Anda di halaman 1dari 36

Pentingnya Komunikasi Interpersonal dalam Komunikasi Kesehatan dan

Transasi Terapeutik

Nama
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
12.
14.

Nim

I Ketut Brahma Pande Cakti Mudara


Widya Rizki Romadhona
Elvira Widya P
Ulyasari Rachmaningayu
Benny Saputra
Faila Shofa Amarilda
Erika Priyanridani
Rita Yuana R
Hayyin Sabila K
Dwicha Rahma N H
Agtadila Novitananda
Revian Gigih Laksono
Audina Thalia
Dennaya Listya Dias

021511133054
021511133055
021511133056
021511133057
021511133058
021511133059
021511133060
021511133061
021511133062
021511133063
021511133064
021511133065
021511133066
021511133067

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga


2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak

kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat
dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh
keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan,
menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu.
Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
Komunikasi merupakan suatu proses dua arah yang menghasilkan pertukaran informasi
dan pengertian antara masing-masing individu yang terlibat. Komunikasi merupakan dasar dari
seluruh interaksi antar manusia. Komunikasi merupakan kebutuhan hakiki dalam kehidupan
manusia untuk saling tukar menukar informasi. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar
manusia baik yang dilakukan secara perorangan, kelompok maupun organisasi tidak akan
mungkin terjadi. Manusia memerlukan kehidupan sosial, yaitu kehidupan bermasyarakat.
Sebagian besar interaksi manusia berlangsung dalam situasi komunikasi interpersonal
(komunikasi antar pribadi).
Komunikasi antar pribadi sangat penting dilakukan untuk mendukung kelancaran
komunikasi dalam organisasi. Sistem komunikasi serta hubungan antar pribadi yang baik akan
meminimalisir kesenjangan antara berbagai pihak dalam organisasi dan meminimalisir rasa
saling tidak percaya serta kecurigaan di lingkungan kerja. Komunikasi yang baik merupakan
mediator dalam proses kerjasama dan transformasi informasi dalam mendukung kemajuan
organisasi. Komunikasi yang baik senantiasa menimbulkan iklim keterbukaan, demokratis, rasa
tanggung jawab, kebersamaan dan rasa memiliki organisasi.
Mampu melakukan interaksi merupakan anugerah yang tidak ternilai harganya yang
dimiliki setiap manusia, meski dalam kenyataanya banyak kendala yang akan dihadapi tiap-tiap
individu dalam melakukan interaksi melalui komunikasi. Proses komunikasi yang berlangsung
secara tatap muka, sehingga memungkinkan pesertanya dapat menangkap reaksi yang
ditimbulkan. Hal ini yang sering menjadi permasalahan saat dua individu atau lebih yang
memiliki kepribadian dan karakter berbeda saling melakukan interaksi, terkadang ada hal-hal
yang ditimbulkan dan menjadikan situasi menjadi tidak nyaman.
Setiap individu memiliki cara berfikir yang berbeda, terutama dalam menyelesaikan suatu
permasalahan. Ada yang bersikap santai, ada yang bersikap cuek seperti tidak memiliki masalah,
bahkan ada yang mensikapi sesuatu dengan emosi. Hal ini di pengaruhi karena masing-masing
individu memiliki karakteristik yang berbeda, cara berkomunikasi yang berbeda, dan terkadang

semua itu menjadi masalah dalam kehidupan sehari hari. Hal ini sering menjadi penghambat
dalam menciptakan komunikasi yang efektif, sikap emosional yang berlebihan bagi masingmasing individu saat menghadapi situasi tertentu dapat memperburuk proses komunikasi. Suatu
ketika terdapat sedikit masalah yang sebenarnya sepele, dan mestinya bisa diselesaikan dengan
baik. Akan tetapi jika disikapi dengan emosional, maka hal itu akan menjadi bumerang dan akan
memperkuat ego dari individu tersebut yang akan berdampak pada terhambatnya proses
komunikasi yang efektif. Kondisi tersebutlah yang dapat memicu terjadinya Miss
Communication.
Miss Comunication (miskomunikasi) yaitu kesalahpahaman komunikasi antara pemberi
pesan dan penerima pesan. Mis-komunikasi bisa terjadi karena beberapa hal, misalnya faktor
pengetahuan dan bahasa. Selain itu, penyebab terjadinya mis-komunikasi adalah penerima pesan
salah mengartikan apa yang dikatakan oleh pemberi pesan. Sehingga yang sering terjadi adalah si
pemberi pesan memiliki maksud tersendiri dalam menyampaikan pesannya, namun si penerima
pesan juga mempunyai maksud yang lain dalam benaknya. Inilah yang menyebabkan terjadinya
mis-komunikasi antar kedua belah pihak.
Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya Miss komunikasi, bisa disebabkan dari
faktor luar rangkaian unsur proses komunikasi, ataupun tidak lengkapnya pesan komunikasi itu
disampaikan. Faktor yang sering dialami adalah adanya gangguan pada unsur Channel (Media)
yang menyebabkan tidak adanya feedback (Umpan Balik) pesan yang disampaikan atau malah
feedback yang timbul tidak sesuai dengan tujuan pesan yang disampaikan pada di awal.
Ketika feedback yang diterima berbeda dengan tujuan awal pesan disampaikan, maka akan
terjadi kesalahpahaman atau salah koordinasi antara " si penyampai pesan " dengan " si penerima
pesan ".
Seperti hal nya pada skenario berikut ini, yaitu Seorang pasien perempuan usia 17 tahun
datang ke klinik dokter gigi untuk memperbaiki gigi insisif kedua atas sebelah kanan dan kiri
yang tidak rata. Setelah pemeriksaan, pasien dianjurkan perawatan gigi yang berdesakan di
bagian ortodonsia dengan butuh waktu yang relatif cukup lama. Namun pasien ingin giginya
yang berdesakan dirawat lebih cepat. Pasien diberi alternatif perawatan dengan mahkota porselen
dan dokter gigi sudah memberi penjelasan untung ruginya. Setelah pemasangan ternyata orang
tua nya mengeluh karena gigi anaknya direparasi tanpa sepengetahuannya dan menyalahkan
dokter gigi.

Dari skenario diatas, tampak bahwa seorang anak mengalami miskomunikasi dengan orang
tuanya sehingga menimbulkan sebuah konflik. Pada makalah ini, akan dijelaskan lebih lanjut
mengenai faktor faktor apa saja dan solusi apa saja pada masalah yang dialami pada kasus
skenario tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

Bagaimana Proses Komunikasi Interpersonal?


Bagaimana Peran Komunikasi Terhadap Komunikasi Kesehatan?
Bagaimana Proses terjadinya Miscommunication?
Bagaimana Cara Mengatasi Miscommunication?

1.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.

Mengetahui pengertian dari komunikasi dan komunikasi interpersonal


Memahami tujuan komunikasi Interpersonal
Menjelaskan model-model komunikasi interpersonal
Mengetahui cara melakukan komunikasi interpersonal yang efektif

1.4 Manfaat

Supaya yang disampaikan komunikator dapat dimengerti oleh komunikan. Agar dapat
dimengerti oleh komunikan maka komunikator perlu menjelaskan pesan utama dengan
sejelas-jelasnya dan sedetail mungkin.

Agar dapat memahami orang lain. Dengan melakukan komunikasi, setiap individu dapat
memahami individu yang lain dengan kemampuan mendengar apa yang dibicarakan
orang lain.

Agar pendapat kita diterima orang lain. Komunikasi dan pendekatan persuasif merupakan
cara agar gagasan kita diterima oleh orang lain.

Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Komunikasi dan pendekatan


persuasif kita mampu membangun persamaan presepsi dengan orang kemudian
menggerakkannya sesuai keinginan kita.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Interpersonal
Menurut salah satu ahli, komunikasi dapat diartikan yaitu:
Karfried Knapp
Komunikasi merupakan interaksi antar pribadi yang menggunakan sistem simbol
linguistik, seperti sistem simbol verbal (kata-kata) dan non verbal. Sistem ini dapat

disosialisasikan secara langsung / tatap muka atau melalui media lain (tulisan, oral, dan
visual).
Komunikasi secara etimologis atau menurut kata asalnya berasal dari bahasa latin
yaitu yang berarti communication, yang berarti sama makna mengenai suatu hal. Jadi
berlangsungnya proses komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan mengenai hal-hal
yang dikomunikasikan ataupun kepentingan tertentu. Komunikasi dapat berlangsung
apabila ada pesan yang akan disampaikan dan terdapat pula umpan balik dari penerima
pesan yang dapat diterima langsung oleh penyampai pesan. Selain itu komunikasi
merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi
tahu, merubah sikap, pendapat atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tak
langsung melalui media. Dalam komunikasi ini memerlukan adanya hubungan timbal
balik antara penyampain pesan dan penerimanya yaitu komunikator dan komunikan.
Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk
merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat
dan sikap. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian
informasi dan pengertian seseorang terhadap orang lain.
R. Wayne Pace (1979) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi atau
communication interpersonal merupakan proses komunikasi yang berlangsung antara dua
orang atau lebih secara tatap muka dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara
langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung.
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang pesannya dikemas dalam
bentuk verbal atau nonverbal, seperti komunikasi pada umumnya komunikasi
interpersonal selalu mencakup dua unsur pokok yaitu isi pesan dan bagaimana isi pesan
dikatakan atau dilakukan secara verbal atau nonverbal. Dua unsur tersebut sebaiknya
diperhatikan dan dilakukan berdasarkan pertimbangan situasi, kondisi, dan keadaan
penerima pesan. Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan aktif bukan pasif.
Komunikasi interpersonal bukan hanya komunikasi dari pengirim pada penerima pesan,
begitupula sebaliknya, melainkan komunikasi timbal balik antara pengirim dan penerima
pesan. Komunikasi interpersonal bukan sekedar serangkaian rangsangan-tanggapan,

stimulus-respon, akan tetapi serangkaian proses saling menerima, penyeraan dan


penyampaian tanggapan yang telah diolah oleh masing-masing pihak.
2.1.1 Macam-Macam Komunikasi Interspersonal
2.1.1.1 Komunikasi kesehatan
Menurut Alo Liliweri. 2007
Pengertian komunikasi kesehatan adalah:
a. Studi yang mempelajari bagaimana cara menggunakan strategi
komunikasi yang dapat mempengaruhi individu dan komunitas
agar mereka dapat membuat keputusan yang tepat berkaitan
dengan pengelolaan kesehatan.
b. Proses kemitraan antara para partisipan berdasarkan dialog dua
arah yang didalamnya ada suasana interaktif, ada pertukaran
gagasan, ada kesepakatan mengenai kesatuan gagasan mengenai
kesehatan, juga merupakan teknik dari pengirim dan penerima
untuk

memperoleh informasi mengenai

kesehatan

yang

seimbang demi memperbarui pemahaman bersama (ratzan, S.C.,


1994 : Alo Liliweri. 2007)
c. Proses untuk mengembangkan atau membagi pesan kesehatan
kepada audiens tertentu dengan maksud mempengaruhi
pengetahuan, sikap, keyakinan mereka tentang pilihan dan
perilaku hidup sehat.
Tujuan komunikasi kesehatan menurut Alo Liliweri. 2007
Ada 2, yaitu tujuan strategis dan tujuan praktis.
a.

Tujuan strategis. Pada umumnya program yang berkaitan dengan


komunikasi kesehatan yang dirancang dalam bentuk paket acara atau
paket modul dapat berfungsi untuk:
1)

Relay information. Meneruskan informasi kesehatan dari suatu


sumber kepada pihak lain secara berangkai (hunting).

2)

Enable informed decision making. Memberikan informasi


akurat untuk memungkan pengambilan keputusan.

3)

Promote healthy behaviors. Informasi untuk memperkenalkan


perilaku hidup sehat.

4)

Promote peer information exchange and emotional support.


Mendukung pertukaran informasi pertama dan mendukung
secara emosional pertukaran informasi kesehatan.

5)

Promote self-care. Memperkenalkan pemeliharaan kesehatan


diri sendiri.

6)

Manage demand for health services. Memenuhi permintaan


layanan kesehatan.

b.

Tujuan praktis. Menurut Taibi Kahler (kahler Communication),


Washington, D.C. Courses Process Communication Model, 2003)
sebenarnya secara praktis tujuan khusus komunikasi kesehatan itu
meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui beberapa usaha
pendidikan dan pelatihan agar dapat:
1)

Meningkatkan pengetahuan yang mencakup:


a)

Prinsip dan proses komunikasi manusia

b)

Menjadi komunikator yang memiliki etos, patos, logos,


kreadibilitas dan lain-lain.

c)

Menyusun pesan verbal dan non-verbal dalam komunikasi


kesehatan.

d)

Memilih media yang sesuai dengan konteks komunikasi


kesehatan.

e)

Menentukan segmen komunikasi yang sesuai dengan


konteks komunikasi kesehatan.

f)

Mengelola umpan-balik atau dampak pesan kesehatan yang


sesuai dengan kehendak komunikator dan komunikan.

g)

Mengelola hambatan-hambatan dalam komunikasi


kesehatan.

2)

h)

Mengenal dan mengelola konteks komunikasi kesehatan.

i)

Prinsip-prisip riset.
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan berkomunikasi

efektif
a)

Praktis berbicara, berpidato, memimpin rapat, dialog,


diskusi,

negosiasi,

menyelesaikan

konflik,

menulis,

membaca, wawancara, menjawab pertanyaan, argumentasi


dan lain-lain.
3)

Membentuk sikap dan perilaku berkomunikasi:


a)

Berkomunikasi yang menyenangkan, empati

b)

Berkomuniaksi dengan kepercayaan pada diri

c)

Menciptakan kepercayaan public dan pemberdayaan publik

d)

Membuat oertukaran gagasan dan informasi makin


menyenangkan

e)

Memberikan apresiasi terhadap terbentuknya komunikasi


yang baik (Report of the Liberal Arts and Scienecs Task
Force, Truman State University, 1994)

Manfaat mempelajari ilmu komunikasi kesehatan menurut Alo Liliwari.


2007
a.
b.

Memahami interaksi antara kesehatan dengan perilaku individu.


Meningkatkan kesadaran kita tentang issue kesehatan, masalah
atau solusi.

c.

Menghadapi disparitas pemeliharaan kesehatan antaretnik atau


antarras.

d.

Memperkuat infrastuktur kesehatan masyarakat dimasa yang akan


datang.

e. Sebagai tindak-lanjut dari kesadaran tersebut, kita dapat melakukan


strategi intervensi pada tingkat komunitas.
f.

Menampilkan ilustrasi keterampilan, menggambarkan berbagai


jemis keterampilan untuk mememlihara kesehatan, pencegahan,
advokasi atau sistem layanan kesehatan kepada masyarakat.

g. Memperbarui peran para professional di bidang kesehatan


masyarakat.
2.1.1.2 Komunikasi Terapeutik
Pengertian Komunikasi Terapeutik
Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari
penyembuhan (As Hornby dalam Intan, 2005). Maka di sini dapat
diartikan bahwa terapeutik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi
proses penyembuhan. Sehingga komunikasi terapeutik itu sendiri adalah
komunikasi

yang

direncanakan

dan

dilakukan

untuk

membantu

penyembuhan/pemulihan pasien. Komunikasi terapeutik merupakan


komunikasi professional bagi perawat.
Tujuan Komunikasi Terapeutik
Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat
akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan klien,
sehingga akan lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan
yang telah diterapkan, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan
keperawatan dan akan meningkatkan profesi.
Tujuan komunikasi terapeutik (Purwanto, 1994) adalah:
1.

Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban


perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk

mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang
diperlukan.
2.

Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil


tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.

3.

Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri.

Manfaat Komunikasi Terapeutik


Manfaat komuniaksi terapeutik (Christina, dkk, 2003) adalah:
1.

Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat


dengan pasien melalui hubungan perawat klien.

2.

Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji


masalah dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh
perawat.

Syarat-syarat Komunikasi Terapeutik


Stuart dan Sundeen (dalam Christina, dkk, 2003) mengatakan ada dua
persyaratan dasar untuk komunikasi terapeutik efektif:
1.

Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri


pemberi maupun penerima pesan.

2.

Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan


terlebih dahulu sebelum memberikan sarana, informasi maupun
masukan.

Persyaratan-persyaratan untuk komunikasi terapeutik ini dibutuhkan


untuk

membentuk

hubungan

perawat

klien

sehingga

klien

memungkinkan untuk mengimplementasikan proses keperawatan.


Komunikasi terapeutik ini akan lebih efekitf bila melalui penggunaan
dan latihan yang sering.
2.1.2 Komponen Komunikasi
Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, jelas bahwa
komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi

hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima dan
efek. Unsur-unsur ini juga bisa disebut komponen atau elemen komunikasi.
Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau
elemen yang mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa proses
tejadinya komunikasi. Cukup di dukung oleh tiga unsur, sementara ada juga yang
menambahkan umpan balik dan lingkungan selain lima unsur yang telah
disebutkan.
Arestoteles, ahli filsafat Yunani Kuno dalam bukunya Rhetorica
menyebut bahwa suatu proses komunikasi memerlukan tiga unsur yang
mendukungnya, yakni siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan, dan siapa yang
mendengarkan. Pandangan Arestoteles ini oleh besar pakar komunikasi dinilai lebih
tepat untuk mendukung suatu proses komunikasi public dalam bentuk pidato atau
retorika. Hal ini bisa dimengerti, karena pada zaman Arestoteles retorika menjadi
bentuk komunikasi yang sangat popoler bagi masyarakat Yunan (Cangara, 2007, hal
22-23). Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa
berlangsung dengan baik. Beberapa unsur-unsur terjadinya komunikasi antara lain:
1. Komunikan
Menurut KBBI, komunikan adalah penerima pesan dalam komunikasi.
Komunikan juga disebut dengan penerima. Penerima adalah pihak yang
menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri
satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau Negara.
Penerima bisa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak,
sasaran, komunikan, atau dalam bahasa inggris disebut audience atau
receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan
penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak ada penerima jika
tidak ada sumber.
Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena
dialah yang menjadi sasaran dalam komunikasi. Jika suatu pesan tidak
diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang
sering kali menuntut perubahan, apakah pada sumber , pesan, atau saluran.

Kenallah khalayakmu adalah prinsip dasar dalam berkomunikasi.


Karena mengetahui dan memahami karakteristik penerima ( khalayak ),
berarti suatu peluang untuk mencapai keberhasilan komunikasi (Cangara,
2007, hal 26)
2. Komunikator
Pada dasarnya komunikasi adalah proses yang memungkinkan
seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambamglambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan). (Carl
I. Hovland, 2007, hal 68).
Pada definisi komunikasi di atas, disebutkan bahwa komunikator
adalah orang yang menyampaikan rangsangan. Harrold Lasswell
mengatakan, komunikator atau sering disebut juga sumber (source),
pengirim (sender), penyandi (encoder), pembicara (speaker), atau
originator. Komunikator adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai
kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu,
kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu negara.
Sekalipun fungsinya sama yaitu sebagai pengirim pesan, sebetulnya
masing-masing istilah itu memiliki ciri khas tersendiri,terutama tentang
sumber. Seorang sumber bisa jadi komunikator/pembicara. Sebaliknya, seorang
komunikator/sumber tidak selalu sebagai sumber. Bisa jadi ia menjadi
pelaksana (eksekutor) dari seorang sumber untuk menyampaikan pesan kepada
khalayak ramai atau individu.
Seorang komunikator tidak hanya berperan dalam menyampaikan pesan
kepada penerima, namun juga memberikan respons dan tanggapan, serta
menjawab pertanyaan dan masukan yang disampaikan oleh penerima, dan
publik yang terkena dampak dari proses komunikasi yang berlangsung, baik
secara langsung maupun tidak langsung (Wiryanto, 2000, hal 63).
Diperlukan persyaratan tertentu untuk para komunikator dalam sebuah
program komunikasi, baik dalam segi sosok kepribadian maupun dalam kinerja
kerja. Dari segi kepribadian, agar pesan yang disampaikan bisa diterima oleh

khalayak

maka

seseorang

komunikator

mempunyai

hal

berikut

(Ruben&Stewart, 1998; 105-109):


a. Memiliki kedekatan (proximility) dengan khalayak. Jarak seseorang
dengan sumber memengaruhi perhatiannya pada pesan tertentu.
Semakin dekat jarak semakin besar pula peluang untuk terpapar
pesan itu. Hal ini terjadi dalam arti jarak secara fisik ataupun secara
sosial.
b. Mempunyai kesamaan dan daya tarik sosial dan fisik. Seorang
komunikator cenderung mendapat perhatian jika penampilan
fisiknya secara keseluruhan memiliki daya tarik (attractiveness) bagi
audiens.
c. Kesamaan (similirity) merupakan faktor penting lainnya yang
memengaruhi penerimaan pesan oleh khalayak. Kesamaan ini antara
lain meliputi gender, pendidikan, umur, agama, latar belakang sosial,
ras, hobi, dan kemampuan bahasa. Kesamaan juga bisa meliputi
masalah sikap dan orientasi terhadap berbagai aspek seperti buku,
musik, pakaian, pekerjaan, keluarga, dan sebagainya. Preferensi
khalayak terhadap seorang komunikator berdasarkan kesamaan
budaya, agama, ras, pekerjaan, dan pendidikan berpengaruh terhadap
proses seleksi, interpretasi, dan pengingatan pesan sepanjang
hidupnya.
Evert M. Rogers (1995;286:287) menyebut kesamaan antara
komunikator dan khalayak dengan prinsip homofili antara kedua
belah pihak ini sangat efektif bagi penerimaan pesan. Tetapi kadangkadang diantara keduanya terjadi hubungan yang bersifat heterofili,
suatu keadaan yang tidak setara anyata sumber dan target sasaran.
d. Dikenal kredibilitasnya dan otoritasnya. Khalayak cenderung
memerhatikan dan mengingat pesan dari sumber yang mereka
percaya sebagai orang yang memiliki pengalaman dan atau
pengetahuan yang luas. Menurut Ferguson, ada dua faktor
kredibilitas yang sangat penting untuk seorang sumber: dapat

dipercaya (trustworthiness) dan keahlian (expertise). Faktor-faktor


lainnya adalah tenang/sabar (compusere), dinamis, bisa bergaul
(sociability), terbuka (extroversion) dan memiliki kesamaan dengan
audiens.
Menunjukkan motivasi dan niat. Cara komunikator menyampaikan
pesan berpengaruh terhadap audiens dalam memberi tanggapan
terhadap pesan tersebut. Respon khlayak akan berbeda menanggapi
pesan yang ditunjukkan untuk kepentingan informasi (informative)
dari pesan yang diniatkan untuk meyakinkan (persuasive) mereka.
e. Pandai dalam cara penyampaian pesan. Gaya komunikator
menyampaikan (delivery) pesan juga menjadi faktor penting dalam
proses penerimaan informasi.
f.

Dikenal status, kekuasaan dan kewenangannya. Status di sini


menunjuk kepada posisi atau ranking baik dalam struktur sosial
maupun organisasi. Sedangkan kekuasaan (power) dan kewenangan
(authority) mengacu pada kemampuan seseorang memberi ganjaran
(reward) dan hukuman (punishment).
Dalam proses komunikasi seorang komunikator akan sukses apabila ia

berhasil menunjukkan source credibility, artinya menjadi sumber


kepercayaan

bagi

komunikan.

Kepercayaan

komunikan

kepada

komunikator ditentukan oleh keahlian komunikator dalam bidang tugas


pekerjaannya dan dapat tidaknya ia dipercaya.
Seorang ahli hukum akan mendapat kepercayaan apabila ia berbicara
mengenai masalah hukum. Demikian pula seorang dokter akan
memperoleh kepercayaan kalau ia membahas masalah kesehatan.
Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang
disampaikan kepada komunikan dianggap benar dan sesuai dengan
kenyataan empiris. Jadi seorang komunikator menjadi source of credibility
disebabkan adanya ethos pada dirinya yaitu apa yang dikatakan oleh
Aristoteles, dan yang hingga kini tetap dijadikan pedoman yaitu good
sense, good moral character dan good will, yang oleh para cendikiawan

modern diterjemahkan menjadi itikad baik (good intentions), dan dapat


dipercaya

(thrustworthiness)

dan

kecakapan

atau

kemampuan

(competence or expertness). Berdasarkan hal itu komunikator yang berethos menunjukkan bahwa dirinya mempunyai itikad baik, dapat
dipercaya dan mempunyai kecakapan dan keahlian (Effendy, 2007:306).
3. Pesan
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komuniaktor.
Pesan ini mempunyai inti pesan yang sebenarnya menjadi pengarah
didalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan.
Pesan dapat secara panjang lebar mengupas berbagai segi, namun inti
pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan akhir
komunikasi itu.
a. Penyampaian Pesan
Melalui lisan, face to face, langsung menggunakan media, saluran
dan sebagainya.
b. Bentuk Pesan
- Informatif
Bersifat memberikan keterangan-keterangan atau faktafakta, kemudian komunikan mengambil keputusan. Dalam
situasi tertentu pesan informatif

justru lebih berhasil

daripada persuasif, misalnya jika audience adalah kalangan


cendekiawan.
-

Persuasif
Berisikan bujukan, yaitu membangkitkan pengertian dan
kesadaran manusia bahwa apa yang kita sampaikan akan
memberikan perubahan sikap, tetapi berubahnya adalah
atas kehendak sendiri (bukan dipaksakan). Perubahan
tersebut diterima atas kesadaran sendiri.

Koersif
Penyampain pesan yang bersifat memaksa dan dengan
menggunakan sanksi-sanksi apabila tidak dilaksanakan

c. Jenis Pesan
Pesan Verbal
Pesan Linguistik adalah pesan yang dikemas dalam bahasa, atau
bahasalah sebagai alat utamannya. Dalam Komunikasi

dinamakan komunikasi verbal, karena ia menggunakan


lambang verbal yaitu bahasa (Effendy, 1993, hal33).
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol
yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua
rangsangan wicara yang kita sadari termasuk ke dalam
kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang
dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang
lain secara lisan. Bahasa dapat juga dianggap sebagai suatu
sistem kode verbal. Bahasa dapat didefinisikan sebagai
seperangkat

symbol,

mengkombinasikan

dengan

simbol-simbol

aturan

untuk

tersebut,

yang

digunakan dan dipahami suatu komunitas. Bahasa verbal


adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan,
dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata
yang merepresentasikan berbagai aspek realitas individual
kita. Konsekuensinya, kata-kata adalah abstraksi realitas
kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang
merupakan totalitas objek atau konsep yang diwakili katakata itu (Mulyana, 2005, hal 238)
Menurut Larry L.Barker dalam Mulyana: 2007, bahasa
memiliki tiga fungsi yaitu: penamaan (naming atau labeling),
interaksi,dan

transmisi

informasi. Penamaan

atau

penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek,


tindakan, atau orang denganmenyebut namanya sehingga
dapat dirujuk dalam komunikasi. Fungsi interaksi, menurut
Barker, menekankan berbagi gagasan dan emosi yang dapat
mengundang simpati dangpengertian dan kebingungan. Melalui
bahasa, informasi dapat disampaikan kepada oranglain. Anda juga
menerima informasi setiap hari sejak bangun tidur hingga
tidur kembali. Ini kemudian yang disebut Fungsi transmisi.
-

Pesan Non Verbal

Secara sederhana, pesan nonverbal didefinisikan sebagai


semua tanda atau isyarat yang tidak berbentuk kata-kata
(Mulyana,

2007,

hal

343).

Secara

lebih

spesifik,

mendefinisikannya sebagai semua rangsangan (kecuali


rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang
dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh indivdu,
yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima.
Jalaludin Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal
sebagai berikut:
-

Pesan Kinesik
Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang
berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial,
pesan gestural, dan pesan postural.

Pesan Proksemik
Disampaikan

melalui

pengaturan

jarak

dan

ruang.

Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan


keakraban kita dengan orang lain.
-

Pesan Artifaktual
Diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan
kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang
sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain
sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image).
Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk
citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.

Pesan Paralinguistik
adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan
cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang
sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila
diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh Dedy Mulyana

(2005) disebutnya sebagai parabahasa.


Pesan Sentuhan dan Bau-bauan
Mark L. Knapp (dalam Jalaludin, 1994), menyebut lima fungsi pesan
nonverbal yang dihubungkan dengan pesan verbal:

a. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan


secara verbal.
b. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal.
c. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain
terhadap pesan verbal.
d. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan
nonverbal.
e. Aksentuasi,

yaitu

menegaskan

pesan

verbal

atau

alami

dalam

menggarisbawahinya.
Hambatan-hambatan

terhadap

pesan

acapkali

kita

komunikasi, lain yang dituju tapi lain yang diperoleh. Dengan perkataan
lain apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Hal ini
disebabkan adanya hambatan-hambatan terutama adalah :
a. Hambatan Bahasa (Language Factor)
Pesan akan disalahartikan sehingga tidak mencapai apa yang
diinginkan, apabila bahasa yang digunakan tidak dipahami oleh
komunikan. Termasuk dalam pengertian ini penggunaan istilahistilah yang mungkin dapat diartikan berbeda atau tidak mengerti
sama sekali. Demikian juga jika kita menggunakan istilah-istilah
yang ilmiah tapi belum merata atau baku, seperti: dampak,
kendala, canggih, rekayasa, dan sebagainya, namun dalam
komunikasi hal-hal seperti ini sering dilontarkan dengan tujuan
lain atau sekedar penonjolan diri dan pengalihan perhatian.
b. Hambatan Teknis (Noise Factor)
Pesan dapat tidak utuh diterima komunikan karena gangguan
teknis. Misalnya suara tidak sampai karena pengeras suara rusak,
bunyi-bunyian, halilintar, lingkungan yang gaduh dan lain-lain.
Gangguan teknis ini lebih sering dijumpai pada komunikasi yang
menggunakan medium misalnya dalam rapat umum, dan
sebagainya.
4. Pengambilan Keputusan

Menurut Mc. Farland, keputusan adalah suatu tindakan pemilihan di


mana pimpinan menentukan suatu kesimpulan tentang apa yang harus atau
tidak harus dilakukan dalam situasi yang tertentu). Selain itu juga dapat
dipahami bahwa pengambilan keputusan itu tidak terlepas dari upaya
memilih alternatif-alternatif yang tepat untuk situasi tertentu dengan
langkah-langkah tertentu pula ( Mesiono, 2012, hal. 153-155)
Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau
keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan
suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia.
Keputusan biasanya terbagi menjadi dua jenis, yaitu
-

Keputusan pribadi, merupakan keputusan yang diambil untuk

kepentingan diri sendiri dan dilakukan secara perorangan.


Keputusan bersama, merupakan keputusan yang diambil
bedasarkan kesepakatan bersama dan untuk kepentingan bersama.

5. Penempatan Diri
Penempatan diri adalah kondisi dimana seseorang lebih peka terhadap
lingkungan sekitar karena komunikasi yang efektif dan menitik beratkan
pada empati. Komunikasi harus dapat merealisasikan harapan komunikan.
Di dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu
kelancaran jalannya proses komunikasi. Sehingga informasi dan gagasan
yang disampaikan tidak dapat diterima dan dimengerti dengan jelas oleh
penerima

pesan

atau

receiver.

Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan yang


menyebabkan komunikasi tidak efektif yaitu adalah (1992,p.10-11) :
a. Status
perbedaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia
b. Umur
berpengaruh terhadap penggunaan bahasa. Faktor ini menyangkut
bahasa

yang

digunakan

komunikator.

Sebab

kesalahan

pengucapan/penulisn dapat menimbulkan kesalahan penafsiran.


2.1.3 Peran Komponen Komunikasi Dalam Komuniksi Interpersonal

1. Komunikan
Komunikan adalah elemen terpenting dalam komunikasi, karena
komunikan merupakan sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak
diterima dengan baik oleh penerima, maka akan menimbulkan berbagai
macam masalah berupa kesenjangan yang seringkali menuntut perubahan
baik pada sumber, pesan, maupun media. Selain sebagai pendengar, dalam
suatu komunikasi peran komunikan adalah sebagai memberi respon
terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator.
2. Komunikator
Komunikator

merupakan

seseorang

yang

berinisiatif

menjadi

narasumber dalam sebuah hubungan dengan mengutarakan pemikiran dan


perasaannya dalam bentuk pesan untuk membuat komunikan menjadi
paham dan dapat memberikan respon sesuai dengan yang diharapkan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa komunikator adalah pihak yang
bertindak sebagai pengirim pesan dalam komunikasi. Selain sebagai
pemberi pesan, komunikator juga berperan dalam memberikan respon dan
tanggapan terhadap pertanyaan dan masukan yang disampaikan oleh
penerima.
3. Pesan
Pesan atau amanat merupakan sesuatu yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan dapat berupa
ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau berita. Dalam
penyampaian suatu pesan agar dapat diterima dengan baik dan tidak
terjadi perbedaan makna dalam penerimaan, pesan harus dikemas sebaik
mungkin. Bentuk-bentuk pesan dapat berupa :
a. Informatif
Bersifat memberikan suatu fakta maupun keterangan yang diikuti
oleh pengambilan keputusan.
b. Persuasif
Bersifat ajakan, membangkitkan pengertian, dan kesadaran yang
bertujuan agar terjadi respon perubahan sikap komunikan oleh
keinginan pribadi.
c. Koersif

Penyampaian pesan yang bersifat memaksadan akan mendapatkan


sanksi apabila dilanggar.
Sedangkan sebagai syarat pesan yang baik harus memenuhi kreteria
berikut ini, yaitu :
a. Umum
Berisikan hal-hal umum yang dipahami oleh seluruh pendengar.
b. Jelas
Tidak bertele-tele, menggunakan kata yang tidak bermakna ambigu.
c. Bahasa mudah dimengerti
Menggunakan bahasa yang disesuaikan dengan pemahaman
pendengar. Misalnya tidak menggunakan bahasa Sunda apabila
pendengar merupakan suku Jawa.
4. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan ialah proses pemecahan masalah dengan
menentukan pilihan dari beberapa alternatif untuk menetapkan suatu
tindakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Pengambilan keputusan
dibutuhkan ketika kita memiliki masalah yang harus diselesaikan.
Pembuatan keputusan harus berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
yang disesuaikan dengan pengetahuan, pengalaman, dan data yang
diperoleh atau dikumpulkan berkaitan dengan masalah. Faktor-faktor yang
perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan menurut Terry, yaitu :
a. Hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang emosional
maupun yang rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan
keputusan.
b. Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan
organisasi.
c. Setiap keputusan jangan berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi
harus lebih mementingkan kepentingan organisasi.
d. Jarang sekali pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah
e.

altenatif-alternatif tandingan.
Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental dari tindakan ini

harus diubah menjadi tindakan fisik.


f. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup
lama.

g. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan


hasil yang lebih baik.
h. Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan
itu benar.
i. Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian
kegiatan mata rantai berikutnya.
Dalam komunikasi dalam organisasi, pengambilan keputusan yang efektif
menjadi tolak ukur kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan yang
efektif tidak hanya membolehkan diskusi diantara kelompok, tetapi juga
mengizinkan mereka berpartisipasi dalam melaksanakan pengambilan
keputusan. Jika mereka tidak dilibatkan dalam kegiatan pendiskusikan
persoalan yang relavan bagi mereka maka partisipasi mereka dalam
pengambilan keputusan tidak akan sukses.
5. Penempatan diri
Kemampuan kita untuk memahami dan mengalami suatu perasaan
positif dan negatif akan membantu kita memahami makna kehidupan yang
sebenarnya. Kemampuan ini sering disebut sebagai atribut empati. Empati
merupakan bagian penting social competency (kemampuan sosial). Empati
juga merupakan salah satu dari unsur-unsur kecerdasan sosial.
Secara lebih luas empati diartikan sebagai ketrampilan sosial tidak
sekedar ikut merasakan pengalaman orang lain (vicarious affect
response), tetapi juga mampu melakukan respon kepedulian (concern)
terhadap perasaan dan perilaku orang tersebut. Tidak heran jika latihan
memberikan sesuatu atau bersedekah, selain merupakan sarana beribadah,
juga bisa melatih empati anak pada orang lain yang memunculkan sifat
berderma (filantropi) (Frieda Mangunsong, 2010).
Empati adalah salah satu usaha kita untuk melakukan evaluasi diri
sekaligus mengembangkan kontrol diri menjadi positif. Kemampuan
melihat diri orang lain baik perasaan, pikiran maupun perilakunya
merupakan bagian dari bagaimana kita akan merefleksikan keadaan

tersebut dalam diri kita. Jika kita telah mempunyai kemampuan ini maka
kita telah dapat mengembangkan kemampuan evaluasi diri yang baik dan
akhirnya kita dapat melakukan kontrol diri yang baik artinya kita akan
senantiasa berhati-hati dalam melakukan perbuatan atau memahami
lingkungan sekitar kita.

BAB III
PEMBAHASAN
Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada
komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan
komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif
(sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya) dan banyak melalui perkembangan. Dilihat
dari jenis interaksi dalam komunikasi, komunikasi dapat dibedakan atas tiga kategori yaitu
komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok kecil dan komunikasi publik.
3.1 Proses terjadinya komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan
paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung
diketahui balikannya. (Muhammad, 2005,p.158-159). Proses komunikasi dapat terjadi
apabila ada interaksi antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif
komunikasi. Tahapan proses komunikasi adalah sebagai berikut :
1. Penginterpretasian.
Hal yang diinterpretasikan adalah motif komunikasi, terjadi dalam diri komunikator.
Artinya, proses komunikasi tahap pertama bermula sejak motif komunikasi muncul
hingga akal budi komunikator berhasil menginterpretasikan apa yang ia pikir dan rasakan
ke dalam pesan (masih abstrak). Proses penerjemahan motif komunikasi ke dalam pesan
disebut interpreting.
2. Penyandian.
Tahap ini masih ada dalam komunikator dari pesan yang bersifat abstrak berhasil
diwujudkan oleh akal budi manusia ke dalam lambang komunikasi. Tahap ini disebut
encoding, akal budi manusia berfungsi sebagai encorder, alat penyandi: merubah pesan
abstrak menjadi konkret.

3. Pengiriman.
Proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan komunikasi, mengirim
lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniah yang disebut transmitter, alat pengirim
pesan.
4. Perjalanan.
Tahapan ini terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan dikirim hingga pesan
diterima oleh komunikan.
5. Penerimaan.
Tahapan ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi melalui peralatan
jasmaniah komunikan.
6. Penyandian balik.
Tahap ini terjadi pada diri komunikan sejak lambang komunikasi diterima melalui
peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya berhasil menguraikannya
(decoding).
7. Penginterpretasian.
Tahap ini terjadi pada komunikan, sejak lambang komunikasi berhasil diurai kan dalam
bentuk pesan.
Proses komunikasi dapat dilihat pada skema di bawah ini:

Proses komunikasi dapat dilihat dari perspektif psikologis dan perspektif mekanis.
Perspektif psikologis merupakan tahapan komunikator pada proses encoding, kemudian
hasil encoding ditransmisikan kepada komunikan sehingga terjadi komunikasi interpersonal.
Sedangkan, perspektif mekanis merupakan tahapan disaat komunikator mentransfer pesan
dengan bahasa verbal/non verbal. Sehingga dapat disimpulkan adanya proses komunikasi
yaitu
1. Komunikasi bersifat dinamis.
2. Tahapan proses komunikasi bermanfaat untuk analisis.
3. Proses komunikasi dapat terhenti setiap saat.
4. Pesan komunikasi tidak harus diterima.
5. Tindak komunikasi merupakan indikasi komunikasi.
3.2 Peran komunikasi interpersonal terhadap komunikasi kesehatan
Menurut teori komunikasi, komunikasi yang terjadi selama transaksi terapeutik adalah
komunikasi interpersonal. Dalam konteks interpersonal, komunikasi kesehatan termasuk
dalam komunikasi manusia yang secara langsung mempengaruhi antar profesional dan
profesional dengan klien. Komunikalevasi kesehatan dipandang sebagai bagian dari bidangbidang

ilmu

yang

relevan,

fokusnya

lebih

spesifik

dalam

hal

pelayanan

kesehatan. Komunikasi kesehatan diperlukan di bidang kesehatan karena komunikasi dalam

kesehatan merupakan kunci pencapaian peningkatan taraf atau tingkat kesehatan


masyarakat.
Naude cit. Santosa menyebutkan bahwa pada proses pelayanan medik gigi terjalin
suatu hubungan kerja sama antara dokter gigi dengan penderitanya yang dikenal dengan
komunikasi interpersonal. Secara psikologis selama proses komunikasi interpersonal
berlangsung maka dalam diri komunikan akan terjadi proses sensasi, memori, persepsi, dan
berpikir. Ketika proses komunikasi interpersonal berlangsung, keempat tahap ini berjalan
tanpa dapat dirasakan atau diraba walaupun terjadi dalam satu episode, sebagai contoh yaitu
ketika seorang dokter gigi bertanya kepada pasiennya tentang berapa lama merasakan sakit
gigi, atau seberapa parah sakit gigi yang dideritanya, maka persepsi penderita dalam
mengelola stimulus tersebut sangat tergantung dari kerangka rujukan yang ada di
memorinya, apa yang dimaksud dengan berapa lama sakitnya atau seberapa parah sakitnya.
Hal ini sangat menentukan dalam menciptakan makna pesan pada proses persepsinya. Dari
contoh tersebut dapat dicermati pentingnya proses persepsi dalam optimalisai komunikasi
interpersonal. Sehingga bila keliru dalam mempersepsi stimulus maka respons yang
diproduksi tidak sesuai dengan makna pesan yang diinginkan dokter giginya.
Rakhmat membagi faktor penentu ketepatan persepsi menjadi faktor struktural dan
faktor personal. Faktor struktural sebagai faktor yang berada di luar diri komunikate, oleh
karena itu sangat berperan terhadap kualitas pesan (stimulus), sebagai contoh yaitu kualitas
pertanyaan dokter gigi merupakan faktor struktural yang sangat menentukan persepsi
penderitanya. Sedangkan faktor personal adalah berbagai faktor yang ada dalam diri
komunikate, seperti: emosi, mood, sugesti serta kerangka rujukan komunikate. Contohnya
ialah bila penderita tidak mempunyai kebutuhan tinggi terhadap kesembuhan sakit giginya,
atau jika penderita takut terhadap perawatan gigi maupun figur dokter giginya, atau jika
penderita miskin akan kerangka rujukan, maka besar kemungkinan pertanyaan dokter gigi
terhadap kondisi sakit gigi dan rencana perawatan gigi akan dipersepsi secara tidak tepat
oleh penderitanya. Ada dua hal pokok sebagai penyebab persepsi yang tidak tepat, antara
lain pertama adalah kapasitas kerangka rujukan penderita dan kedua adalah kualitas pesan
dokter giginya. Oleh karena itu, efektifitas komunikasi interpersonal sangat bergantung pada
persepsi interpersonalnya. Naude cit. Santosa menyatakan bahwa instruksi dan informasi

dapat diterima dengan baik oleh penderita, jika ia memberikan perhatian penuh terhadap
informasi, pengertian atas pesan serta penerimaan pesan secara psikologis.
Pola pendekatan perorangan akan terjadi tatap muka secara langsung antara tenaga
medis (dokter gigi) dengan individu (penderita) tanpa menggunakan media komunikasi
merupakan ciri atau karakteristik penting dalam layanan medik gigi. Pandangan ini
tercermin dalam definisi transaksi terapeutik yang dinyatakan sebagai suatu perjanjian
layanan medik untuk upaya penyembuhan penderita, yang sesuai dengan pernyataan Naude
cit. Santosa bahwa layanan medik kesehatan gigi dan mulut akan terjadi komunikasi
interpersonal. Dari kajian di atas peran komunikasi interpersonal antara dokter gigi dengan
penderitanya sangat penting, agar proses layanan medik gigi dan mulut akan lebih optimal,
dan pemahaman tentang peran komunikasi interpersonal diharapkan mampu mendorong
peningkatan kemampuan dan penguasaan berkomunikasi dengan penderita dan akhirnya
timbul hubungan interpersonal yang optimal antara dokter gigi dengan penderitanya.
3.3 Proses terjadinya miskomunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa latin, communication yaitu sama makna, maksudnya
komunikasi terjadi jika antara orang-orang yang terlibat ada kesamaan makna mengenai
sesuatu yang disampaikan. Dari kamus besar bahasa Indonesia, komunikasi merupakan
suatu proses penyampaian pesan dan informasi, baik verbal maupun nonverbal dari
seseorang kepada orang lain, sehingga terjadi saling pengertian mengenai suatu pesan atau
informasi yang diiringi dengan perubahan sikap dan tingkah laku komunikan.
Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata yang dapat
dimengerti oleh kedua belah pihak. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau
sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Di dalam komunikasi tidak selalu
berjalan dengan baik, terkadang ada beberapa hambatan yang membuat komunikasi tidak
dapat berjalan, atau ada suatu hambatan yang sering kali kita sebut dengan miskomunikasi.
Miskomunikasi dapat diartikan sebagai proses komunikasi yang tidak dapat berjalan sesuai
dengan apa yang diharapkan atau terjadi suatu hambatan atau kesalahan persepsi ketika
proses komunikasi terjadi. Miskomunikasi akan menyebabkan tidak tercapainya tujuan atau

misi yang hendak dicapai dan menjadi sumber dari masalah yang akhirnya berbuah menjadi
konflik.
Mis-komunikasi ini bisa terjadi karena beberapa hal, salah satunya faktor pengetahuan
dan bahasa. Bahasa merupakan faktor penting dalam berkomunikasi, tanpa bahasa, kita tidak
dapat berkomunikasi. Ada dua jenis bahasa dalam berkomunikasi, yaitu bahasa verbal
(lisan) dan bahasa nonverbal (tulisan, symbol, isyarat). Artinya, orang-orang yang memiliki
latar belakang pengetahuan, pengalaman, dan bahasa yang sama, akan lebih mudah
mencapai kesamaan persepsi. Penyebab lainnya yaitu beda budaya, beda agama, beda fisik
dan lain sebagainya.
Selain hal-hal tersebut, faktor penyebab terjadinya mis-komunikasi adalah penerima
pesan salah mengartikan apa yang dikatakan oleh pemberi pesan sehingga yang sering
terjadi adalah seorang pemberi pesan memiliki maksud tersendiri dalam menyampaikan
pesannya, namun sang penerima pesan juga mempunyai maksud yang lain dalam benaknya.
Adanya gangguan pada unsur Channel (Media) merupakan faktor yang sering terjadi pada
saat ini yang menyebabkan tidak adanya Feedback (Umpan Balik) pesan yang disampaikan,
atau bahkan Feedback yang timbul tidak sesuai dengan tujuan pesan yang disampaikan di
awal. Ketika Feedback yang diterima berbeda dengan tujuan awal pesan disampaikan, maka
akan terjadi kesalahpahaman atau salah koordinasi antara si penyampai pesan dengan si
penerima pesan. Inilah yang menyebabkan terjadinya mis-komunikasi antar kedua belah
pihak.
3.4 Cara mengatasi miskomunikasi
Jika seseorang menyadari bahwa ada hal-hal yang dapat menyebabkan miskomunikasi,
maka akan lebih mudah baginya untuk menghindari hal tersebut. Berikut adalah beberapa
hal yang dapat dilakukan untuk menghindari kejadian miskomunikasi :
a. Belajar untuk berkomunikasi
Berkomunikasi dengan baik sangatlah penting. Ini berarti bahwa ketika anda mengajukan
beberapa informasi dan mengharapkan hasil dari itu, maka anda harus menjelaskan pesan
yang anda kirim. Sebuah pesan yang samar-samar, tidak jelas dan terdapat banyak
tafsiran, adalah salah satu penyebab terjadinya miskomunikasi yang paling ampuh. Untuk

menghindari itu, pertama merumuskan pesan sedemikian rupa sehingga tidak akan ada
ruang untuk keraguan dan tidak akan ada ruang untuk menafsirkan dengan cara lain.
b. Memberi penjelasan ringkas
Jelas dan to the point. Jangan bertele-tele dan membahas topik yang tidak penting. Pesan
harus sangat jelas dan ringkas sehingga masing-masing dapat saling memahami dan
mengingat itu dengan baik karena pesan yang sangat panjang dengan banyak hal
membingungkan hanya akan meningkatkan peluang miskomunikasi. Hendaknya
komunikator (pengirim pesan) menggunakan susunan bahasa / kata yang jelas,
transparan, dan dapat dimengerti arti dan maksudnya, pemilihan bahasa dan kata sangat
penting disini. Pertimbangkan pula nada bicara kita jika sedang berkomunikasi dengan
seseorang
c. Media terbaik
Sesuatu dengan cara yang akan mencapai semua pesan, dipahami oleh semua dan
hasilnya pasti. Cari tahu apa media terbaik yang sesuai, apakah itu pertemuan, konferensi,
sebuah pertemuan empat mata, ataupun surat umum. Setelah anda mendapatkan media
yang sempurna yang akan memenuhi semua kebutuhan anda, banyak miskomunikasi
dapat teratasi. Sehingga perlu memastikan media yang digunakan untuk menyampaikan
pesan agar sesuai dan berfungsi dengan baik.
d. Dapatkan feedback
Setelah anda telah mengirimkan pesan dalam cara yang paling efektif, pastikan bahwa
anda mendapatkan respon, tanyakan apakah mereka telah memahami sifat pesan dengan
baik dan apa yang diharapkan dari mereka. Berusahalah menghargai lawan bicara dan
memiliki empati dengan salah satu caranya, kita perlu banyak mendengarkan dan
memahami terlebih dahulu maksud dari lawan bicara kita.

Skenario

Seorang pasien perempuan usia 17 tahun datang ke klinik dokter gigi untuk memperbaiki gigi
insisisf keduaatas sebelah kanan dan kiri tidak rata. Setelah pemeriksaan, pasien dianjurkan
perawatan gigi yang berdesakan di bagian ortodonsia dengan butuh waktu yang relatif cukup
lama. Namun pasien ingin giginya yang berdesakan dirawat lebih cepat. Pasien diberi alternatif
perawatan dengan mahkota porselen dan dokter gigi sudah memberi penjelasan tentang untung
ruginya. Setelah pemasangan, ternyata orang tuanya mengeluh karena gigi anaknya dipreparasi
tanpa sepengetahuannya dan menyalahkan dokter gigi.

Berdasarkan skenario diatas, dapat diketahui bahwa terjadinya misscommunication dapat


disebabkan karena adanya hambatan dalam berkomunikasi baik internal maupun eksternal.
Hambatan internal merupakan hambatan yang muncul dari dalam diri. Sedangkan hambatan
eksternal merupakan hambatan yang muncul dari keadaan sekitar. Jika dilihat dari pasien
perempuan berusia 17 tahun, pasien datang ke dokter ingin segera giginya dirawat. Hambatan
internal yang dapat dilihat yaitu pasien kurang percaya diri terhadap gigi insisiv nya yang kurang
rata, sehingga pasien ingin giginya di rawat lebih cepat agar dapat terlihat cantik. Hambatan
eksternal yang mungkin dialami adalah pasien melihat teman teman sekitarnya yang mempunyai
gigi yang bagus dan rapi. Selain itu pengaruh lingkungan sekitar juga menjadi hambatan
eksternal, karena saat ini sudah banyak remaja yang menggunakan kawat gigi atau mahkota
porselen untuk merapikan gigi mereka.
Peran dokter juga dapat mempengaruhi terjadinya misscommunicaition. Hambatan internal
yang dapat dilihat dari dokter yaitu pengetahuan yang dimiliki dokter tersebut. Dokter
mempunyai banyak pengetahuan yang dapat dijelaskan kepada pasien yang datang ingin
merapikan giginya. Biasanya pasien kurang memahami apa yang dijelaskan oleh dokter tentang
kelebihan dan kekurangan dari setiap tindakan yang akan di lakukan dokter. Selain hambatan
pengetahuan yang dimiliki seorang dokter, ada juga hambatan etika profesi hukum yang berlaku
di kedokteran. Itu salah satu hambatan eksternal yang dapat dilihat dari seorang dokter. Etika
profesi hukum berlaku kepada dokter saat sedang melayani pasien yang datang berobat kepada
nya.
Selain pasien dan dokter, peran orang tua pasien juga dapat mempengaruhi. Hambatan
internal yang dapat dilihat dari orang tua yaitu kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak.
Sehingga anak tersebut takut jika bertanya dahulu kepada orang tuanya.
Dari segi hambatan internal komunikasi yakni dari pihak pasien, meskipun secara hukum
ia sudah berhak, seharusnya pasien tidak mengambil keputusan sepihak tanpa meminta ijin, saran
dan pendapat dari orang tuanya mengingat pasien masih menjadi tanggungan dari orang tuanya.

Salah satu hal yang menjadi faktor terjadinya miscommunication antara pasien dan orang tuanya
adalah karena pasien tidak mau terbuka, cenderung keras kepala, dan egois. Sebelum datang ke
klinik gigi, seharusnya pasien memberitahu keinginannya untuk memperbaiki giginya tersebut
kepada kedua orangtuanya terlebih dahulu, karena bagaimanapun orang tuanya lah yang nantinya
akan membayar biaya perawatannya. Di umur yang masih 17 tahun, artinya pasien berada dalam
masa remaja, masa dimana emosinya masih labil, sehingga pasien akan mudah terpengaruh oleh
lingkungan sekitar dan adanya globalisasi. Oleh karena itu, orang tua harus sering mengajak
anaknya untuk berkomunikasi, saling bertukar cerita dan pengalaman hidup sehingga anak akan
lebih mudah terbuka kepada orang tua apabila ingin sesuatu atau melakukan sesuatu. Dalam hal
ini, orang tua pasien juga menjadi salah satu faktor hambatan eksternal komunikasi karena orang
tua pasien tidak terlalu memberikan ruang untuk pasien bercerita tentang masalah atau
keinginannya, tercermin dari sikap pasien yang datang ke klinik gigi dan meminta perawatan
tanpa sepengetahuan orang tuanya.
Begitu pula dengan dokter gigi, seharusnya ia tidak hanya menjalankan kewajibannya
sebagai dokter gigi yang harus menolong dan merawat pasiennya, namun dalam kasus ini dokter
gigi juga harus berhati-hati dalam mengambil tindakan. Dokter gigi seharusnya tidak hanya
menjelaskan tentang untung rugi perawatan mahkota porselen, melainkan juga memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang dianggap penting untuk bahan pertimbangan pengambilan
keputusan seperti alasan pasien ingin dirawat lebih cepat, bagaimana pendapat orang tuanya,
pasien sudah mendapat ijin orang tuanya atau belum, dan apa orang tuanya mengetahui
keinginan pasien tersebut. Jika hal tersebut dilakukan, maka kemungkinan terjadinya
miscommunication dapat dihindari.

BAB IV
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi
http://www.pengertian.org/2015/07/pengertian-komunikasi-secara-umum.html
http://nurhanifah-hani.blogspot.co.id/2010/12/mis-communication.html
Notoatmodjo,(2005) Promosi Kesehatan Teori dan Komunikasi. Jakarta PT Trenika Cipta
Liliweri, Aro (2009). Dasar Komunikasi Kesehatan Yogyakarta. Pustaka Belajar
http://juwandi18.blogspot.co.id/2013/12/komunikasi-terapeutik.html
Mulyana, Deddy. 2013.Ilmu Komunikas: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT.Grasindo. Hal 63. ISBN 979-669-959-1,
9789796699599.
Hafied, Cangara. Pengantar Ilmu komunikai, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/komunikasi_bisnis/bab4unsur_unsur_komunikasi.pdf
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi:suatu pengantar.(Bandung:Remaja Rosdakarya:2007)
hal.343, 238
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu komunikas., (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007) h. 2223.
Larry A. Samovar dan Richard E.Porter. Communication Between Cultures. ( California:
Wadsworth: 1991) hal. 179 (dalam Mulyana, deddy .Ilmu Komunikasi:suatu pengantar.
(Bandung:Remaja Rosdakarya:2007) hal.343)
Jalaludin Rakhamat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Vardiyansah, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Wiryanto, DR., 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Grasindo.
Alo, Lilliweri.2008.Dasar Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 3 JuliSeptember 2005: 124129
Anzizhan & Syafaruddin. Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo
Borba, Michele (2008). Membangun Kecerdasan Moral. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Goleman, Daniel (2007), Social Intelligence: Ilmu Baru tentang Hubungan Antar Manusia. PT
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Tri Dayakisni & Hudaniah (2003). Psikologi Sosial. UMM Press. Malang

Eileen Rachman. Eileen & Savitri. Sylvina (2009). Asah empati. http://www.experd.com/newsarticles/articles/55.
Mangunsong.

Frieda

(2010).

Menanam

Empati

Menumbuhkan

Kecerdasan,

http://www.carisuster.com/artikel/7-inspired-kids/51-menanam-empati-tumbuhkan-kecerdasan
http://www.anugerahdino.com/2014/08/faktor-faktor-komunikasi.html

Anda mungkin juga menyukai