2022
I. KOMUNIKASI
A. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari
satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya, Pada
umumnya komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat di
mngerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti
oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik
badan, menunjukan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut dengan komunikasi dengan bahasa nonverbal
(Wikipedia, 2007)
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
Komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu
pesan dengan cara yang mudah sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima
maksud dan tujuan pemberi pesan.
Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk
meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya.
Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal dan
konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan unsur hubungan antar individu yang
bekerja di rumah sakit, baik hubungan secara horisontal ataupun hubungan secara
vertikal. Hubungan yang terjalin antar tim multidisplin termasuk keperawatan, unsur
penunjang lainnya, unsur adminitrasi sebagai provider merupakan gambaran dari sisi
konsumen internal. Sedangkan konsumen eksternal lebih mengarah pada sisi menerima
jasa pelayanan, yaitu klien baik secara individual, kelompok, keluarga maupun
masyarakat yang ada di rumah sakit. Seringkali hubungan buruk yang terjadi pada suatu
rumah sakit, diprediksi penyebabnya adalah buruknya sistem komunikasi antar individu
yang terlibat dalam sistem tersebut.
Rumah sakit sebagai suatu organisasi tidak akan efektif apabila interaksi diantara
orang-orang yang tergabung di dalamnya tidak pernah ada komunikasi. Komunikasi
menjadi sangat penting karena merupakan aktifitas tempat pimpinan mencurahkan
waktunya untuk menginformasikan sesuatu dengan cara tertentu kepada staf atau unit-
unit dibawahnya. Dengan komunikasi maka fungsi menejerial yang berawal dari fungsi
perencanaan,nimplementasi dan pengawasan dapat dicapai.
Komunikasi sangat tergantung pada persepsi dan sebaliknya persepsi juga
tergantung pada komunikasi. Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang
dalam memahami informasi mengenai lingkungannya. Baik buruknya proses komunikasi
sangat tergantung pada persepsi masing-masing staf yang terlibat didalamnya.
Ketidaksamaan pengertian antara penerima dan pengirim informasi akan menimbulkan
kegagalan dalam berkomunikasi.
B. KLASIFIKASI KOMUNIKASI
Berdasarkan kepada penerima pesan atau komunikan, komunikasi diklasifikasikan
menjadi :
1. Komunikasi Intrapersonal Penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri
komunikator sendiri antara individu dengan Tuhannya. Komunikasi intrapersonal
merupakan keterlibatan internal secara aktif dari setiap individu dalam pemrosesan
simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima
pesan, meberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang
berkelanjutan
2. Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal berlangsung dengan dua arah,
akomunikator dan komunikan; antara seorang tenaga medis dengan teman sejawat
atau antara seorang tenaga medis dengan pasien.
3. Komunikasi Kelompok Salah satu bentuk komunikasi yang terjadi di dalam sebuah
kelompok. Komunikasi tidak hanya terjadi antara seseorang dengan seseorang yang
lainnya, komunikasi juga dilakukan dengan sekelompok orang yang disebut dengan
komunikasi kelompok. Menurut Michael Burgoon, komunikasi kelompok adalah
interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih dengan tujuan yang telah
diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, dimana
anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain
secara tepat, misalnya organisasi profesi, kelompok remaja dan kelompok-kelompok
sejenisnya. Komunikasi dapat dalam bentuk diskusi, rapat dan sebagainya
C. PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI
Adapun prinsip-prinsip komunikasi menurut Carl Rogers yaitu :
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, percaya, dan menghargai
3. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien, baik fisik maupun mental
5. Perawat harus dapat menciptakan suasana yang nyaman dan aman bagi pasien
6. Kejujuran dan terbuka
7. Mampu sebagai role model
8. Altruisme
9. Bertanggung jawab
D. KOMPONEN-KOMPONEN KOMUNIKASI
1. Sender (pemberi pesan): individu yang bertugas mengirimkan pesan.
2. Receiver (penerima pesan): seseorang yang menerima pesan. Bisa berbentuk pesan
yang diterima maupun pesan yang sudah diinterpretasikan.
3. Pesan : informasi yang diterima, bisa berupa kata, ide atau perasaan. Pesan akan
efektif bila jelas dan terorganisir yang diekspresikan oleh si pengirim pesan.
4. Media: metode yang digunakan dalam pesan yaitu kata, bisa dengan cara ditulis,
diucapkan, diraba, dicium. Contoh: catatan atau surat adalah kata; bau badan atau
cium parfum adalah penciuman (dicium), dan lain-lain.
5. Umpan balik: penerima pesan memberikan informasi/ pesan kembali kepada pengirim
pesan dalam bentuk komunikasi yang efektif. Umpan balik merupakan proses yang
kontinue karena memberikan respons pesan dan mengirimkan pesan berupa stimulus
yang baru kepada pengirim pesan.
II. EDUKASI
A. PENGERTIAN EDUKASI
Edukasi adalah suatu proses usaha memberdayakan perorangan, kelompok, dan
masyarakat agar memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui
peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan, yang dilakukan dari, oleh, dan
masyarakat sesuai dengan faktor budaya setempat (Depkes RI, 2012 dalam keperawatan
kesehatan komunitas).
Menurut WHO (2008) Edukasi kesehatan adalah proses meningkatkan kontrol
dan memperbaiki kesehatan individu maupun masyarakat dengan membuat mereka
peduli terhadap pola perilaku dan pola hidup yang dapat mempengaruhi kesehatan.
Suatu konsep praktik pendidikan dalam bidang kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
Edukasi pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan
kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan adanya pesan tersebut
maka diharapkan masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan
tentang kesehatan yang lebih baik. (Notoatmodjo, 2012).
B. TUJUAN EDUKASI
Menurut Chayatin, Rozikin, dan Supradi (2007) terdapat tiga tujuan utama dalam
pemberian edukasi kesehatan agar seseorang itu mampu untuk:
1) Menetapkan masalah dan kebutuhan yang mereka inginkan.
2) Memahami apa yang mereka bisa lakukan terhadap masalah kesehatan dan
menggunakan sumber daya yang ada.
3) Mengambil keputusan yang paling tepat untuk meningkatkan kesehatan. c. Sasaran
Edukasi
C. SASARAN EDUKASI
Sasaran Edukasi menurut Mubarok (2007) ada tiga sasaran yaitu:
1) Edukasi individu yaitu edukasi yang diberikan dengan sasaran individu.
2) Edukasi pada kelompok yaitu edukasi yang diberikan itu dengan sasaran kelompok.
3) Edukasi masyarakat yaitu edukasi yang diberikan dengan sasaran masyarakat.
D. METODE EDUKASI
Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode edukasi
yaitu:
1) Metode berdasarkan pendekatan perorangan Metode ini bersifat individual dan
biasanya digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang
mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Ada 2 bentuk
pendekatannya yaitu
a. Bimbingan dan penyuluhan
b. Wawancara
2) Metode berdasarkan pendekatan kelompok Penyuluhan berhubungan dengan sasaran
secara kelompok. Dalam penyampaian edukasi dengan metode ini kita perlu
mempertimbangkan besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari
sasaran.
E. MEDIA EDUKASI
1) Media cetak.
a. Leaflet
Leaflet adalah media cetak yang digunakan untuk menyampaikan suatu berita
atau pesan melalui lembaran-lembaran yang dilipat.
b. Booklet
Booklet adalah media yang digunakan untuk menyampaikan informasi dalam
bentuk tulisan dan gambar.
c. lip chart (Lembar balik)
Media ini adalah penyampaikan informasi dalam bentuk buku dimana setiap
lembarnya berisi gambar peragaan dan lembar baliknya berisi penjelasan
mengenai gambar tersebut.
d. Rubrik Rubrik adalah sebuah media yang berupa tulisan surat kabar, poster dan
foto.
2) Media Elektronik
a. Video dan film strip
Keunggulan dari media ini adalah dapat memberikan realita yang sulit untuk
direkam oleh mata dan pikiran serta dapat memicu timbulnya suatu permasalahan
yang memicu suatu diskusi serta mudah digunakan dan tidak memerlukan ruangan
yang gelap.
b. Slide
Keunggulan dari media ini adalah dapat memberikan berbagai realita meskipun
sangat terbatas,kegunaan media ini cocok digunakan untuk sasaran yang relatif
besar dan pembuatannya yang relatif murah dan mudah serta alat yang digunakan
mudah digunakan dan didapatkan.
F. REKAM MEDIS
Rekam Medis adalah semua keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam
tentang identitas pasien, anamnesa, pemeriksaan, penunjang, diagnosa sampai dengan
segala penyelesaian dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan
baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.
Jadi rekam medis merupakan alat komunikasi antar pemberi pelayanan pasien dan
menyimpan informasi penting tentang kesehatan pasien.
A. PANDUAN KOMUNIKASI
Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah komunikasi
SBAR (Situation, Backgroud, Assessment, Recommendation), metode komunikasi ini
digunakan pada saat melakukan tindakan ke pasien. Komunikasi SBAR adalah kerangka
teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyapaikan kondisi
pasien.
1. Panduan komunikasi efektif SBAR ini diterapkan kepada:
a. Antar pemberi pelayanan saat memberikan perintah lisan atau melalui telpon
b. Petugas laboratorium saat membacakan hasil laboratoruim secara lisan atau
melalui telepon
c. Petugas informasi saat memberikan informasi pelayanan rumah sakit kepada
pelanggan
d. Petugas PKRS saat memberikan edukasi kepada pasien
e. Semua karyawan saat berkomunikasi via telpon dan lisan
2. Pelaksana panduan ini adalah seluruh pemberi pelayanan, petugas laboratorium,
petugas informasi, pelaksana PKRS, semua karyawan
B. PRINSIP KOMUNIKASI
1. Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan melaui prinsip terima, catat,
verifikasi dan klarifikasi:
a. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan
b. Penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut
c. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima pesan.
d. Pemberi pesan memverifikas isi pesan kepada pemberi penerima pesan.
e. Penerima pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan dengan hasil
verifikasi
2. Baca ulang dan verifikasi dikecualikan untuk kondisi darurat di ICU dan IGD
3. Penggunaan code alfabetis internasional digunakan saat melakukan klarifikasi hal-hal
penting, misal nama obat, nama pasien, dosis obat, hasil laboratorium dengan
mengeja huruf-huruf tersebut saat membaca ulang (reed back) dan verifikasi
4. Tujuan utama panduan komunikasi efektif ini adalah untukmemperkecil terjadinya
kesalahan penerima pesan yang diberikan secara lisan
C. PERENCANAAN INFORMASI
Rumah Sakit RSI At Tin Husada Ngawi dalam melaksanakan komunikasi
melalui beberapa alat yaitu :
1. Telepon.
Fungsinya untuk komunikasi verbal antar masyarakat atau instansi yang terkait dengan
rumah sakit,antara dokter konsultan dengan dokter jaga dan antara staf di rumah sakit.
2. Rekam medis.
Merupakan alat komunikasi tertulis antar profesi dalam melakukan asuhan
keperawatan pasien dan antar profesi yang terkait. Semua profesi yang melakukan
asuhan keperawatan mencatat kegiatannyanya dalam rekam medis sesuai dengan yang
ditentukan oleh undang-undang.
3. Internet.
Merupakan media promosi dan dalam mencari karyawan sesuai dengan kompetensi
yang dibutuhkan.
4. Radio.
Merupakan media promosi dengan masyarakat tentang jenis pelayanan yang
tersedia,waktu pelayananan serta kompetensi yang memberikan pelayanan.
5. Bunner, Baliho dan spanduk
3. Pemberi informasi
Semua informasi disampaikan sesuai dengan kewenangan staf rumah sakit yaitu front
office, kasir, staf medis (dokter IGD dan DPJP, perawat) dan staf non medis (farmasi,
laboratorium, radiologi).
c) Menurut Keresmiannya:
1) Komunikasi Formal.
Suatu proses komunikasi yang bersifat resmi dan biasanya dilakukan di dalam
lembaga formal melalui garis perintah atau sifatnya instruktif.
2) Komunikasi Informal.
Komunikasi antara orang yang ada dalam suatu organisasi , akan tetapi tidak
direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur organisasi
BAB III
TATA LAKSANA
2. Komunikasi langsung
a. Talkshow dokter umum di Radio
b. Penyuluhan kesehatan dalam safari kesehatan ke desa-desa/perusahaan
c. Kegiatan Edukasi penyakit dalam kegiatan senam lansia
d. Seminar kesehatan
B. KOMUNIKASI DENGAN PASIEN DAN KELUARGA
1) Dokter IGD dengan Pasien dan Keluarga
1. Setelah dilakukan pemeriksaan [anamnesis,fisik] kemudian dokter menjelaskan
diagnose atau perkiraan diagnose pasien, serta pemeriksaan penunjang yang
akan dilakukan.
2. Dokter menjelaskan tujuan pemeriksaan,hasil yang diharapkan dari pemeriksaan
penunjang tersebut untuk menegakkan diagnose.
3. Untuk besarnya biaya pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan, pasien atau
keluarga di minta ke FO untuk mendapatkan informasi.
4. Apabila keluarga dan pasien setuju, pemeriksaan dapat dikerjakan
5. Apabila keluarga dan pasien tidak setuju maka pemeriksaan tidak dilakukan dan
keluarga menandatangani surat penolakan.
6. Setelah hasil pemeriksaan penunjang [Radiologi,lab,EKG,USG] sudah selesai
kemudian dokter menjelaskan ke keluarga pasien .
c. Setelah pasien setuju dengan informasi biaya dan tindakan medis, petugas
pendaftaran menginformasikan ke unit terkait.
d. Jika Pasien tidak setuju dengan informasi biaya, Petugas Pendaftaran akan
menginformasikan kepada Dokter yang merawat dan Dokter akan memberikan
solusi apakah akan memberikan keringanan biaya atau disarankan ke rumah sakit
pemerintah.
e. Jika terjadi perubahan kriteria tindakan dari ruang tindakan akan
menginfomasikan kepada keluarga pasien.
e. Antar DPJP
1) Pelayanan medis di RSI At Tin Husada Ngawi dilaksanakan oleh dokter
spesialis dan dokter umum.
2) Jika oleh karena suatu sebab dokter spesialis tidak dapat melaksanakan
tugasnya, maka yang bersangkutan wajib melapor kepada atasan dan
mendelegasikan tugas-tugas kepada dokter spesialis di lingkungan SMFnya.
3) Apabila di suatu SMF hanya ada satu orang dokter spesialis atau jika semua
dokter spesialis disuatu SMF berhalangan hadir (tugas), maka Kepala SMF
wajib mendelegasikan tugas-tugas pelayanan kesehatan kepada dokter
umum (asisten), sesuai dengan kompetensinya yang ditentukan oleh dokter
spesialis yang bersangkutan.
4) Pada kasus tertentu baik dari rawat jalan maupun rawat inap yang
memerlukan pengelolaan medis oleh lebih dari satu DPJP/bidang SMF lain
sesuai dengan kewenangan klinisnya DPJP Utama wajib melalukan konsul
dalam hal:
a. Konsul Minta Pendapat
Apabila hanya diperlukan untuk memperoleh informasi dan
pertimbangan dari SMF lain tanpa mendapat penanganan lanjutan dari
SMF tersebut.
b. Konsul Alih Rawat
Dilakukan apabila suatu kasus yang awalnya dirawa oleh suatu SMF
dan ternyata sudah tidak perlu mendapatkan perawatan dari SMF
tersebut, sedangkan lebih tepat dirawat oleh SMF lain.
c. Konsul Rawat Bersama
Apabila terdapat kasus yang bersifat komplek dan harus mendapat
penanganan lebih dari satu bidang ilmu/SMF dengan DPJP Utama
adalah bidang SMF yang tingkat kegawatannya paling tinggi.
5) Segala bentuk transformasi antar DPJP dituangkan dalam form konsul yang
tersedia dan diletakan dalam les pasien.
6) Segala perihal keperluan konsul antar DPJP harus dijelaskan kepada pasien
mengenai maksud dan tujuannya.
3. Ketentuan pengisian RM
a. Setiap tindakan konsultasi yang dilakukan terhadap pasien selambat-lambatnya 1
X 24 jam harus ditulis dalam lembaran rekam medis.
b. Semua pencatatan harus ditanda tangani oleh dokter / tenaga kesehatan lainnya
sesuai dengan wewenangnya serta menulis nama dan tanggal pengisian.
c. Pencatatan yang dibuat oleh mahasiswa kedokteran dan mahasiswa lainnya ditanda
tangani dan menjadi tanggung jawab dokter yang merawat/dokter pembimbingnya.
d. Dokter yang merawat dapat memperbaiki kesalahan penulisan dan melakukannya
saat itu juga dengan dibubuhi paraf pada berkas yang diperbaiki.
e. Dilarang menghapus catatan berkas rekam medis dengan “tip X atau dengan yang
lainnya”.
b. Ruang Penyimpanan
Ruang penyimpanan berkas RM aktif terletak pada ruang RM, dan Ruang
penyimpanan berkas RM in aktif terletak pada gudang RM.
2) Tata cara peminjaman rekam medis untuk keperluan riset dan pendidikan :
a) Membuat Permohonan secara tertulis yang ditanda tangani oleh Kepala
SMF / Kepala Bagian kepada Kepala Rumah Sakit Islam At Tin Husada
Ngawi..
b) Kepala Rumah Sakit Islam At Tin Husada Ngawi mendisposisi kepada
Kepala Urusan Rekam Medis.
c) Kepala urusan Rekam Medis mendisposisi kepada petugas files untuk
mencarikan berkas - berkas rekam medis sesuai dengan permintaan.
d) Berkas rekam medis yang diinginkan dan sudah tersedia dapat dipergunakan
dan berkas yang telah diambil dari tempat penyimpanan diberi tracef untuk
reference dan mempermudah pengambilan.
e) Peminjaman harus menggunakan berkas rekam medis didalam ruangan yang
tersedia dan tidak diizinkan membawa keluar berkas rekam medis.
b. Peminjaman berkas rekam medis Untuk menyuguhkan informasi sebagai bukti
keperluan pengadilan, dengan cara :
1) Atas permintaan pengadilan, dengan surat kuasa khusus tertulis dari direktur
Rumah Sakit Islam At Tin Husada Ngawi, salinan berkas rekam medis dapat
diberikan.
2) Apabila berkas rekam medis yang asli yang diminta, maka berkas rekam medis
harus difoto copy terlebih dahulu.
3) Pihak pengadilan yang meminjam harus membuatkan tanda terima peminjaman
berkas rekam medis tersebut.
4) Tanda terima beserta foto copy berkas rekam medis disimpan di folder sampai
berkas rekam medis yang asli dikembalikan.
Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Pembuatan Pedoman Management Komunikasi
Dan Edukasi Rumah Sakit Islam At Tiin Husada Ngawi dapat terselesaikan dengan baik
walaupun masih belum sempurna. Semoga dengan adanya Pedoman Management
Komunikasi dan Edukasi ini dapat meningkatkan kualitas pelayanan pasien secara seoptimal,
serta dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan komunikasi dan edukasi di Rumah
Sakit Islam Attin Husada Ngawi.