Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi dalam istilah lain disebut juga communication, sedangkan

dari bahasa latin komunikasi diartikan sebagai communes yang berarti adalah

kesamaan. Kesamaan tersebut merujuk kepada kesamaan makna. Pada hakikatnya

komunikasi adalah usaha untuk mencapai kesamaan makna dari orang-orang yang

terlibat di dalam suatu komunikasi tertentu.

Manusia berkomunikasi dalam kesehariannya dengan sebuah tujuan

utama, yaitu untuk menyatakan dukungan atas identitas dirinya, hal ini digunakan

untuk membangun kontak sosial dengan masyarakat di sekitarnya sehingga

mereka dapat membujuk orang lain untuk berpikir sesuai yang mereka mau,

bahkan bertindak seperti yang diinginkan, Thomas (2010). Hal itu merujuk pada

komunikasi adalah suatu hal yang memang dilakukan untuk mencapai tujuan

tertentu, terutama dalam hal yang kita inginkan. Berkomunikasi tidak hanya

berpengaruh bagi orang lain, namun juga bagi kita sendiri, seperti kita bisa

bertemu dengan semua orang dari berbagai tempat dengan karakteristik, ras,

budaya, dan lain-lainnya yang berbeda.

Definisi komunikasi menrut beberapa ahli itu sendiri salah satunya

adalah yang mengartikan bahwa komunikasi merupakan suatu tindakan oleh satu

orang atau ebih yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh

gangguan yang

1
terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada

kesempatan untuk melakukan umpan balik, (DeVito, 2007).

Ilmu komunikasi sebagi ilmu pengetahuan sosial yang bersifat

multidisipliner, tidak bisa menghindari perspektif dari beberapa ahli yang tertarik

pada kajian komunikasi, sehingga definisi dan pengertian komunikasi menjadi

semakin banyak dan beragam. Masing-masing mempunyai penekanan arti,

cakupan, konteks yang berbeda satu sama lain, tetapi pada dasarnya saling

melengkapi dan menyempurnakan makna komunikasi sejalan dengan

perkembangan ilmu komunikasi.

2.1.1 Komunikasi Sebagai Proses

Dengan komunikasi kita mengenal sebuah proses yang

menggambarkan siapa yang sedang mengatakan apa dengan cara bagaimana,

dan kepada siapa dikatakan sehingga efek apa yang akan ditimbulkan darinya,

rujukan dari Laswell dalam (Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna,

2011). Oleh karena itu komunikasi menjadi sebuah rangkaian, sebuah proses

dalam pengalihan atau pembagian informasi dari satu orang kepada orang lain

yang ditujukan dengan maksud tertentu. Dalam prosesnya sendiri nantinya

akan termasuk orang yang menggunakan fitur tanda alami dan tanda universal

berupa simbol baik verbal maupun non-verbal. Dengan disadari atau tidak,

nantinya simbol ini akan bertujuan untuk memberikan pengaruh kepada orang

lain, pengaruh ini akan berdampak pada perubahan sikap orang tersebut. Proses

penyampaian maksud dari satu sumber kepada penerima, serangkaian kegiatan,

atau langkah yang memfasilitasi penyampaian tujuan tersebut.

2
2.1.2 Komunikasi Sebagai Dialog

Sebenarnya, dalam kehidupan setiap hari hendaknya kita akan

senantiasa dihadapkan dengan berbagai macam fenomena komunikasi

dikarenakan menurut Craig, komunikasi sendiri pada dasarnya tidak pernah

bisa disatukan. Teori-teori komunikasi akan selalu merefleksikan berbagai

macam gagasan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu kita

selamanya akan selalu berhadapan dengan berbagai macam fenomena

komunikasi. Craig menguraikan ada setidaknya tujuh pemikiran dalam teori-

teori komunikasi, yaitu retorika, semiotika, fenomenologi, sibernetika,

sosiopsikologi, sosiokultural dan kritikal.

Dalam tradisi fenomenologi pada dasarnya adalah untuk membagikan

atensi pada pengalaman individu, sehingga komunikasi yang dilihat bagaikan

pertukaran pengalaman individu lewat suatu diskusi. Dalam tradisi ini, wacana

yang timbul mencakup istilah-istilah semacam experience, self, dialogue,

genuine, supportiveness serta openness. Sebutan tersebut ialah pendekatan

teoritika kala menegaskan kebutuhan, kehendak kontak, penghormatan,

pengakuan terdapatnya perbandingan serta landasan bersama. Tempat dari

konsep komunikasi ini, dialog disebut sebagai pengalaman dari ‘otherness’,

atau ketiadaan atau kegagalan untuk menopang relasi menuasia yang otentik.

2.1.3 Bentuk Komunikasi

1. Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi intrapersonal pada dasarnya merupakan proses

komunikasi dengan diri sendiri. Hal ini menyangkut proses di saat

3
internalisasi, sering dijelaskan dengan proses ketika seseorang

melakukan proses persepsi, yaitu proses ketika seseorang

menginterpretasikan dan memberikan makna pada stimulus atau objek

yang diterima panca inderanya. Adapun fungsi dari komunikai

intrapersonal yaitu :

a. Untuk mengembangkan kreatifitas dan imajinasi, untuk

memahami dan mengendalikan diri sendiri, serta meningkatkan

kematangan berpikir sebelum mengambil keputusan.

b. Komunikasi ini akan membantu seseoran atau individu agar

tetap sadar akan kejadian di sekitarnya.

2. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi

merupakan kegiatan komunikasi dilakukan satu orang sebagai pengirim

pesan dan orang lain sebagai penerimanaya dengan kegiatan

komunikasi yang lebih bersifat pribadi dan sampai pada hasil

komunikasi pada tingkatan psikologis yang memandang pribadi sebagai

sesuatu yang unik. Komunikasi ini dilakukan oleh dua oran atau lebih

dan terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Dapat

berlangsung dengan berhadapan muka atau melalui media komunikasi

tertentu.

Penafsiran komunikasi di sini merujuk kepada proses

pengolahan serta pembuatan data lewat sistem syaraf otak manusia,

sehubungan dengan terdapatnya stimulus yang ditangkap lewat panca

indra. Proses berpikir dalam proses mengolah serta menguasai

sesuatu simbol,

4
kemudian melaksanakan respon atas stimulus yang adalah pasien,

merupakan bagian dari komunikasi yang terjalin dari dalam diri manusia.

Komunikasi interpersonal bersifat dua arah, yaitu komunikator

dan komunikan yang saling bertukar fungsi. Dalam proses komunikasi

interpersonal kemampuan komunikator diperlukan untuk

mengekspresikan diri pada peranan orang lain. Hal yang dapat dilihat

secara nyata dalam sebuah fenomena komunikasi interpersonal adalah

seperti ketika seseorang membujuk orang lain dengan

mengkomunikasikan ide atau suatu produk kepada orang lain tersebut.

Lalu komunikasi itu akan menekankan kepada perkembangan

keterampilan antar pribadi mereka dalam kegiatan mempersuasi atau

mempengaruhi.

Komunikasi interpersonal dimulai dengan diri sendiri. Berbagai

persepsi komunikasi yangmenyangkut pengamatan dan pemahaman

berangkat dari diri sendiri. Komunikasi ini bersifat transaksional, hal ini

mengacu pada tindakan pihak-pihak yang berkomunikasi secara

serempak mengirim dan menerima pesan. Dalam komunikasi

interpersonal mencakup isi pesan dan hubungan yang bersifat pribadi.

Maksudnya komunikasi interpersonal tidak hanya sekedar berkenaan

denga nisi pesan, tapi juga menyangkut siapa partner kita dalam

berkomunikasi.

5
2.2 Komunikasi Interpersonal

Sebenarnya di antara manusia yang sedang bersosialisasi dan

bergaul antara satu sama lain, sebenarnya mereka sedang saling membagikan

informasi, gagasan atau ide, dan sikap mereka, (Schramm, 1977). Dalam

komunikasi interpersonal sendiri suatu kelompok orang yang mempunyai

kegiatan bertukar pesan secara aktif dengan efek dan umpan balik secara

langsung. Melalui komunikasi pribadi, kita berinteraksi dengan orang lain,

mengenal mereka dan diri kita sendiri, dan mengungkapkan diri sendiri

kepada orang lain melalui komunikasi antar pribadi kita membina,

memelihara, kadang-kadang merusak, hubungan pribadi kita dengan kenalan

baru, kawan lama, kekasih, atau anggota keluarga (DeVito, 2007).

Melalui komunikasi interpersonal, setiap individu dengan

individu lainnya akan saling memperkenalkan diri dan merepresentasikan diri

kepada orang lain yang mereka temui. Konsep komunikasi interpersonal

sendiri adalah kegiatan berkomunikasi antara dua individu yang mencakup

hamper semua aspek formal, informal, bahkan basa-basi, percakapan sehari-

hari yang kita lakukan sejak pagi ketika bangun sampai malam ketika

kembali tertidur. Kegiatan komunikasi diharapkan berjalan secara informatif,

mencakup hubungan antar individu yang erat. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam menjalankan komunikasi yang informatif :

1. Setiap manusia dipastikan selalu memiliki hubungan yang unik. Hal ini

bisa berlaku kepada sebagian besar orang atau hanya pada beberapa

kelompok tertentu saja.

6
2. Komunikasi interpersonal merupakan proses komunikasi yang

mempunyai aspek spesifik seperti memiliki bahasa khusus atau kosa kata

tertentu, dalam kasus tertentu bahkan memiliki bahasa tubuh (komunikasi

non-verbal) yang khusus untuk beberapa individu yang berasal dari latar

belakang tempat dan budaya yang berbeda.

3. Hubungan dalam komunikasi interpersonal berjalan dengan hidup dan

dinamis. Hubungan ini akan selalu berkembang walaupun pelakunya

menghentikan kegiatan secara artifisial untuk membahas hal tertenu,

komunikasi ini tidak selalu berjalan secara statis (Cangara, 2007).

Pentingnya komunikasi yang informatif pada manusia dan terjadi

sesamanya sangat mempengaruhi manuasia itu sendiri. Manusia tergantung

terhadap manusia lainnya karena manusia juga berusaha mempengaruhi

melalui pengertian yang mereka berikan, berbagi informasi, dan motivasi

serta semangat. Semuanya membentuk pengetahuan, menguatkan perasaan,

dan meneguhkan perilaku manusia. Untuk mempermudah dalam mempelajari

dan menganalisis komunikasi persuasif.

2.3 Komunikasi Persuasive

Istilah ‘persuasi’ sendiri berasal dari bahasa latin, Persuason yang

secara harfiah berarti membujuk, mengajak, dan juga meyakinkan. Dalam

proses komunikasi persuasi menurut Kenneth E. Andersen sendiri dibutuhkan

sebuah proses interpersonal yang melibatkan seorang komunikator dalam

mencari dan akhirnya menggunakan simbol untuk mempengaruhi kesadaran

7
penerima informasi (receiver), demikian nantinya receiver ini akan dengan

suka rela mengubah sikapnya sesuai dengan apa yang komunikator inginkan

dan sampaikan, (Effendy, 2003).

Dalam pembahasan yang diutarakan Edwin P. Bettinghause yang juga

terdapat dalam buku milik (Effendy, 2003) sifat persuasi sendiri seharusnya

memiliki satu upaya yang harus dilakukan oleh seseorang secara sadar dalam

menyapaikan pesannya, sehingga hal ini akan bisa mengubah perilaku

seseorang atau tidak menutup kemungkinan, sekelompok orang lain.

Komunikasi persuasi sendiri harus dicoba dengan memakai metode yang

halus serta manusiawi sehingga receiver bisa menerima serta melakukan

dengan suka rela, cocok dengan pesan-pesan yang diinformasikan. Demi

berhasilnya komunikasi persuasi butuh dilaksanakan proses komunikasi

secara sistematis.

Dalam komunikasi persuasive bisa dilihat proses persuasi sendiri

dapat terdiri dari dua aspek yang dibagi menjadi bagian penting.

a. Aspek Realitas Sosial

Komunikasi persiasif dapat membentuk hubungan yang baru, membantu

dalam memahami berbagai asalah yang kemungkinan dihadapi oleh

setiap orang dalam setiap lapisan masyarakat berdasarkan situasi dan

tempat. Menemukan satu hal dengan cara baru, dan menolong dalam

mencegah berbagai macam masalah dan kesulitan.

b. Aspek Sikap

Adalah proses komunikasi dalam mempengaruhi sikap, pendapat, dan

perilaku orang lain baik secara verbal atau non-verbal. Proses ini terjadi

pada setiap fenomena yang menunjukka satu perubahan secara terus

8
menerus dalam kurun waktu tertentu. Ada dua hal yang berkaitan

dengan proses ini, yaitu masalah dinamika pada objek dan masalah pada

bahasa yang digunakan (Cangara, 2007).

Dalam hubungannya, komunikasi persiasif dilakukan oleh seseorang

kepada orang lain sebagai lawan bicaranya dalam situasi kerja atau dalam

satu organisasi dengan tujuan untuk membangun kemauan dalam beekrja

dengan semangat kerja yang produktif dalam perasaan hati yang puas pula

(Effendy, 2003). Satu hubungan ini manusiawi karena adanya hubungan

tersebut dalam interaksi sosial, ada proses saling mempengaruhi dan usaha

saling mengubah sikap atau tingkah laku untuk kemudian akhirnya masing-

masing dapat saling merasakan kepuasan pada dirinya. Hal ini dapat terjadi

dalam hampir semua aspek kehidupan sosial dan bisa terjadi kapan pun

(Praktito, 2005).

Dalam berbagai pengertian tersebut dapat dihubungkan bahwa

hubungan yang manusiawi merupakan suatu hubungan yang unik.

Komunikasi terapeutik membawa peranan penting dalam memecahkan

masalah yang dihadapi seseorang yaitu dalam penyembuhan pasien.

Komunikasi harus melalui proses terapeutik untuk menghasilkan efek dari

terapeutik tersebut. Oleh karena itu peran komunikasi terapeutik menjadi

penting dalam dunia kesehatan karena faktor yang dapat menentukan

kesembuhan tidak hanya dari obat saja, melainkan dari proses konseling dan

terapi yang diberikan oleh tenaga kesehatan.

9
2.4 Komunikasi Kesehatan

Komunikasi merupakan disposisi rangsangan stimulus dalam wujud

ataupun lambing bahasa ataupun simbol gerak yang bukan merupakan verbal.

Komunikasi selalu mempunyai tujuan untuk memudahkan dan melancarkan

proses atau kegiatan tertentu pada setiap orang, tujuannya adalah untuk

mencapai hal yang diinginkan secara optimal, hal ini berlaku baik dalam

komunikasi di lingkup pekerjaan sendiri maupun dalam hubungan antar

manusia secara keseluruhan.

Komunikasi kesehatan merupakan sesuatu strategi dalam pemakaian

komunikasi buat memberitahukan data seerta pengetahuan tentang kesehatan

yang bisa menimbulkan pengaruh pada orang supaya mereka bisa membuat

keputusan terpaut dengan pengelolaan kesehatan. Komunikasi kesehatan

mencangkup pemanfaatan jasa komunikasi buat mengantarkan pesan serta

pengaruhi proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan upaya

kenaikan serta pengelolaan kesehatan orang ataupun komunitas warga.

Komunikasi kesehatan pula mencangkup aktivitas memberitahukan

data menimpa kesehatan kepada warga supaya tercapai sikap hidup sehat,

menghasilkan pemahaman, mengganti perilaku, serta membagikan motivasi

menimpa kesehatan.

Dalam dunia kesehatan, komunikasi sesungguhnya merupakan sesuatu

yang dicoba di bidang kesehataan untuk memicu tercapainya kondisi sehat

secara utuh, baik raga, mental ataupun sosial. Kegiatan komunikasi dalam

kesehatan berlangsung secara verbal, non-verbal, lisan, tulisan dan sebagainya.

10
Dapat dikatakan bahwa komunikasi kesehatan merupakan suatu bentuk aplikasi

dari konsep dan teori komunikasi dalam transaksi yang berlangsung antar

individu atau kelompok terhadap suatu isu kesehatan.

Komunikasi kesehatan memiliki relasi yang kuat dengan usaha

manusia dalam menjaga kesehatannya, baik di tingkat individu, kelompok,

organisasi, maupun pemerintah. Dalam sebuah konteks, komunikasi dapat

menjadi mekanis utama bagi para professional media dalam bekerja sama

dalam satu kesatuan tim. Contohnya dokter, bidan, perawat, mantri, ahli

farmasi, terapis, dan lain sebagainya dalam mencapai tujuan pengobatan.

2.4.1 Komunikasi Interpersonal Dalam Konteks Kesehatan

Manusia merupakan makhluk sosial dan juga individual, di

mana manusia sangat membutuhkan hubungan dengan orang lain dan

lingkungan di mana dia berada. Lingkungan itu sendiri mempengaruhi

individu dalam mengembangkan sesuatu yang dia butuhkan.

Dalam tempat layanan kesehatan, terdapat berbagai macam

manusia yaitu pasien, keluarga pasien, dokter, perawat dan petugas

lainnya yang mendukung adanya kegiatan pelayanan kesehatan.

Hubungan antara petugas kesehatan dengan pasien merupakan

hubungan untuk mencapai tujuan kesehatan dan juga hubungan dalam

berkomunikasi. Hubungan kesehatan merupakan hubungan dalam

pelayanan kesehatan yang maksimal untuk mempercepat kesembuhan

pasien, sedangkan hubungan komunikasi merupakan hubungan dalam

hal upaya mendapatkan umpan balik antara tenaga kesehatan dan

pasien agar terjalin hubungan yang harmonis.

11
Dalam bidang kesehatan itu sendiri, komunikasi antara individu

dituntut untuk aktif antara komunikator serta komunikan buat

menciptakan sesuatu feedback dengan tujuan buat melayani, memantau

serta menolong penderita, bukan bagaikan bertukar pesan. Komunikasi

interpersonal dalam kesehatan pula ialah penyampaian asumsi yang

sudah dioleh oleh tiap-tiap orang. Berikut bentuk komunikasi

interpersonal diaplikasikan pada dunia kesehatan :

1. Menciptakan lingkungan yang penuh dengan kepercayaan diri dan

kesempatan untuk mandiri.

2. Mengembangkan pola komunikasi yang positif.

3. Menyediakan beberapa pilihan alternatif penyembuhan yang akan

dipilih sendiri oleh pasien sesuai dengan kemampuannya.

4. Membuat pasien mengembangkan perasaan ‘mampu’.

5. Menekankan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan pasien

demi kesehatannya.

Dalam praktiknya, komunikasi interpersonal dipergunakan

dalam teknik tertentu yang berfokus pada penyembuhan secara

psikologis yaitu teknik dalam memberikan terapi. Teknik ini

merupakan teknik komunikasi terapeutik di mana fokusnya adalah

memberikan pengobatan dengan cara terapi.

12
2.5 Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik tercantum ke dalam komunikasi interpersonal

dengan titik tolak silih membagikan pengetahuan serta penafsiran antara bidan

dengan penderita, perkara mendasar serta inti komunikasi ini adalah saling

membutuhkannya antara perawat serta penderita, sehingga dikategorikan ke

dalam komunikasi antar individu di antara bidan dan pasien, bidan menolong

serta penderita menerima dorongan, (Suryani, 2005).

Untuk memperoleh pengalaman belajar bersama dan berusaha untuk

membantu memperbaiki kondisi emosional pasien, bidan dan perawat

membutuhkan teknik terapeutik yang mana teknik tersebut termasuk ke dalam

komunikasi interpersonal, (Stuart, 2016). Dalam keterampilan perawat dan

bidan untuk dapat membantu pasien atau kliennya dalam menghadapi kendala

psikologis dan emosional akibat stress tersebut, teknik terapeutik adalah

bagaimana bidan atau perawat tersebut menguasai cara berhubungan dengan

orang alain dengan baik, (Northouse, 1998).

Komunikasi sosial bukanlah merupakan komunikasi terapeutik,

terapeutik sama sekali berbeda dengan komunikasi sosial karena dalam

terapeutik hanya ada tujuan searah, yaitu terapi. Komunikasi terapeutik sendiri

dilaksanakan dan dilakukan secara sadar dengan tujuan membantu memulihkan

pasien demi kesembuhan mereka, dalam prosesnya terapeutik dituntut untuk

menjaga hubungan baik dengan lingkungannya, dalam hal ini adalah

lingkungan kesehatan yang mencakup bidan atau perawat dengan pasien atau

kliennya.

13
Komunikasi terapeutik sangat berarti buat menggapai tujuan asuhan

yang lebih efisien, sebab bidan hendaknya akan lebiih gampang menjalankan

ikatan silih yakin dengan pasien. Kala bidan tidak memakai ikatan yang bisa

membagikan dampak dari terapeutik yang kesimpulannya memesatkan

kesembuhan pasien, namun dapat pula dengan ikatan sosial biasa.

Komunikasi terapeutik merupakan bentuk keterampilan dasar untuk

melakukan wawancara dan penyuluhan dalam artian wawancara digunakan

pada saat petugas kesehatan melakukan pengkajian memberi penyuluhan

kesehatan dan perencanaan perawatan, (Purwanto, 2007). Dalam (Liliweri,

Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya, 2007), terapeutik dapat juga

menyangkut persahabatan yang kegiatannya saling berbagi pengalaman dari

masing-masing pihak, dan mereka bisa saling mengisi kekurangan atau

kelebihan satu sama lain. Dapat membantu secara psikologis dan menciptakan

ikatan emosional yang kuat di antara keduanya. Secara psikologis komunikasi

yang bersifat terapeutik akan membuat pasien tidak terlalu gelisah dan akan

lebih tenang.

2.5.1 Manfaat Komunikasi Terapeutik

Dengan tenaga kesehatan memiliki keahlian dalam berbicara dan

menyampaikan pesan teurapeutik, akan memudahkan mereka menjalin ikatan

dengan pasien. Kepuasan dan memiliki keyakinan yang sama antara bidan dan

pasien menjadi sebuah tujuan utama asuhan tenaga kesehatan yang telah

diterapkan. Adapaun manfaat dari komunikasi teurapeutik adalah:

1. Mendesak dan menyarankan adanya kerjasama antara bidan dengan

pasien melalui hubungan bidan pasien.

14
2. Mengenali, menguak perasaan, serta mengkaji permasalahan dan

mengevaluasi aksi yang dicoba oleh bidan.

Dari manfaat komunikasi tersebut dapat disimpulkan bahwa

komunikasi terapeutik sangat diwajibkan bagi tenaga kesehatan untuk dimiliki

demi menjalin suatu hubungan dan membangun sebuah pemahaman dan

pengetahuan mengenai komunikasi terapeutik, khususnya mengenai asuhan

kebidanan dalam melayani pasien.

2.4.3 Proses Komunikasi Terapeutik

Dalam proses komunikasi teurapeutik dibagi menjadi empat fase yaitu

fase prainteraksi, fase orientasi, fase kerja, fase terminasi. Berikut

penjabarannya:

1. Fase Pra-Interaksi

Fase pra-interaksi ialah fase yang diawali saat sebelum

berhubungan dengan pasien. Pada fase ini bidan berupaya

mencari informasi data dari pasien, mengidentidikasi adanya

kesalahan serta kelebihan yang ada pada pasien termasuk keluhan

yang diutarakan pasien. Sehabis memperoleh data tersebut bidan

mulai membuat strategi buat berjumpa dengan pasien. Pada fase

ini ada dua faktor yang butuh buat dipelajari serta dipersiapkan

ialah faktor yang ada pada diri bidan sendiri serta faktor dari

pasien. Hingga ada pula hal-hal yang bisa dipelajari dari diri

bidan sendiri ialah :

a) Informasi yang dipunya dan terkait dengan dunia kesehatan,

penyakit, dan pasien.

15
b) Kecemasan dan kekalutan diri

c) Analisis kekuatan diri

d) Waktu pertemuan baik saat pertemuan maupun lama

pertemuan Ada pula sikap pasien yang tertutup dan malu-malu

dalam mengutarakan penyakitnya dan serta ada pula pasien yang

terbuka dengan penyakitnya. Kenaikan rasa yakin terhadap diri

sendiri sert rasa optimis untuk sembuh akan menunjang

kesembuhan pasien juga. Ada pula metode komunikasi yang

dapat digunakan untuk memperkenalkan pasien terhadap keadaan

realita yang sebelumnya sudah pernah dicoba, tujuannya untuk

memperkenalkan ataupun menampilkan kepada pasien aksi yang

sudah dicoba dengan

harapan sikap pasien yang lebih destruktif.

2. Fase Orientasi

Fase ini adalah fase di mana kontak pertama dengan

pasien dilakukan. Tujuannya ialah guna memverifikasi akuratnya

data dari pasien dan informasi yang didapatkan meliputi keluhan,

kekurangan, atau sakit yang diderita pasien, membuat kontrak

pertemuan dan kerja dengan pasien (membagikan data yang

menimpa permasalahan yang dapat terhalin dikala kehamilan serta

menerangkan penindakan apa yang sekiranya dibutuhkan buat

mengatasinya), serta memberikan evaluasi atas kerja atau proses

konsultasi. Dalam mengawali ikatannya, tugas terpenting bidan

merupakan membangun rasa keyakinan yang memicu penerimaan

atas penafsiran pasien, komunikasi yang terbuka serta formulasi

16
kontak

17
dengan pasien. Seperti berikut inilah merupakan hal yang ada

dalam kontrak dengan pasien :

Nama Individu (perawat dan


pasien) Peran perawat dengan
pasien Tanggung jawab perawat
dan pasien Tujuan berhubungan
Tempat bertemu
Waktu bertemu
Situasi saat
hiatus Rahasia

Gambar 2 : Eelemen Kontrak Perawat-Klien

Sumber : Stuart dan Sundeen (2016)

3. Fase Kerja

Fase kerja ialah bagian utama dalam ikatan antara tenaga

kesehatan serta pasien. Ikatan tersebut terpaut dengan penerapan

rencana aksi kebidanan yang dilakukan secara cocok dengan

tujuan yang dikehendaki untuk dicapai. Pada bagian ini

diharapkan dari pihak bidan ataupun pasien akan berupaya untuk

berkolaborasi. Dalam bagian ini bidan akan membutuhkan active

listening, dengan lewat active listening bidan menolong pasien

buat membongkar permasalahan yang dialami serta membagikan

jalan keluar pemecahan masalah untuk menanggulaninya, serta

mengevaluasi pemecahan masalah tersebut jika dirasa pasien

masih dalam keadaan belum baik atau mengalami permasalahan

yang sama.

18
4. Fase Terminasi

Pada fase inilah semua proses komunikasi terapeutik akan

berakhir. Pada fase ini pula hal utama pada fase terapeutik

terbentuk, sebab ikatan saling mempercayai secara maksimal telah

terbuka serta terletak dalam tingkatan yang maksimal. (Stuart,

2016) berkata kalau tahap terminasi ini dipecan menjadi dua akan

menjadi terminasi sementara dan akhir. Fase sementara merupakan

tempat di mana bidan nantinya akan bertemu kembali dengan

pasiennya di suatu waktu lain, sedangkan fase akhir adalah

merupakan benar- benar situasi di mana semuanya proses

pemeriksaan ataupun kontrol setiap bulan berakhir karena pasien

sudah benar-benar dinyatakan sembuh atau tidak ada masalah

apapun yang menjadi alasan untuknya kembali. Biasanya setelah

melalui fase terminasi ini, bidan dan pasien melakukan penjanjian

yang dilakukan agar pasien dan bidan bisa saling mempersiapkan

dirinya masing-masing untuk kelanjutan konsultasi.

2.6 Proses Terapeutik Dalam Komunikasi Interpersonal

Proses komunikasi teurapeutik pada dasarnya tidak jauh berbeda

dengan prosesi belajar mengajar. Oleh sebab itu proses dalam penelitian ini

diterapkan dengan proses komunikasi teurapeutik. Di mana seorang tenaga

kesehatan (bidan) menjadi seorang komunikator. Komunikasi teurapeutik

merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh tenaga kesehatan (bidan).

Bidan harus mampu menjalin hubungan dengan pasien dan membantu dalam

19
memenuhi perilaku yang sehat melalui komunikasi teurapeutik. Kompetensi

seorang bidan tergantung pada kemampuannya dalam mengirimkan pesan

yang bermakna.

Proses terapeutik yang dilalui bidan sebagai proses perawatan ibu

hamil adalah tindakan yang direncanakan dan dilakukan dengan kesadaran

penuh bertujuan untuk membantu proses interaksi mereaka. Dalam

mengamati keterkaitan anatara bidan dan ibu hamil dibutuhkan evaluasi ulang

sehingga akan ditemukan teknik dan keterampilan yang pas dan bertahap.

Seperti di bawah ini contoh proses komunikasi teurapeutik dalam menangani

pasien:

Tabel 1 : Tugas Tenaga Kesehatan dalam Proses Komunikasi Teurapeutik

untuk Menangani Pasien

Fase Tugas

Pra- Interaksi 1. Penjelajahan terhadap apa yang dirasakan dan

ditakutkan.

2. Eksplorasi kelemahan dan yang ditakutkan.

3. Mencari informasi awal pasien jika mungkin.

4. Merencanakan pertemuan lanjutan.

Orientasi 1. Penentuan alasan utama pertolongan yang

dibutuhkan.

2. Membangun hubungan penuh kepercayaan.

3. Membuat perjanjian kontrak dengan pasien.

4. Menganalisis tingkah laku dari klien.

5. Memutuskan masalah utama yang dialami pasien.

20
6. Membuat tujuan yang melibatkan pasien bersama

medik.

Kerja 1. Mencari pemicu stress yang tepat.

2. Mendukung berekembangnya keadaan mental klien

dan pemakaian mekkanism koping yang

konstruktrif.

3. Atasi penolakan perilaku maladaptif.

Terminasi 1. Membuat situasi yang memungkinkan untuk

berpisah.

2. Diskusi mengenai terapi apa yang akan dilakukan

untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

3. Saling megerti satu sama lain dan mengerti jika ada

penolakan, sedih, marah, dan lainnya.

Sumber : Stuart dan Sundeen, 2016

2.7 Kehamilan

Kehamilan adalah hasil penyatuan antara sel sperma dan sel telur.

Wiknojosastro (2009), menjelaskan bahawa hamil merupakan proses yang

memperpapdukan sel sperma dengan ovum dan nantinya akan terjadi konsepssi

dan janin akan lahir dengan normal pada hari ke 280 atau minggu ke 40 dari

menstruasi terakhir (HPTP). Sedangkan Prawirohardjo (2005) menyatakan, ibu

hamil adalah seorang wanita yang mengandung dimulai dari konsepsi sampai

lahirnya janin. Masa kehamilan terbagi menjadi tiga trisemester yaitu :

21
1. Trisemester pertama berlangsung pada 12 minggu pertama

2. Trisemester kedua berlangsung mulai minggu ke 13 hingga minggu ke 27

atau selama 15 minggu

3. Trisemester ketiga berlangsung selama 13 minggu terhitung mulai minggu

ke 28 sampai dengan minggu ke 40

Ibu hamil wajib mengetahui cara untuk menjaga janin yang ada di

dalam kandungannya, dalam beberapa kasus pada ibu yang sedang hamil anak

pertama biasanya hal ini menjadi asing sehingga ibu hamil sangat

membutuhkan bantuan konseling dengan tenaga kesehatan yang mengerti dan

bertindak dalam bidang kehamilan, atau dalam kas ini adalah bidan. Konseling

tersebut disebut juga sebagai antenatal care (ANC). Menurut Depkes RI 2008,

antenatal care (ANC) kunjungan ibu hamil kepada tenaga kesehatan untuk

mendapatkan pelayanan ANC sesuai dengan standar yang ditetapkan adalah hal

yang lumrah terjadi dan malah disarankan secara wajib dilakukan secara rutin.

Kunjungan tersebut bukan berarti ibu hamil mengunjungai fasilitas kesehatan,

melainkan melakukan kontak dengan tenaga kesehatan yang melayani menurut

ANC yang sesuai dan standar setiap kunjungan ibu hamil.

2.7.1 Kasus Kehamilan

Saat dalam masa kehamilan, calon ibu akan mengalami beberapa

perubahan baik dari fisik maupun psikologisnya. Hal ini adalah hal yang wajar

mengingat perubahan status sesuai dengan perkembangan yang terjadi secara

alami. Namun, ketika masa transisi, akan terjadi gejolak yang akan dialami

oleh ibu hamil walaupun sifatnya hanya sementara. Selama proses kehamilan,

ibu mengalami banyak perubahan baik fisik maupun psikis. Secara fisik,

terjadi
22
perubahan ukuran dan bentuk tubuh. Sementara secara psikis, ibu sering

mengalami emosional yang sering memuncak, cemas, depresi, sedih atau

merasa terlalu bahagia.

Pada trisemester pertama, perubahan pada tingkah laku yang dialami

oleh ibu hamil akibat terganggunya psikologis sebenarnya bukanla semata-

mata adalah gangguan pada kejiawaan, namun hal itu merupakan hal lain dari

perubahan fisiologis ibu hamil. Sebab dari terjadinya karena adanya perubahan

secara fisik yang terjadi lamban sehingga ada kecenderungan ibu hamil pada

semester pertama ini tidak nyaman, biasanya perasaan yang timbul tidak

menentu dan ingin marah tanpa ada sebab.

Perubahan emosi selama kehamilan dan konflik perasaan timbul dari

penyesuaian terhadap kehamilan, konflik perasaan yang dirasakan berasal dari

usaha ibu hamil dalam mengatasi semua pertanyaan dan kekhawatiran yang

dialami ibu hamil itu sendiri. Dalam kasus tertentu, pengaruh psikologis ini

akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari, ibu hamil akan mendapatkan

kecemasan berlebih akibat perubahan fisik yang dialami selama masa

kehamilan dan juga masalah yang dialami sehari-hari. Kecemasan secara

berlebihan tersebut dapat menimbulkan bahaya kepada kandungan dan janin.

Kejadian seperti ini 15% terjadi pada kehamilan pertama saat trisemester

pertama. Kasus dalam kebidanan di bagi dalam dua kelompok besar :

1. Kasus Kehamilan Normal (Fisiologi)

Adalah suatu keadaan kehamilan satu bayi yang berlangsung dalam

rahim tanpa ada suatu gangguan atau penyakit apapun. Masa kehamilan

23
dimulai dari konsepsi dan diakhiri dengan kelahiran bayi dengan lama

kehamilan kurang lebih 40 minggu dihitung hari pertama haid terakhir.

Adapun kriteria dari kehamilan normal :

a. Keadaan umum baik

b. Tekakan darah <140/90 mmHg

c. Pertambahan berat badan sesuai Indek Masa Tubuh (IMT) ibu hamil

d. Edema hanya pada ektremitas

e. BJJ = 120-160 x/mnenit

f. Gerakan janin dapat dirasakan setelah usia 18-20 minggu hingga

melahirkan

g. Ukuran kandungan sesuai umur kehamilan

h. Tidak ada kelainan letak janin

i. Pemeriksaan fisik dan laboratorium dalam batas normal

j. Tidak ada riwayat kelainan obstetrik

2. Kasus Kebidanan Tidak Normal/Penyulit (Patologi)

Adalah penyulit atau gangguan yang menyertai ibu saat hamil

(Sujiyatini, 2009). Tanda bahaya kehamilan adalah tanda tanda yang

mengidentifikasi adanya bahaya yang dapat terjadi selama

kehamilan/periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak

teridentifikasi bisa menyebabkan kematian ibu dan janin (Pusdiknakes,

2003). Adapun macam patologi dalam kehamilan (Sujiati, 2009) :

a. Abortus

b. Mola hidatidosa (Hamil anggur)

c. Ketuban pecah dini

24
d. Persalinan preterm

e. Kehamila ektopik (diliar kandungan)

f. Solusio Plasenta

g. Kehamilan lewat waktu

h. Pre eklamsia dan Eklamsia

i. Plasenta previa

j. Kelainan letak janin

2.8 Komunikasi Terapeutik dalam Penanganan Kasus Kehamilan

Proses komunikasi teurapeutik pada dasarnya tidak jauh berbeda

dengan proses belajar mengajar. Oleh sebab itu proses dalam penelitian ini

diterapkan dengan proses komunikasi teurapeutik. Di mana seorang tenaga

kesehatan (bidan) menjadi seorang komunikator. Komunikasi teurapeutik

merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh tenaga kesehatan (bidan).

Bidan harus mampu menjalin hubungan dengan pasien dan membantu dalam

memenuhi perilaku yang sehat melalui komunikasi teurapeutik. Kompetensi

seorang bidan tergantung pada kemampuannya dalam mengirimkan pesan yang

bermakna.

2.9 Kerangka Berpikir

Dalam kehamilan, ibu hamil tidak hanya merasakan adanya perubahan

secara fisik, namun juga perubahan secara psikologis di mana kondisi mental ibu

hamil menjadi rentan dengan stress dan ketakutan akan banyak hal menghantui.

Hal ini juga tidak tergantung kepada sebarapa sering seorang ibu pernah
25
mengandung sebelumnya, pada setiap kehamilan gangguan psikologis dan

ketakutan akan selalu muncul. Selama sembilan bulan terbagi menjadi tiga

trisemester, dalam masing-masing trisemester pun akan berbeda.

Dalam masa kehamilannya, kondisi psikologis ibu hamil yang tidak

pasti ini sangat membutuhkan pendamping yang tidak hanya dapat

mendengarkan keluhannya saja, namun juga dapat memberikan motivasi dan

dukungan kepadanya untuk tetap menjadi positif dan berusaha menjaga

kandungannya sampai pada saat bersalin. Beberapa kasus di tiga desa di

Kecamatan Bandung, Kabupaten Tulungagung ini membutuhkan asuhan

kebidanan terpadu dan lengkap demi membina permasalahan pada ibu hamil

sehingga ibu hamil tersebut dapat benar-benar stabil.

Ketika memberikan pembinaan dan motivasi, bidan dituntut untuk

mempunyai kemampuan dalam memberikan terapi. Kemampuan ini dapat

dipelajari dan dipraktikkan dari komunikasi terapeutik di mana bidan harus

menjalankan suatu proses demi tercapainya tujuan untuk memberikan terapi

kepada ibu hamil sehingga pasien ibu hamil tersebut akan bisa bertahan sampai

dengan proses bersalin dan lahirnya bayi yang dikandungnya. Adapun dari

pemikiran di atas jika digambarkan pada suatu alur kerangka berpikir adalah

sebagai berikut :

26
Kasus Ibu Hamil

Komunikasi Interpersonal

Bidan Ibu Hamil

Motivasi dengan Komunikasi Terapeutik

Kehamilan yang sehat dan kondisi psikologis yang stabil dari ibu hamil.

27

Anda mungkin juga menyukai