Kelompok 6 :
Juriko Tendean
Linda Pengalila
Krety Welong
Vania Soplanit
Dame Sitorus
Arini Ayusangiang
Lyanda Watung
Justitia Lantu
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2015
yang menangani
4. Menurut Hochstrasser :
Antropologi Kesehatan adalah pemahaman biobudaya manusia dan karya-karyanya,
yang berhubungan dengan kesehatan dan pengobatan (Hochstrasser dan Tapp, 1970;
245).
c. Metodologi Penelitian
Ahli antropologi menawarkan suatu metose penelitian yang longgar tetapi efektif
untuk menggali serangkaian masalah teoretik dan praktis yang dihadapi dalam
berbagai program kesehatan.
d.
Premis
Premis atau asumsi atau dalil yang mendasari atau dijadikan pedoman individu
atau kelompok dalam memilih alternatif tindakan. Premis-premis tersebut
memainkan peranan dalam menentukan tindakan individu dan kelompok. Beberapa
premis dari sebagian besar ahli antropologi kesehatan antara lain:
- Penyakit dalam beberapa bentuk merupakan fakta umum dari kehidupan manusia.
dalam
Surat
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
3.
Menurut sebagian psikolog, perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam
diri manusia dan dorongan itu merupakan salah satu usaha untuk memenuhi
kebutuahan yang ada dalam diri manusia. Dengan adanya dorongan tersebut,
menimbulkan seseorang melakukan sebuah tindakan atau perilaku khusus yang
mengarah pada tujuan6 Masyarakat bukanlah sesuatu yang statis di luar sana
yang selalu mempengaruhi dan membentuk dirinya, namun pada hakekatnya
merupakan sebuah proses interaksi. Berkaitan dengan hal ini dikembangkan sebuah
model teori kepercayaan kesehatan (health belief model) oleh Rosenstock.
Dimana model kesehatan kepercayaan ini mencakup beberapa unsure utama
(Rosenstock,1982)7 :
1. Persepsi Individu tentang kemungkinannya terkena suatu penyakit (perceived
susceptibility). Mereka merasa dapat terkena penyakit tersebut akan cepat
merasa terancam.
2. Pandangan Individu tentang beratnya penyakit tersebut (perceived seriousness),
yaitu resiko dan kesulitan apa saja yang akan dialaminya dari penyakit itu.
makin berat resiko sutau penyakit dan makin besar kemungkinannya bahwa
individu itu terserang penyakit tersebut, makin dirasakan besar ancamannya.
Ancaman ini mendorong individu untuk melakukan tindakan pencegahan atau
penyembuhan
penyakit.
Namun
ancaman
yang
terlalu
besar
malah
menimbulkan rasa takut dalam diri individu yang justru menghambatnya untuk
melakukan tindakan karena individu tidak berdaya melawan ancaman tersebut.
3. Konsekuensi dari tindakan yang dianjurkan itu (biaya yang mahal, rasa malu,
takut akan rasa sakit dan sebagainya) seringkali menimbulkan keinginan
individu justru menhindari alternatif yang dianjurkan petugas kesehatan.
4. Faktor pencetus (cues to action) yang dapat datang dari dalam diri individu
(munculnya gejala-gejala penyakit itu) ataupun dari luar (nasihat orang
lain,sosialisasi kesehatan, terserang seseorang teman atau keluarga oleh
penyakit yang lama dan sebagainya).
4. Hasil Penelitian
Peran lembaga kesehatan di Gunung Ibul Barat Prabumulih yakni segala upaya
yang dilakukan oleh petugas kesehatan serta perangkatnya dalam hal memberikan
penjagaan kesehatan mulai preventif sampai rehabilitative dengan cara :
a. memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan masyarakat. Program
penyuluhan dalam hal kesehatan yang dilakukan oleh Bidan desa atau petugas
kesehatan, sasarannya masyarakat dengan tujuan agar timbul kesadaran akan
dengan pergi ke salah satu tempat layanan kesehatan guna berobat atas sakit yang di
deritannya. Ada dua jenis layanan kesehatan yang mampu melakukan pengobatan
(kuratif) terhadap sebuah penyakit yakni pengobatan modern (Poliklinik Desa) dan
Dukun (alternatif pengobatan). Jasa pengobatan poliklinik desa, memberikan banyak
sekali penyuluhan dan memberikan program pengobatan yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Tetapi masyarakat sangat mempercayai pengobatan dukun/alternatif.
Ada beberpa faktor yang menyebabkan masyarakat lebih tertarik untuk melakukan
pengobatan ke dukun yaitu faktor ekonomi, faktor persepsi, faktor resiko yang
dihadapi, faktor budaya.
D. STUDI KASUS : LEKSIKON ETNOMEDISIN DALAM PENGOBATAN
TRADISIONAL MINANGKABAU
Ada tiga konsep yang penting untuk dijelaskan dalam penelitian ini, yakni
antropolingistik, etnomedisin, dan leksikogi, yaitu :
1. Antropolinguistik adalah disiplin ilmu yang bersifat interpretatif yang lebih jauh
mengupas bahasa untuk menemukan pemahaman budaya (cultural understanding).
Artinya, kebudayaan yang tersimpan dalam pikiran manusia sebagai pengetahuan
bersama berfungsi untuk menjelaskan makna tuturan sebagai praktik budaya itu.
Bahasa secara tersurat dipahami sebagai kekayaan rohani milik manusia dan gayub
tutur (speech commmunity) tertentu, yaitu sumber daya kekayaan dan digunakan
dalam wujud tuturan (speaking) di sisi tulisan yang merupakan realisasi kebudayaan
itu.
2. Etnomedisin, yakni cabang antropologi kesehatan yang membahas tentang asal
mula penyakit, sebab-sebab, dan cara pengobatan menurut kelompok masyarakat
tertentu. Aspek etnomedisin merupakan aspek yang muncul seiring perkembangan
kebudayaan manusia. Di bidang antropologi kesehatan, etnomedisin memunculkan
termonologi yang beragam. Cabang ini sering disebut pengobatan tradisional,
pengobatan primitif, tetapi etnomedisin terasa lebih netral (Foster dan Anderson,
1986:62). Studi tentang etnomedisin pada dasarnya untuk memahami budaya
kesehatan dari sudut pandang masyarakat, terutama sistem medis yang telah
menjadi tradisi masyarakat secara turun temurun. Menurut kerangka etnomedisin,
penyakit dapat disebabkan oleh dua faktor. Pertama penyakit yang disebabkan oleh
agen (tokoh) seperti dewa, lelembut, makhluk halus, manusia, dan sebagainya.
Pandangan ini disebut pandangan personalistik. Penyakit juga dapat disebabkan
belakang
kosa-kata
yang
digunakan
dalam
pengobatan
tradisional
dalam
pengobatan
tradisional
Minangkabau
dapat
dikelompokan menjadi :
A. Jenis-jenis penyakit
Biriang merupakan santet perusak kulit yang memiliki beberapa tinggkat
mulai dari ringan sampai pada berat. Ringan adalah koban akan merasa gatal
pada kulitnya. Semakin digarut korban akan merasa semakin gatal. Bekas
kulit yang digarut akan memutih. Santet biriang sedikit berat adalah korban
akan merasa gatal pada kulit. Namun, apa bila digarut kulit akan terkelupas
dan perih. Santet biriang yang paling berat adalah kulit korban bentol-bentol
seperti jerawat. Bentolan pada kulit tersebut berisi cairan bila digarut
bentolan tersebut akan pecah dan mengeluarkan cairan berbau yang sangat
amis. Cairan yang menempel pada kulit yang lain akan membuat proses
pengobatan warung.
Air yang digunakan adalah Aia musajik tujuah abang maksudnya adalah air
yang diambil di kamar mandi masjid ketika adzan magrib berkumandang.
Cara mengambil air ini ketika adzan magrib berkumandang dimasukan air
tersebut ke dalam wadah, lalu jalan lurus ke depan dan tidak boleh menoleh
kebelakang. Air ini diambil dari tujuh masjid yang berbeda. Biasanya ini
DAFTAR PUSTAKA
1. Siregar L. Antropologi dan Konsep Kebudayaan. Jurnal Atropologi Papua vol. 1 no. 1
tahun 2002
2. Djoht D. Penerapan Ilmu Antropologi Kesehatan dalam Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Papua. Jurnal Atropologi Papua vol. 1 no. 1 tahun 2002
3. Almos R, Pramono. Leksikon Etnomedisin dalam Pengobatan Tradisional
Minangkabau. Jurnal Arbiter vol. 2 April 2015
4. Kustyana R. Perilaku Masyarakat dalam Memafaatkan Pelayanan Kesehatan (Studi
pada Poliklinik Desa dan Dukun di Gunung Ibul Barat Prabumulih). Tahun 2013
Kesehatan.