Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan mempunyai peranan besar dalam meningkatkan derajat hidup masyarakat,
maka semua negara berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya.
Pelayanan kesehatan ini berarti setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
mengobati penyakit, serta memulihkan kesehatan perseorangan. Dalam proses pelayanan
kesehatan tersebut tentu banyak aspek yang harus diperhatikan, terutama kemampuan serta
kualitas pemberi layanan kesehatan secara teknis maupun sosiologis. Kedua aspek tersebut
memiliki pengaruh besar terhadap hasil penyembuhan pasien. Secara teknis tentu saja para
tenaga kesehatan telah mendapat pendikan secara formal sebelum memasuki dunia kerja,
namun yang menjadi sorotan disini adalah kemampuan sosiologisnya. Salah satu aspek yang
dominan secara sosiologis adalah komunikasi.
Komunikasi sendiri merupakan proses pengalihan informasi dari satu orang kepada
orang lain dengan maksud tertentu. Sedangkan komunikasi kesehatan berarti proses untuk
mengembangkan atau membagi pesan kesehatan kepada audiens tertentu atau pasien dengan
maksud mempengaruhi pengetahuan, sikap, serta keyakinan mereka terhadap dunia kesehatan
secara psikologis. Dalam menjalankan peran sebagai komunikator, seorang petugas kesehatan
perlu menyampaikan pesan secara jelas, lengkap dan sopan. Selain itu memahami kondisi serta
keadaan yang diinginkan pasien juga penting agar pesan kita dapat diterima oleh pasien.
Seorang petugas kesehatan yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan
pasiennya dapat mencapai beberapa tujuan tertentu. Menurut Ong, dkk (1995) yang dikutip
oleh Dianne Berry. (2007 : 28) mengemukakan bahwa ada 3 tujuan dalam komunikasi
kesehatan yaitu menciptakan hubungan intrapersonal yang baik, pertukaran informasi, dan
pengambilan keputusan medis. Menciptakan hubungan interpersonal yang baik (creating a
food intrapersonal) merupakan prasyarat penting bagi para petugas medis. Sejumlah penelitian
telah menunjukkan bahwa hubungan antara petugas kesehatan yang sukses akan berdampak
positif bagi pasien, seperti kepuasan pengetahuan dan pemahaman, kepatuhan terhadap
pengobatan dan hasil kesehatan yang terukur. Kualitas afektif dari hubungan petugas kesehatan
dengan pasien merupakan penentu utama dari kepuasan pasien dan kepatuhan terhadap

1
pengobatan, sehingga akan berpengaruh besar pada keberhasilan penyembuhan pasien. Karena
itulah, komunikasi interpersonal sangan penting keberadaannya bagi dunia kesehatan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja jenis komunikasi?
2. Mencakup apa saja komunikasi dalam kesehatan?
3. Bagaimanakah proses terjadinya komunikasi interpersonal dalam pelayanan
kesehatan?
4. Apa dampak yang akan terjadi dalam proses berkomunikasi interpersonal bagi tenaga
kesehatan ataupun pasien?

1.3. Tujuan
Beberapa rumusan masalah di atas bertujuan untuk mengetahui tentang jenis-jenis
komunikasi, ruang lingkup komunikasi kesehatan, proses terjadinya komunikasi interpersonal
terutama dalam hal ini pada bidang pelayanan kesehatan serta mengetahui dampak adanya
komunikasi yang dilakukan tenaga kesehatan dengan sesama tenaga kesehatan ataupun
terhadap pasien.

1.4. Manfaat

Manfaat dari pembahasan rumusan masalah tersebut nantinya agar kita dapat
mengetahui hal-hal yang terjadi dalam berkomunikasi. Dari pembahasan itu maka kita bisa
menerapkan komunikasi interpersonal dengan baik agar tercipta pelayanan kesehatan yang
memuaskan bagi masyarakat secara umum.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Jenis – Jenis Komunikasi

Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas


hubungan antara manusia atau kelompok.

Jenis komunikasi terdiri dari:

1. Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa ;

a. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan


disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi
penting dalam berkomunikasi.
b. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara
dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
c. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan
menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi
suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
d. Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan
catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri.
Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor
adalah merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
e. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan
jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
f. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena
berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya
dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang
disampaikan.
2. Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi non
verbal memberikan arti pada komunikasi verbal.

Yang termasuk komunikasi non verbal :

a. Ekspresi wajah, Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena
ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
3
b. Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan
kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat
dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan
sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada
orang lain untuk mengobservasi yang lainnya
c. Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat
spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang
sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan
melalui sentuhan.
d. Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak
memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan
emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
e. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu
ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila
dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai
desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
f. Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan isyarat
sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau
mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam
keadaan stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress

2.2. Ruang Lingkup Komunikasi Kesehatan

Membahas Ilmu komunikasi dari berbagai cakupan memang sangat luas dan tidak ada
batasnya, kegiatan komunikasi akan selalu ada selama manusia saling bersosial dan
berkomunikasi. Meskipun demikian batas-batas yang diberikan sebagai rambu dapat
membantu setiap orang untuk melihat kekhususan isi komunikasi sebagai suatu disiplin yang
pantas untuk dipelajar. Ada beberapa ruang lingkup yang ada dalam komunikasi kesehatan.
Ruang lingkup dilihat dari beberapa cakupan komunikasi kesehatan. Berikut adalah ruang
lingkup komunikasi kesehatan berdasarkan konsep kajian komunikasi keseahatan.

a. Usaha-usaha kesehatan

Hal yang pertama dalam ruang lingkup komunikasi kesehatan adalah usaha-usaha
kesehatan yang memiliki empat tingkatan. Tingkatan pertama adalah usaha pencegahan

4
penyakit, dimana hal ini harus dilakukan dengan menyebarkan informasi penting
mengenai penjagaan kesehatan dan pencegahan penyakit yang umum terjadi di
masyarakat, hingga kegiatan medis sebagai tindakan preventif seperti vaksinasi. Tingkat
kedua adalah pengobatan, dimana hal ini dilakukan saat individu sudah terlanjur terkena
suatu penyakit tertentu yang menyerang sistem kesehatanya. Proses pengobatan
dilakukan dengan mencari jenis pengobatan yang tepat dan sesuai dengan penyakit yang
diderita sebagai cara mengatasi permasalahan yang diderita. Tingkatan ketiga adalah
promotif yaitu melakukan perawatan supaya individu sembuh dengan sempurna dan
mecegah penyakit datang lagi. Tingkat keempat yaitu rehabilitasi, Yaitu usaha yang
dilakukan untuk membuat individu kembali seperti sebelum terkena penyakit supaya
dapat bergabung dengan masyarakat lainnya seperti sediakala.

b. Pencegahan terhadap penyakit

Ruang lingkup kedua dalam komunikasi kesehatan adalah pencegahan terhadap


penyakit yang mengintai masyarakat sebelum akhirnya penyakit tersebut benar-benar
mendatangi individu per individu. Dalam melakukan kegiatan pencegahan ini, para
pelaku kesehatan dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat luas
mengenai hal-hal yang berkaitan denngan penyakit tertentu. Misalnya saja,apa dan
bagaimana ciri orang yang mengalami penyakit tersebut, atau pengetahuan kepada
masyarakat luas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penyakit tertentu. Misalnya
saja, apa dan bagaimana ciri orang yang mengalami penyakit tersebut, atau bagaimana
tindakan pertama yang data dilakukan untuk menolong orang yang menderita penyakit
itu.

Pencegahan penyakit juga bisa dilakukan dengan mengajak semua lapisan


masyarakat dalam menggalakkan pola hidup sehat, sehingga dapat terhindar dari virus
dan kuman yang dapat menyebabkan penyakit. Dengan begitu, masyarakat akan merasa
jadi bagian penting dalam menjaga kesehatan diri mereka sendiri maupun lingkungan
sekitar. Bahkan bukan hal yang tidak mungkin untuk masyarakat menyebarkan informasi
kesehatan yang telah mereka dapat karena merasa hal itu penting bagi banyak orang.

5
2.3. Komunikasi Interpersonal dalam Pelayanan Kesehatan
a. Komunikasi Interpersonal
Menurut Ellis (1995:6), komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi
antara dua orang yang bertatap muka, misalnya antara tenaga kesehatan dan pasien yang
menimbulkan respon atau umpan balik.
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar dua orang, dimana terjadi kontak
langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi ini berlangsung secara tatap muka, bisa
melalui media, misalnya dengan perantara telepon. Sifatnya dua arah atau timbal balik
(Effendy,1986:61).
Terdapat beberapa elemen yang ada dalam komunikasi interpersonal, yaitu:
1. Adanya pesan,
2. Adanya orang-orang/sekelompok orang,
3. Adanya penerimaan pesan,
4. Adanya efek, dan
5. Adanya umpan balik.
Komunikasi interpersonal dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat,
dan perilaku seseorang. Sehingga sangat efektif dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk
mengubah perilaku pasien dalam proses terapi atau penyembuhan.
Komunikasi interpersonal sangat berguna sebagai alat untuk mempengaruhi atau
membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan panca indera kita untuk
memperjelas pesan yang kita sampaikan kepada komunikan.
Ketika berkaitan dengan pelayanan kesehatan maka akan terjadi hubungan
komunikasi yang diharapkan antara komunikator (tenaga kesehatan) dengan komunikan
(pasien) dapat saling percaya dan saling terbuka.

b. Komunikasi Interpersonal antara Tenaga Kesehatan dan Pasien (Komunikasi


Terapeutik)
Komunikasi interpersonal atau yang disebut juga komunikasi terapeutik adalah
komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung (Mulyana, 2003 :73).
Komunikasi terapeutik merupakan suatu teknik untuk mengajak pasien maupun
keluarga bertukar pikiran dan perasaan (Mundakir, 2006:115). Komunikasi terapeutik
berperan penting dalam membantu pasien dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

6
c. Ciri-Ciri atau Sifat Komunikasi Interpersonal
Menurut De Vito (liliweri,1991:13) yaitu:
1. Keterbukaan (Openes). Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan
ide atau gagasan secara bebas (tidak ditutup-tutupi) dan terbuka tanpa rasa takut
atau malu, serta saling memahami. Pasien diharapkan terbuka dalam
mengungkapkan perasaan, sakit dan gejala yang dirasakannya.
2. Empati (Empathy). Tenaga kesehatan berempati dengan keadaan pasien yang
sedang sakit.
3. Dukungan (Supportiveness). Seorang tenaga kesehatan memberikan dukungan,
motivasi dan semangat kepada pasien demi kesehatannya.
4. Rasa positif (Positiveness). Oleh karena itu tenaga kesehatan diharapkan untuk
tidak curiga atau berprasangka buruk terhadap pasien dan begitu juga
sebaliknya.
5. Kesamaan (Equality). Komunikasi akan menjadi lebih akrab apabila memiliki
kesamaan tertentu, seperti kesamaan pandangan, sikap, usia dan kesamaan
idiologi, dan sebagainya antara tenaga kesehatan dan pasien.

d. Teknik-Teknik Komunikasi Interpersonal


Sebagai seorang tenaga kesehatan perlu menggunakan teknik-teknik komunikasi
untuk menanggapi pesan yang disampaikan pasien, antara lain:
1. Mendengarkan dan memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan keluhannya sehingga dapat mengetahui perasaan pasien.
2. Memberikan respon pada perasaan pasien terhadap isi pembicaraan.
3. Memberikan informasi kepada pasien mengenai hal-hal yang belum
diketahuinya. Hal ini dapat menciptakan kepercayaan pasien sehingga
menambah pengetahuan pasien yang berguna baginya.
4. Memberi saran untuk pemecahan masalah di waktu yang tepat, sehingga pasien
dapat memilih dan mengambil keputusan.

e. Prinsip-Prinsip Komunikasi Interpersonal


Menurut Carl Rogers (Mundakir, 2006:121), prinsip-prinsip komunikasi terapeutik
terdiri dari:
1. Tenaga kesehatan harus mengenal dan memahami dirinya sendiri serta nilai
yang dianut.

7
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan
saling menghargai.
3. Tenaga kesehatan harus memahami nilai yang dianut oleh pasien.
4. Tenaga kesehatan harus menyadari pentingnya kebutuhan fisik dan mental
pasien.
5. Tenaga kesehatan harus menciptakan suasana yang dapat membuat pasien
termotivasi untuk mengubah sikap maupun tingkah laku pasien.
6. Memahami arti simpati dan empati sebagai tindakan yang interpersonal.
7. Kejujuran dan komunikasi terbuka (sifat keterbukaan) merupakan dasar
hubungan interpersonal.
8. Tenaga kesehatan perlu mempertahankan kondisi fisik tetap sehat.
9. Tenaga kesehatan harus menciptakan suasana nyaman bagi pasien agar tidak
takut.
10. Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara
manusiawi.
11. Memegang etika dengan berusaha mengambil keputusan berdasarkan prinsip
kesejahteraan manusia.
12. Bertanggung jawab terhadap diri sendiri atau tindakan yang dilakukan dan
tanggung jawab terhadap orang lain.

2.4. Dampak Adanya Komunikasi di Bidang Kesehatan

Komunikasi merupakan hal mendasar yang menjadi salah satu faktor keselamatan pasien
dan kepuasan pelanggan. Berbeda dengan komunikasi lainnya seperti komunikasi di bidang
pendidikan, bisnis dan lain sebagainya, komunikasi efektif dalam bidang pelayanan rumah
sakit memiliki tingkat kompleksitas yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan komunikasi yang
terlibat sangat banyak, informasi yang dibutuhkan sangat banyak, serta menyangkut dengan
emosi pasien/keluarga pasien, dan petugas kesehatan yang cukup tinggi.

Terdapat beberapa faktor yang menjadi kendala seseorang untuk berkomunikasi,


diantaranya:

1. Takut berkomunikasi

2. Merasa tidak perlu

3. Merasa tidak percaya diri

8
4. Merasa sudah berkomunikasi dengan baik

5. Kesalahan membuka pembicaraan “stupid question”

Kesalahan antara petugas kesehatan dapat mengakibatkan kesalahan tindakan yang


berakibat pada kecacatan bahkan meningal. Oleh karena itu seluruh proses komunikasi yang
terjadi wajib di catat sehingga komunikasi semakin terjamin dan terlindungi dari tuntutan
hukum. Dalam hal pelayanan personal kesalahan berkomunikasi dapat mengakibatkan konflik
dan berujung pada gugatan / tuntutan hukum.

Data dari MKDKI menyampaikan, 45% pelanggaran disiplin yang dilakukan dokter
adalah disebabkan oleh kesalahan berkomunikasi.

Dampak adanya komunikasi yg baik di lingkup rumah sakit :

1. Pesan tersampaikan dengan tepat.


2. Adanya kepercayaan antara pasien, keluarga pasien dengan tenaga kesehatan
3. Mempermudah jalannya pemeriksaan
4. Pasien atau keluarga pasien sedikit banyak teredukasi.
5. Memperkuat hubungan antara Tenaga medis

9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Komunikasi yang kita lakukan sejak awal kita dilahirkan hingga saat ini ternyata
memiliki banyak macam dan dampak yang dihasilkan. Komunikasi yang dilakukan dengan
jelas dan baik akan membuat suatu pemikiran atau keinginan tersampaikan dengan maksud
yang benar sedangkan sebaliknya, komunikasi yang dilakukan dengan kurang jelas membuat
orang lain menangkap maksud yang salah atau berbeda. Komunikasi juga dilakukan dengan
masing-masing cara tergantung dari lawan bicara kita, apabila manusia normal berbicara
dengan manusia lain yang memiliki suatu keistimewaan maka komunikasi harus dilakukan
dengan cara yang dapat membuat mereka saling mengerti entah dengan bahasa isyarat atau lain
sebagainya.

3.2. Saran

Sebagai tenaga kesehatan, sudah semestinya kita melakukan komunikasi interpersonal


yang baik dengan segala elemen yang ada di lingkungan kesehatan tempat kita bekerja. Hal itu
mutlak harus dilakukan agar pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan lancar dan baik serta
tidak terjadi kesalahan yang akan berakibat fatal pada pasien. Apabila komunikasi yang baik
dapat membudaya dalam semua lapisan yang ada pada lingkungan kesehatan maka masyarakat
tidak akan ragu untuk berobat.

10
Daftar Pustaka

Anonim. 2017. Pengertian Komunikasi, Unsur, Fungsi, Tujuan dan Macam Jenis
Komunikasi Terlengkap. Pelajaran.co.id. [Online] 16 Juni 2017. [Dikutip: 6 September
2017.] http://www.pelajaran.co.id/.

2017. Komunikasi Kesehatan yang Efektif Menurut Ahli. [Online] Mei 2017. [Dikutip:
Selasa September 2017.] http://pakarkomunikasi.com/komunikasi-kesehatan.

Utara, Universitas Sumatera. Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat. [Online]


repository.usu.ac.id.

11

Anda mungkin juga menyukai