Definisi : penyakit paru obstruksi kronis (cronic obstruktive pulmonary disease – COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru – paru yang berlangsung lama dan dan
ditandai oleh peningkkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah : bronkhiits kronis, empisema
paru – paru, dan asma bronkhial. Sering juga penyakit ini disebut chronic airflow limitation (CAL) dan chronic abstructive lung diseases (COLD)
1. Objektif :
Sesak napas parah dengan ekspirasi
memanjang disertai wheezing
Dapat disertai batuk dengan sputum Ketidak efektipan pola napas berhubungan dengan keletihan otot
pernapasan dan deformitas dinding dada
kental dan sulit dikeluarkan
Intervensi :
Bernapas dengan menggunakan otot – Airway manajemen , oksigen terapy vitalsign monitotor
otot napas tambahan
Sianosis, takikardia, gelisah, dan pulsus
Funnel ches / dada corong Dada normal CO₂ tidak bisa keluar dari pembuluh darah, mengakibatkan peningkatan kadar
paradoksus ( denyut nadi yg semakin Dada burung / pectus carinatum
karbondioksida dalam darah (hiperkapnia)
melemah pada saat inspirasi bahkan
menghilang pada akhir inspirasi) Gangguan pertukaran gas b.d retensi karbondioksida (suatu kondisi peningkatan
Fase ekspirasi memanjang disertai kadar CO₂yang tidak normal dalam darah
wheezing ( di apeks dan hilus
2. Subjektif : Intervensi : Airway manajemen, respiratory monitoring
Mengeluh sukar bernapas, sesak dan
anoreksia
3. Psikososial : cemas, takut, mudah
tersinggung dan kurangnya
pengetahuan pasien terhadap situasi
Penyempitan jalan napas mengakibatkan kerja otot pernapasan, penurunan
napsu makan
Penyuluhan :
1. Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk
memperbaiki pola pernapasan
2. Diskusikan perencanaan untuk perawatan di rumah meliputi pengobatan,
peralatan pendukung, tanda dan gejala komplikasi yang dapat dilaporkan
3. Ajarkan teknik batuk efektif
4. Informasikan tidak bileh merokok di dalam ruangan instruksikan kepada
pasien dan keluarga bahwa mereka harus memberitau perawat pada saat
terjadi ketidak efektifan pola pernapasan
Tindakan kolaborasi :
1. Pemeriksaan gas darah arteri
2. Berikan bronkhodilator sesuai indikasi
3. Berikan oksigen
4. Berikan nebulizer
BRONCHITIS KRONIS
1) Batuk yang parah pada pagi hari dan pada kondisi yang Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot pernafasan,
lembab hiperventilasi paru, deformitas dinding dada
2) Sering mengalami infeksi saluran nafas (seperti misalnya
pilek atau flu) yang dibarengi dengan batuk Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
3) Gejala bronchitis acut lebih dari 2-3 minggu laju metabolic, anoreksia, mual/muntah,dispnea, kelemahan
4) Demam tinggi Intervensi : Nutrition manajemen, Nutrition monitoring
5) Sesak nafas jika saluran tersumbat
6) Produksi dahak bertambah banyak berwarna kuning atau Hipertermi b.d pemajanan lingkungan yang panas, proses
hijau penyakit peradangan
INTERVENSI :
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Intoleransi aktivitas b.d ketidakeimbangan antara suplai dan
1) Rontgen toraks kebutuhan O²
2) Analisa sputum Intervensi : Manajemen energy, Activity therapy
3) Tes fungsi paru
4) Pemeriksaan kadar gas darah arteri
DISCARGE PLANING
1) Membatasi aktivitas
2) Berheti merokok dan hindari asap tembakau
3) Lakukan vaksin untuk influenza dan S. pneumonia
4) Hindari makanan yang merangsang
5) Jangan memandikan terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandi dengan air hangat
6) Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup lehernya
7) Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
8) Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
9) Jangan mengkonsumsi makanan seperti telur ayam, karena bisa menambah produksi lendirnya. Begitu juga minuman bersoda
bisa jadi pencetus karena saat diminum maka sodanya akan naik ke hidung dan merangsang daerah saluran pernapasan
10) Cobalah untuk menjalani terapi uap hangat untuk membantu menghilangkan sumbatan dan mengencerkan lendir / dahak
11) Minum banyak air agar lendir / dahak tetap encer dan mudah dikeluarkan
Intervensi Hipertermi
Intervensi Ketidak seimbangan nutrisi
1. Monitor suhu sesering mungkin Penyuluhan :
kurang dari kebutuhan tubuh 2. Monitor IWL
1. Ajarkan pasien /
3. Monitor warna dan suhu kulit
keluarga dalam
Nutrition manajemen : 4. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi rate
mengukur suhu untuk
1. Kaji adanya alergi makanan 5. Monitor penurunan tingkat kesadaran
mencegah dan
2. Berikan substansi gula 6. Monitor WBC, HB dan Hematocrit
mengenali secara dini
3. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah 7. Monitor intake dan output
hipertermia
konstipasi 8. Berikan antipiretik
2. Ajarkan tidakan
4. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) 9. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
kedaruratan jika perlu
5. Monitor jumlah nutrisi dan dan kandungan kalori 10.Selimuti pasien
11.Lakukan tapid sponge Kolaburasi :
6. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan 12.Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
1. Berikan obat antipiretik
13.Tingkatkan sirkulasi udara
jika perlu
Nutrition monitoring:
Temperature regulation: 2. Pemberian cairan
1. BB pasien dalam batas normal intavena
2. Monitor adanya penurunan berat badan 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang bisa dilakukan 2. Monitor TD. Nadi dan RR
5. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan 4. Monitor tanda – tanda hipertermi dan hipotermi
6. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi 5. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
7. Monitor turgor kulit 6. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
8. Monitor kekeringan, rambut kusam,dan mudah patah 7. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negative dari kedinginan
9. Monitor mual dan muntah 8. Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan
10.Monitor kadar albumin, total protein, HB, dan kadar HT 9. Ajatkan indikasi hipotermi dan penanganan yang diperlukan
11.Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva Vital sign regulation :
12.Monitor kalori dan intake nutrisi
13.Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral 1. Monitor TD. Nadi, suhu dan RR
14.Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet. 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau sendiri
Kolaburasi : 4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
Kolaburasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisiyang 5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama dan setelah aktivitas
Pendekatan terapi mencakup Gangguan pertukaran gas b/d peningkatan kerja pernapasan,
1) Pemberian terapi untuk meningkatkan ventilasi dan hipoksemia, Destruksi jaringan paru
1) Bronkodilator
2) Terapi aerosol
3) Pengobatan infeksi
4) Kortikosteroid
5) Oksigenasi
REFERENSI
Deformitas dinding dada : perubahan bentuk dinding dada (dada tong, flail checs traumatik, funnel chest, pectus
carinatum)kifoskolioosis toraks
Kontraktilitas : kemampuan otot jantung untuk berkontraksi tanpa tergantung pada preload
maupun afterload, kontraktilitas dipengaruhi oleh sistem saraf simpatis, dan sampai batas
tertentu diturunkan oleh keadaan tertentu seperti hipoksia dan asidosis.
Preload : keadaan dimana serat otot ventrikel kiri jantung memanjang atau meregang sampai
akhir diastole (semakin besar regangan otot jantung semakin besar pula kekuatan kontraksinya
dan semakin besar pula cardiak outputnya.
Afterload : tahanan yang diakibatkan oleh pompa ventrikel kiri untuk membuka katup aorta
selama sistoldan pada saat memompa darah
volume sekuncup jantung: volume darah yang dipompa oleh setiap ventrikel perdetik
PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PPOK
9 Kepustakaan 1. Amin huda nurarif. Hardhi kusuma (2015) . Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis &
NANDA, NIC – NOC. Jogjakarta : medication
2. Prof. Dr. Budi anna keliat, S.Kp, M.App.Sc., Ns. Heni Dwi Windarwati, M.Kep.,Sp.Kep., Akemat
Pawirowiyono, S.Kp,M.Kes., Drs.M. Arsyad subu, BSN,MScN, PdD. (2015-2017). Diagnosa keperawatan
definisi & aplikasi. Jakarta : EGC
3. Judith M. Wilkinson, (2017). Diagnosis keperawatan diagnosa NANDA, Intervensi NIC, Hasil NOC,
Jakarta : EGC
4. Gloria M. Bulechek., Howard K. Butcher., Joanne M. Dochterman., Cheryl M Wagner.(2016). Nursing
Interventions Clasification (NIC). (6th ed). Singapore : elsevier
PATOFISIOLOGI EMPISEMA