(Studi pada pasien yang berobat di Praktek dokter keluarga dr. Saarah Agustin
Kecamatan Batiknau Bengkulu Utara pada bulan Januari-Februari 2022)
Oleh :
D1E018010
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang menjadi pedoman atau contoh bagi
peneliti untuk bisa membandingkan penelitian peneliti dengan penelitian terdahulu,
serta untuk menghindari adanya kesamaan dalam sebuah penelitian. Ada 2 penelitian
terdahulu di antaranya yaitu: Pertama penelitian Gunawan Saleh dan Muhammad
David Hendra (2019), judul “Pengaruh Komunikasi Dokter terhadap Kesembuhan
Pasien Rawat Jalan”. Latar belakang masalah dalam penelitian ini yaitu ingin melihat
pengaruh komunikasi dokter dalam kesembuhan pasien rawat jalan. Teori yang
digunakan yaitu Parvanta dkk (2011), perencanaan komunikasi kesehatan terdiri dari
6 tahapan yaitu perencanaan makro, perencanaan strategi komunikasi, perencanaan
implementasi/ taktis, perencanaan evaluasi, perencanaan keberlangsungan program,
dan bila diperlukan perencanaan publikasi. Metode yang digunakan yaitu penelitian
ini lebih tepatnya menggunakan metode atau dengan pendekatan kuantitatif.
Hasil dan pembahasan, Setelah dilakukan kajian penelitian kuantitatif tentang
pengaruh komunikasi dokter terhadap kesembuhan pasien rawat jalan, dimana
variabel independent yaitu komunikasi dokter dan variabel dependent yaitu
kesembuhan pasien. Maka hasil dari penelitian yang menunjukan bahwa komunikasi
dokter secara signifikan memiliki pengaruh terhadap kesembuhan pasien rawat jalan.
Apabila seorang dokter memiliki hubungan interpesonal yang baik, pertukaran
informasi yang baik dan pengambilan keputusan yang baik maka akan semakin tinggi
tingkat kesembuhan pasien (perbedaan dokter antara pasien dan faktor situasional)
rawat jalan.
Persamaan penelitian ini yaitu menggunakian metode kuantitatif untuk
mengetahui pengaruh komunikasi dokter terhadap kesembuhan pasien rawat jalan.
Perbedaannya yaitu terdapat pada a) fokus penelitian, penelitian terdahulu pengaruh
komunikasi dokter terhadap kesembuhan pasien rawat jalan., sedangkan penelitian
saat ini fokus pada pengaruh komunikasinya personal dokter antar pasien pada
masacovid-19, b) variabel penelitian, penelitian terdahulu variabelnya, komunikasi
dokter terhadap kesembuhan pasien rawat jalan., kalau penelitian saat ini variabelnya
komunikasi antar personal dokter dengan pasien. c) penelitian terdahulu meneliti
sebelum adanya pandemi.
Penelitian selanjutnya dari Ilona Vicenovie Oisina Situmeang (2021), judul
“Komunikasi Dokter yang Berpusat pada Pasien di Masa Pandemi”. Latar belakang
masalah dalam penelitian ini ingin meneliti tentang bagaimana komunikasi dokter
yang berpusat pada pasien di masa pandemik. Teori yang digunakan yaitu Teori
dalam penelitian ini menggunakan teori Kredibilitas Sumber (source credibility
theory) adalah teori yang dikemukakan oleh Hovland, Janis dan Kelley. Teori
kredibilitas sumber (source of credibility theory) merupakan teori yang dikemukakan
oleh Hovland, Janis dan Kelley dalam bukunya Communication and Persuation.
Metode yang digunakan yaitu metode kualitatif dan sifat penelitian menggunakan
deskriptif.
Hasil dan pembahasan yaitu dalam menjalankan profesi menjadi seorang dokter
yang berpusat pada pasien diharapkan terciptanya komunikasi yang memunculkan
dan memahami perspektif dari pihak pasien dengan melihat kekhawatiran, ide,
harapan, kebutuhan, perasaan, dan fungsi yang ada pada diri pasien, memahami
pasien dalam konteks psikisnya, harus mencapai pemahaman bersama tentang
masalah yang dihadapi oleh pasien. Seorang dokter juga harus bisa memberikan
pasien berbagai pilihan-pilihan yang berhubungan dengan masalah kesehatannya dan
memberikan saran akan berbagai pilihan tersebut agar pasien dapat memilih dengan
tepat dan pilihannya akan membuat pasien menjadi segera sembuh dari penyakit yang
dideritanya. Dalam melakukan komunikasi yang berpusat pasien, dokter harus
memiliki keterampilan dalam berkomunikasi dengan mengedepankan pemahaman
akan perspektif pasien tentang penyakitnya dan harus mampu berempati terhadap
penyakit pasien.
Persamaan penelitian ini yaitu meneliti tentang komunikasi dokter terhadap
pasien dan sama-sama meneliti pada saat covid-19. Perbedaannya yaitu terdapat pada
a) fokus penelitian, penelitian terdahulu menganalisis komunikasi dokter yang
berpusat pada pasien, sedangkan penelitian saat ini dokus pada pengaruh
komunikasinya, b) variabel penelitian, penelitian terdahulu variabelnya, komunikasi
dokter berpusat pada pasien, kalau penelitian saat ini variabelnya komunikasi antar
personal dokter dengan pasien, dan c) metode yang digunakan, penelitian terdahulu
menggunakan metode kualitatif sedangkan penelitian saat ini kuantitatif.
2.2 Komunikasi Kesehatan
Dalam komunikasi kesehatan terdapat beberapa sub komunikasi yang menjadi
pendukung dalam terbentuknya suatu hubungan yang lebih baik. Bentuk dari
komunikasi yang sering dipakai pada program kesehatan masyarakat menurut Freddy
adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi Oral
Merupakan komunikasi secara lisan, baik berkomunikasi dengan face to face
ataupun secara tidak langsung seperti misalnya komunikasi via telepon. Komunikasi
ini biasanya ditunjukkan pada pasien yang ingin berkomunikasi tetapi tidak secara
langsung melainkan via media. Beberapa bagaian dari komunikasi oral antara lain
perbendaharan kata, kecepatan bicara, intonasi bicara, selingan humor, sebuah
singkatan juga harus jelas.
2. Komunikasi Terapeutik
Merupakan komunikasi yang memiliki tujuan menterapi pasien yang dipusatkan
untuk kesembuhan pasien sehingga membuat pasien dapat untuk beradaptasi terhadap
gangguan-gangguan psikologis seperti stress. Beberapa tahapan komunikasi
terapeutik yaitu prainteraksi, tahap orientasi, tahap kerja dan yang terakhir terminasi.
komunikasi terapeutik adalah salah satu bentuk komunikasi kesehatan tetapi juga
termasuk kedalam komunikasi interpersonal.
3. Komunikasi SBAR
Komunikasi SBAR (Situation, Background, Assassement, Recommendation)
merupakan sebuah metode komunikasi yang dipakai oleh anggota tim medis
kesehatan pada saat melaporkan kondisi pasien. Teknik komunikasi SBAR,
menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi antar anggota tim kesehatan
mengenai kondisi pasien, SBAR adalah tehnik yang mempermudah
dalamberkomunikasi dengan anggota tim untuk meningkatkan keselamatan pasien.
Komunikasi SBAR ini dipakai dalam sebuah komunikasi antara dokter dengan
sesama dokter, perawat dengan perawat lainnya dan juga para tenaga medis dengan
tenaga medis lainnya.
2.2.1 Pengertian Komunikasi dalam Konteks Kesehatan
Pada umumnya kebanyakan suatu penyakit yang dialami oleh individu
maupun penyakit yang menyebar ke masyarakat luas bermula dari ketidaktahuan dan
kesalahpahaman atas berbagai informasi kesehatan yang mereka terima. Maka dari
itu, perlunya memeperhatikan arus informasi kesehatan yang dikirim dan diterima
oleh manusia dan hal inilah yang mendasari perlu dan pentingnya mempelajari
komunikasi kesehatan.
Komunikasi dalam kesehatan adalah sebuah komunikasi yang dilakukan
dalam lingkup kesehatan yang memiliki tujuan untuk mewujudkan suatu keadaan
atau kondisi yang sehat secara utuh, baik secara jasmani maupun rohani. Menurut
Wilujeng dan Tatag (2017:7) komunikasi kesehatan adalah mengarahkan,
menguatkan dan memengaruhi individu dan komunitas. Tujuan dari komunikasi
kesehatan adalah meningkatkan kualitas pengetahuan individu, karena komunikasi
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan capaian kesehatan dengan berbagai
informasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Komunikasi kesehatan dapat diartikan sebagai proses penyampaian pesan
yang didalamnya berisi segala hal yang berkaitan dengan kesehatan. Penyampaian
pesan ini sendiri memiliki tujuan untuk memberikan informasi dan juga pengarahan
mengenai kesehatan guna mendukung tercapainya perilaku manusia yang sejahtera.
Komunikasi di bidang kesehatan ini berisi pesan-pesan yang lebih terfokus dan juga
khusus dibandingkan dengan komunikasi secara umum.
Tujuan praktis dari komunikasi kesehatan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan mengenai penyusunan pesan agar maksud dan
tujuandapat tersampaikan dengan baik, pemilihan media yang tepat agar
sesuai dengan target sehingga masyarakat dapat memahami maksud pesan dan
memberikan feedback atau respon seperti yang diharapkan.
2. Dapat meningkatkan keterampilan secara efektif, baik itu secara verbal
maupun non-verbal dalam berkomunikasi sehingga dapat menyampaikan
informasi maupun pesan kesehatan bagi masyarakat luas.
3. Membentuk perilaku dan sikap yang tepat, memiliki gaya bicara yang baik
dan menyenangkan serta memiliki rasa percaya diri dalam
mengkomunikasikan sebuah pesan kesehatan sehingga makna pesan dapat
tersampaikan dengan baik.
4. Memahami interaksi yang terjadi antara komunikator dalam penyampaian
pesan kesehatan dengan audiencenya atau individu yang diberikan informasi.
2.3 Komunikasi Antar Pribadi
2.3.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi
Ahmad dan Harapan (2014: 55) menyatakan ada tujuh aspek utama yang
mendasari komunikasi antarpribadi, yaitu
a. Berbagi maksud, gagasan, dan perasaaan yang ada dalam diri pengirim pesan
serta bentuk perilaku yang dipilihnya.
b. Proses kodifikasi pesan oleh pengirim, pengirim pesan atau komunikator
mengubah gagasan, perasaan, dan maksud-maksudnya ke dalam bentuk pesan
yang dapat dikirimkan.
c. Proses pengiriman pesan kepada penerima
d. Adanya saluran (channel) atau media, melalui apa pesan terebut dikirimkan.
e. Proses dekodifikasi pesan oleh penerima Penerima menginterpretasikanatau
menafsirkan makna pesan.
f. Tanggapan batin oleh penerima pesan terhadap hasil interpretasinya tentang
makna pesan yang ditangkap
g. Kemungkinan adanya hambatan (noise) tertentu.
2.3.3 Bentuk-bentuk komunikasi Antar Pribadi
Wood (2013: 19-20) menyatakan ada tiga proses dalam komunikasi antar
pribadi, yaitu a) model linear, model pertama dalam komunikasi antar pribadi
digambarkan sebagai bentuk yang linear atau searah, proses di mana seseorang
bertindak terhadap orang lain. Ini adalah model lisan yang terdiri atas lima
pertanyaan. (Siapa?, apa yang dikatakan?, Sedang berbicara di mana?, berbicara pada
siapa?, Apa dampak dari pembicaraan tersebut?), b) model interaktif, model interaktif
menggambarkan komunikasi sebagai proses di mana pendengaran memberikan
umpan balik sebagai respon terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikan, c)
model transaksional, menekankan pada pola komunikasi yang dinamis dan berbagai
peran yang dijalankan seseorang selama proses interaksi.
b. Konsep Diri
Sudah diketahui bahwa pendapat dan penilaian kita tentang orang lain tidak
semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional. Kita juga makhluk emosional.
Karena itu, ketiak kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal
yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika kita membencinya, kita
cenderung melihat karakteristiknya secara negatif.
Teori S-O-R sebagai dasar pada penelitian ini diharapkan dapat memperjelas
arah penelitian ini. Teori S-O-R sebagai dari singkatan Stimulus-Organisme-Respon,
teori ini berasal dari kajian ilmu psikologi. Menurut stimulus, respons ini efek yang
ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat
mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.
Menurut teori stimulus response ini, dalam proses komunikasi, berkenaan dengan
perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to
communicate dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap
komunikan. Dalam proses perubahan sikap, tampak bahwa sikap dapat berubah,
hanya jika stimulus yang menerpa benarbenar melebihi semula. Dalam menelaah
sikap yang baru ada tiga variabel yang penting yaitu perhatian, pengertian,
penerimaan (Effendy, 2003, p. 254-255). Selain itu, teori ini menjelaskan tentang
pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari komunikasi. Dampak
atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu
(Sendjaja, 1999, p. 71). Unsur-unsur dalam model ini adalah: Pesan (Stimulus, S),
Komunikan (Organism, O), dan efek (Response, R).
Perhatian (Perubahan
Sikap)
Pengertian
Penerimaan
Ha: Ada pengaruh komunikasi antar personal dokter dengan pasien pada penerapan
gaya hidup sehat di masa pandemi Covid-19
Ho. Tidak Ada pengaruh komunikasi antar personal dokter dengan pasien pada
penerapan gaya hidup sehat di masa pandemi Covid-19
Note revisi diminggu lalu :