Anda di halaman 1dari 38

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN

Oleh :
1. Ni Wayan Supari (C2119094)
2. Ni Putu Dewi Juliastini (C2119129)
3. Desi Christiani (C2119121)
4. Rahma Candra Saputra (C2119125)
5. Ni Putu Lia Kurniawati (C2119132)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatNya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik,dengan
judul : “MAKALAH PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN” adapun penyusunan
makalah ini dibuat untuk menambah wawasan saya dan memenuhi tugas mata ajar
KMB 1.

Makalah ilmiah ini telah di susun dengan maksimal dengan muatan materi
dari berbagai sumber yang saya temukan. Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata,kami berharap semoga makalah ilmiah bermanfaat untuk


masyarakan, ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................2

Daftar Isi .................................................................................................................3

BAB I Pendahuluan ..............................................................................................4

A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................5
C. Tujuan..........................................................................................................5

BAB II Pembahasan ...............................................................................................6

A. Macam-macam Pembalutan.........................................................................6
B. Guna Pembalutan.........................................................................................7
C. Bentuk anggota yang akan di balut..............................................................7
D. Cara menggunakan pembalut mitella (kain segitiga)...................................8
E. Cara menggunakan pembalut pita biasa (zwachtel)...................................14
F. Cara menggunakan pembalut plaster (kleffpleister)..................................24
G. Jenis Pembidaian........................................................................................26
H. Pembidaian pada barbagai fraktur dalam kegawatdaruratan.....................26

BAB III Penutup ..............................................................................................37

A. Kesimpulan................................................................................................37
B. Saran...........................................................................................................37

Daftar Pustaka ......................................................................................................38

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keperawatan gawat darurat (emergency nursing) merupakan pelayanan


keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut atau
sakit yang mengancam kehidupan. Kegiatan pelayanan keperawatan menunjukkan
keahlian dalam pengkajian pasien, setting prioritas, intervensi krisis dan
pendidikan kesehatan masyarakat.

Fraktur merupakan salah satu contoh dari kegawatdaruratan. Fraktur adalah


diskontinuitas dari jaringan tulang yang biasanya disebabkan adanya kekerasan
yang timbul secara mendadak. Fraktur dapat terjadi dengan patahan tulang dimana
tulang tetap berada di dalam atau disebut fraktur tertutup atau di luar dari kulit
yang disebut fraktur terbuka.

Fraktur tertutup dan terbuka dapat dilakukan pembidaian dan pembalutan


dimana tujuannya untuk tetap mempertahankan posisi tulang.

Pada kegawatdaruratan fraktur terbuka dan tertutup dapat ditangani dengan


pertolongan pertama yaitu pembidaian dan pembalutan. Pembidaian adalah
memasang alat untuk imobilisasi dengan mempertahankan kedudukan tulang yang
patah. Pembalutan luka merupakan tindakan keperawatan untuk melindungi luka
dengan drainase tertutup, kontaminasi mikroorganisme yang dapat dilakukan
dengan menggunakan kasa steril yang tidak melekat pada jaringan luka.

4
B. RUMUSAN MASALAH

1) Macam-macam pembidaian dan pembalutan


2) Kegunaan pembidaian dan pembalutan
3) Teknik pembidaian dan pembalutan

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
untuk mengetahui teknik pembalutan dan pembidaian pada
kegawatdaruratan

2. Tujuan khusus
a) Untuk mengetahui Macam – macam pembidaian dan pemblutan
b) Untuk mengetahui kegunaan pembidaian dan pembalutan
c) Untuk mengetahui Teknik pembidaian dan pembalutan

5
BAB II

PEMBAHASAN

PEMBALUTAN

A. MACAM-MACAM PEMBALUT

1) Kain segitiga (mitella)

2) Pembalut pita biasa (zwachtel )

3) Pelester ( kleefpleister )

6
B. GUNA PEMBALUT
1) supaya jangan kena cahaya
2) supaya jangan kena abu atau kotoran
3) untuk penekanan, penarikan, penahanan atau penunjang, penguncci dan
imobilisasi ( anggota itu tidak dapat bergerak )

C. BENTUKANGGOTA YANG AKAN DIBALUT


Tubuh manusia dapat dibagi atas beberapa bentuk:
a. berbentuk bundar yaitu kepala
b. berbentuk bulat panjang, hampir sama besar ujung dan pangkalnya
yaitu leher, badan, lengan atas dan jari tangan.
c. berbentuk bulat panjang, tapi lonjong, artinya kecil keujung, besar ke
pangkalnya, yaitu lengan bawah dan betis
d. bentuk persendian.
Persendian itu berbentuk tidak keruan, dan tidak sama pula bentuknya
satu sama dengan lainnya. Umpamanya: sendi bahu tidak sama,
bentuknya dengan sendi siku dan sendi panggul tidak sama bentuknya
dengan sendi lutut demikian pula sendi lainnya

7
D. CARA MENGGUNAKAN PEMBALUT MITELLA (KAIN SEGITIGA)

1) Penggunaan Mitella Pada Kepala Dengan Cara Capitum Parvum


Triangulare

Letakkan kain segitiga di atas kepala. Sudut puncaknya menutupi


hidung. Alas kain segitiga it berada di belakang kepala. Pinggir alas
dilipat-lipat, sampai lipatan itu terletak rapat di belakang kepala. Sesudah
tu tangan kiri dan tangan kanan sipenolong masing-masing memegang ujut
sudut alas, lalu di tarik ke muka melalui pangkal kuping sebelah atas.
Kedua ujung sudut alas tadi disimpulkan di tas dahi, menindis uung
puncak yang tadi.
Sesudah itu ujung puncak, yatu pinggir kiri dan kanannya di tarik-tarik
sedikit. Maksudnya supaya licin dan rata. Sesudah licin dan rata, ujung
sudut puncak yang menutupi hidung tadi, di tarik-tarik ke atas kepala, lalu
dipenitikan . sampai di sini pekerjaan kita parvum triangulare selesai.
Guna pembalut ini: untuk membungkus kepala, bilamana ada luka-luka
keil, kudis yang di obati, juga untuk pebungkus kepala oarang perempuan,
kalau akan di operasi atau pembungkus kepala yang berkutu, bila sedang
diobati.

8
2) Penggunaan mitella pada kepala dengan cara fascia nadosa

Kain segitiga dilipat-lipat hingga menyerupai dasi panjang.


Caranya, mula-mula kain segitiga dilebarkan, lalu puncaknya dilipatkan ke
sisi alas, sudah itu dilipatkan beberapa kali, sampai menyerupai dasi
panjang. Lebar kain segtiga yang dilipat-lipat itu dapat kira-kirakan
sendiri, sesuai hendaknya maksud (tujuan) balutan itu.
Guna fascia nodusa ini, untuk pertolongan pertama (PPPK), bila di bagian
tulang pelipis luka yang memancarkan darah.

3) Penggunaan mitella pada mata

Kain segitiga dilipat-lipat sampai menyerupai dasi panjang. Bagian


mata yang sakit (luka) ditutup dengan bahan yang steril itu, lalu diatasnya
diletakkan kapas, atau mata yang sakit harus dipakaikan prieznit. Sesudah
itu baru ditutup dengan kain segitiga tadi: caranya letak kain segitiga itu
agak miring satu ujung menuju ke atas kepala, jalannya agak miring
sedikit ke sebelah kepala bagian mata yang sehat lalu menuju kebelakang
kepala: ujung yang satu menuju kebawah. Jalannya agak miring melalui
bawah kuping sebelah mata yang sakit, dari sana terus kebelakang lalu

9
disilangkan (diputarkan) sehingga masing-masing ujung kain segitiga itu
menuju ke muka (dahi).

4) Penggunaan mitella pada hidung secara fundanasi

Kain segitiga yang dipakai untuk funda ini kira-kira separuh besar
kain segitiga biasa. Sesudah dibikin kain segitiga itu secara funda lalu
dipergunakan untuk pembaut hidung. Caranya: kalau pada hidung itu ada
luka, lebih dahulu ditutup dengan bahan yang steril, sudah itu ditutup
dengan kapas maka ambillah funda tadi dan tutupkan ke hidung. Kedua
ujung yang ada disebelah bawah ditarik ke belakang kepala melalui
pinggir kuping sebelah atas. Dibelakang kepala kedua ujungnya
disimpulkan. Kedua ujung yang berada disebelah atas ditarik pula
kebelakang melalui pinggir kuping sebelah bawah, lalu disimpulkan pula
dibelakang kepala,
Gunanya untuk penutup, penekanan luka pada hidung.

5) Penggunaan mitela pada dahi secara funda frontis

Kain segitigaa biasa, bikin secara funda. Caranya: kalau ada luka
besar di dahi, lalu luka itu ditutup dengan bahan yang steril, sudah itu
ditutup dengan kapas. Letakkan bagian tengah funda itu ditengah dahi,
sehingga menutupi kira-kira sepertiga atau setengah dari kepala. Sisi funda

10
yang ada di pinggir dahi kedua ujungnya ditarik kebelakang kepala yang
disimpulkan. Sisi funda yang diatas kepala, ditarik kedua ujungnya
kebawah melalui muka kuping lalu disimpulkan dibawah dagu.
Gunanya untuk menutup, penekanan luka dahi.

6) Penggunaan mitela pada dada

Kain segitiga yang dipakai untuk pemballut dada biasanya


dilebarkan saja.
Caranya: ujung puncak kain segitiga itu harus terletak di atas bahu,
sisi alas dari kain segitiga itu harus dirapatkan dengan dada itu, sedang
kedua ujung sudut alas, masing-masing ditarik ke punggung, di sana lalu
disimpulkan. Ujung puncak tadi, dari atas bahu ditarik pula keatas
punggung, lalu disimpulkan dengan salah satu sudut alas sehingga ketiga
sudut kain segitiga itu menjadi satu ikatan.
Gunanya: untuk penutup luka atau ulkus yang sudah diobaati lebih baik
lagi kalau sesudah itu, dibalut pula dengan pembalut biasa.

7) penggunaan mitela pada punggung

Memakai kain segitiga untuk punggung sama saja dengan dada,


hanya memassangnya terbalik gunya sama saja, yakni untuk penutup luka-
luka atau ulkus yang sudah diobati. Lebih baik lagi sesudah itu dibalut
pula dengan pembalut luka biasaa

11
8) Penggunaan mitela pada sendi siku

Untuk membalut sendi siku, dipakai dua macam cara:


1. kain segitiga dilipat-lipat sampai menyerupai dasi. Sesudah siku
diobati lalu ditutup dengan kain segitiga tadi caranya: letakkan
ditengah-tengah siku bagian tengah kain segitiga kedua ujungnya
ditujukan ke perlipatan siku. Diperlipatan siku kedua ujung kain
segitiga itu bertemu: ujung dari atas terus menuju ke bawah,
kedaerah siku agak ke atas siku sedikit. Ujung yang dari bawah
terus ke atas, menuju daerah siku, jalannya agak kebawah siku
sedikit dari san maing-masing menuju kembali ketengah tengah
keperlipatan siku lalu di simpulkan. Gunanya untuk penekanan,
penutupan daerah siku yang sakit

2. Kain segitiga dilipat-lipat siku, mulai dari sisi atas sampai tinggal
kira-kira 1/4 tinggi kain segitiga itu. Setelah itu diletakkan dibawah
siku (dipangkal lengan bawah). Ujung puncaknya menuju ke atas
(lengan atas) dengan melalui siku. Kedua ujung sudut kain segitiga
ini masing-masing ditarik kedalam menuju lipatan siku. Disana
dipersilangkan, ujung yang dari bawah siku menuju ke atas, terus
ke daerah siku sebelah atas dengan menindis ujung puncak. Ujung
dari atas terus menuju kebawah lengan atas, kemudian naik keatas
ujung lengan sebelah luar menindis pula ujung puncak. Ujung dari
atas terus menuju kebawah lengan atas, kemudia naik keatas ujung
lenggan sebelah luar menindis pula ujung puncaknya tadi. Kedua
ujung sudut itu dipersilangkan masing-masing di putarkan sekitar

12
ujung lengan atas tadi, lalu disimpulkan disana sehingga sekitar
bagian siku tadi tertutup rapat seluruhnya.

9) Penggunaan mitela pada jari tangan seluruhnya

Kain segitiga dilipat-lipat sedikit mulai dari sisi alas, 1,2,3 kali. Ini
sebenarnya dapat dikirakan sendiri. Sudah itu kain segitiga tadi
dihamparkan. Diatasnya diletakkan tangan yang akan dibungkus, pinggir
alas tadi letaknya kira-kira dibagian pergelangan tangan. Setelah itu
puncaknya dilipatkan dipunggung tangan. Kemudian sisi kanan dan sisi
kiri kain segitiga itu dilipatkan masing-masing ke atas punggung tangan
dan ujung sudut atas yang sejajar dengan ibu jari, ditarik kesebelah luar
melewati punggung pergelangan tangan. Ujung sudut alas yang sejajar
dengan jari kelingking, ditarik pula arah kedalam melalui punggung
pergelangan tangan, serta pinggir kain segitiga yang dilipatkan diatas
punggung tangan tadi disusun dengan rapi, sehingga rapi kelihatannya.
Kedua ujung sudut alas tadi disusun pula dengan rapi sudah itu masing-
masing dibelitkan beberapa kali pada pergelangan tangan itu, lalu
disimpulkan disana.

10) Penggunaan mitela pada pergelangan kaki

Kain segitiga itu dilipat-lipat sampai meenyerupai dasi panjang.


Letakkan bagian tengan kain segitiga itu ketengah-tengan tumit. Tujukan
kedua ujungnya kiri dan kanan ke punggung pergelangan kaki,

13
dipersilangkan lalu keduanya meenuju ke bawah dengan melalui bagian
tumit sebelah bawah dan lagi pula menindis pinggir pembalut yang
pertama, kemudian naik ke punggung pergelangan kaki lalu
dipersilangkan pula kembali. Dari punggung pergelangan kaki menuju
kebawah, melalui bagian tumit sebelah atas dan menindis pinggir
peembalut yang pertama, terus naik kembali menuju ke punggung
pergeelangan kaki, disana keduanya bertemu kembali lalu disimpulkan.

E. CARA MENGGUNAKAN PEMBALUT PITA BIASA (ZWACHTEL)

Pembalut pita bermacam-macam pula :

1) Berkepala Satu

2) Berkepala dua

3) Berkepala tiga

14
Masing-masing pembalut itu akan dipakai (dipergunakan) menurut
maksud atau tujuannya yang tertentu.Kalau akan mengerjakan membalut, lebih
dahulukan di sediakan alat-alatnya yang lengkap, supaya bila melakukan
pembalutan jangan mencari cari lagi, atau menuggu-nunggu alat yang dibutuhkan,
akibatnya pekerjaan akan terhenti.

Yang harus diperhatikan dalam pekerjaan membalut ialah :

 Cara membalut
1. Biasanya jalannya pembalut dari kiri ke kanan
2. Balutan harus menutup dan pinggirnya harus rapat.
3. Balutan tidak boleh kendor, akibatnya merosot atau terlepas
4. Balutan tidak boleh terlalu kencang akibatnya ilah stuwing.
 Cara penyambungan pembalut
Pangkal pembalut yang kedua harus diletakkan dibawah ujung pembalut
yang pertama
 Cara menyimpulkan ujung pembalut
Menyimpulkan ujung pembalut tidak boleh diatas bagian yang sakit

 Cara membuka pembalut


Sesudah simpulan dibuka atau digunting, tangan kanan membuka
pembalutan yang dibuka itu, sesudah itu dipindahkan di tangan kiri, lalu
dibuka menurut jalannya pembalut

15
Macam- macam teknik dan cara penggunaan untuk membalut bagian
tubuh dengan menggunakan pita biasa adalah sebagai berikut :

a. Pembalut Kepala
1. Fascia Galenica (pembalut kepala)

Pembalut fascia galenica terdiri dari kain empat segi panjang yang
mempunyai jari ( kaki ) enam buah.
Cara penggunaan :
Letakkan kain segi empat itu ditengah- tengah kepala, tiga kaki berada
di sebelah kanan, tiga di sebelah kiri kepala. Kedua kaki yang tengah
ditarik ke bawah dagu lalu dipenitikan.
Gunanya; Fascia galenica untuk menutupi kepala.

2. Fascia Uniens

Memamkai pembalut berkepala satu. Ujung pembalut letakkan di


atas kepala sebelah kiri, tunjukan ke sudut dahi kiri, turun ke pipi
melalui muka kuping kiri terus kebawah dagu,naik lagi keatas, ke
muka kuping kanan, sudut dahi kanan terus ke atas kepala, menemuai
jalan pembalut pertama.
Cara Membalut :
Letakkan pembalut ditengah-tengah dahi. Satu pembalut kepala
menuju keatas, jalannya dari tengah- tengah kepala terus kebelakang

16
kepala satu menuju kekiri dan satu lagi menuju ke kanan. Masing-
masing menuju keelakang kepala.

3. Mitra Hyppokratis (Fascia Capitalis)

Memakai satu pembalut


Letakkan pembalut itu dipangkal hidung di tengah- tengah dahi
melalui bagian tengah kepala terus sampai di belakang kepala, lalu
dilipatkan di atas kepala seperti yang pertama, terus ke dahi, dari dahi
di lipatkan ke atas kepala, jalannya agak miring sedikit ke sebelah kiri
dari pembalut yang pertama, terus ke belakang kepala, dari sana di
lipatkan pula menuju ke atas kepala jalannya pembalut agak miring ke
sebelah kanan dari yang pertama tadi.
b. Pembalut Mata
1) membalut mata satu (Monoculus)

Pembalut itu naik stengah tinggi kepala, terus menuju ke


muka sampai ke tengah dahi.
2) Membalut mata dua (Binoculus)

Diteruskan dari pembalut mata satu,gunanya untuk


pelidung, penutup atau penekan luka di mata dan di sekitarnya.

17
c. Pembalut Telinga

Jalanya pembalut itu mula-mula mingitari kepala, satu atau dua


kali.Sesudah itu dibelakang kepala telinga yang sehat, pembalut itu naik
kira-kira setengah tinggi kepala terus menuju ke muka sampai ke dahi,
jalanya pembalut agak miring ke sudut dahi telinga yang sakit turu ke
bawah melalui sudut pinggir mata sebelah luar, turun lagi menutupi
pinggir bawah telinga yang sakit selanjutnya putar ke belakang kepala
sammpai bertemu dengan balutan yang tadi.

Gunanya untuk penekan, penutup atau pelindung telinga yang luka


dan telinga yang sakit.

d. Membalut Leher

Leher termasuk bentuk anggota yang menyerupai bulat panjang,


sebab itu membalutnya dapat secara balut biasa (dalabra currens).

e. Membalut Sendi Bahu


Sendi bahu nmasuk bagian bentuk persendian sebab itu di pakai
balutan spika atau testudo.Karna sendi bahu, tidak mungkin memakai
testudo, maka balutan yang dapat dipakai cara spika saja.Ada 2 cara yaitu:

18
1) Spika Humeri ascendens

Mula-mula ujung pembalut diputarkan sekitar panggkal


lengan bahu yang sakit satu dua kali sampai ujung bpembalut itu
tertutup, sesudah itu dari bawah ketiak sebelah belakang naik ke
atas menuju ujung bahu yang sakit, darin atas bahu yang sakit
turun ke dada, kedua ketiak bahu yang sehat.

2) Spika humeri desendens

Mula-mula ujung pembalut di letakkan di atas bahu yang


sakit di pangkal leher. Dari sana di tujukan ke dada, bawah ketiak
yang sehat terus ke punggung, naik ke panggal leher yang sakit
dari sana turun ke muka bahu, masuk ketiak bahu yang sakit, naik
lagi ke atas bahu yang sakit terus ke dada.

19
f. Membalut Lengan
Ada beberapa cara membalut lengan yaitu :
1) Membalut lengan atas cara balut biasa (dolabra currens humeri
ascendens)

Jalanya pembalut mula-mula di letakkan sekitar lengan atas (diatas


bagian atas siku) putarkan satu dua kali sampai ujung pembalut itu
tertutup.

2) Membalut lengan atas cara balut pucuk rebung (dolabra reversa


humeri ascendens)

Jalanya pembalut mula-mula di putarkan sekitar ujung lengan atas (di


atas bagian siku) putarkan satu dua kali sampai ujung pembalut itu
tertutup.

20
 Ada beberapa cara untuk membalut lengan bawah yaitu :
1. Dolabra Reversa Antebrachi Asendens

Cara membalut lengan bawak kiri, mula-mula pembalut di


putarkan di sekitar pergelangan tangan satu atau dua kali setelah itu
di tarik menuju atas, di miringkan kira-kira 45 0, kemudian dari atas
pembalut itu di lipatkan menuju ke bawah, di miringkan pula 450,
jalan pembalut yang kedua bertentangan dengan pembalut yang
pertama.

2. Spika Manus Descendens

Jalan pembalut pada tangan mula-mula di pergelangan


tangan pembalut diputarkan satu dua kali, sesudah itu ditujukan ke
bawah yakni dari pergelangan tangan sebelah dalam, menuju ke
punggung tangan, terus ke pinggir tangan sebelah luar, yaitu ke
pangkal jari kelingking, kemudian membelok ke telapak tangan,
terus menuju ke sela ibu jari, dari sana membelok ke punggung
tangan lalu menuju ke pergelangan tangan,sampai pembalut itu di
putarkan sekitar pergelangan tangan.

21
 Ada beberapa cara untuk membalut siku atas yaitu :
1) Membalut sendi siku cara penyu luar ( Testudo Cubiti
Reversa)

Siku yang akan di balut agak di bengkokaan sedikit.Cara


membalut siku mul-mula pembalut di putarkan satu dua kali di
tengah-tengah sekitar bagian siku sudah itu dari perlipatan siku
pembalut itu menuju ke luar, kebagian siku agak ke sebelah atas
dari ujung siku.

2) Membalut sendi siku cara penyu dalam (Testudo cubiti


inversa)

Siku yang akan dibalut harus di bengkokan sedikit.Jalannya


pembalut pada sendi siku. Mula-mula pembalut itu di putarkan satu
atau dua kali, sekitar ujung lengan atas, dekat bagian siku.

22
g. Membalut Pergelangan Tangan
Ada beberapa cara untuk membalut pergelangan yaitu :

1) Membalut sendi pergelangan secara balut silang (Spika Manus


Ascendens)

Jalan pembalut pada tangan yaitu mul-mula di putarkabn


sekitar pangkal jari. Mulai dari pangkal telunjuk sampai pangkal
jari kelingking sehingga keempat pangkal jari itu terbungkus
seluruhnya, hanya ujung jari saja yang kelihatan.

2) Membalut sendi pangkal ibu jari (Spika Pelicis Descendens)

Jalan pembalut pada tangan mula-mula diputarkan sekitar


pergelangan tangan satu dua kali, sesudah itu dari punggung
pergelangan tangan sebelah luar menuju ke pangkal ibu jari sebelah
dalam berputar ke bawah melalui sela ibu jari terus ke pangkalk ibu
jari, ke pergelangan tangan sebelah dalam berputar kebawahnya,
sampai ke pergelangan tangan sebelah luar lalu menuju ke pangkal ibu
jari.

23
F. CARA MENGGUNAKAN PEMBALUT PLASTER (KLEFFPLEISTER)

1. Plaster untuk perekatan kasin basah dilipat-lipat pada kulit

Kalau ada luka-luka kecil yang tidak banyak mengeluarkan darah,


atau ulcus-ulcus dan bisul-bisul. Sesudah dipakikan obat lalu di tutup
dengan kain kasa di lipat-lipat. Kain kasa di lipat-lipat itu direkatkan pada
kulit, memakai plaster.

2. Plaster untuk balutan penarik

kalau ada tulang yang patah, kadang-kadang oleh dokter dipasang


balutan penarik. Untuk ini bisa juga memakai pembalut plaster.

3. Plaster untuk fiksasi

Kalau tulang iga patah (fraktura costae) tidak menembus kulit,


biasanya direkatkan pembalut plaster, mulai dari tulang punggung melalui
tulang rusuk yang patah sampai ke tulang dada (sternum).

24
4. Plaster untuk beunton

Apabila ada luka lama (ulcus) yang lebar jarak antara kedua
pinggirnya, biasanya dokter memasang beunton. Maksudnya, supaya
kedua belah pinggir luka itu, lekas menjadi rapat atau lekas tertutup.
Cara memasang beunton : luka dibersihkan dan pinggir sekitar luka
itu dengan bensine, lalu direkatkan pada kulit sampai ke pinggir luka
sebagian dari pembalut plaster. Ambil lagi pembalut plaster yang lainnya,
rekatkan pada kulit yang sebelah lagi sampai ke pinggirnya (kepinggir
luka). letak bagian yang pertama sebaliknya dari letak yang kedua tetapi
agak kebawah daripada yang pertama. Sesudah itu kedua luka tadi
dirapatkan dengan kedua belah tangan, maksudnya supaya kedua pinggir
luka itu menjadi dekat. Dalam keadaan demikian itu bagian pembalut
plaster yang belut ditempelkan tadi, masing-masing ditarik, dari kiri
kekanan, demikian pula yang dari kanan ke kiri. Hingga kedua pinggir
luka itu bertambah dekat lagi, lalu pembalut plaster itu masing-masing
dirapatkan pada kulit yang belum ditempel tadi.
Cara beunton dapat dipakai kalau ulcus itu sudah bersih (tidak
bernanahlagi). Cara demikian dipakai juga bila ada hernia di pusat anak
kecil.

25
PEMBIDAIAN

G. JENIS PEMBIDAIAN
1) Pembidaian sebagai tindakan pertolongan sementara
Dilakukan di tempat cedera sebelum penderita dibawa ke rumah
sakit.Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya.Bertujuan
untuk mengurangi rasa nyeri dan menghindarkan kerusakan yang
lebihberat.Bisa dilakukan oleh siapapun yang sudah mengetahui prinsip
dan teknik dasar pembidaian.

2) Pembidaian sebagai tindakan pertolongan definitif


Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan (klinik atau rumah
sakit).Pembidaian dilakukan untuk proses
penyembuhanfraktur/dislokasi.Menggunakanalat dan bahan khusus sesuai
standar pelayanan (gips, dll).Harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
sudah terlatih

H. PEMBIDAIAN PADA BARBAGAI FRAKTUR DALAM


KEGAWATDARURATAN

Patah tulang terdapat dalam beberapa bentuk yaitu patah tulang terbuka
dan patah tulang tertutup. Patah tulang terbuka yaitu tulang yang patah
mencuat keluar melalui luka terbuka. Oelh karena itu tindakan pertolongan
harus lebih berhati-hati. Patah tulang tertutup, tidak terjadi robekan kulit
disekitar tulang yang patah.

Berikut adalah jenis patah tulang yang sering dialami :

1. Patah tulang kepala


Bahaya terbesar dari tulang kepala yang retak atau pecah adalah efeknya
terhadap otak. Patah tulang kepala dapat bersifat tertutup, yaitu tanpa

26
disertai luka dikulit atau bersifat terluka, yang ditandai dengan luka robek
dikulit kepala. Patah tulang terbuka mudah diketahui karena tulang yang
patah dapat dilihat dari luar, kadang Nampak jg jaringan otaknya. Patah
tulang tertutup lebih sulit dikenali, karena kulit tetap utuh. Untuk
mengetahuinya kepala diperiksa dengan meraba biasanya terasa ada
cekungan pada bagian tulang yang patah atau terdapat pendarahan lewat
hdung dan telinga.
Tindakan pertolongannya :
 Korban tidak boleh terlalu sering diangkat-angkat atau di pindahkan
sebab gerakan kasar dapat memperparah keadaanya. Bersihkan
mulut,hidung, dan tenggorokannya dari darah, lender/muntahan yang
mengganggu jalan nafasnya.
 Baringkan korban dengan kedudukan miring atau kepala
ditelungkupkan untuk memudahkan aliran muntah atau lendir yang
dapat menhalangi jalan nafas.
 Apabila tidak ada tanda patah tulang, baringkan korban dengan posisi
kepala lebih rendah dari tubuhnya. Bersihkan luka dari kotoran yang
melekat dan setiap pendarahan yang besar harus dihentikan secepat
mungkin.
 Pada patah tulang yang terbuka, jangan sekali-kali mencuci lukanya
dengan cairan apapun. Bekuan darah atau benda-benda yg masuk
kedalam luka(patah tulang terbuka) tidak boleh disingkirkan.
 Tutuplah lukanya dengan kasa steril dan balutlah dengan balutan yang
tidak menekan, korban segera dibawa rumah sakit yang terdekat.
 Korban yang masih sadar, dilarang membuang ingus atau kotoran dari
hidungnya dengan mengendus atau bersin.

27
2. Patah tulang rahang
Patah pada tulang rahang biasanya mudah diketahui, dimana akan terlihat
bentuknya tidak lagi lurus atau simetris, nyeri kalau menggerakkannya,
dan ada pembengkakakan.
Tindakan pertolongannya :
 Untuk mengurangi rasa sakit dan menghambat pembengkakan
compress rahangnya dengan es lalu dibalut.
 Cara membalut rahang yang patah dengan mempergunakan pembalut
segitiga yang dilipat-lipat miring (dibelah) sudutnya atau pembalut
biasa.
 Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan obat pereda rasa sakit
(misalnya asam asetil salisilat, antalgin, & sebagainya)
 Sementara itu, ia tidak boleh menggerakkan rahangnya kecuali untuk
minum dengan menggunakan sedotan

3. Patah tulang leher

Tulang leher merupakan bagian dari rangkaian tulang belakang.apa


bila terjadi patah , keadaan ini digolongkan sebagai luka berat. Bila
sumsum tulang belakang yang dilindunginya ikut rusak, akibatnya bisa
fatal karena saraf dari otot pernafasaan keluar dari daerah leher. Tanda-
tanda adalah leher tengadah secara berlebihan, tangan dan lengan jadi
kehilngan rasa. Bila korban masih sadar, ia tidak dapat mengerakkan
tangannya karena terjadi kelumpuhan akibat saraf terjepit.
Tindakan pertolongannya:

28
Apabila ada kemungkinan patah tulang leher atau punggung, tindakaan
untuk memindahkan korban harus dilakukan hati-hati. Usahkan tidak
mengubah posisinya.
 Jika keadaan untuk dipindahkan maka lakukan tanpa menekuk leher
 Jika terjadi pendarahan di daerah leher harus disegera diatasi.
 Cara menolongnya, tekan lah pembuluh darah tersebut pada
pangkalnya. Jalan nafas harus di bersihkan agar tidak menghalangi
jalan nafas.
 Setelah pendarahaan diatas dan luka dibersihkan,leher diberi bantal
untuk membatasi gerakaannya. Kemudian angkatlah keatas usungan
yang beralas kayu. Dibawa dan disekeliling leher diberi bantal.segera
bawa korban kerumah sakit.
4. Patah tulang selangka
Tulang selangka adalah tulang yang menghubungkan pangkal tulang dada
dengan tulang bahu. Apabila tulang selangka patah, bahu disisi itu akan
condong keluar. Selain itu, di daerah yang patah akan terasa nyeri.
Tindakan pertolongannya :
 Tindakan pertolongan yang pertama adalah kenakan balutan “ransel”
kepada korban.
 Caranya adalah dari pundak kiri pembalut disiliangkan melalui
punggung ketiak kanan. Selanjutnya, dari bawah ketiak kanan kedepan
dan keatas pundak kanan. Dari pundak kanan di silangkan lagi ketiak
kiri lalu pundak kanan.
 Sebaiknya dibawah ketiak diberi alas kain agar pembalut tidak melukai
kulitnya kemudian bawah penderita kerumah sakit.

29
5. Patah tulang lengan atas

Tulang lengan atas hanya ada satu buah dan terbentuk tulang
panjang( tulang pipa). Tanda patah tulang pipa ialah nyeri tekan pada
tempat yang patah dan terdapat nyeri tekan sumbu rasa nyeri akan timbul
bila tulang ditekan dikedua ujungnya. Patah tulang lengan atas dan bawah
memrlukan waktu untuk sembuh sekitar 2 bulan, yaitu satu bulan
digunakan untuk digips dan 1 bulan berikutnya proses penyempurnaannya
penyambungan tulang. Oleh karena itu, penderita dilarang mengangkat
beban yang berat.
Tindakan pertolongannya:
 Pasanglah bidai disepanjang lengan atas dan berikan balutan untuk
mengikatnya. Kemudian dengan siku terlipat dan lengan bawah
merapat ke dada, lengan digantungkan ke leher.
 Apabila patah tulang terjadi didekat sendi siku, biasanya siku tidak
dapat dilipat.
 Pasanglah bidai yang juga meliputi lengan bawah . lalu biarkan lengan
dalam lurus tanpa perlu digantungkan ke leher.

30
6. Patah tulang lengan bawah

Lengan bawah memiliki 2 batang tulang panjang, satu yang searah


dg ibu jari dan sebatang lainnya dengan sisi searah dengan kelingking.
Apabila salah satu ada yang patah yang lain akan bertindak sebagai bidai
sehingga tulang yang patah itu tidak pindah dari tempatnya. Apabila
cedera terjadi didekat pergelangan tangan maka biasanya keduanya akan
patah.
Tindakan pertolongannya :
Pasangkan sepasang bidai disepanjang lengan bawah. Bidai ini dapat
dibuat dari 2 bilah papan atau dapat pula bahan lain misalnya tumpukan
kertas atau kertas Koran. Apabila menggunakan dua papan maka sebilah
dipasang disisi luar lengan dan sebilahnya lagi di sisi dalamnya. Ikat bidai
itu dengan pembalut, lalu gantungkan lengan yang patah itu ke leher.

7. Patah tulang pergelangan/ telapak tangan


Sendi pergelangan tangan tersusun oleh beberapa tulang yang
kecil. Jika ada satu yang patah maka pergelangan tangan akan sakit bila
digerakkan. Kadang patah tulang pergelanagan tanagn juga diikuti oleh
patah ujung kedua tulang lengan bawah. Lama penyembuhan patah tulang
ditentukan oleh keadaan tulang yang patah atau usia korban. Pada anak
penyembuhan tulang biasanya lebih cepat sedangkan orang tua lebih lama
bahkan terkadang tidak menyambung kembali.
Tindakan pertolongannya:
 Pertolongan pertama tidak beda dengan patah tulang lengan bawah,
hanya saja bidai diperpanjang hingga telapak tangan.

31
 Tulang telapak tangan dapat patah apabila terkena pukulan langsung
yang keras, misalnya pada petinju.
 Lakukan pertolongan dg menarik tangan korban kuat-kuat dan
pertahankan tarikan selama 5-10 menit agar patahan tulang saling
menjauh.
 Lalu minta orang lain mempertahankan tarikan inidan penolong lain
menluruskan tulang yang patah lalu perlahan tarikan dikndorkan
sehingga ujung tulang saling bertemu.
 Setelah itu, telapak tangan dibidai dalam kedudukan jari-jari
melengkung
 Antara bidai dan telapak tangan diberi bantalan lembut padat. Bidai
dipasang lurus dan meliputi ujung lengan bawah.

8. Patah tulang jari tangan

 Patah tulang jari tangan dapat dibidai dengan beda-beda yang mudah
didaapat di sekitar kita seperti bambu, sendok kayu, es cream, atau
kawat tusuk konde.
 Apabila memungkinkan (tidak terasa sakit bila membengkokkan jari),
sebaliknya jari di bidai dalam kedudukan setengah melengkung.

9. Patah tulang rusuk


Tanda patah tulang iga adalah dada terasa sakit saat bernafas, batuk atau
bersin. Nyeri sumbu yaitu iga yang pataah akan terasa sakit apabila
ditekan dari arah tulang punggung dan tulang dada.

32
Tindakan pertolongannya:
 Iga yang patah difiksasi (yaitu ditopang agar tidak bergerak) dengan
menggunakan plaster biasanya, jangan memakai bidai atau pengikat
dada kaku.
 Cara pembidaian langsung dengan plaster ini disebut stapping
 Kadang-kadang sulit untuk memastikan iga mana saja yang patah
maka stapping dilakukkan pada seluruh iga
 Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan obat pereda nyeri, misalnya
astaminofen, asam mefenamat, dan metamisol.

10. Patah tulang belakang


Patah tulang belakang dapat merusak sumsum tulang belakang yang
terlindung oleh cincin tulang. Apabila sumsum tulang belakang rusak,
hubungan antara alat-aalt tubuh dan otak terputus, yang bisa menyebabkan
kelumpuhan. Bila sumsum tulang belakang ikut rusak maka anggota badan
yang berada di bawah ruas yang patah akan menjadi lumpuh.
Tindakan pertolongannya :
 Biarkan korban dalam keadaan terbaring dan jangan merubah
posisinya.
 Siapkan usungan yang beralas keras, misalnya dengan
mempergunakan papan lalu dengan hati-hati angkat korban ke usungan
tersebut.
 Beri bantalan dibawah pinggangnya untuk mengurangi rasa sakit dan
agar tidak bergerak jika di usung.

11. Patah tulang pinggul


Tanda patah tulang pinggul adalah korban merasa nyeri di daearh atas
kemaluan ketika ia duduk atau berdiri. Apabila kandung kencing itu rusak
maka biasanya darah akan mengalir bersama air kencing.
Tindakan pertolongannya :

33
 Saat pemeriksaan, jangan menekan daerah pinggul yang terluka karena
akan merusak jaringan organ yang ada didalam rongga pinggul
 Korban harus dibawah dengan usungan, dimana kedua kaki dan
lututnya diikat menjadi satu
 Dibawah lutut diberikan bantalan yang lunak, bantalan juga dipasang
dibawah pinggul, samping, dan kanan pinggul.

12. Patah tulang paha

Seperti juga tulang lengan atas, paa juga hanya memiliki satu
tulang pipa.gejala dan tanda patah tulang paha sama seperti patah tulang
lengan atas.
Tindakan pertolongannya :
Bidai dipasang memanjang dari punggung hingga ke kaki. Harus
dipastikan bidai telah terpasang sebelum korban dipindahkan atau diusung
ketempat lain.

13. Tempurung lutut pecah


Gejala dan tandanya adalah korban tidak mampu meluruskan kakinya, dan
nyeri pada lutut sangat hebat. Jika ada pendarahan didalam lutut, akan
timbul pembengkakaan yang terjadi dengan cepat.
Tindakan pertolongannya :

34
 Berikan balutan menekan diatas lutut untuk menghambat atau
mengurangi pembengkakan, kompres air dingin untuk mengurangi
nyerinya.
 Kemudian dengan posisi lutut sedikit terlipat, pasang bidai dibawah
lutut, dan pergelangan kaki diberi bantalan yang lunak
 Sementara menunggu untuk usung lutut yang cedera diletakkan lebih
tinggi dari bagian tubuh lainnya.

14. Patah tulang tungkai bawah

Tungkai bawah memiliki dua buah tulang panjang yaitu tulang


kering dan tulang betis. Karena letaknya tidak begitu terlindung, membuat
tulang kering lebih mudah patah jika terbentuk benda keras. Jika salah satu
patah maka tulang yang satunya berfungsi sebagai bidai sehingga sepintas
terlihat utuh.Gejala dan tandanya, nyeri bila ditekan ditempat yang patah,
nyeri sumbu, dan nyeri saat kaki digerakkan.
Tindakan pertolongannya :
 Tungkai dibidai dengan dua buah bidai yang dipasang mulai dari mata
kaki sampai beberapa jari diatas lutut. Papan bidai dibungkus dengan
kain untuk selimut pada bagian yang menempel betis.
 Tungkai yang patah harus di gips atau bidai sekitar 2 bulan lamanya.
 Apabila tulang yang patah diatas pergelangan kaki, pembidaian
berlapis bantal dipasangkan dri lutut hingga menutupi telapak kaki.

35
15. Patah tulang telapak kaki
Pergelangan kaki dan telapak kaki memiliki sejumlah tulang kecil
yang pendek. Patah tulang dapat terjadi terutaa jika tertimpa benda yang
sangaat berat atau menahan sepeda motor yang jatuh dengan satu kakinya.
Gejala dan tandanya : timbul pembengkakan dan nyeri sumbu
Tindakan pertolongannya:
Berikan balutan yang menekan dan pasang bidai di bawah telapak kaki
serta letakkan bantalan kain di belakang tumitnya,

36
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Fraktur adalah diskontinuitas dari jaringan tulang yang biasanya disebabkan


adanya kekerasan yang timbul secara mendadak. Fraktur dapat terjadi dengan
patahan tulang dimana tulang tetap berada di dalam atau disebut fraktur tertutup
atau di luar dari kulit yang disebut fraktur terbuka. Pada kegawatdaruratan, fraktur
terbuka dan tertutup dapat ditangani dengan pertolongan pertama yaitu
pembidaian dan pembalutan. Pembidaian adalah memasang alat untuk imobilisasi
dengan mempertahankan kedudukan tulang yang patah

Pembidaian atau pembalutan merupakan salah satu proses penting dalam


penatalaksanaan awal korban patah tulang. Memasang bidai / balut adalah
memasang alat untuk immobilisasi atau mempertahankan kedudukan tulang yang
patah. Adapun tujuan dari pembalutan/pembidaian adalah memobilisasi fraktur
dan dislokasi, mengistirahatkan anggota badan yang cedera, mengurangi rasa
sakit, mempercepat penyembuhan.

B. SARAN

Diharapkan kepada pembaca untuk dapat mengaplikasikan ilmu


kegawatdaruratan pada cedera muskuloskeletal dengan melakukan tindakan
pembidaian dan pembalutan.

37
DAFTAR PUSTAKA

Muchtarudin St, (1984), ilmu balut, penerbit: PN balai pustaka, Jakarta

Carolius, borromeus, (1961), ilmu perawatan, penerbit: N.V.OBOR


DJAKARTA, JAKARTA

Junaidi, iskandar, (2011), pedoman pertolongan pertama yang harus


dilakukan saat gawat & darurat medis, penerbit : ANDI yogyakarta,
yogyakarta

38

Anda mungkin juga menyukai