HIDATIDOSA
A. Pengertian
Mola hidatidosa disebut juga hamil anggur, dapat dibagi menjadi mola
hidatidosa total dan mola hidatidosa parsial. Mola hidatidosa total adalah pada seluruh
kavum uteri terisi jaringan vesikular berukuran bervariasi, tidak terdapat fetus dan
adneksanya ( plasenta, tali pusat, ketuban). Mola hidatidosa parsial hanya sebagian
korion bertransformasi menjadi vesikel, dapat terdapat atau tidak terdapat fetus. (wan
desen,2011)
B. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya
adalah:
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan. Spermatozoa memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau
dua serum memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan
dalam pembuahan.
2. Imunoselektif dari tropoblast, yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah pada
stroma villi menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi
hiperflasia sel – sel trofoblast.
3. Keadaan sosio – ekonomi yang rendah, dalam masa kehamilan keperluan zat – zat
gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhanpertumbuhan dan
perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi rendah maka untuk memenuhi
gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam
pertumbuhan dan perkembangan janinya.
4. Paritas tinggi, itu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa
karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetic yang dapat
diidentifikasi dan penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen atau menotropiris
(pergonal)
5. Kekurangan protein, protein adalah zat untuk membangun jaringan bagian tubuh
sehubungan dengan pertumbuhan janin, rahim dan buah dada ibu, kebutuhan akan
zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam
makanan mengakibatkan akan lahir lebih kecil dari normal.
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas, infeksi mikroba dapat
mengenai semua termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh
manusia tidak akan selalu menimbulkan penyakit. Hal ini sangat tergantung dari
jumlah mikroba yang masuk virulensinya serta daya tahan tubuh.
C. Manifestasi klinis
1. Perdarahan pervagina/gelembung mola
2. Gejala toksemia pada trisemester I-II
3. Hiperemisis gravidarum
4. Tirotoksikosis
5. Emboli paru
6. Pemeriksaaan fisik :
- Umumnya uterus lebih besar dari usia kehamilan
- Kista lutein
- Balotemen negative
- Denyut jantung janin negative
D. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan HCG
2. Pemeriksaan USG
E. Penatalaksanaan
Terapi mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap yaitu :
1. Perbaikan keadaan umum
2. Pengeluaran jaringan mola : kuretase dan histerektomi
3. Terafi profilaksis dengan sitostatika : pemberian kemoterapi repofilaksis pada pasien
pasca evaluasi mola hidatidosa masih menjadi kontroversi.
4. Pemeriksaan tindak lanjut :
a. Lama pengawasan berkisar satu sampai dua tahun
b. Setelah pengawasan penderita dianjurkan memakai kontrasepsi kondom, pil
kombinasi atau diafragma dan pemeriksaan fisik dilakukan setiap kali pada saat
penderita datang kontrol.
c. Pemeriksaan kadar ß – hCG dilakukan setiap minggu sampai ditemukan kadar ß –
hCG normal tiga kali berturut – turut.
d. Setelah itu pemeriksaan dilakukan setiap bulan sampai kadar ß – hCG normal
selama 6x berturut – turut.
e. Bila terjadi remisi spontan (kadar ß – hCG, pemeriksaan fisik, dan foto thoraks
setelah satu tahun semuanya normal) maka penderita tersebut dapat berhenti
menggunakan kontrasepsi dan hamil lagi.
f. Bila selama masa observasi kadar ß – hCG tetap atau bahkan meningkat atau pada
pemeriksaan klinis, foto thoraks ditemukan adanya metastase maka penderita
harus dievaluasi dan dimulai pemberian kemoterapi.
G. Discarge planing
1. Makan makanan yang mengandung protein tinggi sehingga meningkatkan daya tahan
tubuh
2. Konsultasikan dengan dokter jika menginginkan kehamilan lagi
3. Periksa kromosom ibu jika dicurigai terjadi infeksi virus
4. Kontrol keadaan kesuburan pasangan pria (spermatozoa), wanita faktor ovum.
H. Patofisiologi`
Ketidakseimbangan
Deficit perawatan diri Kurangnya suplai darah ke nutrisi kurang dari
otak dan suplai nutrisi kebutuhan tubuh
kejaringan
Terputusnya jaringan
saraf
Pusing dan kelemahan fisik
Intoleransi aktivitas
Nyeri
Suhu : Meningkat
Nadi : Mungkin menurun
Pernapasan : Meningkat (>20x/menit)
Tekanan darah : Meningkat lebih dari 120/70mmhg
3) Kepala : bersih atau tidaknya, ada tau tidanya lesi, ada atau tidanya nyeri
tekan, krepitasi, masa
4) Wajah: tampak pucat, ada tidaknya oedema
5) Mata : konjungtiva tampak pucat ( karena adanya perdarahan
6) Hidung : simetris atau tidak, ada tidaknya polip
7) Telinga
Ada tidaknya peradangan dan lesi
8) Mulut, bibir, faring : periksa apakah bibir pucat atau kering, kelengkapan gigi,
ada tidaknya karies gigi.
9) Leher : ada tidaknya pembesaran kelenjar tyroid dan limpe.
10) Payudara : ukuran payudara, simetrisitas, dan penampilan kulit, inspeksi
puting terhadap ukuran, bentuk, ada tidaknya ulkus dan kemerahan, palpasi
payudara untuk mengetahui konsistensi dan nyeri tekan.
11) Thorax : pergerakan dinding dada, frekuensi, irama, kedalaman dan
penggunaan otot bantu pernafasan, ada tidaknya retraksi dinding dada. Ada
tidaknya nyeri tekan dan krepitasi vokal premitus. Kenormalan organ intra
thotax. Ada tidaknya suara nafas tambahan
12) Abdomen
Pembesaran perut sesuai usia kehamilan, perdarahan pervaginam, terlihat
jaringan parut pada perut, ada tidaknya jaringan hasil konsepsi, tercium bau
busuk dari vulva.. bising usus normal.pembesaran abdomen lebih besar dari
usia kehamilan (tidak sesuai usia kehamilan). Suara normal tympani, untuk
mengetahui suara normalnya bila masih ada sisa konsepsi yang belum
dikeluarkan maka suara kan berubah menjadi lebih pekat.
13) Genetalia : kebersihan kurang, perdarahan pervaginam, kondisi vulva lembab.
14) Ekstremitas atas : Ada tidaknya infus yang terpasang, CRT memanjang bila
perdarahan.
15) Ekstremitas bawah : ada tidaknya deformitas, akral (perdarahan biasanya
disertai dengan akral dingin)
2. Diagnosa Keperawatan, Tujuan dan Rencana Tindakan
- Cepat kenyang setelah makan hipertonik papila lidah dan cavitas oral
menelan
Penyuluhan :
1. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
intake Fe
2. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
protein dan vitamin C
3. Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan catatan makanan harian
4. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
4 Intoleransi aktivitas b.d pusing dan Toleransi aktivitas, kritera 1. Kaji tingkat kemampuan
kelemahan fisik. evaluasi: pasien untuk berpindah dari tempat tidur,
DS: 1. Berpartisipas dalam aktivitas berdiri, ambulasi
DO: fisik tanpa disertai 2. Kaji rspon emosi, sosial, dan
- Respon tekanan darah abnormal peningkatan ekanan darah, spiritual terhadap aktivitas
terhadap akivitas nadi dan respirasimampu 3. Evaluasi motivasi dan
- Respon frekuensi jantung melakukan aktivitas sehari – keinginan pasien untuk meningkatkan
abnormal terhadap akivitas hari secara mandiri aktivitas
- Perubahan EKG yang 2. Tanda – tanda vital normal Manajemen energy :
menunjukan aritmia atau iskemia 3. Mampu berpindah tanpa 1. Tentukan penyebab keletihan (perawatan,
- Ketidaknyamanan setelah bantuan atau dengan bantuan nyeri, pengobatan)
beraktivitasdypneu setelah alt 2. Pantau kardiorespiratori terhadap aktivitas
beraktivitas 4. Sirkulasi baik 3. Pantau respon oksigen pasien ( denyut
- Dypneu setelah beraktivitas 5. Status respirasi adekuat nadi, irama jantung, frekuensi pernapasan)
- Menyatakan merasa letih terhadap aktivitas
- Menyatakan merasa lemah 4. Pantau asupan nutrisi untuk memastikan
sumber energy yang adekuat
5. Pantau dan dokumentasikan pola dan
lamanya tidur pasien
Activity therapy :
1. Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
2. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
3. Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
4. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
5. Bantu untuk mengidentifikasi aktifitas
yang disukai
6. Bantu klien untuk membuat latihan di
waktu luang
7. Bantu klien / keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
8. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
9. Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
10. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
spiritual
Penyuluhan :
1. Penggunaan teknis napas terkontrol
selama aktivitas jika perlu
2. Pentingnya nutrisi yang baik
3. Penggunaan peralatan seperti oksigen
selama aktivitas
4. Penggunaan teknik relaksasi (distraksi,
visualisasi) selama aktivitas
5. Tindakan untuk menghemat energy :
menyiapkan alat atau benda yang sering
digunakan di tempat yang mudah di
jangkau
Tindakan kolaboratif :
Kolaburasi dengan ahli terapi okupasi
Kolaburasi dengan ahli gizi untuk
perencanaan diet
5 Resiko infeksi b.d adanya luka operasi Faktor resiko infeksi hilang, Kontrol infeksi :
kriteria evaluasi : 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
- Klien bebas dari tanda dan pasien lain
gejala infeksi 2. Pertahankan teknik isolasi
- Mendeskripsikan proses 3. Batasi pengunjung bila perlu
penularan penyakit, faktor 4. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci
yang mempengaruhi penularan tangan
serta penatalaksanaanya. 5. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
- Menunjukan kemampuan tindakan keperawatan
untuk mencegah timbulnya 6. Gunakan baju, sarung tangan sebagai
infeksi alat pelindung
- Jumlah leukocyt dalam batas 7. Pertahankan lingkungan aseptik selama
normal pemasangan alat
- Menunjukan perilaku hidup 8. Ganti letak IV perifer dan line central
sehat dan dresing sesuai dengan petunjuk
umum
9. Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
10. Tingkatkan intake nutrisi
11. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
12. Monitor hitung granulocyt, WBC
13. Monitor kerentanan terhadap infeksi
14. Pertahankan teknik asepsis terhadap
pasien yang beresiko
15. Pertahankan teknik isolasi jika perlu
16. Inspeksi area kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase,
infeksi kondisi luka / insisi bedah
17. Dorong masukan nutrisi yang cukup
18. Dorong masukan cairan
19. Dorong istirahat
Kolaburasi :
1. Berikan terapi antibiotik bila perlu
(proteksi terhadap infeksi)
2. Laporkan kecurigaan infeksi
3. Laporkan kultur positif
Penyuluhan :
1. Instruksikan pada pengunjung untuk
mencuci tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung mennggalkan pasien
2. Instreuksikan pasien untuk minum obat
sesuai resep
3. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
4. Pelaksanaan
Melaksanakan tindakan diatas, disesuaikan dengan keadaan dan reaksi atau respon pasien terhadap penyakitnya.
5. Evaluasi
Disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan.