Anda di halaman 1dari 6

Syahrisya Fatimah Azahra

4338114201210121

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI


Disediakan Oleh : Syahrisya Fatimah Azahra

A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia karena tanpa komunikasi,
interaksi antar manusia, baik secara perorangan, kelompok maupun organisasi
tidak akan mungkin dapat terjadi. Komunikasi adalah suatu proses dimana
seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi dan masyarakat
menciptakan dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan
orang lain. Menurut Marhaeni Fajar dalam bukunya yang berjudul ilmu
komunikasi, teori dan praktik (2009:60) komunikasi juga bertujuan sebagai
perubahan perilaku, perubahan pendapat, perubahan sikap, dan perubahan
sosial.Ada tiga fungsi dasar yang menjadi penyebab mengapa manusia perlu
berkomunikasi menurut hafied cangara dalam buku pengantar ilmu komunikasi
(2006:3). Pertama, adanya hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya.

Melalui komunikasi manusia dapat mengetahui suatu kejadian bahkan dapat


mengembangkan pengetahuannya, yani belajar dari pengalamannya maupun
informasi yang mereka terima dari lingkungan sekitarnya. Kedua, adanya upaya
manusia untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Proses kelanjutan suatu
masyarakat sesungguhnya tergantung bagaimana masyarakat beradaptasi dengan
lingkungannya. Ketiga, adanya upaya untuk melakukan transformasi warisan
sosialisasi. Suatu masyarakat yang ingin mempertahankan keberadaannya, maka
anggota masyarakatnya dituntut untuk melakukan pertukaran nilai, perilaku, dan
peranan. Misalnya bagaimana orangtua mengajarkan tatakrama pada anaknya,
bagaimana sekolah difungsikan untuk mendidik warga negara, dan bagaimana
pemerintah dengan kebijaksanaan yang dibuatnya untuk mengayomi kepentingan
anggota masyarakat yang dilayaninya(Nurdianti, 2014)
B. Etika Komunikasi
Makna Komunikasi sendiri menurut Fiske (1990: 39) “Communication is the
transfer of a message from A to B . Consequently, their main concern are with
medium, channel, transmitter, receiver, noise, and feedback, for these are all term
relating to process of sending a message”. s. Sedangkan menurut Julia Scherba
(1992) menjelaskan pengertian komunikasi secara lebih lengkap yaitu defi nition
of communication is “any act by which one person gives to or receives from
another person information about that person’s needs, desires, perceptions,
knowledge, or affective states. Communication may be intentional or
unintentional, may involve conventional or unconventional signals, may take
linguistic or non-linguistic forms, and may occur through spoken or other
modes.”
Dari beberapa defi nisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
proses penyampaian lambang-lambang yang berarti dari komunikator kepada
komunikan melalui media tertentu dengan mempunyai tujuan tertentu pula.
Dengan demikian yang dimaksud dengan etika komunikasi adalah tata susila, tata
krama dan sopan santun dalam masyarakat yang digunakan selama proses
komunikasi berlangsung. Menurut Mc Conell (2011:2) “Ethical communication
can be defi ned as communication truthfully and honestly. Ethical communicators
advocate truthfulness, accuracy, and honesty; as these cultivate and sustain the
integrity of ethical communication. A person who wants to communicate ethically
should understand and respect others before evaluating and responding to their
messages. Ethical communication also supports communication that consists of
consideration and mutual understanding that respects an individual’s
characteristics”.(Setyanto et al., 2015)

C. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Komunikasi


Penelitian ini menunjukkan beberapa faktor yang mempengaruhi penerapan
komunikasi efektif diantara dokter dan perawat sebagai suatu tim dalam
perawatan pasien di rumah sakit. Penerapan komunikasi efektif dipengaruhi oleh
lama bekerja, etika dalam berkomunikasi dan persiapan komunikasi yang terkait
dengan data atau informasi tentang keadaan pasien yang diperlukan sebelum
komunikasi diadakan. Penelitian Dingley (2010) menunjukkan persepsi atau
pemahaman perawat dalam budaya safety, respon dari tim perawat pada setiap
ruangan perawatan dan keadaan psikologis dokter yang berbeda ketika diberi atau
mendapatkan laporan pasien. Periode lama berkerja perawat merupakan faktor
yang paling berpengaruh dalam penerapan komunikasi efektif. Perawat yang
bekerja lebih lama tentu akan mempunyai banyak pengalaman, banyak pelatihan
yang pernah diakui dan sudah kenal dengan dokter. Hal tersebut menyebabkan
perawat dengan masa kerja lebih lama akan lebih memahami pentingnya
penerapan komunikasi efektif. Semakin lama seseorang berkarya dalam suatu
organisasi akan semakin tinggi produktivitasnya.

D. Hambatan Komunikasi
Segala sesuatu yang menghalangi kelancaran komunikasi disebut sebagai
gangguan (noise). Kata noise dipinjam dari istilah ilmu kelistrikan yang
mengartikan noise sebagai keadaan terentu dalam sistem kelistrikan yang
mengakibatkan tidak lancarnya atau berkurangnya ketepatan peraturan.
Pencetakan huruf yang saling bertindihan dalam suatu surat kabar atau majalah
akan menjadi gangguan bagi pembacanya. Kata-kata yang diucapkan secara tidak
tepat oleh seorang penyiar akan mengganggu komunikasi dengan pendengarnya.
Apabila kata-kata atau kalimat yang disampaikan tidak atau bukan merupakan
kata-kata yang secara luas dipahami oleh pendengar. Penggunaan kata-kata asing
yang sulit dimengerti tentu merupakan bagian dari noise atau gangguan yang
harus dihindari oleh statsiun radio Disamping itu, ada pula gangguan yang berasal
dari saluran komunikasi tersebut, misalnya interferensi yang terjadi pada
gelombang radio yang mengakibatkan tidak jelasnya isi siaran diterima oleh
pendengar. Namun demikian, pada hakikatnya kebanyakan dari ganguan yang
timbul, bukan berasal dari sumber atau salurannya, tetapi dari audience
(penerima)nya. Manusia sebagai komunikan memiliki kecendrungan untuk acuh
tak acuh, meremehkan sesuatu, salah menafsirkan, atau tidak mampu mengingat
dengan jelas apa yang diterimanya dari komunikator. Setidak-tidaknya ada tiga
faktor psikologis yang mendasari hal itu (Suprapto, 2009 :14), yaitu:
1. Selective attention. Orang biasanya cenderung untuk mengekspos dirinya hanya
kepada hal-hal (komunikasi) yang dikehendakinya. Misalnya, seseorang tidak
berminat membeli mobil, jelas dia tidak akan berminat membaca iklan jual beli
mobil.
2. Selective perception. Suatu kali, seseorang berhadapan dengan suatu peristiwa
komunikasi, maka ia cenderung menafsirkan isi komunikasi sesuai dengan
prakonsepsi yang sudah dimiliki sebelumnya. Hal ini erat kaitannya dengan
kecendrungan berpikir secara stereotip.
3. Selective retention. Meskipun seseorang memahami suatu komunikasi, tetapi
orang berkecenderungan hanya mengingat apa yang mereka ingin untuk diingat.
Misalnya, setelah membaca suatu artikel berimbang mengenai komunisme,
seorang mahasiswa yang anti komunis hanya akan mengingat hal-hal jelek
mengenai komunisme. Sebaliknya mahasiswa yang prokomunis cenderung untuk
mengingat kelebihan-kelebihan sistem komunisme yang diungkapkan oleh artikel
tersebut. Sementara itu menurut Marhaeni Fajar dalam bukunya yang berjudul
ilmu komunikasi, teori dan praktik (2009:62)

E. Hambatan Proses Komunikasi


a) Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum
jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau
situasi emosional sehingga mempengaruhi motivasi, yaitu mendorong seseorang
untuk bertindak sesuai keinginan, kebutuhan atau kepentingan.
b) Hambatan dalam penyandian/simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang
dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang
digunakan antara si pengirim dengan si penerima tidak sama atau bahasa yang
dipergunakan terlalu sulit.
c) Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaaan media
komunikasi, misalnya gangguan suara radio sehingga tidak dapat mendengarkan
pesan dengan jelas.
d) Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si
penerima.
e) Hambatan dari penerima pesan. Misalnya kurangnya perhatian pada saat
menerima/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak
mencari informasi lebih lanjut.

F. Hambatan sosio-antro-psikologis
Proses komunikasi berlangsung dalam konteks situasional (situational context).
Ini berarti bahwa komunikator harus memperhatikan situasi ketika komunikasi
dilangsungkan, sebab situasi amat berpengaruh terhadap kelnacaran komunikasi,
terutama situasi yang berhubungan dengan faktor-faktor sosiologisantropologis-
psikologis.
a. Hambatan sosiologis
b. Hambatan antropologis
c. Hambatan psikologis
DAFTAR PUSTAKA

Nurdianti, S. R. (2014). Analisis faktor-faktor hambatan komunikasi dalam sosialisasi


program keluarga berencana pada masyarakat kebon agung-Samarinda. Ilmu
Komunikasi, 2(2), 145–159.
http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2014/05/ejournal_rahma
new_word (05-19-14-05-58-25).pdf

Setyanto, A. E., Anggraini, L. S., & CW, D. T. (2015). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Memudarnya Etika Komunikasi Masyarakat Jawa Di Kota Surakarta. Komunikasi
Massa Jurnal, 8(2), 121–134. http://jurnalkommas.com/docs/Jurnal Kom Vo 8 No 2 Juli
2015.pdf#page=5

Anda mungkin juga menyukai