Anda di halaman 1dari 15

COPD /PPOK

Definisi : penyakit paru obstruksi kronis (cronic obstruktive pulmonary disease – COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru – paru yang berlangsung lama dan dan
ditandai oleh peningkkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah : bronkhiits kronis, empisema
paru – paru, dan asma bronkhial. Sering juga penyakit ini disebut chronic airflow limitation (CAL) dan chronic abstructive lung diseases (COLD)

Asma bronchial : suatu gangguan


pada saluran bronchial dengan ciri Bronkhitis akut : radang pada bronkhus
bronchospasmeperiodik ( kontraksi yang biasanya mengenai trachea dan Bronkhitis kronis menunjukan
spasme pada saluran napas ). Asma laring, sehingga sering juga dinamai kelainan pada bronkhus yang sifatnya
laringotracheabronchitis. Radang ini menahun (berlangsung lama) dan Empisema : merupakan gangguan
merupakan penyakit komplek yang
dapat timbul sebagai kelainan jalan disebabkan oleh berbagai faktor, pengembangan paru – paru yang
dapat diakibatkan oleh faktor
napas tersendiri atau sebagai bagian dari meliputi faktor yang berasal dari luar ditandai oleh pelebaran ruang
biokimia, endokrin, infksi,
penyakit sistemik misalnya pada morbili , bronkus maupun dari broinkhus itu udara di dalam paru – paru
otonomik dan psikologi.
pertusis, difteri, dan tyfus abdominalis sendiri. Bronkhitis kronis merupakan disertai destruksi jaringan, sesuai
keadaan yang berkaitan dengan dengan definisi tersebut, maka
produksi mukus tracheobronchial yang dapat dikatakan bahwa tidak
berlebihan, sehingga menimbulkan termasuk empisema jika
batuk yang terjadi paling sedikit ditemukan kelainan berupa
selama 3 bulan dalam waktu satu pelebaran ruang udara (alveolus)
tahun atau > 2 tahun secara berturut – tanpa disertai destruksi jaringan.
Namun keadaan tersebut hanya
sebagai overinflamation.

Gejala : dispnea, batuk,


mengi
Etiologi
Etiologi
 Alergen utama : debu, spora
 Infeksi : stapylococus, streptococcus,
jamur, tepung
pnemococus, haemophilus influenza
 Iritan : asap, bau bauan, polutan
 Alergi
 Perubahan cuaca yg ekstrim
 Rangsangan lingkungan : asap pabrik,
 Aktivitas fisik yang berlebihan
asap mobil , asap rokok
 Lingkungan kerja
 Obat – obatan Patogenesis
 Emosi Hilangnya elastisitas paru – paru : protease ( enzim paru – paru) mengubah atau merusak alveoli dan saluran
napas kecil dengan cara merusak serabut elastin, sehingga kantung alveolus kehilangan elastisitasnya dan jalan
napas kecil menjadi kolaps atau menyempit, beberapa alveoli rusak dan yang lainya kemungkinan menjadi
Etiologi Bronkhitis kronis membesar
 Kelainan jantung menahun : kongesti menahun melemahkan daya tahan sehingga infeksi bakteri mudah terjadi Hiperinflasi paru – paru : pembesaran alveoli sehingga paru – paru sulit untuk dapat kembali ke posisi istirahat
 Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan sumber bakteri yang dapat menyerang dinding normal selama ekspirasi
bronkhus Terbentuknya bulae : dinding alveolus membengkak dan berhubungan untuk membentuk suatu bulae ( ruangan
 Dilatasi bronkhus : gangguan susunan dan fungsi bronkhus sehingga infeksi mudah terjadi tempat udara di antara oerenkim paru – paru) yang dapat dilihat pada pemeriksaan x ray
 Rokok : kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronkhus sehingga drainase lendir terganggu, kumpulan lendir merupakan Kolapsnya jalan napas kecil dan udara terperangkap : ketika pasien berusaha untuk ekshalasi secara kuat, tekanan
media untuk berkembang biak bakteri positif intratoraks akan menyebabkan kolapsnya jalan napas
ETIOLOGI : defesiensi antitripsin Alfa -1, paparan zat berbahaya atau rokok, rusaknya parenkim paru
ASMA

Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mukus dalam jumlah berlebihan,


peningkatan produksi mukus, eksudat dalam alveoli dan bronchospasm
INTERVENSI :
Gambaran klinis asma : Airway suction, airway manajemen

1. Objektif :
 Sesak napas parah dengan ekspirasi
memanjang disertai wheezing
 Dapat disertai batuk dengan sputum Ketidak efektipan pola napas berhubungan dengan keletihan otot
pernapasan dan deformitas dinding dada
kental dan sulit dikeluarkan
Intervensi :
 Bernapas dengan menggunakan otot – Airway manajemen , oksigen terapy vitalsign monitotor
otot napas tambahan
 Sianosis, takikardia, gelisah, dan pulsus
Funnel ches / dada corong Dada normal CO₂ tidak bisa keluar dari pembuluh darah, mengakibatkan peningkatan kadar
paradoksus ( denyut nadi yg semakin Dada burung / pectus carinatum
karbondioksida dalam darah (hiperkapnia)
melemah pada saat inspirasi bahkan
menghilang pada akhir inspirasi) Gangguan pertukaran gas b.d retensi karbondioksida (suatu kondisi peningkatan
 Fase ekspirasi memanjang disertai kadar CO₂yang tidak normal dalam darah
wheezing ( di apeks dan hilus
2. Subjektif : Intervensi : Airway manajemen, respiratory monitoring
Mengeluh sukar bernapas, sesak dan
anoreksia
3. Psikososial : cemas, takut, mudah
tersinggung dan kurangnya
pengetahuan pasien terhadap situasi
Penyempitan jalan napas mengakibatkan kerja otot pernapasan, penurunan
napsu makan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d laju metabolik,


dispnea saat makan, kelemahan otot pengunyah

Intervensi : nutrition manajemen, nutrition monitoring

Konsentrasi oksigen dalam darah menurun, suplai oksigen ke jantung perkurang


mengakibatkan penurunan cardiac out put sehingga tjd penurunan curah jantung

Penurunan curah jantung b.d perubahan kontaktilitas dan volume sekuncup


jantung

Intervensi : cardiac care

Penurunan cardiac outpun penyebabkan penurunan tekanan darah, terjadi


kelemahan dan kelelahan
Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen (hipoksia) kelemahan
Intervensi : activity therapy
PATOFISIOLOGI ASMA
Airway management :
INTERVENSI KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila
NAPAS perlu
1 Kaji pernafasan 2-4 jam (kedalaman,irama,penggunaan otot- 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya jalan nafas buatan
otot bantu nafas,cuping hidung dan adanya batuk)
2 Auskultasi bunyi nafas 4. Pasang mayo jika perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
3 Kaji posisi yang nyaman untuk pasien,tinggikan kepala saat
tidur 30-40 derajat dengan kepala sedikit dan ubah posisi 6. Keluarkan secret dengan batuk atau suction
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
secara teratur
4 Bantu pasien melakukan nafas dalam dan batuk efektif bila 8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronchodilator bila perlu
tidak ada kontra indikasi
5 Lakukan fisiotherafi dada dengan cara claping dan fibrasi 10. Berikan pelembab udara kasa basah NaCL lembab
11. Atur intake untuk cairan, mengoptimalkan keseimbangan
6 Observasi karakteristik batuk
7 Tingkatkan masukan cairan (air hangat) sesuai toleransi 12. Monitor respirasi dan saturasi O²
Penyuluhan :
jantung
8 Lakukan suction jika pasien mengalami penurunan 1. Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung
( oksigen, mesin pengisapan, spirometer, inhaler, dan intermiten
kesadaran/tidak mampu mengeluarkan secret
positive pressure breathing
2. Informasikan pentingnya berhenti merokok
Airway suction :
1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning 3. Intruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik napas dalam
untuk memudahkan pengeluaran secret
2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
3. Informasikan pada pasien dan keluarga tentang suctioning Tindakan kolaborasi:
1. Berikan obat sesuai
4. Minta pasien napas dalam sebelum suction dilakukan
5. Berikan O² dengan penggunaan nasal untuk memfasilitasi indikasi(bronchodilator,ekspektoran,kortikosteroid, mukolitik)
2. Fisiotherafi bila perlu
sucsion nasotracheal
6. Gunakan alat yang seteril setiap melakukan tindakan 3. Berikan humidifikasi tambahan : nebulizer
4. Berikan oksigen
7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam setelah
kateter di keluarkan dari nasotracheal 5. Monitor AGD
6. Pemeriksaan thorax
8. Monitor status oksigen pasien
9. Ajarkan keluarga bagaimana cara mlelakukan suction
10. Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien
menujukan bradikasdi, peningkatan saturasi O² dll.
INTERVENSI KETIDAK EFEKTIPAN POLA
NAPAS INTERVENSI GANGGUAN
1 Pantau adanya pucat dan cyanosis
2 Auskultasi suara nafas dan ada tidaknya suara abnormal PERTUKARAN GAS
3 Kaji pernafasan : kedalamannya,irama,penggunaan otot-otot bantuan
nafas,cuping hidung dan adanya batuk Airway management
4 Pantau pola pernapasan : bradipneu, takipneu, hiperventilasi, pernapasan Respiratory monitoring :
kusmaul, cheyne – stokes, pernapasan biot 1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
5 Pantau saturasi O2 dengan oksimetri nadi 2. Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan
6 Kaji tingkat kesadaran
7 Tinggikan bagian kepala saat tidur 30-40 derajat dengan kepala sedikit
otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal Obat – obatan pasien asma :
3. Monitor suara napas, seperti dengkur
ekstensi 4. Monitor pola napas ; bradipnea,takipnea, kussmaul,
8 Berikan istirahat dan aktifitas secara periodic hiperventilasi, cheyne stokes, biot a. Beta antagonis :( ᵦ - adrenergic agents ) bekerja
Airway management : 5. Monitor kelelahan otot diapragma (gerakan paradoksis) mendilatasikan otot polos , mediator kimia
Oxygen terapy : 6. Auskultasi suara napas, catat area penurunan / tidak adanya napilaksis, meningkatkan efek broncholasi dari
1. Bersihkan mulut, hidung dan secret trachea ventilasi dan suara tambahan
2. Pertahankan jalan napas yang paten kortikosteroid , yang sering digunakan antara lain
7. Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi
3. Atur peralatan oksigenasi cracles dan ronchi pada jalan napas utama epineprine, albuterol, metaproterenol,
4. Monitor aliran oksigen 8. Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui isoproteronol, isotharine dan terbutaline. Biasanya
5. Pertahankan posisi pasien hasilnya diberikan parenteral atau inhalasi
6. Observasi adanya tanda – tanda hipoventilasi Penyuluhan : b. Bronchodilator : aminophilin, orsiprendlin,
7. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi 1. Jelaskan penggunaan alat bantu yang diperlukan (oksigen,
salbutamol, terbutalin, inspenturin dan fenoterol).
pengisap, spirometer dan IPPB)
Vital sign monitor : 2. Ajarkan kepada pasien teknik bernapas dan relaksasi Mempunyai efeksamping takikardia
1. Monitor TD. Nadi, suhu dan RR 3. Jelaskan kepada pasien dan keluarga alas an pemberian c. Kortikosteroid : bila pemberian bronchodilator
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah oksigen dan tindakan lainya tidak menunjukan perbaikan maka dapat diberikan
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau sendiri 4. Informasikan pada pasien dan keluarga bahwa merokok itu
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan kortikosteroid (prednison1-2mg/kb/hari)
dilarang
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama dan setelah aktivitas Kolaburatip : d. Pemberian oksigen
6. Monitor kualitas dari nadi 1. Konsultasikan pemeriksaan AGD dan penggunaan alat e. Intake cairan per oral dan infus harus cukup dan
7. Monitor frekuensi dan irama pernafasan bantu yang dianjurkan sesuai dengan adanya perubahan sesuai prinsif rehidrasi
8. Monitor suara paru kondisi pasien
9. Monitor pola pernafasan abnormal 2. Pemberian oksigen, bronchodilator, terapi aerososl,
10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit nebulasi
11. Monitor sianosis perifer 3. Pengaturan hemodinamik (obat antiaritmia
12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradicardi,
peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

Penyuluhan :
1. Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk
memperbaiki pola pernapasan
2. Diskusikan perencanaan untuk perawatan di rumah meliputi pengobatan,
peralatan pendukung, tanda dan gejala komplikasi yang dapat dilaporkan
3. Ajarkan teknik batuk efektif
4. Informasikan tidak bileh merokok di dalam ruangan instruksikan kepada
pasien dan keluarga bahwa mereka harus memberitau perawat pada saat
terjadi ketidak efektifan pola pernapasan
Tindakan kolaborasi :
1. Pemeriksaan gas darah arteri
2. Berikan bronkhodilator sesuai indikasi
3. Berikan oksigen
4. Berikan nebulizer
BRONCHITIS KRONIS

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d bronkokontriksi, peningkatan


MANIFESTASI KLINIS BRINCHITIS KRONIS produksi lendir, batuk tidak efektif, dan infeksi bronkhopulmonal

1) Batuk yang parah pada pagi hari dan pada kondisi yang Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot pernafasan,
lembab hiperventilasi paru, deformitas dinding dada
2) Sering mengalami infeksi saluran nafas (seperti misalnya
pilek atau flu) yang dibarengi dengan batuk Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
3) Gejala bronchitis acut lebih dari 2-3 minggu laju metabolic, anoreksia, mual/muntah,dispnea, kelemahan
4) Demam tinggi Intervensi : Nutrition manajemen, Nutrition monitoring
5) Sesak nafas jika saluran tersumbat
6) Produksi dahak bertambah banyak berwarna kuning atau Hipertermi b.d pemajanan lingkungan yang panas, proses
hijau penyakit peradangan
INTERVENSI :

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Intoleransi aktivitas b.d ketidakeimbangan antara suplai dan
1) Rontgen toraks kebutuhan O²
2) Analisa sputum Intervensi : Manajemen energy, Activity therapy
3) Tes fungsi paru
4) Pemeriksaan kadar gas darah arteri
DISCARGE PLANING

1) Membatasi aktivitas
2) Berheti merokok dan hindari asap tembakau
3) Lakukan vaksin untuk influenza dan S. pneumonia
4) Hindari makanan yang merangsang
5) Jangan memandikan terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandi dengan air hangat
6) Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup lehernya
7) Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
8) Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
9) Jangan mengkonsumsi makanan seperti telur ayam, karena bisa menambah produksi lendirnya. Begitu juga minuman bersoda
bisa jadi pencetus karena saat diminum maka sodanya akan naik ke hidung dan merangsang daerah saluran pernapasan
10) Cobalah untuk menjalani terapi uap hangat untuk membantu menghilangkan sumbatan dan mengencerkan lendir / dahak
11) Minum banyak air agar lendir / dahak tetap encer dan mudah dikeluarkan
Intervensi Hipertermi
Intervensi Ketidak seimbangan nutrisi
1. Monitor suhu sesering mungkin Penyuluhan :
kurang dari kebutuhan tubuh 2. Monitor IWL
1. Ajarkan pasien /
3. Monitor warna dan suhu kulit
keluarga dalam
Nutrition manajemen : 4. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi rate
mengukur suhu untuk
1. Kaji adanya alergi makanan 5. Monitor penurunan tingkat kesadaran
mencegah dan
2. Berikan substansi gula 6. Monitor WBC, HB dan Hematocrit
mengenali secara dini
3. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah 7. Monitor intake dan output
hipertermia
konstipasi 8. Berikan antipiretik
2. Ajarkan tidakan
4. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) 9. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
kedaruratan jika perlu
5. Monitor jumlah nutrisi dan dan kandungan kalori 10.Selimuti pasien
11.Lakukan tapid sponge Kolaburasi :
6. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan 12.Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
1. Berikan obat antipiretik
13.Tingkatkan sirkulasi udara
jika perlu
Nutrition monitoring:
Temperature regulation: 2. Pemberian cairan
1. BB pasien dalam batas normal intavena
2. Monitor adanya penurunan berat badan 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam

3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang bisa dilakukan 2. Monitor TD. Nadi dan RR

4. Monitor lingkungan selama makan 3. Monitor warna dan suhu kulit

5. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan 4. Monitor tanda – tanda hipertermi dan hipotermi

6. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi 5. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

7. Monitor turgor kulit 6. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh

8. Monitor kekeringan, rambut kusam,dan mudah patah 7. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negative dari kedinginan

9. Monitor mual dan muntah 8. Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan

10.Monitor kadar albumin, total protein, HB, dan kadar HT 9. Ajatkan indikasi hipotermi dan penanganan yang diperlukan

11.Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva Vital sign regulation :
12.Monitor kalori dan intake nutrisi
13.Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral 1. Monitor TD. Nadi, suhu dan RR

14.Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet. 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau sendiri
Kolaburasi : 4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

Kolaburasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisiyang 5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama dan setelah aktivitas

dibutuhkan 6. Monitor kualitas dari nadi


7. Monitor frekuensi dan irama pernafasan
Penyuluhan : 8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernafasan abnormal
1. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
2. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
11. Monitor sianosis perifer
3. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan catatan makanan harian
12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradicardi, peningkatan sistolik)
4. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
13. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
EMPHYSEMA

Pendekatan terapi mencakup Gangguan pertukaran gas b/d peningkatan kerja pernapasan,
1) Pemberian terapi untuk meningkatkan ventilasi dan hipoksemia, Destruksi jaringan paru

menurunkan kerja napas


2) Mencegah dan mengobati infeksi Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan produksi mukus,
menurunya kemampuan batuk efektif
3) Teknik terapi fisik untuk memperbaiki dan
meningkatkan ventilasi paru – paru
Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot pernafasan,
4) Memelihara kondisi lingkungan yang
hiperventilas
memungkinkan untuk memfasilitasi pernapasan
5) Dukungan psikologis Intoleransi aktivitas b/d Kelelahan / kelemahan
6) Pendidikan kesehatan pasien dan rehabilitasi

Jenis obat yang diberikan

1) Bronkodilator
2) Terapi aerosol
3) Pengobatan infeksi
4) Kortikosteroid
5) Oksigenasi
REFERENSI

Masalah yang lazim muncul pada pasien asma


1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mukus dalam jumlah berlebihan, peningkatan produksi mukus, eksudat dalam alveoli
dan bronchospasme
2. Ketidak efektipan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan dan deformitas dinding dada
3. Gangguan pertukaran gas b.d retensi karbondioksida (suatu kondisi peningkatan kadar CO₂yang tidak normal dalam darah.
4. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontaktilitas dan volume sekuncup jantung
5. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan.
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d laju metabolik, dispnea saat makan, kelemahan otot pengunyah.

Bronchospasme : penyempitan saluran napas

Deformitas dinding dada : perubahan bentuk dinding dada (dada tong, flail checs traumatik, funnel chest, pectus
carinatum)kifoskolioosis toraks

Funnel ches / dada corong Dada normal


Dada burung / pectus carinatum

Bares chest / dada tong Fail chest traumatik


Kifoskoliosis toraks
PATOFISIOLOGI BRONCHITIS

Kontraktilitas : kemampuan otot jantung untuk berkontraksi tanpa tergantung pada preload
maupun afterload, kontraktilitas dipengaruhi oleh sistem saraf simpatis, dan sampai batas
tertentu diturunkan oleh keadaan tertentu seperti hipoksia dan asidosis.

Preload : keadaan dimana serat otot ventrikel kiri jantung memanjang atau meregang sampai
akhir diastole (semakin besar regangan otot jantung semakin besar pula kekuatan kontraksinya
dan semakin besar pula cardiak outputnya.

Afterload : tahanan yang diakibatkan oleh pompa ventrikel kiri untuk membuka katup aorta
selama sistoldan pada saat memompa darah

volume sekuncup jantung: volume darah yang dipompa oleh setiap ventrikel perdetik
PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PPOK

1 Pengertian (definisi) Asuhan keperawatan pada pasien PPOK

2 Asesmen keperawatan 1. Tanda – tanda vital


2. Batuk, sesak
3. Nutrisi
4. Aktivitas
5. Pengkajian lain : bio, psiko, sosial, spiritual dan budaya
3 Diagnosis keperawatan 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031)
2. Gangguan pertukaran gas (00030)
3. Ketidakefektifan pola nafas (00032)
4. Penurunan curah jantung (00029)
5. Intoleransi aktivitas (00092)
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
7. Ansietas (00146)
4 Kriteria evaluasi / nursing 1. Bersihan jalan napas efektif
outcome 2. Pertukaran gas tidak terganggu
3. Pola pernapasan efektif dan ventilasi tidak terganggu
4. Curah jantung adekuat
5. Toleransi aktivitas
6. Memperlihatkan status gizi terpenuhi
7. Ansietas berkurang, menunjukan pengendalian diri tehadap ansietas
5 Intervensi keperawatan 1. Airway suction
a. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
b. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
c. Informasikan pada pasien dan keluarga tentang suctioning
d. Minta pasien napas dalam sebelum suction dilakukan
e. Lakukan suctioning
2. Manajemen jalan napas (3140)
a. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c. Pasang mayo jika perlu
d. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
e. Tinggikan bagian kepala saat tidur 30-40 derajat dengan kepala sedikit ekstensi
3. Terapi oksigen (3320)
a. Atur peralatan oksigenasi
b. Monitor aliran oksigen
4. Monitoring pernapasan (3350)
a. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
b. Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan
intercostal
c. Monitor suara napas, seperti dengkur
d. Monitor pola napas ; bradipnea,takipnea, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
5. Perawatan jantung (4040)
a. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
b. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokal, durasi)
c. Monitor tanda – tanda vital
6. Manajemen energi (0180)
a. Bantu aktivitas sehari – hari sesuai kebutuhan
b. Tingkatkan tirah baring dan pembatasan aktivitas (tingkatkan periode istirahat)
7. Terapi aktivitas (4310)
a. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
b. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
c. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
d. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
8. Manajemen nutrisi (1100) dan Monitoring nutrisi (1160)
a. Kaji berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan atas
b. Kaji kebiasaan makan, dan kaji adanya alergi makanan
c. Kaji keluhan mual dan muntah yang dialami pasien
d. Kaji kebutuhan nutrisi dan kalori
e. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi frekuensi sering
f. Catat jumlah makanan/porsi yang dihabiskan pasien setiap hari
g. Monitor berat badan
h. Kolaburasi pemberian nutrisi sesuai dengan kebutuhan kalori dan jenis makanan
9. Pengurangan kecemasan (5820)
a. Lakukan back / neck rub
b. Ajarkan teknik relaksasi
c. Kolaburasi pemberian obat untuk mengurangi cemas
10.Fever treatment (pengobatan demam)
a. Gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat, anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian
yang tebal
b. Lakukan tapid sponge
c. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
d. Anjurkan untuk meningkatkan intake cairan per oral
6 Informasi dan edukasi 1. Teknik relaksasi napas dalam
2. Batuk efektif
3. Penggunaan APD (masker)
4. Kebutuhan nutrisi
7 Evaluasi Mengevalusi respon subjektif dan objektif setelah dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan NOC serta
analisis terhadap perkembangan diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan

8 Penelaah kritis Sub Komite Mutu Keperawatan

9 Kepustakaan 1. Amin huda nurarif. Hardhi kusuma (2015) . Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis &
NANDA, NIC – NOC. Jogjakarta : medication
2. Prof. Dr. Budi anna keliat, S.Kp, M.App.Sc., Ns. Heni Dwi Windarwati, M.Kep.,Sp.Kep., Akemat
Pawirowiyono, S.Kp,M.Kes., Drs.M. Arsyad subu, BSN,MScN, PdD. (2015-2017). Diagnosa keperawatan
definisi & aplikasi. Jakarta : EGC
3. Judith M. Wilkinson, (2017). Diagnosis keperawatan diagnosa NANDA, Intervensi NIC, Hasil NOC,
Jakarta : EGC
4. Gloria M. Bulechek., Howard K. Butcher., Joanne M. Dochterman., Cheryl M Wagner.(2016). Nursing
Interventions Clasification (NIC). (6th ed). Singapore : elsevier
PATOFISIOLOGI EMPISEMA

Paparan Zat Berbahaya


Paparan zat berbahaya atau asap rokok dalam jangka panjang akan memicu respon inflamasi oleh sel-sel imun inflamatorik seperti sel polimorfonuklear, eosinofil, makrofag, limfosit CD4+ dan limfosit CD8+.
Makrofag akan teraktivasi dan melepaskan faktor kemotaktik neutrofil seperti leukotrien B4 dan IL-8 (Interleukin 8). Pada saat neutrofil-neutrofil direkrut, maka secara bersama-sama dengan makrofag akan
menghasilkan enzim proteolitik seperti metalloproteinases matrix (MMPs), protease-protease lainnya, dan hidrogen peroksida yang berperan dalam penghancuran lapisan epitel paru dan menyebabkan
hipersekresi mukus. Derivat neutrofil protease (elastase dan protease) bertindak melawan elastin dan merusak jaringan ikat pada parenkim paru. Padahal, elastin merupakan suatu komponen penting pada matriks
ekstraseluler yang digunakan untuk mempertahankan integritas parenkim paru dan saluran napas. Ketidakseimbangan elastase akan merusak paru dan menyebabkan pelebaran dari alveoli. Hal ini mengakibatkan
pertukaran gas di alveoli terganggu. [5]

Defisiensi Antitripsin Alfa-1


Pada pasien dengan defisiensi antitripsin alfa-1, patofisiologi emfisema sedikit berbeda. Antitripsin alfa-1 adalah sebuah glikoprotein yang masuk ke dalam kelompok inhibitor serin protease yang disintesis di
dalam hati dan disekresi ke dalam peredaran darah. Diduga Antitripsin alfa-1 juga dihasilkan di parenkim paru. Fungsi dari antitripsin alfa-1 adalah untuk menetralisir elastase neutrofil di dalam jaringan
interstisial paru dan menginhibisi tripsinisasi untuk melindungi parenkim paru dari proses elastolitik. Sehingga pada penderita dengan defisiensi antitripsin alfa-1, elastase neutrofil akan merusak jaringan ikat
paru yang pada akhirnya menyebabkan emfisema. [6]

Akibat Rusaknya Parenkim Paru


Kerusakan parenkim paru yang ditandai dengan menghilangnya elastisitas alveoli menyebabkan udara terperangkap di dalam paru dan sulit untuk dikeluarkan. Hal ini menyebabkan paru-paru tidak dapat
melakukan ekspirasi dengan efektif, dan menampung udara lebih banyak sehingga terjadi hiperinflasi paru. [5]

Emfisema Berdasarkan Lokasi Kerusakan


Emfisema paru dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan lokasi kerusakan yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai