampaikan
komunikator.
Ketujuh, lingkungan merupakan situasi atau keadaan tempat
berlangsungnya komunikasi interpersonal yang terdiri dari lingkungan fisik,
lingkungan sosial budaya, lingkungan lingkungan psikologis dan dimensi waktu.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

Aspek-aspek tersebut merupakan suatu hal yang penting dan harus ada di
dalam suatu komunikasi. Jika salah satu aspek tidak ada komunikasi tersebut tidak
efektif atau bahkan bisa disebut bukan suatu komunikasi.
Uraian diatas dapat dimaknai bahwa komunikasi interpersonal dapat
terjadi jika ada sumber yang menjadi pesan/informasi yang akan disampaikan
melalui perantara disampaikan kepada penerima. Penerima memahami pesan dan
menerjemahkannya sehingga menimbulkan efek yang membuat penerima
memberikan tanggapan. Jadi, unsur-unsur tersebut sangat penting keberadaannya,
jika salah satu unsur tidak ada maka komunikasi interpersonal tidak dapat terjadi.

d. Faktor-Faktor Komunikasi Interpersonal


Komunikasi interpersonal dilakukan dua orang atau lebih yaitu salah satu
sebagai komunikator yang berperan menyampaikan pesan sedangkan individu lain
sebagai komunikan yang berperan menerima pesan. Komunikasi interpersonal
dapat berlangsung dengan baik ataupun tidak dipengaruhi oleh beberapa faktor-
faktor. Faktor-faktor tersebut dijelaskan oleh Jalaludin Rakhmat, (2001:129) yaitu
sebagai berikut.
1) Percaya (Trust)
Percaya merupakan hal paling penting untuk membuka percakapan
dalam komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta
memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksud komunikasi. Giffin
mengartikan percaya sebagai mengandalkan perilaku orang untuk mencapai
tujuan yang dikehendaki dalam situasi yang beresiko, (dalam Jalaludin Rakhmat,
2001:129). Hal ini memiliki makna bahwa seseorang memberikan tanggung jawab
penuh kepada orang yang ditunjuk sebagai perantara dalam mencapai sesuatu
yang dianggap bisa melakukannya.
Jika tidak ada rasa percaya, komunikasi tidak akan berjalan sesuai
dengan maksud yang sesungguhnya sehingga perasaan dan pikiran tidak dapat
diungkapkan sepenuhnya dan orang lain tidak dapat memahami yang sebenarnya.
Ada bebrapa faktor yang dapat menumbuhkan sikap percaya yaitu (a) menerima
commitmanusia
berarti kemampuan dalam menghargai to user sesuai dengan hakikatnya tanpa
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

harus menilai dan berusaha mengendalikan dalam suatu hubungan. Menilai


pribadi seseorang tidak berdasarkan tingkah laku yang tidak disenangi merupakan
arti dari menerima seseorang dengan apa adanya. (b) Empati adalah suatu
perasaan individu yang ikut merasakan hal yang sama dengan yang sedang
dirasakan orang lain dan menempatkan diri pada posisi orang lain dan ikut serta
secara emosional dan intelektual pada pengalaman orang lain. Empati merupakan
kemampuan untuk menghargai orang lain, mengendalikan emosi, memiliki sikap
tulus dan memberikan respon emosional dalam menjalin hubungan. Individu di
dalam melakukan komunikasi dituntut dapat memberikan empati sehingga akan
memudahkan dalam memahami makna komunikasi. (c) Kejujuran atau jujur
adalah mengatakan atau menyikapi suatu keadaan sesuai dengan kenyataannya.
Jadi, yang dipikirkan dan dirasakan sesuai dengan yang dikatakan tidak
mengurangi maupun menambahkan.

2) Sikap supportif
Komunikasi dapat berjalan dengan baik jika ada sikap supportif atau
dukungan dari kedua belah pihak dan berbagai aspek yang ada di dalamnya.
Dukungan merupakan pemberian dorongan dalam suasana hubungan komunikasi
sehingga komunikasi interpersonal dapat terus berkelanjutan. Menurut Gibb,
(dalam Jalaludin Rakhmat, 2001:134) perilaku yang menimbulkan sikap supportif
adalah:
a) Deskripsi : Penyampaian perasaan dan persepsi tanpa menilai.
b) Orientasi masalah : Menyatakan keinginan untuk bekerja sama dalam
pemecahan masalah bukan mengendalikan perilaku seseorang.
c) Spontanitas : Sikap jujur tanpa adanya maksud-maksud tertentu.
d) Empati : Menempatkan diri pada perasaan orang lain.
e) Persamaan : Sikap memperlakukan orang lain secara sama dan sejajar jadi
tidak menunjukkan lebih tinggi dari orang lain karena kekuasaan,
kekayaan maupun kemampuan intelektual.
f) Provisionalis : Kesediaan untuk meninjau kembali pendapat dan mau
mengakuinya jika salah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

3) Sikap Terbuka
Keterbukaan yaitu kemauan untuk membuka diri, mengatakan tentang
keadaan dirinya yang sebenarnya yang berkaitan dengan komunikasi yang
dilakukan. Sikap terbuka memiliki pengaruh terhadap hubungan komunikasi
interpersonal agar dapat terjalin secara efektif. Supratiknya, (1995:14)
menjelaskan keterbukaan diri adalah membagikan hal-hal yang dirasakan dan
kejadian-kejadian yang di alami maupun di amati kepada orang lain. Jadi,
keterbukaan menggambarkan keadaan yang rela dan sedia untuk membagi
informasi yang dimiliki dengan orang lain.
Secara psikologis dengan dengan memiliki rasa keterbukaan orang yang
diajak berkomunikasi akan merasa nyaman dalam menjalin hubungan komunikasi
tersebut. Berikut ini karakteristik sikap terbuka menurut Brooks dan Emmert
(dalam Jalaludin Rakhmat, 2001:136), (a) menilai pesan secara objektif, (b)
mampu membedakan sesuatu hal baik dan buruk dengan mudah, (c) berorientasi
pada isi pembicaraan, (d) mencari informasi dari berbagai sumber, (e) lebih
bersifat provisional dan bersedia mengubah kepercayaannya.

e. Tujuan Komunikasi Interpersonal


Tujuan utama dari komunikasi adalah menyampaikan pesan agar dapat
mempengaruhi orang lain untuk mengubah sikap dan pendapatnya mengenai
sesuatu.
Menurut Suranto (2011:19) “tujuan komunikasi interpersonal adalah (1)
untuk mengungkapkan perhatian kepada orang lain, (2) untuk menemukan
diri sendiri, (3) untuk menemukan dunia luar, (4) untuk membangun dan
memelihara hubungan yang harmonis, (5) untuk mempengaruhi sikap dan
tingkah laku, (6) untuk hiburan, (7) untuk menghilangkan kerugian, (8)
untuk memberikan bantuan”.
Pertama, untuk mengungkapkan perhatian kepada orang lain. Tujuan
yang paling sederhana individu melakukan komunikasi interpersonal adalah untuk
menunjukkan kepeduliannya pada orang lain. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kesan dingin, tertutup atau sombong dari orang lain yang terlihat saat
berkomunikasi dengan cara menanyakan kabar pada lawan bicara, selain itu juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

ditunjukkan melalui berbagai perilaku nonverbal misalnya, melambaikan tangan,


cara menyapa, tersenyum, dan membungkukkan badan.

Kedua, untuk menemukan diri sendiri. Individu yang terlibat dalam


komunikasi interpersonal dengan orang lain, akan terjadi pertukaran pesan yang
mengandung banyak informasi sebagai pembelajaran untuk mengenal diri sendiri
maupun orang lain. Melalui komunikasi interpersonal individu memiliki
kesempatan untuk mengungkapkan hal-hal mengenai dirinya dan membiarkan
orang lain untuk memberikan penilaian. Penilaian tersebut merupakan informasi
yang berharga untuk mengenal jati diri.
Ketiga, untuk menemukan dunia luar. Komunikasi interpersonal
dilakukan untuk mengenal dunia luar yaitu mengetahui segala kegiatan dan
peristiwa yang terjadi yaitu melalui pengetahun dan informai yang diberikan
orang lain. Misalnya, saat berkomunikasi dengan saudara jauh kita akan
memperoleh gambaran atau peristiwa yang sedang terjadi di lingkungan tempat
tinggal saudara, contoh lain saat berkomunikasi dengan pedagang di pasar, kita
akan tahu kondisi yang ada di pasar seperti kenaikan bahan makanan,
keterlambatan pengiriman barang dagangan dikarenakan naiknya bahan bakar.
Informasi-informasi aktual tersebut secara tidak langsung membuat kita
mengetahui peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi.
Keempat, untuk membangun dan memelihara hubungan yang hamonis.
Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berinteraksi dengan orang lain untuk
memenuhi kebutuhannya. Maka, individu melakukan komunikasi interpersonal
untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang harmonis dengan orang lain.
Hal ini berkaitan dengan tujuan pertama komunikasi interpersonal yaitu dengan
menunjukkan perhatian dan kepeduliannya pada orang lain akan selalu tercipta
hubungan yang harmonis. Hubungan yang harmonis menimbulkan kenyamanan
pada diri individu sehingga individu akan bebas dalam melakukan kegiatan
sehari-hari.
Kelima, untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku. Tujuan utama
individu melakukan komunikasi interpersonal adalah untuk mempengaruhi orang
commit to user
lain. Melalui pesan yang di sampaikan individu berharap komunikan melakukan
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

sesuatu hal yang diinginkan. Perubahan sikap dan tingkah laku komunikan juga
akan menunjukkan bahwa komunikan dapat menerima dan memahami isi pesan
dengan baik. Pada dasarnya komunikasi adalah kegiatan berbagi pengalaman.
Setiap pengalaman memiliki makna pada kehidupan manusia yang bisa membawa
pengaruh pada orang lain terhadap perubahan sikap dan tingkah laku.
Keenam, untuk mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu.
Terkadang individu melakukan komunikasi interpersonal untuk memperoleh
hiburan yaitu dengan membicarakan hal-hal yang disenangi, misalnya
membicarakan hobi, kenangan yang menyenangkan di masa lalu, maupun hal-hal
lucu yang membuat tertawa. Kegiatan ini sering dilakukan individu untuk
memperoleh suasana yang rileks, nyaman, dan menyenangkan sehingga
melupakan masalah-masalah berat yang sedang dihadapinya.
Ketujuh, untuk menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi. Dalam
komunikasi interpersonal pasti pernah terjadi miss communication atau
kesalahpahaman dalam komunikasi. Hal ini disebabkan oleh kesalahan dalam
menginterpretasi pesan atau menerjemahkan pesan. Kesalahpahaman tersebut
hanya bisa diselesaikan juga dengan komunikasi dengan pendekatan secara
langsung yaitu meluruskan hal-hal yang tidak sesuai. Jika, kesalahpahaman
tersebut dibiarkan maka bisa membawa dampak yang buruk bahkan merugikan.
Tujuan yang terakhir, yaitu kedelapan adalah untuk memberi bantuan.
Tujuan ini pada umumnya dapat terlihat pada kegiatan konseling. Konseling
merupakan usaha untuk membantu individu dalam memecahkan masalah yang
dihadapi klien. Ahli-ahli konseling melakukan komunikasi interpersonal untuk
memberikan bantuan. Komunikan dalam proses konseling adalah klien yang
memiliki masalah yang disebut konseli. Melalui komunikasi interpersonal
konselor mengungkap permasalah dan mengarahkan konseli untuk menemukan
pemecahan masalahnya. Selain dalam proses konseling tujuan ini juga terlihat
pada individu yang sedang mengungkapkan isi hatinya (curhat) misalnya yang
dilakukan remaja dengan teman sebayanya, remaja dengan orang tuanya maupaun
proses konsultasi antara siswa dengan guru dan bawahan dengan atasan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

Jadi, komunikasi interpersonal selain untuk menyampaikan pesan juga


bertujuan untuk menunjukkan perhatian kepada orang lain, menunjukkan identitas
diri, mengenali dunia luar, menciptakan hubungan yang harmonis, mempengaruhi
perilaku, memenuhi kebutuhan diri termasuk menciptakan kesenangan dan
sebagai perantara untuk memberikan bantuan.

f. Keefektifan Komunikasi Interpersonal


Komunikasi interpersonal dikatakan efektif jika individu yang
berkomunikasi dapat memiliki kesamaan makna mengenai isi komunikasi yang
disampaikan, dan komunikasi dapat berlanjut. Riyono Pratikto (1987:27)
menyebutkan komunikasi akan efektif jika tujuan untuk mengubah pendapat,
sikap, dan perilaku dapat tercapai. Sedangkan menurut Stewart Tubbs dan Sylvia
Moss (1996) komunikasi interpersonal yang efektif ditandai dengan berhasilnya
komunikator menyampaikan pesan pada komunikan. Hal ini ditandai oleh
komunikan yang menerima pesan yang disampaikan dan dapat memberikan
umpan balik yang sesuai dengan isi pesan.
Komunikasi yang tidak efektif menjadikan tujuan awal berkomunikasi
tidak dapat tercapai karena informasi atau gagasan yang disampaikan tidak
diterima dengan baik oleh komunikan. Stewart Tubbs dan Sylvia Moss
menguraikan 5 ukuran keberhasilan dari komunikasi interpersonal yaitu
pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan
tindakan.
Ukuran keberhasilan komunikasi interpersonal dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1) Pemahaman
Penerimaan yang cermat atas inti rangsangan dari pengiriman pesan
merupakan pemahaman terhadap komunikasi yang menandakan bahwa
komunikasi efektif. Hal ini akan memacu komunikan atau penerima pesan untuk
segera memberikan umpan balik yang sesuai.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

2) Kesenangan
Komunikasi dilakukan tidak hanya untuk menyampaikan tujuan tertentu
tetapi juga untuk menciptakan kesenangan dan suasana yang nyaman bagi orang
yang diajak komunikasi. Hal ini dapat diartikan komunikasi berhasil jika lawan
bicaranya akan merasa terhibur dan senang. Tingkat kesenangan dalam
berkomunikasi berkaitan erat dengan perasaan orang yang saling berinteraksi.
3) Mempengaruhi sikap
Pada berbagai situasi kita berkomunikasi untuk mempengaruhi sikap
orang lain dan berusaha agar orang lain memahami yang kita sampaikan. Hal ini
menjadi ukuran yang lebih terlihat daripada hanya memahami pesan. Komunikan
tidak hanya memahami pesannya saja tetapi juga dapat bersikap sesuai dengan
petunjuk yang diberikan oleh komunikator. Hal ini mengandung arti bahwa
komunikasi bersifat persuasif yaitu memiliki kemampuan untuk memberikan
pengaruh.
4) Memperbaiki Hubungan
Individu berkomunikasi untuk menciptakan hubungan dengan individu
lain dan untuk memenuhi kebutuhan sosialnya. Kebutuhan sosial meliputi
kebutuhan untuk menumbuh dan mengembangkan hubungan yang memuaskan
dengan orang lain dalam interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan
kekuasaan (control) dan cinta serta kasih sayang (affection) (Schutz, dalam
Jalaludin Rakhmat, 2001:14). Kebutuhan sosial ini dapat terpenuhi melalui
komunikasi interpersonal yang efektif.
5) Tindakan
Tindakan merupakan penentu utama bagi keberhasilan komunikasi
karena komunikan terpengaruh pada pesan yang sudah dipahaminya serta
mewujudkannya dalam tindakan yang nyata. Namun, mendorong orang lain untuk
melakukan hal yang kita inginkan adalah tujuan yang paling sulit dicapai dalam
bekomunikasi. Tindakan dari penerima pesan dapat diwujudkan jika komunikator
dapat memudahkan pemahaman mengenai hal yang diinginkan, meyakinkan
dengan tujuan yang masuk akal, dan mempertahankan hubungan yang harmonis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

Jadi, keberhasilan komunikasi interpersonal ditandai dengan adanya


berbagai efek yang ditimbulkan setelah proses tersebut berlangsung. Hal ini juga
diungkapkan Effendy (2004) bahwa komunikasi yang efektif adalah komunikasi
yang menimbulakan efek sesuai dengan tujuannya. Efek dijelaskan oleh Riyono
Pratikto (1987:27) sebagai bentuk perubahan yang timbul pada diri komunikan
dikarenakan kegiatan komunikasi yang dilakukan.
Mulyaningtyas dan Hardiyanto (2006) menunjukkan beberapa efek
komunikasi yaitu efek kognitif, afektif dan dan konatif. Efek-efek ini dapat
dijelaskan sebagai berikut. (1) Efek Kognitif. Pikiran, nalar atau rasio merupakan
sasaran pada efek kognitif ini. Komunikasi dalam hal ini dapat membuat
seseorang pada awalny tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa. (2) Efek
Afekif. Efek afektif adalah efek yang melibatkan perasaan. Efek ini membuat
individu yang berkomunikasi memiliki perubahan terhadap perasaannya, misalnya
semula merasa senang karena pesan yang dikomuikasikan orang lain menjadi
sedih. (3) Efek Konatif. Efek yang menyebabkan terjadinya suatu tindakan atau
perilaku. Efek konatif membuat individu melakukan hal yang diinginkan dari
hasil komunikasi, misalnya siswa yang semula malas belajar setelah diberikan
pengarahan menjadi rajin.
Ketiga efek tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain. Efek konatif
yang mengarah pada perilaku dapat terjadi jika efek kognitif dan efek afektif
dapat tercapai. Riyono Pratikto (1987:28) mengungkapkan komunikasi
interpersonal yang efektif dapat tercapai dengan syarat-syarat berikut:
1) Menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan.
2) Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti.
3) Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat di
pihak komunikan.
4) Pesan dapat menggugah kepentingan di pihak komunikan yang dapat
menguntungkannya.
5) Pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan atau reward di pihak
komunikan.

J.S Bois (dalam Riyono Pratikto,1987:48) mengemukakan butir-butir


persyaratan komunikasi efektif yaitu (a) menerima orang lain apa adanya, (b)
commit
mengundang orang lain untuk dapat to user
mengekspresikan perasaannya, tujuannya,
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

nilai-nilainya, ketakutan-ketakutannya, keraguannya, informasinya, dan


penafsirannya dengan bebas dan yang berhubungan dengan fokus situasi, (c)
mengekspresikan perkataan melalu sikap/tingkah laku untuk memperjelas maksud
dari perkataan, (d) menjaga hubungan perasaan, (e) pandangan orang lain yang
bertentangan dengan pandangan diri sendiri tidak dinilai secara kritis, (f)
memandang keseluruhan proses sebagai bentuk kerjasama tidak hanya tertuju
pada tujuan yang akan dicapai, (g) membiarkan masing-masing mengukur
keberhasilan dari pengalamannya.

2. Bimbingan Teman Sebaya


a. Pengertian Bimbingan Teman Sebaya
Remaja dalam perkembangannya dipengaruhi oleh lingkungan sosial.
Salah satu lingkungan sosial yang memberikan pengaruh yang besar adalah
kelompok teman sebaya. Teman sebaya digambarkan oleh Sucipto (2009:8)
sebagai individu-individu yang saling memiliki kemiripan atau memiliki rentang
usia yang sama atau tidak berbeda jauh. Jadi, sekumpulan individu-individu
dengan usia yang hampir sama dan memiliki kesamaan membentuk suatu
kelompok teman sebaya.
Remaja yang sedang berada pada masa transisi banyak mengalami
masalah karena kebingungan terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya dan
tekanan-tekanan yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya. Hal ini membuat
remaja membutuhkan seseorang untuk berbagi. Tempat berbagi yang dipilih
remaja pada umumnya adalah teman sebayanya. Remaja berbagi pengalaman dan
menceritakan segala masalahnya dengan teman-temannya. Hal ini terjadi karena
remaja merasa bahwa teman sebayanya lebih mampu memahami mereka daripada
guru dan orang tua. Remaja di dalam kelompok sebayanya lebih nyaman karena
merasa memiliki nasib yang sama sehingga memiliki keterikatan yang kuat.
Menurut Cowie & Wallace (dalam Ewintri, 2012) remaja membutuhkan
perhatian dan rasa nyaman ketika menghadapi masalah dan orang yang mau
mendengarkan dengan penuh simpati, serius, memberikan kesempatan untuk
commit to user
berbagi kesulitan dan perasaan-perasaan. Adanya pengaruh-pengaruh tersebut
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

peran teman sebaya dapat dioptimalkan untuk membantu remaja dalam


menyelesaikan masalah-masalahnya melalui bimbingan teman sebaya.
Bimbingan teman sebaya adalah pelayanan bimbingan yang diberikan
oleh siswa terhadap siswa lainnya dalam mengentaskan permasalahannya. Jadi,
yang berperan sebagai pembimbing atau konselor adalah remaja sedangkan
individu yang memiliki masalah atau konseli adalah remaja sebayanya (teman).
Menurut Carr, (dalam Suwarjo, 2008:5) mengatakan bahwa teman sebaya
merupakan salah satu cara siswa belajar untuk memperhatikan, dan membantu
siswa lain serta menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan
pendapat di atas teman sebaya merupakan salah satu sarana maupun fasilitas
belajar.
Menurut Carter (2000) mengartikan bimbingan teman sebaya sebagai
suatu ragam tingkah laku membantu yang dilakukan oleh individu nonprofesional.
Meskipun non-profesional siswa dalam memberikan bantuan teman sebaya berada
di bawah arahan konselor/guru BK. “Dalam model konseling teman sebaya,
terdapat hubungan triadik antara konselor ahli, konselor sebaya dan konseli”,
(Suwarjo, 2008:8). Konselor sebaya yang terlatih memungkinkan terjadinya
kontak yang spontan dan informal memiliki banyak peranan salah satunya sebagai
jembatan penghubung antara guru BK dengan siswa bermasalah. Sedangkan
dalam Panduan Pendidikan Sebaya Indonesia Youth Partnership (dalam Sunarti,
2008) Pembimbing Sebaya (PS) atau Peer Education (PE) merupakan suatu
kegiatan remaja yang memiliki motivasi dan terlatih dengan baik melakukan
aktivitas bersifat informal namun terorganisasi bersama teman sebaya dalam
waktu tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, keyakinan
dan ketrampilan serta belajar bertanggung jawab.
Bagi kehidupan remaja teman sebaya memiliki peranan yang penting.
Remaja banyak menghabiskan waktu bersama teman sebayanya daripada dengan
orang tuanya. Sehingga terjalin hubungan yang erat antara remaja dan teman
sebayanya. Tindall & Gray (dalam Widodo, 2012) menjelaskan mengenai
konseling sebaya yaitu pemberian layanan bantuan yang dilakukan oleh teman
sebayanya agar dapat membantu commit to user
teman-temannya yang bermasalah atau
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

mengalami hambatan dalam perkembangannya secara individu maupun kelompok


dengan diberikan pelatihan terlebih dahulu sebelum menjadi konselor sebaya.
Siswa yang menjadi pembimbing berfungsi sebagai mentor atau tutor yang
membantu siswa lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik
akademik maupun non-akademik. Di samping itu dia juga berfungsi sebagai
mediator yang membantu konselor dengan cara memberikan informasi tentang
kondisi, perkembangan, atau masalah siswa yang perlu mendapat layanan bantuan
bimbingan atau konseling.
Widodo (2012) juga menyebutkan bahwa peer counseling sebagai
pemberian bantuan interpersonal yang dilakukan oleh orang-orang non-
profesional kepada teman sebayanya. Proses bantuan interpersonal dilakukan
secara tatap muka dan diharapkan terjadi dialog yang mendalam melalui
komunikasi secara terbuka yang dilandasi hubungan yang saling percaya. Hal
tersebut sangat penting agar klien merasa nyaman dalam berhubungan dengan
konselor sehingga memudahkan ketercapaian tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat diperoleh pengertian bahwa
bimbingan teman sebaya merupakan suatu bantuan yang dilakukan oleh siswa
yang sudah mendapatkan pengarahan dan bimbingan kepada siswa lain yang
memerlukan bantuan untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.

b. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Teman Sebaya


Pada umumnya bimbingan teman sebaya dilakukan untuk membantu
klien dalam mengatasi masalah-masalahnya. Secara rinci Suharmawan (2012)
menjelaskan tujuan bimbingan teman sebaya sebagai salah satu cara untuk
membantu konselor dalam menangani siswa bermasalah, membantu siswa yang
sulit terbuka dengan konselor mengenai masalahnya, membantu konselor dalam
menuntaskan program layanan bimbingan dan konseling bagi setiap siswa. Sesuai
kemampuannya konselor sebaya tidak dituntut untuk dapat membantu
menyelesaikan masalah secara tuntas tetapi diharapkan mampu menjadi sahabat
dan pendengar yang baik bagi teman sebayanya dan mampu menangkap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

ungkapan-ungkapan ekspresi verbal maupun nonverbal yang ditunjukkan oleh


klien serta berempati.
Hal-hal yang mendasari perlunya konseling sebaya dilakukan menurut
Carr (dalam Busri Endang, 2009:6) adalah (1) siswa yang bersedia berkonsultasi
dengan guru BK hanya sedikit, mereka lebih sering mengandalkan teman-
temannya dalam berbagi masalah dan mempertimbangkan suatu keputusan. (2)
Ketrampilan-ketrampilan dalam pemberian bantuan dapat dilakukan oleh orang
awam termasuk siswa SMP dengan diberi pelatihan-pelatihan. (3) Di kalangan
remaja, hubungan pertemanan menjadi perhatian penting dan merupakan sumber
terbesar dalam terpenuhannya kebutuhan rasa senang juga sumber frustasi. Hal ini
menciptakan kondisi yang saling membantu antara siswa dengan cara unik yang
tak tidak terduga oleh orang tua dan pendidik. (4) Penggunaan siswa untuk
membantu siswa lainnya muncul dari penekanan pada usaha preventif. (5) Orang
tua kurang memahami kebutuhan-kebutuhan remaja sehingga mereka mencari
teman yang memiliki perasaan sama. (6) Kunci pada masa remaja adalah
kemandirian tetapi, kadang para orang tua dan pendidik kurang memahami adanya
perubahan-perubahan yang terjadi dalam kelompok sebaya. (7) Berdasarkan
penelitian-penelitian penggunaan konseling teman sebaya dapat memperbaiki
prestasi dan harga diri siswa. (8) Adanya peningkatan kemampuan untuk dapat
membantu diri sendiri dan kelompok sebayanya. (9) Permasalahan remaja tidak
semua terjangkau dengan adanya layanan bantuan secara formal. Adanya alasan-
alasan tersebut menjadikan konseling teman sebaya penting dalam penerapan
kehidupan remaja.
Pembimbing Sebaya diharapkan mampu berperan menjadi fasilitator,
motivator, dan educator untuk sebayanya (Sunarti, 2008). Oleh karena itu
pembimbing sebaya diharapkan memiliki fungsi sebagai (1) model positif yang
dapat dicontoh oleh teman sebayanya, (2) pemimpin bagi teman sebayanya untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan positif di lingkungannya, (3) sumber informasi
bagi teman sebayanya mengenai segala hal, (4) selain menjadi teman, juga dapat
menjadi tempat curhat (dalam batas kemampuannya) dan memberi solusi yang
sesuai dengan kebutuhan remajacommit
yangto bermasalah,
user (5) teman/mitra dalam
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

berkarya di lingkungannya, (6) pembimbing sebaya yang mampu melakukan


penjangkauan atau pendekatan pada teman-teman yang bermasalah dan
memberikan informasi agar terhindar dan keluar dari permasalahan yang
dihadapinya, (7) pelaku yang mengontrol perilaku dirinya dan teman sebayanya.

c. Peranan Bimbingan Teman Sebaya


Bimbingan teman sebaya dapat membantu siswa lain dalam
meningkatkan kebermaknaan program bimbingan di sekolah. Menurut Djoni
Aminudin, (2012) tugas-tugas yang dimiliki pembimbing sebaya sebagai berikut
(1) membantu konselor sekolah dalam melakukan bimbingan, dalam hal ini
pembimbing sebaya berperan sebagai mentor yang membantu siswa lain dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun non-akademik
serta sebagai mediasi dalam memberikan informasi tentang kondisi,
perkembangan, atau masalah siswa kepada guru BK. (2) Menjadi pendengar yang
peka terhadap ungkapan perasaan teman sebaya dan memberikan dorongan emosi
dalam keadaan kritis. Dengan usia yang hampir sama, seharusnya pembimbing
sebaya mampu memotivasi kliennya karena lebih memahami hal-hal yang
dirasakan klien. (3) Mendekati teman-teman sebaya, mengenal, dan
memahaminya untuk mengetahui siswa yang bermasalah. Hal pertama yang perlu
dilakukan adalah mengenal dan memahami karakter maupun kondisi teman
sebaya sehingga pembimbing sebaya dapat membantu siswa yang bermasalah. (4)
Membantu siswa menghadapi masalah dan menyelesaikannya melalui kegiatan
bimbingan, dan (5) melatih berbagai keterampilan seperti keterampilan
berkomunikasi, keterampilan memecahkan masalah dan memberikan bimbingan
kepada teman sebayanya.

3. Bimbingan Teman Sebaya Sebagai Upaya Meningkatkan Komunikasi


Interpersonal Siswa
Teman sebaya merupakan seseorang yang memiliki pengaruh kuat pada
kehidupan remaja dan perkembangannya. Remaja merasa orang dewasa tidak
commit
dapat memahami mereka sehingga to user (2004:388) mengatakan bahwa
Santrock,
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

keadaan ini menjadikan remaja sebagai suatu kelompok ekslusif dengan


menganggap hanya sesama merekalah yang dapat saling memahami. Dalam
kehidupan remaja, interaksi dan saling mempengaruhi di antara remaja sangat
intensif, sehingga berbagai sikap dan tingkah laku (baik positif maupun negatif)
dapat dengan mudah menyebar. Selain itu juga menjadikan alasan bagi mereka
untuk saling meniru baik sikap, cara bicara sampai pada cara berpakaian.
Berdasarkan perkembangannya remaja juga mengalami fase negatif.
Pertama kalinya anak sadar akan kesepian yang tidak pernah dialaminya pada
masa-masa sebelumnya. Kesepian di dalam penderitaan tersebut, tampaknya tidak
ada orang yang dapat mengerti atau memahami dan menerangkannya. Reaksi
terhadap gangguan akan ketenangan dan keamanan jiwanya merupakan bentuk
protes terhadap hal yang dirasakannya. Langkah selanjutnya adalah kebutuhan
akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang dapat
turut merasakan suka dan dukanya. Disini mulai tumbuh dorongan untuk mencari
pedoman hidup, mencari suatu yang dapat dipandang bernilai, pantas dijunjung
tinggi, dipuja-puja.
Selain hal-hal tersebut remaja memiliki ciri-ciri yang khas (Mighwar,
2006:68) yaitu (1) emosi tidak stabil, hal ini dikarenakan pada masa remaja
perasaan sangat sensitif atau peka sehingga emosinya mudah naik turun. (2)
Lebih menonjolnya sikap dan moral. Remaja seringkali menunjukkan tingkah
lakunya dihadapan orang lain, salah satu alasannya adalah agar keberadaannya
diakui. (3) Kemampuan mental dan kecerdasan mulai sempurna. Kemampuan
berpikir remaja mulai sempurna sehingga dapat mengambil keputusan sendiri dan
menerima informasi abstrak. Hal ini ditunjukkan dari penolakan remaja terhadap
hal-hal yang tidak masuk akal, dan tidak mau dipaksakan untuk menerima
pendapat begitu saja. (4) Bingung terhadap status. Hal ini dikarenakan perlakuan
orang tua atau orang dewasa lainnya terhadap remaja berganti-ganti yaitu orang
dewasa belum mempercayakan tanggung jawab kepada remaja karena masih
dianggap sebagai anak-anak, sedangkan orang dewasa selalu menegur remaja agar
tidak berbuat hal-hal yang tidak baik karena mereka dianggap bukan anak-anak
lagi. (5) Banyak menghadapi commit to user
masalah. Emosi remaja yang tidak stabil
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

menyebabkan hal-hal yang bermasalah, di samping itu terjadinya penurunan peran


orang tua dalam membantu remaja mengatasi masalah dan (6) masa yang kritis.
Terjadinya masalah-masalah membuat remaja berada dalam situasi kritis. Mereka
harus bisa menangani setiapa masalah dan keluar dari situasi kritis ini.
Pada situasi tersebut remaja sering membicarakan berbagai masalah
mereka dengan teman sebayanya dibanding dengan orang tua atau gurunya.
Permasalahan yang perlu dijadikan pengawasan adalah kondisi perkembangan
remaja. Pola pikir yang radikal, emosi yang masih labil, rasa ingin tahu yang
begitu besar kadang-kadang menjadikan remaja mudah berbalik arah. Hubungan
yang terjalin antara remaja dan teman sebayanya akan mendorong terjadinya
komunikasi interpersonal, sehingga melalui bimbingan teman sebaya memberi
kemudahan kepada siswa untuk meningkatkan komunikasi interpersonal.

4. Tinjauan Tentang Siswa Sekolah Menengah Pertama


a. Pengertian Siswa Usia SMP
Mubin dan Ani Cahyadi (2006:60) membagi manusia ke dalam beberapa
periode yaitu (1) masa intra-uterin dan masa bayi, (2) masa anak kecil, (3) masa
anak sekolah, (4) masa remaja, dan (5) masa dewasa. Berdasarkan periode
tersebut siswa usia SMP tergolong dalam masa remaja. Pada masa remaja
terjadinya perubahan dalam periode kehidupan manusia karena adanya
pertumbuhan dan perkembangan. Batasan usia maupun peranan remaja seringkali
tidak terlalu jelas. Sehingga hal ini seringkali membingungkan para remaja dalam
menempatkan dirinya. Pada masa ini remaja banyak sekali mengalami perubahan
baik secara fisik, psikis, maupun sosial. Pendapat tersebut ditunjukkan oleh Al-
Mighwar (2006) yang mengatakan bahwa remaja merupakan individu yang
berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan, sosial, dan
emosional. Hal ini menunjukkan bahwa remaja mengalami berbagai pertumbuhan
setahap demi setahap dari setiap fase bukan terjadi secara tiba-tiba. Oleh karena
itu masa remaja merupakan masa yang sangat menentukan terhadap kehidupan
dan perkembangan selanjutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 mengenai Kesejahteraan


Anak, menjelaskan bahwa remaja adalah seseorang yang belum mencapai usia 21
tahun dan belum menikah. Hurlock (dalam Al-Mighwar, 2006:61) menyebutkan
usia remaja dimulai dari umur 13 tahun sampai 21 tahun yang dibagi dalam
remaja awal antara 13-17 tahun dan remaja akhir 17-21 tahun. Perubahan yang
banyak dialami oleh remaja sering menimbulkan kebingungan, kecemasan, dan
ketakutan. Sehingga remaja harus mendapatkan bimbingan dan arahan yang tepat.
Masa remaja memiliki periode yang berpengaruh pada kehidupannya. Al-
Mighwar (2006:63) menggambarkan masa remaja sebagai (1) masa penting,
periode remaja menjadi lebih penting dari periode-periode lainnya karena adanya
akibat yang langsung terhadap sikap dan tingkah laku berpengaruh untuk jangka
panjang. (2) Masa transisi. Transisi merupakan tahap peralihan dari anak-anak
menuju dewasa. Peristiwa yang terjadi pada masa ini akan membekas dan
mempengaruhi pola tingkah laku yang akan datang. (3) Masa perubahan. Remaja
mengalami beberapa perubahan seperti contohnya perubahan emosi yang terjadi
lebih cepat, perubahan fisik, perubahan minat dan peran dalam kelompok sosial,
perubahan nilai-nilai yang dianut terhadap pola tingkah laku, dan adanya sikap
ambivalen terhadap setiap perubahan yang terjadi. Remaja menuntut kebebasan
tetapi takut untuk bertanggung jawab terhadap resikonya. (4) Masa bermasalah.
Tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi
sedangkan remaja belum siap untuk menerimanya akan memunculkan masalah-
masalah yang haris dihadapi. Remaja belum terbiasa mengatasi masalahnya
sendiri karena pada masa anak-anak masalahnya di selesaikan oleh orang tua dan
gurunya sedangkan pada masa ini menolak meminta bantuan kepada orang tua
dan dewasa lainnya. Hal ini menimbulkan kebingungan pada remaja. (5) Masa
pencarian identitas. Pada remaja mulai timbul ketidakpuasan terhadap kesamaan
dengan kekompok sebayanya. Hal ini mendorong untuk mulai mencari identitas
mengenai dirinya sendiri yang bisa menjelaskan siapa dirinya, apa peranan yang
bisa dia lakukan dalam masyarakat. Mereka mulai menunjukkan bisa menjadi
individu yang dibutuhkan dari orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa dirinya
commit
memiliki peranan yang penting. (6) Masatomunculnya
user ketakutan. Ada banyaknya
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

perubahan yang terjadi pada dirinya, menimbulkan kekhawatiran pada diri remaja.
Persepsi orang dewasa yang buruk terhadap remaja mengakibatkan sering
munculnya konflik yang terjadi antara remaja dan orang dewasa. (7) Masa yang
tidak realistik. Remaja memandang kehidupan sesuai dengan apa yang
diinginkannya bukan sebagaimana adanya sehingga seringkali mengalami
kekecewaan karena sesuatu yang tidak sesuai dengan harapannya. (8) Masa
menuju dewasa. Saat akan mencapai kematangan remaja merasa khawatir karena
akan meninggalkan masa-masa remaja yang sangat menyenangkan dan
mengalami kebingungan mempersiapkan diri memasuki kedewasaan.

b. Tahap-tahap Perkembangan Remaja


Masa remaja merupakan masa penyempurnaan dari perkembangan pada
tahap-tahap sebelumnya. Menurut Petro Blos (dalam Sarlito Wirawan, 2004:24)
perkembangan merupakan usaha penyesuaian diri (copying) agar dapat mengatasi
tekanan-tekanan yang dialami dan mencari pemecahan dari setiap
permasalahannya. Berdasarkan pendapat diatas perkembangan remaja dalam roses
penyesuaian diri dibagi menjadi 3 tahap yaitu remaja awal, remaja madya dan
remaja akhir. Hal ini diuraikan sebagai berikut :
1) Remaja awal (early adolescence)
Pada tahap ini remaja masih kebingungan terhadap perubahan yang terjadi
pada dirinya sehingga mendorong mereka untuk mengembangkan pikiran-
pikiran baru. Ciri-ciri pada tahap ini yaitu merasa lebih dekat dengan teman
sebaya, merasa ingin bebas, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya
dan mulai berpikir yang abstrak (berkhayal).
2) Remaja madya (middle adolescence)
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman untuk mendapatkan
pengakuan diri dan mereka memiliki kecenderungan “narcistik” yaitu sifat
yang mencintai dirinya sendiri dan orang lain yang sama seperti dirinya. Sikap
yang tampak pada tahapan ini adalah munculnya keinginan untuk mencari
identitas diri, berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis dan timbul
perasaan cinta yang mendalam.commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

3) Remaja akhir (late adolescence)


Tahap ini merupakan tahap menuju dewasa dengan pencapaian 5 hal yaitu:
minat yang semakin matang, terbentuknya identitas seksual, egosentrisme
terganti dengan sikap adil antara kepentingan diri sendiri dan orang lain,
berusaha bersatu dengan orang lain dan pengalaman-pengalaman baru, adanya
pemisah antara diri pribadi dengan masyarakat sosial. Selain itu juga ingin
menampakkan pengungkapan kebebasan diri, lebih selektif dalam memilih
teman sebaya, dan memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap
dirinya.
Remaja mengalami berbagai perkembangan atau perubahan dalam
dirinya yaitu perkembangan fisik, kognitif, dan emosi Murtaqi (2012) dan
Hurlock (2012:213) menambahkan adanya perubahan sosial pada perkembangan
yang dialami oleh remaja. Pertama, perkembangan fisik di mulai pada masa pra
remaja dan terjadi cepat pada masa remaja awal yang akan makin sempurna pada
masa remaja pertengahan dan remaja akhir. Perkembangan seksualitas remaja
ditandai dengan adanya cir-ciri seks primer dan sekunder. Hal ini menimbulkan
adanya dorongan-dorongan seksual terhadap lawan jenis. Perkembangan fisik
merupakan dasar dari perkembangan aspek-aspek lain.
Kedua, Perkembangan kognitif yaitu potensi kualitas penalaran dan
berfikir (reasoning dan thinking) remaja berkembang secara maksimum. Remaja
mulai bisa memikirkan alasan-alasan yang memungkinkan terjadinya suatu hal
dan mulai memahami hal yang baik dan buruk. Remaja secara mental telah dapat
berpikir logis tentang gagasan yang abstrak, mampu memunculkan kemampuan
nalar secara ilmiah, dan membuat perencanaan serta mengeksplorasi berbagai
kemungkinan untuk mencapainya.
Ketiga, perkembangan emosi. Emosi merupakan salah satu aspek
psikologis yang berperan penting dalam kehidupan manusia pada umumnya, dan
hubungan antarindividu pada khususnya. Remaja dianggap berada dalam periode
“badai dan tekanan” yaitu masa dengan ditandai adanya peningkatan ketegangan
emosi dikarenakan perubahan fisik yang terjadi. Ekspresi meningkatnya emosi ini
commit
dapat berupa sikap binggung, emosi to user
meledak-ledak, mudah tersinggung, dan tidak
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

bergairah. Di samping kondisi emosi yang meningkat, juga dijumpai beberapa


emosi yang menonjol pada remaja termasuk khawatir, cemas, jengkel, frustasi,
cemburu, iri, rasa ingin tahu, dan merindu puja. Remaja yang sudah mencapai
kematangan emosi ditunjukkan kemampuannya dalam mengungkapkan emosi
secara tepat yaitu tidak meledakkan emosinya di hadapan orang lain. Hal ini dapat
dilakukan dengan berkembangnya kemampuan kognitif untuk menilai situasi
secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi.
Keempat, perubahan sosial. Seiring pertambahan usia, lingkungan sosial
remaja berkembang luas. Remaja banyak menghabiskan waktu di luar rumah
yaitu bersama dengan teman-temannya daripada dengan keluarga. Lingkungan
teman sebaya merupakan suatu kelompok baru dengan ciri, norma, kebiasaan
yang berbeda dengan lingkungan keluarga. Hal ini harus diikuti dengan adanya
penyesuaian diri dan menuntut remaja untuk dapat menjalin interaksi dengan baik.
Oleh karena itu, pengaruh kelompok-kelompok sebaya sangat kuat terhadap
perkembangan sosial remaja.
Horrocks dan Benimof (dalam Hurlock, 2012:214) menegaskan bahwa
kelompok sebaya terdiri dari anggota-anggota dari teman-temannya yang saling
menerima dan memiliki ketergantungan satu sama lain. Sikap pembicaraan, minat,
penampilan dan tingkah laku merupakan pengaruh kelompok sebaya yang diikuti
oleh remaja. Selain itu melalui kelompok sebaya remaja bisa melakukan
sosialisasi dengan nilai-nilai yang mudah diterima karena ditetapkan oleh teman
seusianya.
Remaja bergabung dengan teman sebayanya karena kebutuhan akan rasa
bebas dari orang dewasa dan perasaan dekat antar sesama anggotanya. Menurut
Syamsu Yusuf (2002:59) aspek kepribadian remaja yang berkembang secara
menonjol dalam pengalamannya bergaul dengan teman sebaya adalah Social
Cognition dan Konformitas. Social cognition merupakan kemampuan untuk
memahami orang lain dengan kemampuan berpikir tentang pikiran, perasaan,
motif dan tingkah laku dirinya maupun orang lain. Remaja memahami orang lain
sebagai pribadi yang unik dengan karakter yang berbeda-beda. Hal ini
commithubungan
memungkinkan mereka untuk menjalin to user sosial yang baik dengan teman
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

sebayanya. Sedangkan konformitas merupakan keinginan untuk menjadi sama


atau mengikuti pendapat, nilai-nilai, kebiasaan, hobi dari teman sebaya. Hal ini
akan membawa dampak pada remaja sesuai dengan teman yang diikuti baik atau
buruk.
David W. Johnson (dalam Syamsu Yusuf, 2002:59) mengatakan
konformitas kepada norma kelompok dapat terwujud jika (a) norma dinyatakan
dengan jelas, (b) individu di bawah pengawasan kelompok, (c) adanya sanksi
yang kuat dalam kelompok, (d) sifat kohesif yang tinggi pada kelompok, (e)
kemungkinan terjadinya penyimpangan kelompok sangat kecil. Jadi, konformitas
tidak dapat terjadi begitu saja, hal tersebut dapat terjadi jika sesuai dengan syarat-
syarat yang ada. Peranan kelompok sebaya pada remaja yaitu memberikan
kesempatan untuk belajar berinteraksi dengan orang lain, mengontrol tingkah
laku, mengembangkan ketrampilan dan minat yang sesuai, dan saling berbagi
pengalaman. Selain itu, suasana yang hangat dan bersahabat dalam kelompok
sebaya membantu remaja memperoleh pemahaman mengenai (a) konsep diri,
masalah dan tujuan yang lebih jelas, (b) perasaan, (c) rasa optimis mengenai masa
depan, dan (d) memahami identitas diri.

c. Perkembangan Remaja
Setiap periode dalam kehidupan, manusia memiliki tugas-tugas yang
harus dicapai yaitu tugas perkembangan. Tugas perkembangan adalah tugas-tugas
yang harus dilakukan dalam setiap periode perkembangan manusi untuk mencapai
keberhasilan. Havighurst (dalam Syamsu Yusuf, 2002:65) menjelaskan tugas
perkembangan sebagai berikut:
A developmental task is a task which arises at or about a certain period
in the life of the individual, successful achievement of which leads to his
happiness and to success with later task, while failure leads to
unhappiness in the individual, disaproval by society, and difficulty with
later task.
Pengertian tersebut mengungkapkan bahwa tugas perkembangan adalah tugas
yang muncul pada periode tertentu dalam kehidupan indvidu, keberhasilan dalam
pencapaian tugas perkembangancommit to user
tersebut akan menciptakan kebahagiaan dan
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

dapat mencapai keberhasilan pada tugas berikutnya, sedangkan jika mengalami


kegagalan akan membawa ketidakbahagiaan dan penolakan masyarakat dan
kesulitan melanjutkan tugas selanjutnya. Jadi setiap individu diharapkan bisa
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang muncul dari tiap-tiap periode.
Syamsu Yusuf (2002:66) menyebutkan faktor-faktor yang memunculkan tugas-
tugas perkembangan adalah kematangan fisik individu, tuntutan masyarakat,
tuntutan dari dorongan cita-cita individu, dan tuntutan norma agama.
Menurut Havighurst (dalam Sarlito Wirawan, 2004:40) salah satu tugas
perkembangan pada remaja adalah untuk mencapai hubungan sosial yang matang
dengan teman sebaya. Hal ini dapat ditandai dengan adanya kerjasama yang baik
dengan orang lain, dapat menahan dan mengendalikan perasaan-persaan pribadi,
memiliki penyesuaian sosial yang baik dan memahami dan dapat melakukan
keterampilan sosial dalam bergaul dengan teman sebayanya. Selain itu remaja
juga dituntut untuk mamapu menjalankan peranan sosialnya sebaga pria atau
wanita. Pencapaian dalam tugas ini jika individu dapat menerima kodratnya
sebagai pria atau wanita dan bersikap dengan layak.

B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan diatas maka dapat disusun
suatu kerangka pemikiran bahwa bimbingan teman sebaya merupakan salah satu
layanan yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa
SMP.
Komunikasi interpersonal merupakan suatu kemampuan yang perlu
dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai makhluk sosial komunikasi
menjadi sesuatu yang sangat vital yaitu digunakan dalam melakukan interaksi
dengan orang lain. Namun, pada kenyataannya siswa belum mampu melakukan
komunikasi interpersonal dengan baik. Hal ini dikhawatirkan membuat siswa
tidak dapat melewati periode perkembangannya dengan baik atau siswa dapat
terjerumus di dalam pergaulan yang salah. Guru pembimbing dapat membantu
siswa untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal dengan
commit toyang
menggunakan suatu layanan bimbingan user sesuai dengan karakteristik dan
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

kebutuhan siswa. Bimbingan teman sebaya merupakan salah satu layanan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal
siswa. Layanan ini digunakan dengan menyesuaikan kebutuhan dan karakteristik
siswa. Siswa yang dimaksud disini adalah remaja yang memiliki minat
berinteraksi dengan teman sebaya lebih besar daripada dengan orang dewasa.
Teman sebaya diyakini memiliki peranan penting bagi remaja. Salah satu
peranan penting tersebut adalah dapat membawa pengaruh bagi remaja, selain itu
mereka banyak menghabiskan waktu untuk bersama-sama. Oleh karena itu,
layanan bimbingan teman sebaya dapat dilaksanakan sebagai metode untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Bimbingan teman
sebaya diharapakan dapat membawa pengaruh yang positif kepada siswa sehingga
siswa dapat melakukan komunikasi interpersonal secara efektif.

Selanjutnya kerangka pemikiran ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Kemampuan
Komunikasi
Interpersonal Baik

Pelaksanaan
Bimbingan Teman
Sebaya
Siswa Kelas
VIII SMP

Modul Bimbingan
Teman Sebaya

Kemampuan
Komunikasi
Interpersonal
kurang

commit to user
Gambar. 2.1 Kerangka Pemikiran
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas suatu permasalahan.


Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Modul bimbingan teman sebaya layak untuk meningkatkan komunikasi


interpersonal siswa kelas VIII SMP Negeri I Nguter Sukoharjo Tahun
Pelajaran 2013/2014.
2. Bimbingan Teman Sebaya Efektif Untuk Meningkatkan Komunikasi
Interpersonal Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Nguter Sukoharjo Tahun
Pelajaran 2013/2014.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai