Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO, sehat adalah suatu keadaan sempurna baik fisik,
mental, sosial serta terhindar dari sakit maupun keacacatan. Dalam UU No.36
tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan sehat adalah keadaan sehat baik
secara fisik, mental, sosial maupun spiritual yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif.
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional,
psikologis dan sosiologis yang terlihat dari hubungan interpersonal yang
memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif dan
kestabilan emosional. Menurut ANA keperawatan jiwa merupakan satu bidang
spesialistik praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia
sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya.
Dalam kenyataan yang terjadi di masyarakat individu sering
mengalami hambatan bahkan kegagalan yang menyebabkan individu tersebut
sulit mempertahankan kestabilan dan identitas diri. Factor psikososial
merupakan factor utama yang berpengaruh dalam kehidupan seseorang, yang
mana akan menyebabkan perubahan dalam kehidupan sehingga memaksakan
untuk mengikuti dan mengadakan adaptasi untuk menanggulangi stressor yang
timbul. Ketidakmampuan menanggulangi stressor itulah yang akan
memunculkan gangguan kejiwaan.
Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena
adanya kekacauan pikiran, persepsi, dan tingkah laku dimana individu tidak
mampu menyesuaikan dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan
lingkungannya yang ditandai dengan terganggunya emosi, proses berpikir,
perilaku serta persepsi.
Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang
sangat signifikan dan setiap tahun diberbagai belahan dunia jumlah penderita

1
gangguan jiwa terus bertambah. WHO menyatakan setidaknya satu dari empat
orang di dunia mengalami masalah mental, dan masalah gangguan kesehatan
jiwa yang ada diseluruh dunia.
Salah satu gangguan jiwa yang ditemukan adalah waham dimana
gangguan jiwa waham ini digambarkan sebagai keyakinan seseorang yang
berdasarkan penilaian realitas yang salah.. Intensitas kecemasan yang tinggi,
perasaan bersalah dan berdosa, penghukuman diri, rasa tidak mampu, fantasi
yang tak terkendali, serta dambaan-dambaan atau harapan yang tidak kunjung
sampai, merupakan sumber dari waham. Waham dapat berkembang jika terjadi
nafsu kemurkaan yang hebat, hinaan dan sakit hati yang mendalam (Kartono,
1981).
Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis tertarik untuk menyusun
makalah dengan judul “Asuhan keperawatan Pada Pasien Dengan Waham”

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada
pasien dengan waham
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan pembelajaran mengenai materi waham, mahasiswa
diharapkan:
a. Mengetahui dan memahami masalah utama pada pasien dengan waham
b. Mengetahui dan memahami konsep teori waham
c. Mengetahui dan memahami proses terjadinya masalah pada waham
d. Mengetahui dan memahami rentang respon pada waham
e. Mengetahui dan memahami proses asuhan keperawatan pada pasien
dengan waham

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Masalah Utama
Perubahan isi pikir: waham

B. Konsep teori waham


1. Definisi
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-
menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006).
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan
latar belakang budaya klien (Aziz R, 2003).
2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
1) Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem
saraf yang berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
2) Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan
korteks limbic
3) Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin dan
glutamat.
4) Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
b. Faktor Presipitasi
1) Proses pengolahan informasi yang berlebihan
2) Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
3) Adanya gejala pemicu

3
3. Manifestasi Klinis
Secara umum, tanda dan gejala waham adalah sebagai berikut:
a. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakinninya (tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Klien tampak tidak mempunyai orang lain
c. Curiga
d. Bermusuhan
e. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan
f. Takut dan sangat waspada
g. Tidak tepat menilai lingkungan/realitas
h. Ekspresi wajah tegang
i. Mudah tersingung
Sedangkan tanda dan gejala waham berdasarkan jenisnya meliputi :
a. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Misalnya, “Saya ini pejabat di separtemen kesehatan lho!”
atau, “Saya punya tambang emas.”
b. Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok
yang berusaha merugikan/mencederai dirinya dan siucapkan berulang
kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh, “Saya tidak tahu seluruh
saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan
kesuksesan saya.”
c. Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu
agama secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Contoh, “Kalau saya mau masuk surga, saya harus
menggunakan pakaian putih setiap hari.”
d. Waham somatic: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya, “Saya sakit kanker.”

4
(Kenyataannya pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-
tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia sakit kanker).
e. Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Misalnya, ”Ini kan alam kubur ya, sewmua yang ada disini
adalah roh-roh”.
f. Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang
disisipkan ke dalam pikirannya.
g. Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa
yang dia pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya
kepada orang tersebut
h. Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh
kekuatan di luar dirinya.

C. Proses Terjadinya Masalah


1. Fase Lack of Humaneed
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada
orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Ada juga
klien yang secara sosial dan ekonmi terpenuhi tetapi kesenjangan antara
reality dengan self ideal sangat tinggi. Waham terjadi karena sangat
pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga
oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang.
2. Fase Lack of Self Esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dan self reality ( kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah
melampaui kemampuannya.
3. Fase Control Internal Eksternal
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai

5
dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu
yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk
dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam
hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara
optimal.
4. Fase Environment Support
Adanya beberapa orang yang mempercayai dengan lingkungannya
menyebabkan klien merasa di dukung, lama-kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi
perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri
dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase Improving
Apabila tidak ada konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang
muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham yang dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan
klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan religiusnya
bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada
konsekuensi sosial.

6
7. Rentang Respon

Adaftif Maladaptif
- Pikiran logis - Kadang-kadang proses - Gangguan isi pikir
- Persepsi akurat pikir terganggu halusinasi
- Emosi konsisten - Ilusi - Perubahan proses
dengan pengalaman - Emosi berlebihan emosi
- Perilaku sesuai - Perilaku yang tidak - Perilaku tidak
- Hubungan sosial baik biasa terorganisasi
- Menarik diri - Isolasi sosial

8. Proses Asuhan Keperawatan


1. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji
Masalah Keperawatan : Perubahan Isi Pikir : Waham
a. Data subjektif : Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (
tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali
secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
b. Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,
merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat
waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien
tegang, mudah tersinggung.
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan proses pikir: waham
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Gangguan Pasien
proses pikir: Setelah 1. Membina Hubungan
waham dilakukan asuhan hubungan saling percaya
saling percaya merupakan

7
keperawatan dasar untuk
diharapkan: kelancaran
1. Pasien dan hubungan
perawat dapat interaksinya
membina 2. Identifikasi Dengan
hubungan kemampuan mengetahui
saling percaya yang dimiliki kemampuan
2. Pasien dapat - Diskusikan yang dimiliki
mengidentifik bersama klien klien, maka
asi kemampuan akan
kemampuan yang dimiliki memudahkan
yang dimiliki pada waktu perawat untuk
danmelakukan lalu dan saat mengarahkan
nya pada ini yang kegiatan yang
aktivitas realistis. bermanfaat bagi
sehari-hari - Identifikasi klien dari pada
3. Pasien dapat apa yang hanya
berorientasi biasa memikirkannya.
terhadap dilakukan
realitas kemudian
4. Pasien dapat anjurkan
menggunakan untuk
obat dengan melakukanny
benar a saat ini
(kaitkan
dengan
aktivitas
sehari hari
dan
perawatan
diri).
- Jika klien
selalu bicara
tentang
wahamnya,
dengarkan
sampai
kebutuhan
waham tidak
ada.

8
Perlihatkan
kepada klien
bahwa klien
sangat
penting.
- Masukan
kedalam
jadwal
kegiatan
sehari-hari.
3. Identifikasi Dengan
kebutuhan mengetahui
dasar yang kebutuhan klien
tidak terpenuhi: yang belum
- Diskusikan terpenuhi
kebutuhan perawat dapat
klien yang merencanakan
tidak untuk
terpenuhi memenuhinya
baik selama dan lebih
di rumah memperhatikan
maupun di kebutuhan klien
rumah sakit tersebut
(rasa sakit, sehungga klien
cemas, merasa nyaman
marah). dan aman
- Identifikasi
hubungan
kebutuhan
yang tidak
terpenuhi
dan
timbulnya
waham.
- Tingkatkan
aktivitas
yang dapat
memenuhi
kebutuhan
klien dan

9
memerlukan
waktu dan
tenaga.
- Masukan
kedalam
jadwal
sehari-hari
4. Bantu orientasi Menghadirkan
realitas: realitas dapat
- Berbicara membuka
dengan klien pikiran bahwa
dalam realita itu lebih
konteks benar dari pada
realitas (diri, apa yang
orang lain, dipikirkan klien
tempat dan sehingga klien
waktu). dapat
- Sertakan menghilangkan
klien dalam waham yang
terapi ada.
aktivitas
kelompok :
orientasi
realitas.
- Berikan
pujian pada
tiap kegiatan
positif yang
dilakukan
klien
- Masukan
kedalam
jadwal
kegiatan
sehari-hari
5. Latih minum Penggunaan
obat yang obat yang secara
benar: teratur dan
- Diskusikan benar akan
dengan kiten mempengaruhi

10
tentang nama proses
obat, dosis, penyembuhan
frekuensi, dan
efek dan memberikan
efek sampi efek dan efek
ng minum samping obat
obat.
- Bantu klien
menggunaka
n obat
dengan
priinsip 5
benar (nama
pasien,
obat, dosis,
cara dan
waktu).
- Anjurkan
klien
membicaraka
n efek dan
efek samping
obat yang
dirasakan.
- Masukan
kedalam
jadwal
sehari-hari
Keluarga
Setelah 1. Bina hubungan Hubungan
dilakukan asuhan saling percaya saling percaya
keperawatan, merupakan
diharapkan dasar untuk
keluarga pasien kelancaran
dapat: hubungan
1. interaksinya
2. Identifikasi
waham dan
cara
perawatannya
- Diskusikan
masalah yang

11
dirasakan
keluarga
dalam
merawat
pasien
- Jelaskan
pengertian,
tanda gejala,
jenis dan
proses
terjadinya
waham
- Jelaskan cara
merawat
pasien
waham
3. Latih keluarga
cara merawat
pasien waham
- Latih
keluarga
memprakteka
n cara
merawat
pasien
dengan
waham
- Latih
keluarga
melakukan
cara merawat
langsung
kepada
pasien
waham
4. Diskusikan
dengan
keluarga
mengenai
program
pengobatan
- Jelaskan 5
benar obat
(nama obat,
dosis,
frekuensi,

12
efek samping
serta akibat
penghentian
obat
- Buat jadwal
kegiatan
sehari-hari
bagi pasien
termasuk
meminum
obat
- Diskusikan
dengan
keluarga
mengenai
kondisi
pasien yang
memerlukan
konsultasi
segera
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah disusun
5. Evaluasi
Evaluasi didapatkan dengan membandingkan kondisi pasien setelah diberi
asuhan keperawatan dengan tujuan yang ingin dicapai.

13

Anda mungkin juga menyukai