Disusun oleh:
1. Andra Sendityan A. V (P1337425120088)
2. Adelia Rachma Putri (P1337425120067)
3. Azizah Noor Yusri R (P1337425120076)
4. Dewi Atiqoh D (P1337425120099)
5. Inayatul Aini (P1337425120054)
6. Nok Laila Siyam (P1337425120095)
7. Putri Amalia M (P1337425120096)
8. Serliana Dewi K (P1337425120061)
Dosen Pembimbing:
TA. 2021
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat
serta Hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan makalah
yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Terapeutik dengan Kepuasan Pasien dalan
Pelayanan di Pusat Pelayanan Kesehatan” dengan sebaik-baiknya.
Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu,
memfasilitasi, memberi masukan, serta mendukung proses penulisan makalah ini,
sehingga selesai tepat pada waktunya.
Meski penulis telah Menyusun makalah ini dengan maksimal, tidak menutup
kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritis
dan saran yang konstruktif dari pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui strategi komunikasi terapeutik antara perawat dengan pasien
dalam menjaga hubungan dengan baik.
2. Mengidentifikasi proses komunikasi terapeutik antara perawat dengan
pasien
3. Mengetahui dan mengidentifikasi apa saja pengaruh dari komunikasi
terpeutik dalam tingkat kepuasan pasien pada pusat pelayanan
kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Keikhlasan (Geminess)
b. Empati (Emphaty)
c. Kehangatan (Warmth)
Menurut Stuart (2006), Teknik komunikasi terapeutik dibagi menjadi
berikut:
a. Mendengarkan (Listening)
Mendengarkan merupakan dasar dari komunikasi yang akan
mengetahui perasaan seorang pasien. Teknik mendengarkan dengan cara
memberi kesempatan pasien untuk bicara banyak dan tenaga kesehatan
sebagai pendengar aktif tanpa memotong pembicaraan terlebih dahulu.
Tunjukkan perhatian bahwa tenaga kesehatan mempunyai waktu untuk
mendengarkan dengan teknik berikut:
1) Pandang wajah pasien Ketika sedang berbicara
2) Pertahankan kontaj mata yang memancarkan keinginan untuk
mendengarkan dari pasien
3) Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan
kaki dan tangan di depan pasien
4) Hindari Gerakan yang tidak begitu diperlukan
5) Angkat kepala apabila pasien membicarakan hal penting atau
memerlukan umpan balik dari kita.
6) Condongkan tubuh kita ke arah pasien
b. Menunjukkan penerimaan.
Mendukung dan menerima dengan tingkah laku yang menunjukkan
ketertarikan dan tidak menilai. Menerima bukan berarti menyetujui.
Menerima berarti mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan
atau ketidaksetujuan.
c. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang
spesifik mengenai masalah yang telah disampaikan oleh klien. Oleh sebab
itu, sebaiknya pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan masalah yang
sedang dihadapi oleh pasien.
d. Mengulang ucapan pasien dengan kata-kata sendiri
Melalui pengulangan Kembali kata-kata pasien, seorang perawat
memberikan umpan balik bahwa perawat mengerti pesan pasien dan
berharap komunikasi dilanjutkan.
e. Mengklarifikasi
Klarifikasi terjadi pada saat perawat menjelaskan dalam kata-kata
mengenai ide atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh pasien. Tujuan
dari Teknik ini untuk menyamakan pengertian.
f. Memfokuskan
Tujuan dari memfokuskan untuk membatasi pembicaraan sehingga
pembicaraan menjadi lebih spesifik dan dimengerti. Hal yang perlu
diperhatikan adalah tidak memutuskan pembicaraan Ketika pasien
menyampaikan masalah yang sedang dihadapi.
Komunikasi terapeutik memiliki tahapan-tahapan pelaksanaan, menurut
Stuart dan Sundeen (1995) tahapan pelaksanaan komunikasi terapeutik,
adalah sebagai berikut:
a. Fase Prainteraksi
Prainteraksi dimulai sebelum kontrak pertama dengan pasien. Tahap ini
merupakan tahap persiapan perawat sebelum bertemu dan berkomunikasi
dengan pasien. Tenaga kesehatan mengumpulkan data tentang pasien,
Menyusun intervensi, mengekplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan.
b. Fase Orientasi
Fase ini dimulai Ketika tenaga kesehatan pertama kali bertemu dan kontak
langsung dengan pasien. Pada tahap ini tenaga kesehatan memberi
salam, senyum, melakukan validasi (kognitif, psikomotor, afektif),
memperkenalkan nama, menanyakan nama pasien , menjelaskan
kegiatan yang akan dilakukan, kontrak waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan kegiatan, menjelaskan kerahasiaan dari pasien. Tujuan akhir
pada fase ini ialah terbina hubungan saling percaya antara petugas
kesehatan dengan pasien.
c. Fase Kerja
Pada tahap kerja dalam komunikasi terepeutik, kegiatan yang dilakukan
adalah memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya,
menanyakan keluhan utama, memulai kegiatan dengan cara yang baik,
melakukan kegiatan sesuai interversi sebelumnya. Tenaga kesehatan
membantu memenuhi kebutuhan dan mengembangkan pola-pola adaptif
pasien. Interaksi yang memuaskan akan menciptakan suasana yang
meningkatkan integritas pasien dengan meminimalisasi ketakutan,
ketidakpercayaan, kecemasan, dan tekanan pada pasien, serta bisa
membuat pasien terbuka kepada petugas kesehatan.
d. Fase Terminasi
Pada tahap terminasi dalam komunikasi terapeutik yang dikajyjan oleh
tenaga kesehatan adalah menyimpulkan hasil wawancara atau diskusi,
tindak lanjut dengan pasien melakuan kontrak (waktu, tempat, dan topik),
mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.
Cara pengukuran komunikasi terapeutik mengacu pada penelitian Anita
(2013), yaitu dengan hasil ukur dikatakan komunikasi terapeutik baik jika skor
>75%, cukup baik jika skor 45%-74% dan kurang baik jika skor <45%.
2.4 Konsep Kepuasan Pasien
1. Kepuasan
Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa dari seseorang yang
mendapatkan kesan dari perbandingan hasil pelayanan kinerja dengan
harapan ke depannya (Irawan, 2008).
Pasien adalah makhluk bio-psiko social ekonomi budaya. Artinya dia
memerlukan terpenuhinya kebutuhan, keinginan, dan harapan dari aspek
biologis (kesehatan), aspek psikologis (kepuasan), dan aspek social-
ekonomi (papan,sandang,pangan, dan afiliasi social), serta aspek budaya
(Supriyanto dan Ernawaty, 2010).
2. Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien adalah keluaran (outcame), layanan kesehatan.
Dengan demikian kepuasan pasien merupakan salah satu tujuan dari
peningkatan mutu layanan kesehatan. Kepuasan pasien adalah suatu
tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan
kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkan denga napa
yang diharapkannya (Pohan, 2013).
Instrument kepuasan pasien berdasarkan lima karakteristik (Nursakam,
2013):
1) Kenyataan (tangible) merupakan wujud langsung yang meliputi fasilitas
fisik, yang mencakup kemutahiran peralatan yang digunakan, kondisi
sarana, kondisi SDM, dan keselarasan antara fasilitas fisik dengan
jenis jasa yang diberikan.
2) Keandalan (Reliability) yaitu pelayanan yang disajikan dengan segera
dan memuaskan dan merupakan aspek-aspek keandalan system
pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa diantaranya kesesuaian
pelaksanaan pelayanan dengan rencana.
3) Tanggung jawab (Responsiveness) yaitu keinginan untuk membantu
dan menyediakan jasa yang dibutuhkan konsumen.
4) Jaminan (Assurance) yaitu adanya jaminan bahwa jasa yang
ditawarkan memberikan jaminan kepastian terhadap tanggung jawab.
5) Empati (Empathy) memberikan perhatian yang tulus dan bersifat
individual atau pribadi yang diberikan kepada para pasien dengan
berupaya memahami keinginan pasien.
a. Kenyamanan
b. Pelayanan petugas
c. Prosedur pelayanan
d. Hasil layanan
2.5 Keterkaitan antara Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat
Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien berhubungan dengan mutu pelayanan dari pusat
pelayanan kesehatan seperti di rumah sakit, puskesmas, klinik mandiri.
Dengan mengetahui tingkat kepuasan pasien, manajemen dari rumah sakit
atau puskesmas dapat melakukan peningkatan mutu pelayanan.
Peran komunikasi terapeutik dalam pelayanan kesehatan tidak dapat
dipisahkan dari setiap pasien yang sedang menjalani perawatan di rumah
sakit, tetapi kadangkala pasien merasakan komunikasi yang sedang berjalan
tidak efektif karena kesalahan dalam menafsirkan pesan yang diterimanya.
Jika kesalahan penerimaan pesan terus berlanjut akan berakitab pada
ketidakpuasan baik dari pihak keluarga pasien maupun petugas kesehatan.
Kondisi ketidakpuasan tersebut akan berdampak pada rendahnya mutu
pelayanan yang diberikan petugas kesehatan kepada pasien yang pada
akhirnya pasien akan lari pada institusi pelayanan kesehatan lainnya. Oleh
karena itu, alangkah bijaksana dan tepat jika institusi pelayanan kesehatan
(Rumah Sakit) dapat meningkatkan kualitas pelayanannya. Salah satu
bentuknya adalah dengan meningkatkan komunikasi yang baik dan efektif
melalui komunikasi terapeutik.
BAB III
3.2. Hasil
Dari beberapa Jurnal Komunikasi Kesehatan yang telah kelompok
kami kumpulkan yaitu kami meneliti 5 Jurnal Nasional mengenai Komunikasi
Kesehatan. Dari kelima jurnal tersebut kami akan menjabarkan beberapa hal.
Berdasarkan data yang diperoleh dan dianalisa dari kelima jurnal
tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Komunikasi
terapeutik diperlukan selama proses interaksi dan anamnesis karena
sebagian besar kegiatan tersebut adalah kegiatan komunikasi antarpribadi
yang bertujuan untuk proses penyembuhan atau pencegahan dalam
pelayanan Antenatal. Komunikasi terapeutik, sangat penting diterapkan pada
saat berinteraksi dengan pasien, karena tanpa komunikasi, dokter tidak
mungkin mengetahui perkembangan yang terjadi dengan pasiennya. Dan
yang terakhir, Komunikasi terapeutik, sangat penting diterapkan pada saat
berinteraksi dengan pasien, karena tanpa komunikasi, dokter tidak mungkin
mengetahui perkembangan yang terjadi dengan pasiennya.
3.3. Pembahasan
Berdasarkan dari hasil penelitian dari beberapa sampel jurnal yang
diambil menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dalam pelaksanaan
Komunikasi Teraeputik perawat dalam kepuasan pasien di berbagai pusat
pelayanan kesehatan, hal ini di dukung dengan penelitian dari Sutrisno dkk,
yang menyatakan bahwa Sebagian besar menyatakan bahwa semakin baik
pelaksanaan komunikasi terapeutik yang dilaksanakan maka semakin puas
pasien dalam pelayanan kesehatan.
Mengukur kepuasan pasien umumnya dilakukan melalui kuesioner dan
wawancara. Responden dimungkinkan menyatakan pengalaman dan
melakukan evaluasi dengan menggunakan istilah atau bahasa yang
dikehendakinya. Kepuasan pasien akan diukur dengan indicator berupa
kepuasan terhadap akses layanan kesehatan, kepuasan terhadap mutu
layanan kesehatan, kepuasan terhadap proses layanan kesehatan, termasuk
hubungan antar manusia dan kepuasan terhadap system layanan kesehatan
(Pohan, Imbalo, 2013).
Menurut Kotler (1992) faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien
yaitu pertama; kehandalan merupajan kemampuan untuk melaksanakan jasa
yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya, kedua; ketanggapan untuk
membantu pasien dan memberikan pelayanan dengan cepat; ketiga,
keyakinan, yaitu pengetahuan dan kesopanan petugas kesehatan serta
kemampuan untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan; keempat yaitu
empati sebagai syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi pasien
dan ini adalah salah satu syarat juga dalam pelaksanaan komunikasi
terapeutik perawat.
Menurut Wijono (2000) mengungkapkan kepuasan pasien pada pusat
pelayanan kesehatan atau organiasi pelayanan kesehatan dipengaruhi
banyak faktor antara lain pendekatan dan perilaku petugas, mutu informasi,
prosedur perjanjian, waktu tunggu, fasilitas umum yang tersedia.
Menurut dari penelitian Anggraini pada kepuasan pasien di Puskesmas
Dukun Magelang, menemukan bahwa semakin baik komunikasi terapeutik
yang dirasakan, semakin baik atau tinggi kepuasan yang dirasakan,
berdasarkan penelitian ini menemukan komunikasi yang baik dapat
meningatkan kepatuhan pasien dalam hal pengobatan dan perawatan
penyakitnya, serta mempunyai peranan yang cukup besar bagi kepuasan
pasien yang berobat dan di rawat. Penggunaan komunikasi terapeutik
merupakan media dalam mengembangkan hubungan antara perawat dengan
pasien.
Dari beberapa sampel jurnal yang diberikan, terdapat hasil bahwa
tingkat kepuasan pasien ditemukan bahwa lebih dari 60% responden pasien
mengungkapkan puas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan pada
pusat pelayanan kesehatan. Kepuasan tersebut ditinjau dari beberapa faktor,
yaitu faktor kejelasan informasi yang diberikan, pelayanan kesehatan yang
diberikan, serta fasilitas kesehatan yang disediakan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1 Saran