Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN KEPUASAN

PASIEN DALAM PELAYANAN DI PUSAT PELAYANAN KESEHATAN

Disusun oleh:
1. Andra Sendityan A. V (P1337425120088)
2. Adelia Rachma Putri (P1337425120067)
3. Azizah Noor Yusri R (P1337425120076)
4. Dewi Atiqoh D (P1337425120099)
5. Inayatul Aini (P1337425120054)
6. Nok Laila Siyam (P1337425120095)
7. Putri Amalia M (P1337425120096)
8. Serliana Dewi K (P1337425120061)

Dosen Pembimbing:

Dr. Bedjo Santosa, S.Si.T, M.Kes

PRODI D-III KESEHATAN GIGI

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TA. 2021
Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat
serta Hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan makalah
yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Terapeutik dengan Kepuasan Pasien dalan
Pelayanan di Pusat Pelayanan Kesehatan” dengan sebaik-baiknya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan


kesadaran dari masyarakat dalam memberantas tindak pidana korupsi, baik dengan
berperan dalam mencegah Tindakan korupsi atau ikut serta dalam pemberantasan
korupsi.

Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu,
memfasilitasi, memberi masukan, serta mendukung proses penulisan makalah ini,
sehingga selesai tepat pada waktunya.

Meski penulis telah Menyusun makalah ini dengan maksimal, tidak menutup
kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritis
dan saran yang konstruktif dari pembaca.

Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat menambah


wawasan masyarakat.

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Bekalang


Komunikasi merupakan alat yang penting dalam menyampaikan
informasi, baik informasi dengan tujuan hanya menyampaikan, ataupun
informasi dengan tujuan mendapatkan timbal balik. Sejatinya komunikasi
merupakan proses kegiatan yang tidak memiliki permulaan ataupun
pengakhiran. Komunikasi yang baik ditandai dengan tersampaikannya pesan
dan mendapatkan timbal balik terhadap respon dari komunikasi.
Di dalam dunia Kesehatan, komunikasi sangat diperlukan guna
menganalisa penyakit apa yang diderita pasien, bagaimana cara
penyembuhan yang tepat untuk pasien, serta pada sebagai petugas
Kesehatan dapat memberikan pelayanan dengan rasa nyaman kepada
pasien.
Komunikasi di dalam dunia Kesehatan biasa disebut dengan
komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi dasar
yang dilakukan umumnya pada hubungan antara perawat dengan pasien,
yang dirancang dan direncanakan guna membantu proses penyembuhan dan
pemulihan pasien. Komunikasi sendiri tidak hanya sebagai alat untuk
berbicara dengan pasien, perawat dengan pasien adalah suatu hubungan
terapeutik dimana hubungan yang memiliki tujuan untuk kesembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik menjadi sangat penting karena dapat
memperngaruhi tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang
diberikan. Komunikasi dalam Kesehatan memberi kontribusi dan menjadi
bagian dari upaya pencegahan penyakit serta promosi kesehatan. Seorang
tenaga kesehatan yang hanya memiliki keterampilan berkomunikasi secara
terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan
pasien, dapat juga mencegah terjadinya masalah legal, memberikan
kepuasan professional dalam pelayanan kesehatan.
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul
sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperoleh setelah pasien
membandingkan dengan apa yang diharapkannya. Komunikasi kesehatan
dianggap relevan dengan konteks di bidang kesehatan, seperti 1) hubungan
antara ahli medis dengan pasien; 2) daya jangkau individu dalam mengakses
serta memanfaatkan informasi kesehata; 3) kepatuhan individu pada proses
pengobatan yang harus dijalani serta kepatuhan dalam melakukan saran
medis yang diterima; 4) bentuk penyampaian pesan kesehatan dan promosi
kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana strategi komunikasi terapeutik antara perawat dengan pasien
dalam menjaga hubungan dengan baik
2. Bagaimana proses komunikasi terapeutik yang baik antara perawat
dengan pasien
3. Bagaimana pengaruh dari komunikasi terapeutik dalam tingkat kepuasan
pasien di pusat pelayanan kesehatan

1.3 Tujuan
1. Mengetahui strategi komunikasi terapeutik antara perawat dengan pasien
dalam menjaga hubungan dengan baik.
2. Mengidentifikasi proses komunikasi terapeutik antara perawat dengan
pasien
3. Mengetahui dan mengidentifikasi apa saja pengaruh dari komunikasi
terpeutik dalam tingkat kepuasan pasien pada pusat pelayanan
kesehatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prinsip Komunikasi


Komunikasi secara umum adalah suatu proses yang merupakan suatu
seri kegiatan yang terus menerus, tidak mempunyai permulaan atau akhir dan
selalu berubah-ubah. Komunikasi juga suatu system yang masing-masing
elemen atau unsur di dalamnya dangat terkait dan mempengaruhi dalam
proses komunikasi yang efektif, satu elemen atau unsur tidaklah lebih penting
disbanding elemen yang lain.
Menurut Liliweri (2008), komunikasi dapat diartikan sebagai pengalihan
suatu pesan dari satu sumber kepada penerima agar dapat dipahami. Proses
komunikasi biasanya melibatkan dua pihak, bai kantar individu, individu
dengan kelompok atau antar kelompok dengan kelompok yang berinteraksi
dengan aturan-aturan yang disepakati bersama.
Ada lima pondasi yang dapat membangun komunikasi agar berjalan
dengan efektif, diantaranya, berusaha benar-benar mengerti orang lain,
memenuhi komitmen atau janji, menjelaskan harapan yang ingin dicapai,
meminta maaf secara tulus jika membuat kesalahan, serta memperlihatkan
integritas pribadi yang dimiliki. Sikap yang paling penting dimiliki dalam
berkomunikasi adalah audible (dapat didengarkan atau dimengerti dengan
baik), komunikasi tidak berarti apabila pesan yang disampaikan tidak
tersampaikan dengan baik, dan akan menimbulkan multi tafsir atau makna
ganda, sehingga membuat komunikasi itu tidak berjalan dengan baik.

2.2 Komunikasi Kesehatan


Komunikai kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antarindividu
yang memiliki focus pada bagaimana seorang individu dalam suatu
kelompok/masyarakat yang menghadapi isu-isu yang berhubungan dengan
kesehatan serta berupaya untuk memelihara kesehatannya (Northouse dalam
Notoatmodjo, 2005). Fokus utama dalam komunikasi kesehatan adalah
terjadinya interaksi yang secara spesifik berhubungan dengan isu-isu
kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi tersebut.
Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi
secara positif kesehatan individu dan komunitas masyarakat, dengan
menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi baik komunikasi
interpersonal, maupun komunikasi massa.
Komunikasi kesehatan meliputi informai tentang pencegahan penyakiy,
promosi kesehatan, kebijakan pemeliharaan kesehatan, rehabilitasi dalam
perawatan. Tujuan dari komunikasi kesehatan adalah perubahan perilaku
kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan tiap individu.
Tujuan lain dilakukannya komunikasi kesehatan adalah pertukaran
komunikasi antara pasien dengan perawat, informasi dapat dilihat sebagai
sumber daya dibawa ke interaksi lisan oleh kedua belah pihak. Selain itu
komunikasi kesehatan juga bertujuan untuk membuat keputusan tentang
pengobatan yang harus dilakukan oleh pasien. Komunikasi yang baik antara
perawat dan pasien memiliki potensi yang besar dalam membantu pasien
untuk mengatur emosi, meningkatkan pemahaman informasi medis, presepi
dan harapan, membangun rasa percaya penuh kepada tenaga kesehatan
yang menanganinya sehingga pasien akan patuh terhadap semua saran dan
nasehat.

2.3 Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik adalah pengalaman interaktif Bersama antara
tenaga kesehatan dengan pasien. Dalam komunikasi yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh pasien dan bisa menemukan
solusi dari masalah yang dihadapi pasien (Machfoeds, 2009). Komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar dan
terencana, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien
(Purwanto dalam Mudankir, 206).
Menurut Stuart (2006) komunikasi terapeutik adalah merupakan
hubungan interpersonal antara tenaga kesehatan dengan pasien, dalam hal
ini tenaga kesehatan dan pasien memperoleh pengalaman belajar Bersama
dalam rangka memperbaikki pengalaman emosional pasien. Dari beberapa
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi terpeutik merupakan
komunikasi yang direncanakan secara sadar dan terencana, bertujuan
memperoleh pengalaman belajar Bersama dalam rangka memperbaiki
pengalaman emosional pasien untuk menghadapi masalah dan kesembuhan
pasien.
Adapun menurut Stuart (2006) tujuan dari komunikasi tereputik diarahkan
pada pertumbuhan pasien meliputi:
a. Meningkatkan kemandirian dari pasien melalui proses realisasi diri,
penerimaan diri dan rasa hormat terhadap diri sendiri.
b. Identitas diri yang jelas dan rasa integritas yang tinggi terhadap diri
sendiri.
c. Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim dan
saling tergantung dan mencintai antara petugas kesehatan dan pasien.
d. Meningkatkan kesejaheraan pasien dengan meningkatkan fungsi dan
kemampuan memenuhi kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang
realistic.

Menurut Anwani (2002) terdapat tiga hal mendasar karakteristik dalam


komunikasi terapeutik yaitu:

a. Keikhlasan (Geminess)
b. Empati (Emphaty)
c. Kehangatan (Warmth)
Menurut Stuart (2006), Teknik komunikasi terapeutik dibagi menjadi
berikut:
a. Mendengarkan (Listening)
Mendengarkan merupakan dasar dari komunikasi yang akan
mengetahui perasaan seorang pasien. Teknik mendengarkan dengan cara
memberi kesempatan pasien untuk bicara banyak dan tenaga kesehatan
sebagai pendengar aktif tanpa memotong pembicaraan terlebih dahulu.
Tunjukkan perhatian bahwa tenaga kesehatan mempunyai waktu untuk
mendengarkan dengan teknik berikut:
1) Pandang wajah pasien Ketika sedang berbicara
2) Pertahankan kontaj mata yang memancarkan keinginan untuk
mendengarkan dari pasien
3) Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan
kaki dan tangan di depan pasien
4) Hindari Gerakan yang tidak begitu diperlukan
5) Angkat kepala apabila pasien membicarakan hal penting atau
memerlukan umpan balik dari kita.
6) Condongkan tubuh kita ke arah pasien
b. Menunjukkan penerimaan.
Mendukung dan menerima dengan tingkah laku yang menunjukkan
ketertarikan dan tidak menilai. Menerima bukan berarti menyetujui.
Menerima berarti mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan
atau ketidaksetujuan.
c. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang
spesifik mengenai masalah yang telah disampaikan oleh klien. Oleh sebab
itu, sebaiknya pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan masalah yang
sedang dihadapi oleh pasien.
d. Mengulang ucapan pasien dengan kata-kata sendiri
Melalui pengulangan Kembali kata-kata pasien, seorang perawat
memberikan umpan balik bahwa perawat mengerti pesan pasien dan
berharap komunikasi dilanjutkan.
e. Mengklarifikasi
Klarifikasi terjadi pada saat perawat menjelaskan dalam kata-kata
mengenai ide atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh pasien. Tujuan
dari Teknik ini untuk menyamakan pengertian.
f. Memfokuskan
Tujuan dari memfokuskan untuk membatasi pembicaraan sehingga
pembicaraan menjadi lebih spesifik dan dimengerti. Hal yang perlu
diperhatikan adalah tidak memutuskan pembicaraan Ketika pasien
menyampaikan masalah yang sedang dihadapi.
Komunikasi terapeutik memiliki tahapan-tahapan pelaksanaan, menurut
Stuart dan Sundeen (1995) tahapan pelaksanaan komunikasi terapeutik,
adalah sebagai berikut:
a. Fase Prainteraksi
Prainteraksi dimulai sebelum kontrak pertama dengan pasien. Tahap ini
merupakan tahap persiapan perawat sebelum bertemu dan berkomunikasi
dengan pasien. Tenaga kesehatan mengumpulkan data tentang pasien,
Menyusun intervensi, mengekplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan.
b. Fase Orientasi
Fase ini dimulai Ketika tenaga kesehatan pertama kali bertemu dan kontak
langsung dengan pasien. Pada tahap ini tenaga kesehatan memberi
salam, senyum, melakukan validasi (kognitif, psikomotor, afektif),
memperkenalkan nama, menanyakan nama pasien , menjelaskan
kegiatan yang akan dilakukan, kontrak waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan kegiatan, menjelaskan kerahasiaan dari pasien. Tujuan akhir
pada fase ini ialah terbina hubungan saling percaya antara petugas
kesehatan dengan pasien.

c. Fase Kerja
Pada tahap kerja dalam komunikasi terepeutik, kegiatan yang dilakukan
adalah memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya,
menanyakan keluhan utama, memulai kegiatan dengan cara yang baik,
melakukan kegiatan sesuai interversi sebelumnya. Tenaga kesehatan
membantu memenuhi kebutuhan dan mengembangkan pola-pola adaptif
pasien. Interaksi yang memuaskan akan menciptakan suasana yang
meningkatkan integritas pasien dengan meminimalisasi ketakutan,
ketidakpercayaan, kecemasan, dan tekanan pada pasien, serta bisa
membuat pasien terbuka kepada petugas kesehatan.

d. Fase Terminasi
Pada tahap terminasi dalam komunikasi terapeutik yang dikajyjan oleh
tenaga kesehatan adalah menyimpulkan hasil wawancara atau diskusi,
tindak lanjut dengan pasien melakuan kontrak (waktu, tempat, dan topik),
mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.
Cara pengukuran komunikasi terapeutik mengacu pada penelitian Anita
(2013), yaitu dengan hasil ukur dikatakan komunikasi terapeutik baik jika skor
>75%, cukup baik jika skor 45%-74% dan kurang baik jika skor <45%.
2.4 Konsep Kepuasan Pasien
1. Kepuasan
Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa dari seseorang yang
mendapatkan kesan dari perbandingan hasil pelayanan kinerja dengan
harapan ke depannya (Irawan, 2008).
Pasien adalah makhluk bio-psiko social ekonomi budaya. Artinya dia
memerlukan terpenuhinya kebutuhan, keinginan, dan harapan dari aspek
biologis (kesehatan), aspek psikologis (kepuasan), dan aspek social-
ekonomi (papan,sandang,pangan, dan afiliasi social), serta aspek budaya
(Supriyanto dan Ernawaty, 2010).
2. Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien adalah keluaran (outcame), layanan kesehatan.
Dengan demikian kepuasan pasien merupakan salah satu tujuan dari
peningkatan mutu layanan kesehatan. Kepuasan pasien adalah suatu
tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan
kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkan denga napa
yang diharapkannya (Pohan, 2013).
Instrument kepuasan pasien berdasarkan lima karakteristik (Nursakam,
2013):
1) Kenyataan (tangible) merupakan wujud langsung yang meliputi fasilitas
fisik, yang mencakup kemutahiran peralatan yang digunakan, kondisi
sarana, kondisi SDM, dan keselarasan antara fasilitas fisik dengan
jenis jasa yang diberikan.
2) Keandalan (Reliability) yaitu pelayanan yang disajikan dengan segera
dan memuaskan dan merupakan aspek-aspek keandalan system
pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa diantaranya kesesuaian
pelaksanaan pelayanan dengan rencana.
3) Tanggung jawab (Responsiveness) yaitu keinginan untuk membantu
dan menyediakan jasa yang dibutuhkan konsumen.
4) Jaminan (Assurance) yaitu adanya jaminan bahwa jasa yang
ditawarkan memberikan jaminan kepastian terhadap tanggung jawab.
5) Empati (Empathy) memberikan perhatian yang tulus dan bersifat
individual atau pribadi yang diberikan kepada para pasien dengan
berupaya memahami keinginan pasien.

a. Cara mengukur kepuasan pasien.

Mereka yang membeli atau menggunakan produk atau jasa pelayanan


kesehatan disebut pelanggan atau customer (Muninjaya, 2013). Lebih
lanjut menurut Kolter dalam Nursalam (2011) ada beberapa cara
mengukur kepuasan pelanggan atau pasien, antara lain:

1) System keluhan dan saran. Seperti kota saran pada lokasi-lokasi


strategis, kartu pos berprangko, saluran telpon, bebas pulsa, dan lain-
lain.
2) Survey kepuasan pelanggan, baik via pos, telepon, email maupun
tatap muka langsung.
3) Ghost shopping. Salah satu bentuk observasi yang memakai jasa
orang yang menyamar sebagai pelanggan atau pesaing untuk
mengamati aspek-aspek pelayanan dan kualitas produk.
4) Lost customer analisys. Yaitu menghubungi atau mewawancarai
pelanggan yang telah beralih dalam rangka memahami penyebab
dengan melakukan perbaikan pelayanan.

Menurut Parasuraman (2008) terdapat 10 indikator untuk mengukur


kepuasan pasien. Dalam perkembangan selanjutnya indicator kesepuluh
faktor tersebut dirangkum menjadi lima dimensi mutu pelayanan sebagai
penentu kualitas jasa, yaitu:
1) Bukti langsung, merupakan segala sesuatu yang termasuk seperti
fasilitas, peralatan, kenyamanan ruang dan sifat petugas.
2) Keandalan, merupakan elemen yang berkaitan dengan kemampuan
untuk mewujudkan pelayanan yang dapat diandalkan.
3) Daya tanggap merupakan elemen yang berkaitan dengan kesediaan
petugas dalam membantu dan memberikan pelayanan yang terbaik
bagi pasien.
4) Jaminan, merupakan hal yang mencakup pengetahuan, kemampuan,
kesopanan dan sifat yang dapat dipercaya petugas. Selain itu,, bebas
dari bahaya saat pelayanan merupakan jaminan juga.
5) Empati meliputi perhatian pribadi dalam memahami kebutuhan para
pasien.

b. Faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien


Menurut Sangdji dan Sopiah (2013), Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan pasien antara lain:
a. Karakteristik pasien
b. Sarana fisik
c. Jaminan
d. Kepedulian
e. Kehandalan

Menurut hasil penelitian Kiki Miranty Sereong dkk (2013) menyatakan


adanya hubungan yang bermakna antara kepuasan pasien terhadap
beberapa aspek berikut:

a. Kenyamanan
b. Pelayanan petugas
c. Prosedur pelayanan
d. Hasil layanan
2.5 Keterkaitan antara Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat
Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien berhubungan dengan mutu pelayanan dari pusat
pelayanan kesehatan seperti di rumah sakit, puskesmas, klinik mandiri.
Dengan mengetahui tingkat kepuasan pasien, manajemen dari rumah sakit
atau puskesmas dapat melakukan peningkatan mutu pelayanan.
Peran komunikasi terapeutik dalam pelayanan kesehatan tidak dapat
dipisahkan dari setiap pasien yang sedang menjalani perawatan di rumah
sakit, tetapi kadangkala pasien merasakan komunikasi yang sedang berjalan
tidak efektif karena kesalahan dalam menafsirkan pesan yang diterimanya.
Jika kesalahan penerimaan pesan terus berlanjut akan berakitab pada
ketidakpuasan baik dari pihak keluarga pasien maupun petugas kesehatan.
Kondisi ketidakpuasan tersebut akan berdampak pada rendahnya mutu
pelayanan yang diberikan petugas kesehatan kepada pasien yang pada
akhirnya pasien akan lari pada institusi pelayanan kesehatan lainnya. Oleh
karena itu, alangkah bijaksana dan tepat jika institusi pelayanan kesehatan
(Rumah Sakit) dapat meningkatkan kualitas pelayanannya. Salah satu
bentuknya adalah dengan meningkatkan komunikasi yang baik dan efektif
melalui komunikasi terapeutik.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1. Metodologi Penelitian


Guna mengetahui dan membahas suatu permasalahan diperlukan adanya
pendekatan dengan menggunakan metode-metode tertentu dan bersifat
ilmiah. Metode yang digunakan penulis dalam menyelesaikan makalah ini
adalah:
1. Spesifikaasi Penelitian
Penulisan makalah ini mengumpulkan informasi mengenai pengaruh
komunikasi terapeutik antara perawat dengan kepuasan pasien dalam
pelayanan kesehatan pada pusat pelayanan kesehatan, dengan
menggunakan penelitian deskriptif analitis penulis akan menggambarkan
secara sistematis, factual dan akurat mengenai pengaruh komunikasi
terepeutik antara perawat dengan kepuasan pasien dalam pelayanan
kesehatan pada pusat pelayanan kesehatan.
Pada penelitian kali ini penulis mengambil sampel dari beberapa jurnal
5 tahun terakhir dengan tema yang sama dan membandingkan
persamaan serta menganalisis masalah yang sering terjadi dalam kasus
ini.
2. Metode Pendekatan
Dalam penelitian ini penulis bisa menggunakan metode pendekatan
yuridis normatif karena menggunakan pendekatan melalui penganalisisan
pada tiap jurnal yang sudah tersedia, artinya pengkajian penulisan
makalah ini menggunakan data sekunder. Dalam jurnal yang diambil
sebagai sampel penelitian, tiap jurnal memiliki kesamaan yaitu dengan
metodoe penelitian secara deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional.
3. Tahap penelitian
Adapun tahap penelitian yang dilakukan dalam lingkup penulisan
makalah ini adalah :
a. Penelitian Kepustakaan
Adapun penelitian kepustakaan ini digunakan dengan maksud
mengumpulkan jurnal dengan penelitian yang sama dan menganalisis
tiap jurnal. Penulis mengumpulkan data dengan cara membandingkan
tiap kasus yang berkaitan dan menyimpulkannya dalam pembahasan.

3.2. Hasil
Dari beberapa Jurnal Komunikasi Kesehatan yang telah kelompok
kami kumpulkan yaitu kami meneliti 5 Jurnal Nasional mengenai Komunikasi
Kesehatan. Dari kelima jurnal tersebut kami akan menjabarkan beberapa hal.
Berdasarkan data yang diperoleh dan dianalisa dari kelima jurnal
tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Komunikasi
terapeutik diperlukan selama proses interaksi dan anamnesis karena
sebagian besar kegiatan tersebut adalah kegiatan komunikasi antarpribadi
yang bertujuan untuk proses penyembuhan atau pencegahan dalam
pelayanan Antenatal. Komunikasi terapeutik, sangat penting diterapkan pada
saat berinteraksi dengan pasien, karena tanpa komunikasi, dokter tidak
mungkin mengetahui perkembangan yang terjadi dengan pasiennya. Dan
yang terakhir, Komunikasi terapeutik, sangat penting diterapkan pada saat
berinteraksi dengan pasien, karena tanpa komunikasi, dokter tidak mungkin
mengetahui perkembangan yang terjadi dengan pasiennya.

3.3. Pembahasan
Berdasarkan dari hasil penelitian dari beberapa sampel jurnal yang
diambil menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dalam pelaksanaan
Komunikasi Teraeputik perawat dalam kepuasan pasien di berbagai pusat
pelayanan kesehatan, hal ini di dukung dengan penelitian dari Sutrisno dkk,
yang menyatakan bahwa Sebagian besar menyatakan bahwa semakin baik
pelaksanaan komunikasi terapeutik yang dilaksanakan maka semakin puas
pasien dalam pelayanan kesehatan.
Mengukur kepuasan pasien umumnya dilakukan melalui kuesioner dan
wawancara. Responden dimungkinkan menyatakan pengalaman dan
melakukan evaluasi dengan menggunakan istilah atau bahasa yang
dikehendakinya. Kepuasan pasien akan diukur dengan indicator berupa
kepuasan terhadap akses layanan kesehatan, kepuasan terhadap mutu
layanan kesehatan, kepuasan terhadap proses layanan kesehatan, termasuk
hubungan antar manusia dan kepuasan terhadap system layanan kesehatan
(Pohan, Imbalo, 2013).
Menurut Kotler (1992) faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien
yaitu pertama; kehandalan merupajan kemampuan untuk melaksanakan jasa
yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya, kedua; ketanggapan untuk
membantu pasien dan memberikan pelayanan dengan cepat; ketiga,
keyakinan, yaitu pengetahuan dan kesopanan petugas kesehatan serta
kemampuan untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan; keempat yaitu
empati sebagai syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi pasien
dan ini adalah salah satu syarat juga dalam pelaksanaan komunikasi
terapeutik perawat.
Menurut Wijono (2000) mengungkapkan kepuasan pasien pada pusat
pelayanan kesehatan atau organiasi pelayanan kesehatan dipengaruhi
banyak faktor antara lain pendekatan dan perilaku petugas, mutu informasi,
prosedur perjanjian, waktu tunggu, fasilitas umum yang tersedia.
Menurut dari penelitian Anggraini pada kepuasan pasien di Puskesmas
Dukun Magelang, menemukan bahwa semakin baik komunikasi terapeutik
yang dirasakan, semakin baik atau tinggi kepuasan yang dirasakan,
berdasarkan penelitian ini menemukan komunikasi yang baik dapat
meningatkan kepatuhan pasien dalam hal pengobatan dan perawatan
penyakitnya, serta mempunyai peranan yang cukup besar bagi kepuasan
pasien yang berobat dan di rawat. Penggunaan komunikasi terapeutik
merupakan media dalam mengembangkan hubungan antara perawat dengan
pasien.
Dari beberapa sampel jurnal yang diberikan, terdapat hasil bahwa
tingkat kepuasan pasien ditemukan bahwa lebih dari 60% responden pasien
mengungkapkan puas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan pada
pusat pelayanan kesehatan. Kepuasan tersebut ditinjau dari beberapa faktor,
yaitu faktor kejelasan informasi yang diberikan, pelayanan kesehatan yang
diberikan, serta fasilitas kesehatan yang disediakan.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pada kenyataanya perawat di samping kodratnya sebagai mahluk individu


dan mahluk sosial , diapun sebagai mahluk profesi memerlukan tenaga skil di
bidangnya, khususnya di bidang keperawatan. Perawat harus mampu menjalankan
segala tahapan dalam komunikasi terapeutik yang meliputi tahap awal, lanjutan dan
terminasi. Mengingat teknologi kedokteran akhir-akhir ini semakin pesat, senantiasa
pula mempengaruhi perkembangan profesi keperawatan itu sendiri.

Perawat dituntut untuk lebih mengutamakan pelayanan paripurna terhadap


pasien, terutama dalam memenuhi kebutuhan pasien . Hubungan yang baik ini akan
lebih baik lagi bila perawat dapat meningkatkan pengetahuannya dalam komunikasi
khususnya komunikasi terapeutik yang sesuai dengan tuntutan jaman.

4.1 Saran

1. Dalam melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi dengan klien


untuk mendapatkan persetujuan tindakan yang akan di lakukan.
2. Dalam berkomunikasi dengan klien hendaknya perawat menggunakan
bahasa yang mudah di mengerti oleh klien sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman komunikasi.
3. Dalam menjalankan profesinya hendaknya perawat selalu memegang teguh
etika keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai