Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KASUS MOLA

HIDATIDOSA

A. Pengertian
Mola hidatidosa disebut juga hamil anggur, dapat dibagi menjadi mola
hidatidosa total dan mola hidatidosa parsial. Mola hidatidosa total adalah pada seluruh
kavum uteri terisi jaringan vesikular berukuran bervariasi, tidak terdapat fetus dan
adneksanya ( plasenta, tali pusat, ketuban). Mola hidatidosa parsial hanya sebagian
korion bertransformasi menjadi vesikel, dapat terdapat atau tidak terdapat fetus. (wan
desen,2011)

B. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya
adalah:
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan. Spermatozoa memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau
dua serum memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan
dalam pembuahan.
2. Imunoselektif dari tropoblast, yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah pada
stroma villi menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi
hiperflasia sel – sel trofoblast.
3. Keadaan sosio – ekonomi yang rendah, dalam masa kehamilan keperluan zat – zat
gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhanpertumbuhan dan
perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi rendah maka untuk memenuhi
gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam
pertumbuhan dan perkembangan janinya.
4. Paritas tinggi, itu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa
karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetic yang dapat
diidentifikasi dan penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen atau menotropiris
(pergonal)
5. Kekurangan protein, protein adalah zat untuk membangun jaringan bagian tubuh
sehubungan dengan pertumbuhan janin, rahim dan buah dada ibu, kebutuhan akan
zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam
makanan mengakibatkan akan lahir lebih kecil dari normal.
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas, infeksi mikroba dapat
mengenai semua termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh
manusia tidak akan selalu menimbulkan penyakit. Hal ini sangat tergantung dari
jumlah mikroba yang masuk virulensinya serta daya tahan tubuh.

C. Manifestasi klinis
1. Perdarahan pervagina/gelembung mola
2. Gejala toksemia pada trisemester I-II
3. Hiperemisis gravidarum
4. Tirotoksikosis
5. Emboli paru
6. Pemeriksaaan fisik :
- Umumnya uterus lebih besar dari usia kehamilan
- Kista lutein
- Balotemen negative
- Denyut jantung janin negative

D. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan HCG
2. Pemeriksaan USG

E. Penatalaksanaan
Terapi mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap yaitu :
1. Perbaikan keadaan umum
2. Pengeluaran jaringan mola : kuretase dan histerektomi
3. Terafi profilaksis dengan sitostatika : pemberian kemoterapi repofilaksis pada pasien
pasca evaluasi mola hidatidosa masih menjadi kontroversi.
4. Pemeriksaan tindak lanjut :
a. Lama pengawasan berkisar satu sampai dua tahun
b. Setelah pengawasan penderita dianjurkan memakai kontrasepsi kondom, pil
kombinasi atau diafragma dan pemeriksaan fisik dilakukan setiap kali pada saat
penderita datang kontrol.
c. Pemeriksaan kadar ß – hCG dilakukan setiap minggu sampai ditemukan kadar ß –
hCG normal tiga kali berturut – turut.
d. Setelah itu pemeriksaan dilakukan setiap bulan sampai kadar ß – hCG normal
selama 6x berturut – turut.
e. Bila terjadi remisi spontan (kadar ß – hCG, pemeriksaan fisik, dan foto thoraks
setelah satu tahun semuanya normal) maka penderita tersebut dapat berhenti
menggunakan kontrasepsi dan hamil lagi.
f. Bila selama masa observasi kadar ß – hCG tetap atau bahkan meningkat atau pada
pemeriksaan klinis, foto thoraks ditemukan adanya metastase maka penderita
harus dievaluasi dan dimulai pemberian kemoterapi.

F. Masalah yang lazim muncul


1. Kekurangan volume cairan b.d perdarahan pervaginam
2. Nyeri akut b.d perdarahan, proses perjalanan penyakit
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan asupan oral,
ketidaknyamanan mulut, mual sekunder akibat peningkatan kadar ß-hCG
4. Intoleransi aktivitas
5. Resiko infeksi

G. Discarge planing
1. Makan makanan yang mengandung protein tinggi sehingga meningkatkan daya tahan
tubuh
2. Konsultasikan dengan dokter jika menginginkan kehamilan lagi
3. Periksa kromosom ibu jika dicurigai terjadi infeksi virus
4. Kontrol keadaan kesuburan pasangan pria (spermatozoa), wanita faktor ovum.
H. Patofisiologi`

Kematian ovum didalam Mengalami keterlambatan  Faktor ovum


tubuh dalam pengeluaran  Akibat infeksi
 Paritas tinggi
Mengalami degenerasi Jangot – jangot korion
 Keadaan sosial ekonomi
yang tumbuh berganda
yang rendah
dan mengandung cairan
Kista – kista kecil seperti  Defisiensi protein
anggur  Perdarahan pervagina
berulang

Mola hidatidosa Tindakan ivasif Curetage

Tindakan pembedahan Pengaruh anastesi


histerektomi
Motalitas usus
Kekurangan volume
cairan
Distensi abdomen

Bedrest total , malas Perdarahan Mual / muntah


bergerak

Penurunan TD anemis Nafsu makan menurun


Takut akan lukanya

Ketidakseimbangan
Deficit perawatan diri Kurangnya suplai darah ke nutrisi kurang dari
otak dan suplai nutrisi kebutuhan tubuh
kejaringan
Terputusnya jaringan
saraf
Pusing dan kelemahan fisik

Nyeri luka operasi

Intoleransi aktivitas
Nyeri

Adanya luka operasi, Resiko infeksi


kurang pengetahuan
perawatan luka Invasi mikroorganisme
I. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama,umur, agama, suku/bangsa,pendidikan, pekerjaan, golongan darah,
diagnosa medis, status marital dan alamat
b. Kidentitas penanggungjawab
Identitas penanggungjawab yang perlu dikaji adalah nama, umur, suku/atau
bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien, alamat.
c. Keluhan utama : kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang
d. Riwayat kesehatan sekarang : keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit
atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam diluar siklus haid,
pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
e. Riwayat kesehatan masa lalu :
1) Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh
klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan dimana tindakan tersebut
berlangsung.
2) Riwayat penyakit yang pernah dialami : kaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi /
urinary, penyakit endokrin, dan penyakit – penyakit lainya.
f. Riwayat penyakit keluarga : dapat dikaji melalui genogram, dari genogram dapat
di identifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat
dalam keluarga
g. Riwayat kesehatan reproduksi
1) Riwayat menstruasi : kaji tentang menarche, siklus menstruasi, lamanya,
banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorrhoe serta kaji kapan
menopause terjadi, gejala serta keluhan yang menyertainya.
2) Riwayat kehamilan dan persalinan dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat
ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
3) Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta
keluhan yang menyertainya
h. Riwayat pemakaian obat : kaji riwayat pemakaian obat – obatan kontrasepsi oral,
obat digitalis dan jenis obat lainya.
i. Pola kebiasaan sehari – hari
1) Respirasi
Frekuensi pernapasan meningkat
2) Nutrisi
Biasanya klien mengalmi gangguan dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya,
karena mual dan muntah yang berlebihan, tidak ada nafsu makan, masukan
protein kalori kurang.
3) Eliminasi
Biasanya klien tidak mengalami gangguan dalam BAK, kadang pada saat
BAK disertai pengeluaran darah atau gelembung mola.
4) Gerak dan keseimbangan tubuh
Pada klien dengan mola hidatidosa gerak / aktivitasnya tergantung karena
kebiasaan sehari – hari tidak dapat dilakukan / tidak terpenuhi dengan baik.
5) Istirahat tidur
Klien biasanya mengalami kesulitan dalam istirahat dan tidurnya karena nyeri
epigastrium yang dirasakan.
6) Kebutuhan personal hygiene
Kebersihan diri merupakan pemeliharaan kesehatan untuk diri sendiri dan
dilakukan 2x sehari. Biasanya kebutuhan personal hygiene tidak ada
gangguan.
7) Aktivitas
Pada klien dengan mola hidatidosa biasanya aktivitasnya terganggu,
pekerjaan/kegiatan sehari – hari tidak dapat dilakukan/tidak dapat terpenuhi
dengan baik.
8) Kebutuhan berpakaian
Klien tidak mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan berpakaian
9) Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi
Biasanya mengalami gangguan dalam hal temperatur tubuh berupa
peningkatan suhu tubuh dan sirkulasi berupa peningkatan tekanan darah
10) Kebutuhan keamanan
Kebutuhan keamanan ini perlu dipertanyakan apakah klien tetap merasa aman
dan terlindungi oleh keluarganya. Klien mampu menghidari bahaya dari
lingkungan.
11) Sosialisasi
Bagaimana klien mampu berkomunikasi dengan orang lain dalam
mengekspresikan emosi, kebutuhan, kehawatiran dan opini
12) Kebutuhan spiritual
Pada kebutuhan spiritual ini tanyakan apakah klien tetap menjalankan ajaran
agamanya ataukah terhambat karena keadaan yang sedang dialami
13) Kebutuhan bermain dan rekreasi
Klien dengan mola hidatidosa biasanya tidak dapat memenuhi kebutuhan
bermain dan rekreasi karena dalam kondisi yang lemah
14) Kebutuhan belajar
Bagaimana klien berusaha belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin
tau yang mengarah pada perkembangan yang normal, kesehatan dan
penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia.
j. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: keadaan umum klien biasanya lemah
2) Pemeriksaan tanda – tanda vital

Suhu : Meningkat
Nadi : Mungkin menurun
Pernapasan : Meningkat (>20x/menit)
Tekanan darah : Meningkat lebih dari 120/70mmhg

3) Kepala : bersih atau tidaknya, ada tau tidanya lesi, ada atau tidanya nyeri
tekan, krepitasi, masa
4) Wajah: tampak pucat, ada tidaknya oedema
5) Mata : konjungtiva tampak pucat ( karena adanya perdarahan
6) Hidung : simetris atau tidak, ada tidaknya polip
7) Telinga
Ada tidaknya peradangan dan lesi
8) Mulut, bibir, faring : periksa apakah bibir pucat atau kering, kelengkapan gigi,
ada tidaknya karies gigi.
9) Leher : ada tidaknya pembesaran kelenjar tyroid dan limpe.
10) Payudara : ukuran payudara, simetrisitas, dan penampilan kulit, inspeksi
puting terhadap ukuran, bentuk, ada tidaknya ulkus dan kemerahan, palpasi
payudara untuk mengetahui konsistensi dan nyeri tekan.
11) Thorax : pergerakan dinding dada, frekuensi, irama, kedalaman dan
penggunaan otot bantu pernafasan, ada tidaknya retraksi dinding dada. Ada
tidaknya nyeri tekan dan krepitasi vokal premitus. Kenormalan organ intra
thotax. Ada tidaknya suara nafas tambahan
12) Abdomen
Pembesaran perut sesuai usia kehamilan, perdarahan pervaginam, terlihat
jaringan parut pada perut, ada tidaknya jaringan hasil konsepsi, tercium bau
busuk dari vulva.. bising usus normal.pembesaran abdomen lebih besar dari
usia kehamilan (tidak sesuai usia kehamilan). Suara normal tympani, untuk
mengetahui suara normalnya bila masih ada sisa konsepsi yang belum
dikeluarkan maka suara kan berubah menjadi lebih pekat.
13) Genetalia : kebersihan kurang, perdarahan pervaginam, kondisi vulva lembab.
14) Ekstremitas atas : Ada tidaknya infus yang terpasang, CRT memanjang bila
perdarahan.
15) Ekstremitas bawah : ada tidaknya deformitas, akral (perdarahan biasanya
disertai dengan akral dingin)
2. Diagnosa Keperawatan, Tujuan dan Rencana Tindakan

N Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Keperawatan


o
1 Kekurangan volume cairan b.d Volume cairan adekuat atau Fluid management:
perdarahan pervaginam dapat dipertahankan, kriteria 1. Timbang popok / pembalut jika diperlukan
DS: evaluasi : 2. Pertahankan catatan intake dan output
DO: - Mempertahankan urin output yang akurat
- Perubahan status mental sesuai dengan usia dan BB, BJ 3. Monitor status hidrasi (kelembaban
- Penurunan tekanan darah urine normal, HT normal membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
- Penurunan tekanan nadi - Tekanan darah, nadi, suhu darah ortostatik), jika diperlukan.
- Penurunan volume nadi tubuh dalam batas normal 4. Monitor monitor vitalsign
- Penurunan turgor kulit - Tidak ada tanda – tanda 5. Monitor masukan makanan / cairan dan
- Penurunan haluaran urine dehidrasi, elastisitas turgor hitung intake kalori harian
- Penurunan pengisian vena kulit baik, membran mukosa 6. Kolaburasikan pemberian cairan IV
- Membran mukosa kering lembab, tidak ada rasa haus 7. Monitor status nutrisi

- Kulit kering yang berlebihan. 8. Berikan cairan IV pada suhu ruangan

- Peningkatan hematokrit 9. Dorong masukan oral

- Peningkatan suhu tubuh 10. Berikan penggantian nesogatrik sesuai out

- Peningkatan frekwensi nadi put

- Peningkatan konsentrasi urine 11. Dorong keluarga untuk membantu pasien

- Penurunan berat badan makan


12. Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
- Haus
- Kelemahan 13. Kolaburasi dengan dokter
14. Atur kemungkinan tranfusi
15. Persiapan untuk tranfusi
Hypovolemia manajemen:
1. Monitor status cairan termasuk intake dan
out put cairan
2. Pelihara IV line
3. Monitor tingkat Hb dan hematokrit
4. Monitor tanda vital
5. Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
6. Monitor berat badan
7. Dorong pasien untuk menambahkan intake
oral
8. Pemberian cairan IV monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan volume cairan
9. Monitor adanya tanda gagal ginjal
2 Nyeri akut b.d perdarahan, proses Nyeri teratasi, Kriteria evaluasi : Manajemen nyeri :
perjalanan penyakit, ditandai dengan: - Pasien tidak mengeluh nyeri 1. Kaji nyeri yang meliputi lokasi,
- Pasien mengeluh nyeri perut - Tand-tanda vital stabil karakteristik, awitan dan durasi,frekuensi,
- Skala nyeri : - Tidak ada gangguan fisik dan kualitas dan faktor presipitasi.
Nyeri ringan, Skala ( 1 – 3 ) psikologis 2. Observasi reaksi non verbal dari
Nyeri Sedang, Skala ( 4 – 7 ) - Pola tidur yang baik ketidaknyamanan
Nyeri berat, skala (8 – 10) - Ekspresi wajah tidak 3. Gunakan teknik komunikasi teurapeutik
menunjukan nyeri untuk mengetahui pengalaman nyeri
DO : - TTV dalam batas normal pasien
- Perubahan selera makan - Menyatakan secara verbal 4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon
- Perubahan tekanan darah pengetahuan tentang cara nyeri
- Perubahan frekuensi jantung alternatif untuk redakan nyeri 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
- Perubahan frekuensi pernafasan 6. Evaluasi bersama pasien dan tim
- Diaforesis kesehatan lain tentang ketidakefektifan
- Perilaku distraksi (misalnya kontrol nyeri masa lampau
berjalan mondar – manjir 7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
mencari orang lain dan atau dan menemukan dukungan
aktivitas lain, aktivitas yang 8. Kontrol lingkungan yang dapat
berulang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
- Mengekspresikan perilaku pencahayaan dan kebisingan.
(misalnya gelisah, menangis) 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Wajah (mata kurang bercahaya, 10.Pilih dan lakukan penanganan nyeri
tampak kacau, gerakan mata (farmakologi, non farmakologi dan
berpencar atau tetap pada satu interpersonal)
fokus meringis) 11.Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
- Sikap melindungi area nyeri menentukan intervensi

- Fokus menyempit (gangguan 12.Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi

persepsi nyeri, hambatan proses 13.Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri


berfikir, menurunya interaksi 14.Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
dengan orang dan lingkungan) 15.Tingkatkan istirahat
- Indikasi nyeri yang dapat diamati 16.Kolaburasikan dengan dokter jika ada
- Perubahan posisi untuk keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
menghindari yeri 17.Monitor penerimaan pasien tentang
- Sikap tubuh melindungi manajemen nyeri
- Dilatasi pupil Analgesic administration :
- Melaporkan nyeri secara verbal 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
- Gangguan tidur dan derajat nyeri sebelum pemberian
obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
9. Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
10.Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala.
3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang Memperlihatkan status gizi Nutrition manajemen :
dari kebutuhan tubuh b.d penurunan terpenuhi, Kriteria evaluasi : 1. Kaji adanya alergi makanan
asupan oral, ketidaknyamanan mulut, - Adanya peningkatan berat 2. Berikan substansi gula
mual sekunder akibat peningkatan badan sesuai dengan tujuan 3. Yakinkan diet yang dimakan mengandung
kadar ß-hCG - Berat badan ideal sesuai tinggi serat untuk mencegah konstipasi
DS : dengan tinggi badan 4. Berikan makanan yang terpilih (sudah
Mual, tidak ada nafsu makan - Mampu mengidentifikasi dikonsultasikan dengan ahli gizi)
DO : kebutuhan nutrisi 5. Monitor jumlah nutrisi dan dan kandungan
- Menghindari makanan - Tidak ada tanda malnutrisi kalori
- Berat badan 20% atau lebih - Menunjukan peningkatan 6. Kaji kemampuan pasien untuk
dibawah berat badan ideal fungsi pengecapan dari mendapatkan untuk mendapatkan nutrisi
- Kerapuhan kapiler menelan yang dibutuhkan
- Diare - Tidak terjadi penurunan berat Nutrition monitoring:
- Kehilangan rambut berlebihan badan yang berarti 1. BB pasien dalam batas normal
- Bisisng usus hiperaktif 2. Monitor adanya penurunan berat badan
- Kurang makan 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
- Kurang informasi bisa dilakukan
- Kurang minat pada makanan 4. Monitor lingkungan selama makan
- Penurunan berat badan 5. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
dengan asupan makanan selama jam makan
adequat 6. Monitor kulit kering dan perubahan
- Kesalahan konsepsi pigmentasi
- Kesalahan informasi 7. Monitor turgor kulit
- Membran mukosa pucat 8. Monitor kekeringan, rambut kusam,dan
- Ketidak mampuan memakan mudah patah
makanan 9. Monitor mual dan muntah
- Tonus otot menurun 10.Monitor kadar albumin, total protein, HB,
- Mengeluh gangguan sensasi dan kadar HT
rasa 11.Monitor pucat, kemerahan, dan
- Mengeluh asupan makanan kekeringan jaringan konjungtiva
kurang dari RDA 12.Monitor kalori dan intake nutrisi

(recomended daily allowance) 13.Catat adanya edema, hiperemik,

- Cepat kenyang setelah makan hipertonik papila lidah dan cavitas oral

- Sariawan rongga mulut 14.Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet.

- Steatorea Kolaburasi : Kolaburasi dengan ahli gizi

- Kelemahan otot pengunyah untuk menentukan jumlah kalori dan

- Kelemahan otot untuk nutrisiyang dibutuhkan

menelan
Penyuluhan :
1. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
intake Fe
2. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
protein dan vitamin C
3. Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan catatan makanan harian
4. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
4 Intoleransi aktivitas b.d pusing dan Toleransi aktivitas, kritera 1. Kaji tingkat kemampuan
kelemahan fisik. evaluasi: pasien untuk berpindah dari tempat tidur,
DS: 1. Berpartisipas dalam aktivitas berdiri, ambulasi
DO: fisik tanpa disertai 2. Kaji rspon emosi, sosial, dan
- Respon tekanan darah abnormal peningkatan ekanan darah, spiritual terhadap aktivitas
terhadap akivitas nadi dan respirasimampu 3. Evaluasi motivasi dan
- Respon frekuensi jantung melakukan aktivitas sehari – keinginan pasien untuk meningkatkan
abnormal terhadap akivitas hari secara mandiri aktivitas
- Perubahan EKG yang 2. Tanda – tanda vital normal Manajemen energy :
menunjukan aritmia atau iskemia 3. Mampu berpindah tanpa 1. Tentukan penyebab keletihan (perawatan,
- Ketidaknyamanan setelah bantuan atau dengan bantuan nyeri, pengobatan)
beraktivitasdypneu setelah alt 2. Pantau kardiorespiratori terhadap aktivitas
beraktivitas 4. Sirkulasi baik 3. Pantau respon oksigen pasien ( denyut
- Dypneu setelah beraktivitas 5. Status respirasi adekuat nadi, irama jantung, frekuensi pernapasan)
- Menyatakan merasa letih terhadap aktivitas
- Menyatakan merasa lemah 4. Pantau asupan nutrisi untuk memastikan
sumber energy yang adekuat
5. Pantau dan dokumentasikan pola dan
lamanya tidur pasien
Activity therapy :
1. Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
2. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
3. Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
4. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
5. Bantu untuk mengidentifikasi aktifitas
yang disukai
6. Bantu klien untuk membuat latihan di
waktu luang
7. Bantu klien / keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
8. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
9. Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
10. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
spiritual
Penyuluhan :
1. Penggunaan teknis napas terkontrol
selama aktivitas jika perlu
2. Pentingnya nutrisi yang baik
3. Penggunaan peralatan seperti oksigen
selama aktivitas
4. Penggunaan teknik relaksasi (distraksi,
visualisasi) selama aktivitas
5. Tindakan untuk menghemat energy :
menyiapkan alat atau benda yang sering
digunakan di tempat yang mudah di
jangkau

Tindakan kolaboratif :
 Kolaburasi dengan ahli terapi okupasi
 Kolaburasi dengan ahli gizi untuk
perencanaan diet
5 Resiko infeksi b.d adanya luka operasi Faktor resiko infeksi hilang, Kontrol infeksi :
kriteria evaluasi : 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
- Klien bebas dari tanda dan pasien lain
gejala infeksi 2. Pertahankan teknik isolasi
- Mendeskripsikan proses 3. Batasi pengunjung bila perlu
penularan penyakit, faktor 4. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci
yang mempengaruhi penularan tangan
serta penatalaksanaanya. 5. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
- Menunjukan kemampuan tindakan keperawatan
untuk mencegah timbulnya 6. Gunakan baju, sarung tangan sebagai
infeksi alat pelindung
- Jumlah leukocyt dalam batas 7. Pertahankan lingkungan aseptik selama
normal pemasangan alat
- Menunjukan perilaku hidup 8. Ganti letak IV perifer dan line central
sehat dan dresing sesuai dengan petunjuk
umum
9. Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
10. Tingkatkan intake nutrisi
11. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
12. Monitor hitung granulocyt, WBC
13. Monitor kerentanan terhadap infeksi
14. Pertahankan teknik asepsis terhadap
pasien yang beresiko
15. Pertahankan teknik isolasi jika perlu
16. Inspeksi area kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase,
infeksi kondisi luka / insisi bedah
17. Dorong masukan nutrisi yang cukup
18. Dorong masukan cairan
19. Dorong istirahat
Kolaburasi :
1. Berikan terapi antibiotik bila perlu
(proteksi terhadap infeksi)
2. Laporkan kecurigaan infeksi
3. Laporkan kultur positif
Penyuluhan :
1. Instruksikan pada pengunjung untuk
mencuci tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung mennggalkan pasien
2. Instreuksikan pasien untuk minum obat
sesuai resep
3. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi

4. Pelaksanaan
Melaksanakan tindakan diatas, disesuaikan dengan keadaan dan reaksi atau respon pasien terhadap penyakitnya.
5. Evaluasi
Disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai