A. Pengertian
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut.
Jenis – jenis operasi sectio sesaria:
1. Sectio sesaria bdomen : sectio sesaria transperitoneal
2. Sectio sesaria vaginalis
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio sesaria dapat dilakukan sebagai berikut:
- Sayatan memanjang (longitudunal) menurut kroning
- Sayatan melintang (transversal) menurut kerr
- Sayatan huruf T (T – incision)
3. Sectio sesarea klasik (corporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada corpus uteri kira – kira sepanjang
10cm, tetapi saat ini teknik ini jarang dilakukan karena memiliki banyak kekurangan,
namun pada kasus seperti pada operasi berulang yang memiliki banyak perlengketan
organ cara ini dapat dipertimbangkan
4. Sectio sesaria ismika(profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim (low
cervikal tranversal) kira – kira sepanjang 10cm
B. Etiologi
1. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primipara tua dan disertai kelainan letak
ada, disproporsi cefalo pelvik (disposisi janin / panggul), ada sejarah kehamilan dan
persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada
primigravida solutio plasenta pada tingkat I-II, komplikasi kehamilan yaitu preeklamsia
– eklamsia, atas permintaan. Kehamilan yang disertai penyakit (jantung,DM), gangguan
perjalanan persalianan. (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya).
2. Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress/gawat janin, mal prestasi dan mal posisi kedudukan janin prolapsus tali
pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau porseps ekstraksi.
C. Manifestasi Klinis
1. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
2. Panggul sempit
3. Disporsi sefalopelvik, yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan ukuran
panggul
4. Rupture uteri mengancam
5. Partus lama (prolonged labor)
6. Partus tak maju (obstrukted labor)
7. Distorsi serviks
8. Preeklamsia dan hipertensi
9. Malpresentasi janin : Letak lintang, letak bokong, presentasi dahi dan muka (letak
depleksi)
10.Presentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil
11.Gemeli
D. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan EKG
2. JDL dengan diperensial
3. Elektrolit, HB, hematokrit, golongan darah, urin analisis
4. Amniosentesis terhadap maturasi pada janin sesuai indikasi
5. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi
6. Ultrasoun sesuai pemesanan
F. Discharge planning
1. Dianjurkan jangan hamil selama kurang lebih 1 tahun
2. Kehamilan selanjutnya hendaknya diawasi dengan pemeriksaan antenatal yang baik
3. Dianjurkan untuk bersalin di rumahsakit yang besar
4. Lakukan perawatan post op sesuai arahan tenaga medis selama dirumah
5. Jaga kebersihan diri
6. Konsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup
G. Patofisiologi
Sectio caesaria
Penurunan medula oblongata Penurunan kerja pons Jaringan terputus Jaringan terbuka Distensi kandung kemih
Penurunan reflek batuk Merangsang area sensorik Proteksi kurang Udem dan memar di
Penurunan kerja otot eleminasi
uretra
Akumulasi sekret Penrunan peristaltik usus Gangguan rasa nyaman Invasi bakteri
Penurunan sensitivitas &
sensasi kandung kemih
Bersihan jalan napas tidak Konstipasi Nyeri Resiko infeksi
efektif
Ganguan eleminasi
urine
Kelemahan
Ketidakefektifan pemberian
Defisiensi pengetahuan ASI
h. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : biasanya lemah
2) Kesadaran : apatis
3) Tanda – tanda vital:
Perubahan frekuensi napas Mempunyai irama dan frekuensi 5. Berikan O² dengan penggunaan nasal untuk
Perubahan irama napas pernapasan dalam rentang yang memfasilitasi sucsion nasotracheal
6. Gunakan alat yang seteril setiap melakukan
Sianosis normal
tindakan
Kesulitan berbicara atau Mempunyai fungsi paru dalam
7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam
mengeluarkan suara batas normal
setelah kateter di keluarkan dari nasotracheal
Penurunana bunyi napas Mampu mendeskripsikan rencana
8. Monitor status oksigen pasien
Sputum dalam jumlah yang untuk perawatan dirumah
9. Ajarkan keluarga bagaimana cara mlelakukan
berlebihan
suction
Batuk yang tidak efektif
10.Hentikan suction dan berikan oksigen apabila
Orthopneu
pasien menujukan bradikasdi, peningkatan
Gelisah
saturasi O² dll.
Mata terbuka lebar
Airway management :
1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau
jaw thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya jalan nafas buatan
4. Pasang mayo jika perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Keluarkan secret dengan batuk atau suction
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronchodilator bila perlu
10.Berikan pelembab udara kasa basah NaCL
lembab
11.Atur intake untuk cairan, mengoptimalkan
keseimbangan
12.Monitor respirasi dan saturasi O²
Penyuluhan :
1. Jelaskan penggunaan yang benar peralatan
pendukung ( oksigen, mesin pengisapan,
spirometer, inhaler, dan intermiten positive
pressure breathing
2. Informasikan pentingnya berhenti merokok
3. Intruksikan kepada pasien tentang batuk dan
teknik napas dalam untuk memudahkan
pengeluaran secret
Tindakan kolaborasi :
1. Berikan obat sesuai
indikasi(bronchodilator,ekspektoran,kortikoster
oid, mukolitik)
2. Fisiotherafi bila perlu
3. Berikan humidifikasi tambahan : nebulizer
4. Berikan oksigen
5. Monitor AGD
6. Pemeriksaan thorax
2 Nyeri akut b.d agen injuri Nyeri teratasi, Kriteria evaluasi : Manajemen nyeri:
(pembedahan, trauma jalan lahir, - Pasien tidak mengeluh nyeri 1. Kaji nyeri yang meliputi lokasi, karakteristik,
episiotomi), ditandai dengan: - Tand-tanda vital stabil awitan dan durasi,frekuensi, kualitas dan faktor
- Pasien mengeluh nyeri perut - Tidak ada gangguan fisik dan presipitasi.
- Skala nyeri : psikologis 2. Observasi reaksi non verbal dari
Nyeri ringan, Skala ( 1 – 3 ) - Pola tidur yang baik ketidaknyamanan
Nyeri Sedang, Skala ( 4 – 7 ) - Ekspresi wajah tidak menunjukan 3. Gunakan teknik komunikasi teurapeutik untuk
Nyeri berat, skala (8 – 10) nyeri mengetahui pengalaman nyeri pasien
- TTV dalam batas normal 4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
DO : - Menyatakan secara verbal 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
- Perubahan selera makan pengetahuan tentang cara 6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
- Perubahan tekanan darah alternatif untuk redakan nyeri tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
- Perubahan frekuensi jantung lampau
- Perubahan frekuensi pernafasan 7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
- Diaforesis menemukan dukungan
- Perilaku distraksi (misalnya 8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
berjalan mondar – manjir nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
mencari orang lain dan atau kebisingan.
aktivitas lain, aktivitas yang 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
berulang 10.Pilih dan lakukan penanganan nyeri
- Mengekspresikan perilaku (farmakologi, non farmakologi dan
(misalnya gelisah, menangis) interpersonal)
- Wajah (mata kurang bercahaya, 11.Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
tampak kacau, gerakan mata intervensi
berpencar atau tetap pada satu 12.Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi
fokus meringis) 13.Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Sikap melindungi area nyeri 14.Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Fokus menyempit (gangguan 15.Tingkatkan istirahat
persepsi nyeri, hambatan proses 16.Kolaburasikan dengan dokter jika ada keluhan
berfikir, menurunya interaksi dan tindakan nyeri tidak berhasil
dengan orang dan lingkungan) 17.Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
- Indikasi nyeri yang dapat nyeri
diamati
- Perubahan posisi untuk Analgesic administration :
Bayi menangis pada payudara pemberian makan bayi melalui 7. Evaluasi pemahaman tentang sumbatan kelenjar
Bayi menangis dalam jam proses pemberian ASI susu dan mastitis
pertama setelah menyusu Diskontinuitas progresif 8. Pantau kemampuan untuk mengurangi kongesti
pemberian ASI payudara dengan benar
Bayi rewel dalam jam pertama
Pengetahuan pemberian ASI: 9. Pantau berat badan dan pola eleminasi bayi
setelah menyusu
- Tingkat pemahaman yang 10.Fasilitasi proses bantuan interaktif untuk
Ketidak mampuan bayi untuk
ditunjukan mengenai laktasi membantu mempertahankan keberhasilan proses
latcton pada payudara ibu secara
dan pemberian makan bayi pemberian ASI
tepat
melalui proses pemberian ASI 11.Sediakan informasi tentang laktasi dan teknik
Menolak latching on
- Ibu mengenali isyarat lapar memompa ASI (secara manual atau dengan
Tidak responsive terhadap
dari bayi dengan segera pompa elektrik), cara mengumpulkan dan
kenyamanan lain
- Ibu mengindikasikan menyimpan ASI.
Ketidak cukupan pengosongan
kepuasan terhadap pemberian 12.Ajarkan pengasuh bayi cara penyimpanan dan
payudara setiap payudara setelah
ASI pencairan ASI dan penghindaran memberi susu
menyusu
- Ibu tidak mengalami nyeri botol 2 jam sebelum ibu pulang.
Ketidakcukupan kesempatan
tekan pada puting.
untuk mengisap payudara
- Mengenali tanda – tanda 13.Ajarkan orangtua mempersiapkan, menyimpan,
Kurang menambah berat badan
menghangatkan, dan kemungkinan pemberian
bayi penurunan suplai ASI tambahan susu formula
Tidak tampak tanda pelepasan 14.Apabila penyapihan diperlukan, informasikan
ositosin ibu mengenai kembalinya proses ovulasi dan
Tampak ketidakadekuatan asupan seputar alat kontrasepsi yang sesuai
susu Penyuluhan :
Luka puting yang menetap 1. Sediakan informasi tentang keuntungan dan
setelah minggu pertama menyusu kerugian pemberian ASI
Penurunan berat badan bayi terus 2. Demonstrasikan latihan menghisap, jika perlu
menerus
5 Gangguan eleminasi urine b.d Eleminasi urine tidak mengalami Perawatan retensi urine:
Penurunan sensitivitas & sensasi gangguan, kriteria evaluasi: 1. Lakukan penilaian kemih yang komprehensif
kandung, ditandai dengan: - Kandung kemih kosong secara berfokus pada inkontinensia (misal, output
DS : penuh urine, pola berkemih, fungsi kognitif, dan
Pasien mengatakan Anyang – - Tidak ada residu urine >100 – 200 masalah kencing praeksisten)
anyangan cc 2. Memantau penggunaan obat dengan sifat
Sering berkemih - Intake cairan dalam rentang antikolinergik atau properti alpha agonis
DO: normal 3. Memonitor efek dari obat – obatan yang
Disuria - Bebas dari ISK diresepkan, seperti calcium channel blokers
Inkontinensia - Tidak ada spasme bladder dan antikolinergik
6 Gangguan pola tidur b.d kelemahan, Tidur tidak mengalami gangguan: Sleep enhancement (peningkatan tidur):
ditandai dengan: - Jumlah jam tidur dalam batas - Determinasi efek – efek medikasi terhadap pola
DS: normal 608 jam/hari. tidur
- Ketidakpuasan tidur - Pola tidur, kualitas dalam batas - Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
- Menyatakan terbangun normal - Fasilitas untuk mempertahankan aktivitas
- Menyatakan tidak mengalami - Perasaan segar sesudah tidur atau sebelum tidur (membaca)
kesulitan tidur istirahat - Ciptakan lingkungan yang nyaman
- Menyatakan merasa tidak cukup - Mampu mengidentifikasikan hal - Kolaburasi pemberian obat tidur
istirahat – hal yang meningkatkan tidur - Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang
DO: teknik tidur pasien
- Perubahan pola tidur normal - Instruksikan untuk memonitor tidur pasien
- Lingkar hitam dibawah mata - Monitor waktu makan dan minum dengan
- Penurunan rentang perhatian waktu tidur
- Sering tidur siang - Monitor / catat kebutuhan tidur pasien setiap
- Sering menguap hari dan jam
- Lesu
7 Resiko infeksi b.d faktor resiko : Faktor resiko infeksi hilang, kriteria Kontrol infeksi :
episiotomi, laserasi jalan lahir, evaluasi : 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
bantuan pertolongan persalinana - Klien bebas dari tanda dan gejala lain
infeksi 2. Pertahankan teknik isolasi
- Mendeskripsikan proses penularan 3. Batasi pengunjung bila perlu
penyakit, faktor yang 4. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
mempengaruhi penularan serta 5. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
penatalaksanaanya. tindakan keperawatan
- Menunjukan kemampuan untuk 6. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
mencegah timbulnya infeksi pelindung
- Jumlah leukocyt dalam batas 7. Pertahankan lingkungan aseptik selama
normal pemasangan alat
- Menunjukan perilaku hidup sehat 8. Ganti letak IV perifer dan line central dan
dresing sesuai dengan petunjuk umum
9. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
infeksi kandung kencing
10. Tingkatkan intake nutrisi
11. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lokal
12. Monitor hitung granulocyt, WBC
13. Monitor kerentanan terhadap infeksi
14. Pertahankan teknik asepsis terhadap pasien
yang beresiko
15. Pertahankan teknik isolasi jika perlu
16. Inspeksi area kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase, infeksi
kondisi luka / insisi bedah
17. Dorong masukan nutrisi yang cukup
18. Dorong masukan cairan
19. Dorong istirahat
Kolaburasi :
1. Berikan terapi antibiotik bila perlu (proteksi
terhadap infeksi)
2. Laporkan kecurigaan infeksi
3. Laporkan kultur positif
Penyuluhan :
1. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
mennggalkan pasien
2. Instreuksikan pasien untuk minum obat sesuai
resep
3. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi
8 Defisit perawatan diri berpakain b.d Perawatan diri berpakaian tidak Self asitence : berpakaian
kelelahan postpartum terganggu, kriteria evaluasi : 1. Pantau tingkat kekuatan dan toleransi aktivitas
DS: Mampu melakukan tugas fisik 2. Pantau peningkatan dan penurunan kemampuan
- Mengatakan tidak bisa yang paling mendasar dan untuk berpakain dan melakukan perawatan
menggunakan pakain aktivitas perawatan pribadi secara rambut
DO: mandiri dengan atau tanpa alat 3. Pertimbangkan budaya pasien ketika
- Ketidakmampuan bantu mempromosikan aktivitas perawatan diri
mengancingkan pakaian Mampu untuk mengenakan 4. Bantu pasien memilih pakaian yang mudah
- Ketidakmampuan mendapatkan pakain dan berhias sendiri secara dipakai dan dilepas
mendapatkan pakaian mandiri atau tanpa alat bantu 5. Sediakan pakaian pasien pada tempat yang
- Ketidakmampuan mendapatkan Mampu mempertahankan mudah di jangkau
atribut pakaian kebersihan pribadi dan 6. Fasilitasi pasien untuk menyisir rambut, bila
- Ketidakmampuan mengenakan penampilan yang rapi secara memungkinkan
sepatu mandiri dengan atau tanpa alat 7. Dukung kemandirian dalam berpakaian, berhias,
- Ketidakmampuan mengenakan bantu bantu pasien jika diperlukan
kaos kaki Mampu mempertahankan 8. Pertahankan privasi saat pasien berpakain
- Ketidakmampuan melepas atribut kebersihan pribadi dan 9. Bantu pasien untuk menaikan, mengancingkan,
pakaian penampilan yang rapi secara dan meresleting pakaian jika perlu
- Ketidakmampuan melepas sepatu mandiri dengan atau tanpa alat 10.Gunakan alat bantu tambahan, misalnya pengait
- Ketidakmampuan melepas kaos bantu kancing dan penarik resleting untuk menarik
kaki Mengungkapkan kepuasan dalam pakain jika perlu.
- Hambatan melepas pakain berpakaian dan menata rambut 11.Beri pujian atas usaha untuk berpakaian sendiri
- Hambatan mempertahankan Menggunakan alat bantu untuk 12.Gunakan terapi fisik dan okupasi sebagai
penampilan yang memuaskan memudahkan dalam berpakaian sumber dalam perencanaan tindakan pasien
- Hambatan mengambil pakain Dapat memilih pakain dan dalam perawatan pasien dengan alat bantu
- Hambatan mengenakan pakaian mengambilnya lemari atau laci Penyuluhan :
pada bagian tubuh bawah baju Tunjukan penggunaan alat bantu dan aktivitas
- Hambatan mengenakan pakaian Mampu merisleting dan yang adavtif
pada bagian tubuh atas mengancing pakain Kolaburasi :
- Hambatan memasang sepatu Menggunakan pakaian secara rapi Gunakan terapi fisisk dan okupasi sebagai sumber
- Hambatan memasang kaos kaki dan bersih dalam perencanaan tindakan perawatan pasien dan
- Hambatan melepas pakain Mampu melepas pakaian secara untuk alat bantu
Defisit perawatan diri makan b.d Makan tidak terganggu, kriteria Self asitence : makan
kelelahan postpartum evaluasi : 1. Memonitor kemampuan menelan
DS: Status nutrisi : ketersedia zat gizi 2. Identifikasi diet yang diresepkan
DO: untuk memenuhi kebutuhan 3. Mengatur nampan kananan dan meja
- Ketidakmampuan mengambil metabolik 4. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
makanan dan memasukan ke Status nutrisi : asupan makanan selama waktu makan (penempatan pispot, urinal
mulut Cairan : kualitas makanan dan dan peralatan)
- Ketidakmampuan mengunyah cairan yang diasup kedalam 5. Pastikan posisi pasien yang tepat untuk
makanan tubuh selama periode 24 jam memfasilitasi megunyah dan menelan
- Ketidakmampuan menghabiskan Perawatan diri : aktivitas 6. Memberikan bantuan fisisk sesuai kebutuhan
makanan kehidupan sehari – hari mampu 7. Menyediakan untuk menghilangkan rasa sakit
- Ketidakmampuan menempatkan untuk melakukan aktivitas yang memadai sebelum makan
makanan keperlengkapan perawatan fisik dan pribadi 8. Membersihkan mulut sebelum makan
makanan secara mandiri atau dengan alat 9. Sediakan makanan di nampan (seperti
- Ketidakmampuan memakan untuk menyiapkan dan memakan 11.Hindari menempatkan makanan di sisi
makanan dalam cara yang dapat makanan dan cairan secara seseorang yang buta
diterima secara sosial mandiri dengan atau tanpa alat 12.Jelaskan lokasi makanan diatas nampan untuk
Defisit perawatan diri mandi b.d Mandi tidak ada gangguan, kriteria Self asitence : mandi
kelelahan postpartum, ditandai evaluasi: 1. Pertimbangkan budaya pasien ketika
dengan: Perawatan diri : aktivitas mempromosikan aktivitas perawatan diri
DS: kehidupan sehari – hari mampu 2. Pertimbangkan usia pasien ketika
- Tidak mampu ke kamar mandi untuk melakukan aktivitas mempromosikan aktivitas perawatan diri
DO: perawatan fisik dan pribadi 3. Menentukan jumlah dan jenis bantuan yang
Ketidakmampuan untuk secara mandiri atau dengan alat dibutuhkan
mengakses kamar mandi bantu 4. Tempat handuk, sabun, deodoran, alat pencukur,
Ketidakmampuan mengeringkan Mampu membersihkan tubuh dan aksesoris lainya yang dibutuhkan di
tubuh sendiri secara mandiri atau samping tempat tidur atau dikamar mandi
Ketidakmampuan mengambil dengan atau tanpa alat bantu 5. Menyediakan lingkunga yang terapeutik dengan
perlengkapan mandi Perawatan diri hygiene: mampu memastikan hangat, santai, pengalaman pribadi
sumber air kebersihan dan penampilan yang 6. Memfasilitasi pasien menyikat gigi
Ketidakmampuan mengatur air rapi secara mandiri dengan atau 7. Memfasilitasi pasien mandi
mandi tanpa alat bantu 8. Memantau pembersihan kuku, menurut
Ketidakmampuan membasuh Mampu mempertahankan kemampuan perawatan diri pasien
tubuh mobilitas yang diperlukan untuk 9. Memantau integritas kulit pasien
ke kamar mandi dan 10.Memfasilitasi pemeliharaan rutin pasien
menyediakan perlengkapan
mandi
Membersihkan dan
mengeringkan tubuh
Megungkapkan secara verbal
kepuasan tentang kebersihan
tubuh dan higiene oral
Defisit perawatan diri toilet b.d Mampu melakukan eleminasi secara Self asitence : toilet
kelelahan postpartum, ditandai mandiri, kriteria evaluasi: 1. Pertimbangkan budaya apasien ketika
dengan: Perawatan diri: aktivitas mempromosikan aktivitas perawatan diri
kehidupan sehari – hari (ADL) 2. Pertimbangkan usia pasien ketika
DS: mampu untuk melakukan mempromosikan aktivitas perawatan diri
- Mengatakan lemah aktivitas perawatan fisik dan 3. Lepaskan pakaian yang penting untuk
- Tidak mampu ke toilet pribadi secara mandiri atau memungkinkan penghapusan
DO: dengan alat bantu 4. Membantu pasien ketoilet
- Ketidakmampuan melakukan Perawatan diri higiene : mampu 5. Pertimbangkan respon pasien terhadap
hygiene eleminasi yang tepat untuk mempertahankan kurangnya privasi
- Ketidakmampuan menyiram kebersihan dan penampilan yang 6. Menyediakan privasi selama eleminasi
toilet atau korsi buang air rapi secara mandiri dengan atau 7. Memfasilitasi kebersihan toiletsetelah selesai
- Ketidakmampuan naik ke toilet tanpa alat bantu eleminasi
- Ketidakmampuan memanipulasi Perawatan diri eleminasi : 8. Ganti pakaian pasien setelah eleminasi
pakaian untuk eleminasi mampu untuk melakukan 9. Menyiram toilet /membersihkan
- Ketidakmampuan berdiri dari aktivitas eleminasi secra mandiri 10.Menyediakan alat bantu ( kateter eksternal atau
toilet atau tanpa alat bantu urinal
- Ketidakmampuan duduk di toilet Mampu duduk dan turun dari 11.Memantau integritas kulit pasien
kloset
Membersihkan diri setelah
eleminasi
Mengenali dan mengetahui
kebutuhan bantuan untuk
eleminasi
9 Konstipasi b.d penurunan peristaltik Klien dapat BAB sesuai dengan Konstipasi management :
usus, ditandai dengan : polanya setiap hari, Kriteria 1. Monitor tanda dan gejala konstipasi
DS : evaluasi : 2. Monitor bising usus
- Pasien mengeluh nyeri - Pasien tidak mengeluh nyeri 3. Monitor peces, frekuensi, konsistensi dan
abdomen, nyeri tekan pada perut volume
abdomen - Klien mengatakan BAB tidak 4. Konsultasi dengan dokter tentang penurunan
- Perasaan penuh atau tekanan keras dan peningkatan bising usus
pada rectum - Klien tidak nyeri pada saat 5. Monitor tanda dan gejala ruptur usus /
- Kelemahan umum, nyeri kepala defekasi peritonitis
- Peningkatan tekanan abdomen - BAB lembek 6. Jelaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan
- Mual - Frekuensi bising usus normal terhadap pasien
- Nyeri saat defekasi - Klien BAB dengan lancar 7. Identifikasi faktor penyebab dan konstribusi
- Distensi abdomen konstipasi
DO : 8. Dukung intake cairan
- Distensi abdomen 9. Kolaburasi pemberian laksatif
- Bising usus menurun/meningkat 10.Pantau tanda dan gejala impaksi
- Teraba adanya feces yang 11.Memantau gerakan usus, termasuk konsistensi
mengeras frekuensi, bentuk, volume dan warna
- Darah merah segar menyertai 12.Konsultasikan dengan dokter tentang
pengeluaran feses penurunan/kenaikan frekuensi bising usus.
- Perubahan pada pola defekasi 13.Pantau tanda – tanda dan pecahnya
- Penurunan frekuensi, penurunan usus/peritonitis.
volume feses 14.Jelaskan etiologi masalah dan tindakan untuk
- Feses yang kering , keras dan pasien
padat 15.Menyusun jadwal ke toilet
- Flatus berat 16.Mendorong meningkatkan asupan cairan,
feses gastrointestinal
4. Pelaksanaan
Melaksanakan tindakan di atas disesuaikan dengan keadaan dan reaksi / respon pasien terhadap penyakitnya.
4. Evaluasi
Disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan