KOMUNIKASI INTRAPERSONAL
1. Pengertian komunikasi interpersonal
Muhammad
Mulyana
Komunikasi interpersonal iyalah komunikasi antara orang-orang secara tatap
muka, yang memungkinkan setiap pesertanya akan menangkap reaksi orang lain
secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal. Komunikasi interpersonal
ini iyalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri.
Effendi
pada hakekatnya komunikasi interpersonal iyalah komunikasi antar
komunikator dengan komunikan, komunikasi ini dianggap paling efektif dalam
mengubah pola pikir , sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya
yang dialogis berupa percakapan
2. Klasifikasi Komunikasi Interpersonal
1. Interaksi intim
2. Percakapan sosial
4. Wawancara
Menurut Wood (2013: 31-33) mengatakan ada 3 faktor yang mepengaruhi dalam
komunikasi interpersonal adalah
a. Etika
Etika adalah cabang dari filsafat yang fokus pada prinsip moral dan aturan terkait
perilaku. Etika menaruh perhatian pada masalah benar dan salah. oleh karena
komunikasi interpersonal bersifat tidak dapat ditarik kembali, ia selalu memiliki
dampak dalam etika antarmanusia. Apa yang kita katakana dan apa yang kita
lakukan berpengaruh terhadap orang lain. Dengan demikian, orang yang
bertanggung jawab selalu berhati-hati dengan etika dalam komunikasi.
b. Makna
Proses pemaknaan muncul dari bagaimana kita menginterpretasikan komunikasi.
Dalam komunikasi interpersonal, seorang selalu menerjemahkan apa yang
dikatakan oleh orang lain.
c. Hubungan
Komunikasi interpersonal adalah cara utama untuk membangun dan meperbaiki
sebuah hubungan. Bagaimana cara kita menangani masalah? Apakah dengan
konfrontasi, menjauh, atau menggunakan strategi khusus untuk segera
meperbaiki hubungan? Oleh karena komunikais tidak memiliki makna intrinsik,
kita harus membangkitkan pemahaman pribadi terkait komunikasi.
1. Kebisingan
2. Keadaan psikologi komunikan
3. Kekukrangan komunikator atau komunikan
4. Kesalahan penilaian oleh komunikator
5. Kurangnya pengetahuan komunikator dan komunikan
6. Bahasa
7. Ini pesan berlebihan
8. Bersifat satu arah
9. Faktor teknis
10.Kepentingan atau interest
11.Prasangka
12.Cara penyajian yang verbalistik dan sebagainya.
BAB II
BAB III
PRINSIP INFEKSI NOSOCOMINAL
Infeksi nosokomial bisa terjadi pada pasien, perawat, dokter, serta pekerja atau
pengunjung rumah sakit. Beberapa contoh penyakit yang dapat terjadi akibat
infeksi nosokomial adalah infeksi aliran darah, pneumonia, infeksi saluran kemih
(ISK), dan infeksi luka operasi (ILO).
Infeksi nosokomial paling sering disebabkan oleh bakteri. Infeksi bakteri ini lebih
berbahaya karena umumnya disebabkan oleh bakteri yang sudah kebal (resisten)
terhadap antibiotik. Infeksi nosokomial akibat bakteri ini bisa terjadi pada pasien
yang sedang mendapatkan perawatan di rumah sakit atau pasien dengan sistem
imun atau daya tahan tubuh yang lemah.
Selain bakteri, infeksi nosokomial juga dapat disebabkan oleh virus, jamur, dan
parasit. Penularan infeksi nosokomial dapat terjadi lewat udara, air, atau kontak
langsung dengan pasien yang ada di rumah sakit.
Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang yang berada di
lingkungan rumah sakit untuk terkena infeksi nosokomial, antara lain:
Demam
Ruam di kulit
Sesak napas
Denyut nadi yang cepat
Tubuh terasa lemas
Sakit kepala
Mual atau muntah
Selain gejala umum yang disebutkan di atas, gejala juga bisa timbul sesuai jenis
infeksi nasokomial yang terjadi, seperti:
Anda perlu memeriksakan diri atau berkonsultasi ke dokter jika merasakan gejala
infeksi nosokomial seperti yang disebutkan di atas, terutama bila gejala tersebut
muncul setelah Anda mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Gejala infeksi nosokomial dapat muncul pada beberapa rentang waktu berikut ini:
Dokter akan menanyakan keluhan dan gejala yang dialami oleh pasien, kemudian
melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui kondisi pasien dan ada tidak
tanda infeksi lokal pada kulit.
Tes darah, untuk mendeteksi tanda infeksi dari kadar sel-sel darah
Tes urine, untuk mengetahui ada tidaknya infeksi pada saluran kemih,
termasuk untuk melihat jenis bakteri yang menginfeksi
Tes dahak, untuk mengetahui jenis bakteri yang menginfeksi saluran
pernapasan
Kultur darah, dahak, atau cairan luka operasi, untuk memastikan
keberadaan dan jenis dari bakteri, jamur, atau parasit yang menyebabkan
infeksi
Pemindaian CT scan, MRI, USG, atau Rontgen, untuk mendeteksi ada
tidaknya kerusakan dan tanda infeksi pada organ-organ tertentu
Jika dicurigai penyebab infeksi adalah bakteri, dokter akan memberikan antibiotik
secara empiris. Terapi antibiotik secara empiris adalah pemberian antibiotik di
awal, sebelum jenis bakteri penyebab infeksi diketahui dengan pasti.
Jika infeksi nosokomial disebabkan oleh infeksi luka operasi atau ulkus dekubitus,
akan dilakukan operasi debridement. Prosedur ini berguna untuk mengangkat
jaringan yang terinfeksi dan rusak agar infeksi tidak menyebar.
Terapi suportif, seperti pemberian cairan, oksigen, atau obat untuk mengatasi
gejala, akan diberikan sesuai kondisi dan kebutuhan pasien. Terapi suportif
dilakukan untuk memastikan agar kondisi pasien tetap stabil.
Bila memungkinkan, seluruh alat yang meningkatkan risiko terjadinya infeksi akan
dicabut atau diganti.
Endokarditis
Osteomielitis
Peritonitis
Meningitis
Sepsis
Abses paru
Gagal organ
Gangren
Kerusakan permanen pada ginjal
1. Cuci tangan
Penting bagi semua orang yang berada di rumah sakit untuk mencuci tangan
dengan cara yang benar sesuai rekomendasi WHO. Ada 5 waktu wajib untuk cuci
tangan saat berada di rumah sakit, yaitu:
Tindakan medis dan penggunaan alat atau selang yang menempel pada tubuh,
seperti infus, alat bantu napas, atau kateter urine, harus digunakan dan dipasang
sesuai SOP (standar operasional prosedur) yang berlaku di tiap-tiap rumah sakit
dan sarana kesehatan.
Penempatan pasien harus sesuai dengan kondisi dan penyakit yang diderita.
Contohnya, pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah atau pasien yang
berpotensi untuk menularkan penyakit ke pasien lain akan ditempatkan di ruang
isolasi.
Staf dan setiap orang yang terlibat dalam pelayanan di rumah sakit perlu
menggunakan alat pelindung diri sesuai SOP, seperti sarung tangan dan masker,
saat melayani pasien.
BAB IV
Tujuan
a. Agar siap pakai sewaktu-waktu
b. Agar tampak selalu rapi
c. Memberikan perasaan senang dan nyaman pada klien.
Persiapan alat
1. Tempat tidur, kasur, dan bantal
2. Alat tenun disusun menurut pemakaiannya:
Alat yang diperlukan disediakan untuk menyiapkan tempat tidur
tertutup adalah :
a. Tempat tidur, kasur, dan bantal
b. Alat – alat tenun
Untuk memudahkan cara kerja, maka alat – alat tenun harus
dilipat dan disusun menurut aturan pemakaian :
a. Alas kasur atau sarung kasur ; dengan ukuran 1,80 – 2 meter
b. Perlak ( zeil ) 1 meter dengan pinggir kanan / kiri di sambung
dengan ½ meter kain belacu
c. Sprei melintang ( steeklaken ) 1,50 – 2 meter
d. Sprei atas ( bovenlaken ) 2 – 2,50 meter
e. Selimut
f. Sarung bantal
g. Sprei penutup ( bovenlaken ) 2 – 2,50 meter
Prosedur pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Letakkan alat tenun yang telah disusun sesuai pemakaian didekat
tempat tidur
3. Pasang alas kasur dan kasur
4. Pasang sprei besar/laken dengan ketentuan berikut:
a. Garis tengah lipatan diletakkan tepat ditengah kasur
b. Bentangkan sprei, masukkan sprei bagian kepala kebawah
kasur ± 30 cm; demikian juga pada kaki, tarik setegang
mungkin pada ujung setiap sisi kasur bentuk sisi 90⁰, lalu
masukkan seluruh tepi sprei kebawah kasur dengan rapi dan
tegang
5. Letakkan perlak melintang pada kasur ± 50 cm dari bagian kepala
6. Letakkan stik laken diatas sprei melintang, kemudian masukkan sisi-
sisinya kebawah kasur bersama dengan perlak
7. Pasang boven pada kasur daerah bagian kaki, pada bagian atas yang
terbalik masukkan kebawah kasur ± 10 cm kemudian ujung sisi
bagian bawah (kaki) dibentuk 90⁰ dan masukkan kebawah
kasur.tarik sisi atas sampai terbentang.
8. Pasang selimut pada kasur bagian kaki, pada bagian atas yang
terbalik dimasukkan kebawah kasur ± 10 cm kemudian ujung sisi-
sisinya dibentuk 90⁰ dan masukkan kebawah kasur. Tarik sisi atas
sampai terbentang
9. Lipat ujung atas boven sampai tampak garis/pitanya
10. Masukkan bantal kedalam sarungnya dan letakkan diatas tempat
tidur dengan bagian yang terbuka dibagian bawah
11. Pasang sprei penutup (over laken)
12. Cuci tangan
Tujuan
Dapat segera digunakan
Dilakukan
Jika ada klien baru
Pada tempat tidur klien yang dapat/boleh turun dari tempat tidur
Persiapan alat
Sama dengan pemasangan alat tenun pada tempat tidur tertutup, hanya
tidak memakai over laken/sprei penutup
Prosedur pelaksanaan
Seperti menyiapkan tempat tidur tertutup, tetapi tidak dipasang over
laken.Jika telah tersediatempat tidur tertutup, angkat over laken kemudian
lipat.
Tujuan
a. Menghangatkan klien
b. Mencegah penyakit/komplikasi pascaoperasi
Persiapan alat
1. Tambahkan satu selimut tebal pada alat tenun untuk tempat tidur
terbuka.
2. Dua buah buli-buli panas/WWZ (warm water zack), dengan suhu air
40⁰C-43⁰C
3. Perlak dan handuk dalam satu gulungan dengan handuk dibagian
dalam
4. Thermometer air (jika ada)
Prosedur pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Pada tempat tidur terbuka, angkat bantal dan bentangkan gulungan perlak
dan handuk pada bagian kepala
3. Pasang selimut tambahan hingga menutup seluruh permukaan tempat
tidur
4. Letakkan buli-buli panas pada sprei dan selimut pada bagian kaki, arahkan
mulut buli-buli ke pinggir tempat tidur
5. Angkat buli-buli panas sebelum klien dibaringkan, setelah kembali dari
kamar bedah
6. Lipat pinggir selimut tambahan bersama-sama selimut dari atas tempat
tidur pada salah satu sisi tempat masuknya klien, sampai batas pinggir
kasur, lalu lipat sampai sisi yang lain.
7. Cuci tangan
OCCUPIED BED (Mengganti Alat Tenun dengan Klien di Atasnya)
Pengertian
Mengganti alat tenun kotor pada tempat tidur klien tanpa memindahkan
klien
Tujuan
a. Memberian perasaan senang pada klien
b. Mencegah terjadinya dekubitus
c. Memberikan kebersihan dan kerapian
Dilakukan pada
Tempat tidur klien yang tirah baring total (sakit keras atau tidak
sadar/koma)
Prosedur
Sama dengan cara mengganti dan memasang alat tenun pada tempat tidur,
tetapi dilakukan sebagian-sebagian dari tempat tidur tersebut
Persiapan alat
a. Alat tenun bersih disusun menurut pemakaiannya
b. Kursi/bangku
c. Tempat kain kotor yang tertutup
d. Dua ember kecil berisi larutan desinfektan (lisol 1%) dan air bersih
e. Lap kerja 3 buah
Persiapan klien
Klien diberi tahu jika memungkinkan (klien sadar)
Prosedur pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Bawa alat yang telah disiapkan ke dekat klien
3. Bersihkan rangka tempat tidur
4. Letakkan bantal dan selimut klien yang tidak perlu di kursi (jika
keadaan klien memungkinkan/tidak mengganggu klien)
5. Miringkan klien ke satu sisi (jika perlu, ganjal dengan bantal/ guling
supaya tidak jatuh)
6. Lepaskan alat tenun pada bagian yang kosong, dari bawah kasur lalu
gulung satu per satu sampai dengan di bawah punggung klien.
Gulng stik laken ke tengah tempat tidur sejauh mungkin
Bersihkan perlak dengan larutan desinfektan dan keringkan
lalu gulung ke tengah tempat tidur sejauh mungkin
Gulung laken/sprei besar ke tengah tempat tidur sejauh
mungkin
7. Bersihkan alas tempat tidur dan kasur dengan lap lembab larutan
desinfektan, lalu lap dengan lap kering
8. Bentangkan sprei besar bersih dan gulung setengah bagian, letakkan
gulungannya di bawah punggung klien, ratakan setengah bagian lagi
kemudian pasangkan di bawah kasur
9. Gulung perlak dan ratakan kembali
10.Bentangkan stik laken bersih di atas perlak, gulung setengah bagian,
dan letakkan di bawah punggung klien, ratakan setengah bagian lagi
di atas perlak, lalu masukkan ke bawah kasur bersama dengan perlak
11.Setelah selelsai dan rapi pada satu bagian, miringkan klien kea rah
berlawanan yang tadi telah di bersihkan (ganjal dengan bantal jika
perlu agar klien tidak terjatuh)
12.Lepaskan alat tenun yang kotor dari bawah kasur
13.Angkat stik laken dan masukkan pada tempat kain kotor
14.Bersihkan perlak seperti tadi kemudian gulung ke tengah
15.Lepaskan laken kotor dan masukkan ke tempat kain kotor
16.Bersihkan alat tempat tidur dan kasur seperti tadi
17. Buka gulunggan laken dari bawah punggung klien, tarik, dan ratakan
setegang mungkin kemudian masukkan ke bawah kasur
18.Pasang perlak dan sprei seperti tadi
19.Lepaskan sarung bantal dan guling yang kotor, ratakan isinya
kemudian pasang sarung yangbersih
20.Susun bantal, lalu baringkan kembali klien dalam sikap yang nyaman
21.Ganti selimut kotor dengan yang bersih
22.Bereskan alat dan kembalikan ketempatnya
23.Cuci tangan
BAB 16
PROSEDUR MEMBANTU PASIEN DUDUK DI TEMPAT TIDUR
1. Pengertian:
Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang imobilisasi atau klien
lemah untuk memberikan bantuan keperawatan membantu klien duduk di tepi
tempat tidur.
1. Tujuan:
1. Mempertahankan kesajajaran tubuh yang tepat untuk perawatn dan
klien
2. Mengurangi risiko cedera muskuloskeletal pada semua orang yang
terlibat.
1. Langkah:
1. Ikuti protokol standar
2. Tempatkan klien pada posisi miring, menghadap perawat di sisi
tempat tidur tempat ia akan duduk
3. Pasang pagar tempat tidur pada posisi yang berlawanan
4. Tinggikan kepala tempat tidur pada ketinggian yang dapat ditoleransi
klien
5. Berdiri pada sisi panggul klien yang berlawanan
6. Balikkan secara diagnonal sehingga perawat berhadapan dengan
klien dan menjauh dari sudut tempat tidur
7. Regangkan kaki perawat dengan kaki paling dekat ke kepala tempat
tidur di depan kaki yang lain
8. Tempatkan lengan yang lebih dekat ke kepala tempat tidur di bawah
bahu klien, sokong kepala dan lehernya
9. Tempatkan tangan anda yang lain di atas paha klien
10.Pindahkan tungkai bawah klien dan kaki ke tepi tempat tidur
11.Tempatkan poros ke arah belakang kaki, yang memungkinkan tungkai
atas klien memutar ke bawah.
12.Pada saat bersamaan, pindahkan berat badan anda ke belakang
tungkai dan angkat klien
13.Tetap di depan klien sampai ia mencapai keseimbangan
14.Turunkan tinggi tempat tidur sampai kaki klien menyentuh lantai.
15.Lengkapi akhir protokol
KEWASPADAAN PERAWAT:
Perawat harus mangkaji tadan vitalnya sebelum menempatkan klien pada posisi
duduk. Selama prosedur, perawat harus mengkaji tanda pusing, kelemahan,
“kunang-kunang” atau pucat. Bila terdapat gejala ini hentikan prosedur. Bila klien
stabil dan posisi duduk di tepi tempat tidur, perawat harus mengkaji ulang tanda
vitalnya.
BAB 17
MEMINDAHKAN PASIEN
1. PENGERTIAN
adalah memindahkan pasien yang mengalami ketidakmampuan,
keterbatasan,tidak boleh melakukan sendiri ,atau tidak sadar darri tempat
tidur ke brankar yang dilalukan oleh dua atau 3 orang perawat.
2. TUJUAN
Memindahkan pasien antar ruangan untuk tujuan tertentu (misalnya
pemeriksaan diasnogtik, pindah ruangan ,DLL)
3. ALAT DAN BAHAN
1) Brankar
2) Bantal bila perlu
4. PROSEDUR
1) Ikuti protokol standar
2) Atur brankar dalam posisi terkunci dengan sudut 90 derajat terhadap
tempat tidur
3) Dua atau tiga orang perawat menghadap ke tempat tidur pasien
4) Silangkan tangan pasien ke depan dada
5) Tekuk lutut anda, kemudian masukkan tangan anda kebawah tubuh
pasien
6) Perawat pertama meletakkan tangan di bawah leher /bahu dan
bawah pinggang, perawat kedua meletakkan tangan di bawah
pinggang dan panggul pasien. Sedangkan perawat ketiga meletakkan
tangan di bawah pinggul dan kaki
7) Pada hitungan ketiga, angkat pasien bersama-sama dan pindaahkan
ke brankar
8) Atur posisi pasien, dan pasang pengaman
9) Lengkapi akhir protocol
BAB 18
MOBILISASI PASIEN