Anda di halaman 1dari 25

PANDUAN

KOMUNIKASI EFEKTIF
MASYARAKAT, PASIEN, ANTAR
STAF KLINIS

RSIA ASIH
BALIKPAPAN TAHUN 2019

RSIA ASIH
JL. SEPINGGAN BARU NO.104 BALIKPAPAN
KALIMANTAN TIMUR 76115

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN KOMUNIKASI


Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu
untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Komunikasi juga merupakan suatu seni
untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah sehingga orang
lain dapat mengerti dan menerima maksud dan tujuan pemberi pesan.
Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan
kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga
menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal dan konsumen eksternal. Konsumen internal
melibatkan unsur hubungan antar individu yang bekerja di rumah sakit, baik hubungan secara
horisontal ataupun hubungan secara vertikal. Hubungan yang terjalin antar tim multidisplin termasuk
keperawatan, unsur penunjang lainnya, unsur adminitrasi sebagai provider merupakan gambaran
dari sisi konsumen internal. Sedangkan konsumen eksternal lebih mengarah pada sisi menerima
jasa pelayanan, yaitu klien baik secara individual, kelompok, keluarga maupun masyarakat yang ada
di rumah sakit. Seringkali hubungan buruk yang terjadi pada suatu rumah sakit, diprediksi
penyebabnya adalah buruknya sistem komunikasi antar individu yang terlibat dalam sistem tersebut.
Rumah sakit sebagai suatu organisasi tidak akan efektif apabila interaksi diantara orang-orang
yang tergabung di dalamnya tidak pernah ada komunikasi. Komunikasi menjadi sangat penting
karena merupakan aktifitas tempat pimpinan mencurahkan waktunya untuk menginformasikan
sesuatu dengan cara tertentu kepada staf atau unit-unit dibawahnya. Dengan komunikasi maka
fungsi menejerial yang berawal dari fungsi perencanaan,nimplementasi dan pengawasan dapat
dicapai.
Komunikasi sangat tergantung pada persepsi dan sebaliknya persepsi juga tergantung pada
komunikasi. Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam memahami informasi
mengenai lingkungannya. Baik buruknya proses komunikasi sangat tergantung pada persepsi
masing-masing staf yang terlibat didalamnya. Ketidaksamaan pengertian antara penerima dan
pengirim informasi akan menimbulkan kegagalan dalam berkomunikasi.

2
1.2 PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI
Adapun prinsip-prinsip komunikasi menurut Carl Rogers yaitu :
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, percaya, dan menghargai
3. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien, baik fisik maupun mental
5. Perawat harus dapat menciptakan suasana yang nyaman dan aman bagi pasien
6. Kejujuran dan terbuka
7. Mampu sebagai role model
8. Perhatian terhadap kesejahtraan orang lain.
9. Bertanggung jawab

1.3 KOMPONEN-KOMPONEN KOMUNIKASI


1. Sender (pemberi pesan): individu yang bertugas mengirimkan pesan.
2. Receiver (penerima pesan): seseorang yang menerima pesan. Bisa berbentuk pesan yang
diterima maupun pesan yang sudah diinterpretasikan.
3. Pesan : informasi yang diterima, bisa berupa kata, ide atau perasaan. Pesan akan efektif bila
jelas dan terorganisir yang diekspresikan oleh si pengirim pesan.
4. Media: metode yang digunakan dalam pesan yaitu kata, bisa dengan cara ditulis, diucapkan,
diraba, dicium. Contoh: catatan atau surat adalah kata; bau badan atau cium parfum adalah
penciuman (dicium), dan lain-lain.
5. Umpan balik: penerima pesan memberikan informasi/ pesan kembali kepada pengirim pesan
dalam bentuk komunikasi yang efektif. Umpan balik merupakan proses yang kontinue karena
memberikan respons pesan dan mengirimkan pesan berupa stimulus yang baru kepada
pengirim pesan.

1.4 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI


Beberapa factor komunikasi yang berperan dalam menciptakan dan memelihara otoritas yang
obyektif dalam organisasi, menurut pendapat Barnard (1968,175-181) adalah :
1. Saluran komunikasi harus diketahui secara pasti
2. Harus ada saluran komunikasi formal pada setiap anggota organisasi
3. Jalur komunikasi seharusnya langsung dan sependek mungkin
4. Garis informasi formal hendaknya dipergunakan secara normal
3
5. Orang-orang yang bekerja sebagai pusat pengatur komunikasi haruslah orang-orang yang
berkemampuan cakap
6. Setiap komunikasi haruslah disahkan
7. Situasi/suasana
Situasi/suasana yang hiruk pikuk atau penuh kebisingan akan mempengaruhi baik/tidaknya
pesan diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima komunikan saat proses komunikasi
berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima.
8. Kejelasan pesan.
Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang kurang jelas
dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara komunikan dan komunikator dapat
berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi
pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Oleh karena itu, komunikator harus memahami
pesan sebelum menyampaikannya pada komunikan, dapat dimengerti komunikan dan
menggunakan artikulasi dan kalimat yang jelas.
Perilaku yang terjadi dalam suatu organisasi adalah merupakan unsur pokok dalam proses
komunkasi. Komunikasi sendiri merupakan usaha untuk mengubah perilaku.

4
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup manajemen komunikasi dan edukasi yang efektif terdiri dari :
1. Perencanaan komunikasi
2. Komunikasi dengan masyarakat
3. Komunikasi dengan Pasien dan keluarga
4. Komunikasi dalam organisasi
5. Rekam Medis

2.1 PERENCANAAN KOMUNIKASI


Rumah Sakit RSIA Asih dalam melaksanakan komunikasi melalui beberapa alat yaitu :
1. Telepon.
Fungsinya untuk komunikasi verbal antar masyarakat atau instansi yang terkait dengan rumah
sakit,antara dokter konsultan dengan dokter jaga dan antara staf di rumah sakit.
2. Rekam medis.
Merupakan alat komunikasi tertulis antar profesi dalam melakukan asuhan keperawatan pasien
dan antar profesi yang terkait. Semua profesi yang melakukan asuhan keperawatan mencatat
kegiatannyanya dalam rekam medis sesuai dengan yang ditentukan oleh undang-undang.
3. Internet.
Merupakan media promosi dan dalam mencari karyawan sesuai dengan kompetensi yang
dibutuhkan.

2.2 KOMUNIKASI DENGAN MASYARAKAT


1. Populasi masyarakat
Untuk daerah sasaran rumah sakit populasi yang ada meliputi masyarakat umum tanpa
mempunyai asuransi, masyarakat dengan peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan ( JKN – BPJS/ Jampersal/ Perusahaan / Asuransi lainnya. )

2. Strategi
5
Komunikasi dilakukan melaui telepon, rekam medis, internet, spanduk/ Bunner dan komunikasi
langsung ke masyarakat dan perusahaan-perusahaan.
3. informasi
Informasi yang disampaikan adalah jenis pelayanan yang terdapat di rumah sakit, jam pelayanan
dan bagaimana akses pelayanan dari masyarakat ke rumah sakit termasuk kualitas pelayanan
yang diberikan.

2.3 KOMUNIKASI DENGAN PASIEN DAN KELUARGA


1. Cara informasi
Komunikasi antara staf rumah sakit dengan pasien dan keluarga harus dilakukan komunikasi
secara efektif. Komunikasi efektif merupakan komunikasi yang mampu menghasilkan
perubahan sikap (attidute change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Komunikasi
efektif yang dilakukan di rumah sakit dapat berupa :
a. Komunikasi verbal efektif
1) Komunikasi yang dilakukan dengan jelas dan ringkas.
Dapat melalui contoh untuk membuat penjelasan lebih mudah dipahami oleh penerima
informasi/perintah/pesan,mengulang bagian yang penting sehingga penerima pesan
mengetahui “apa, siapa,mengapa,kapan,dimana, dan bagaimana. Ide-ide disampaikan
secara ringkas dengan menggunakan kata-kata sehingga dapat mengekspresikan ide
secara sederhana.
2) Perbendaharaan kata.
Menyampaikan pesan dan informasi serta istilah-istilah yang mudah dimengerti pasien
sesuai dengan tingkat pendidikan,budaya dan format sehingga pesan menjadi efektif.
3) Intonasi dan kecepatan berbicara.
Intonasi dan kecepatan berbicara juga disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan
budaya masyarakat setempat sehingga apa yang disampaikan menjadi jelas dan
dapat merubah perilaku penerima pesan.
b. Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal dapat berupa ;
 Penampilan fisik

 Sikap tubuh dan cara berjalan

 Ekspresi wajah dan kontak mata

6
 Sentuhan (kasih sayang,dukungan emosional dan perhatian diberikan melalui
sentuhan dan sesuai dengan norma sosial)
2. Jenis informasi
Informasi yang perlu disampaikan dari staf medis dan keperawatan kepada pasien meliputi :
a. Jenis dan akses pelayanan di rumah sakit
b. Biaya perawatan dan tindakan
c. Informasi diagnose,pemeriksaan yang dilakukan dan akan dilakukan, terapi serta rencana
tindakan,inform consent.
d. Asuhan keperawatan , pendidikan pasien dan keluarga
3. Pemberi informasi
Semua informasi disampaikan sesuai dengan kewenangan staf rumah sakit yaitu , bagian
pendaftaran , Perawat, Bidan, dan Dokter )

2.4 KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI


Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang kompleksitasnya jelas terlihat melalui jenis, peringkat,
bentuk dan jumlah interaksi yang berlaku.
Proses komunikasi dalam organisasi adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai organisasi
yang efektif. Salah satu proses yang akan selalu terjadi dalam organisasi apapun adalah proses
komunikasi. Melalui organisasi terjadi pertukaran informasi, gagasan, dan pengalaman. Mengingat
perannya yang penting dalam menunjang kelancaran berorganisasi, maka perhatian yang cukup
perlu dicurahkan untuk mengelola komunikasi dalam organisasi.
1. Klasifikasi Komunikasi dalam Organisasi
a. Dari segi sifatnya :
1) Komunikasi Lisan.
Komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling bertatap muka secara
langsung dan tidak ada jarak atau peralatan yang membatasi mereka.
2) Komunukasi Tertulis.
Komunikasi yang di lakukan dengan perantaraan tulisan tanpa adanya pembicaraan
secara langsung dengan menggunakan bahasa yang singkat, jelas, dan dapat
dimengerti oleh penerima.
3) Komunikasi Verbal.
Semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih.
4) Komunikasi Non Verbal.
7
Komunikasi yang menggunakan pesan-pesan untuk melukiskan semua peristiwa
komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis.
b. Dari segi arahnya :
1) Komunikasi Ke atas
2) Komunikasi Ke bawah
3) Komunikasi Horizontal
4) Komunikasi Satu Arah
5) Komunikasi Dua Arah
c. Menurut Keresmiannya:
1) Komunikasi Formal.
Suatu proses komunikasi yang bersifat resmi dan biasanya dilakukan di dalam lembaga
formal melalui garis perintah atau sifatnya instruktif.
2) Komunikasi Informal.
Komunikasi antara orang yang ada dalam suatu organisasi , akan tetapi tidak
direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur organisasi

2.5 REKAM MEDIS


Rekam Medis adalah semua keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam tentang identitas
pasien, anamnesa, pemeriksaan, penunjang, diagnosa sampai dengan segala penyelesaian dan
tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan
maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. Jadi rekam medis merupakan alat komunikasi
antar pemberi pelayanan pasien dan menyimpan informasi penting tentang kesehatan pasien.

2.6 HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI


1. Hambatan Fisik
Merupakan jenis hambatan berupa fisik, misalnya cacat pendengaran (tuna rungu), tuna netra,
tuna wicara atau pasien sudah lanjut usia (lansia).
2. Hambatan Sematik
Hambatan semantik adalah hambatan mengenai bahasa, baik bahasa yang digunakan oleh
komunikator, maupun komunikan.

3. Hambatan Fisikologis
8
Hambatan psikologis merupakan hambatan-hambatan karena adanya unsur-unsur dari kegiatan
psikis manusia..

9
BAB III
TATA LAKSANA

3.1 KOMUNIKASI DENGAN MASYARAKAT


1. Komunikasi dengan menggunakan media
a. Spanduk
1) Spanduk himbauan kesehatan yang berkaitan dengan peringatan hari-hari besar
nasional dan internasional, seperti : Peringatan hari kesehatan, hari anak nasional, HIV
AIDS sedunia dll
2) Spanduk pelayanan rumah sakit
3) Spanduk kegiatan – kegiatan sosial
b. Standing Bunner
Bunner himbauan kesehatan
c. Brosur
1) Brosur tentang pelayanan rumah sakit
2) Pencegahan Infeksi di Rumah Sakit
2. Komunikasi langsung
a. Kegiatan senam Hamil dan pemberian Edukasi tentang ibu Hamil dan rencana kelahiran.
b. Seminar kesehatan

3.2 KOMUNIKASI DENGAN PASIEN DAN KELUARGA


1) Dokter UGD dengan Pasien dan Keluarga
1. Setelah dilakukan pemeriksaan [anamnesis,fisik] kemudian dokter menjelaskan diagnose
atau perkiraan diagnose pasien, serta pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan.
2. Dokter menjelaskan tujuan pemeriksaan, hasil yang diharapkan dari pemeriksaan
penunjang tersebut untuk menegakkan diagnose.
3. Untuk besarnya biaya pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan, pasien atau keluarga
di minta ke bagian kasir secara langsung untuk mendapatkan informasi atau informasi dari
perawat yang sebelumnya sudah konfirmasi dengan kasir.
4. Apabila keluarga dan pasien setuju, pemeriksaan dapat dikerjakan.

10
5. Apabila keluarga dan pasien tidak setuju maka pemeriksaan tidak dilakukan dan keluarga
menandatangani surat penolakan.
6. Setelah hasil pemeriksaan penunjang [lab,EKG] sudah selesai kemudian dokter
menjelaskan ke keluarga pasien .
2) Informasi Dokter DPJP dengan Pasien dan Keluarga
1. DPJP wajib memberikan Edukasi kepada pasien tentang kewajibannya terhadap rumah
sakit antara lain :
a. Memberi informasi yang benar dan jelas.
b. Mengetahui kewajibannya dan tanggung jawab pasien dan keluarga
c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
d. Memahami konsekuensi pelayanan
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
2. Mengetahui Rencana Tarif tindakan Rumah Sakit
Edukasi tersebut disampaikan secara lisan dan mengarahkan pasien ke bagian pendaftaran.
3. DPJP wajib membuat rencana pelayanan
a. Menuliskkan rencana pelayanan
 Dokter menuliskan rencana kerja atau permasalahan medis yang akan
ditangani
 Dokter menulis rencana tindakan yang akan dilaksanakan, dapat berupa
rencana pemeriksaan penunjang, konsul dan lain-lain.
 Dokter menyususn rencana terapi atau intervensi guna menangani
masalah.
 Dokter membubuhkan tanda tangan dan waktu penulisan.
b. Menginformasikan rencana pelayanan kepada pasien/ keluarga
 Dokter sudah menyampaikan pada pasien bahwa pasien diperiksa dan
dibuat diagnose kerja.
 Dokter menyampaikan pada pasien pemeriksaan/tindakan apa yang akan
dilaksanakan.
 Dokter menyampaiakan kemungkinan manfaat dan resikonya terhadap
tindakan
 Dokter memastikan apakah pasien sudah paham.

11
 Dokter mempersilakan kepada pasien untuk menanyakan sesuatu apabila
belum jelas.
 Dokter menuliskan pada dokumen rekam medis bahwa telah
menginformasikan rencana pelayanan dan membubuhkan paraf

3) Informasi Pendaftaran Dengan Pasien


a. Pendaftaran Pasien
1) Petugas pendaftaran memberikan salam kepada pasien/keluarga pasien yang datang
ke bagian pendaftaran.
2) Petugas pendafataran memberikan informasi tentang:
 Hak Dan Kewajiban Pasien
 Identifikasi Pasien
 Jenis Pelayanan
 Fasilitas Ruangan/Pelayanan
 Tarif Ruangan
 Tarif Tindakan
3) Petugas menuliskan terhadap isi penjelasan dari point 2 pada dokumen rekam medis
dan apabila hal-hal yang dijelaskan sudah dimengerti dan disetujui oleh pasien/keluarga
pasien maka dokumen rekam medis ditandatangani oleh pasien/keluarga pasien dan
petugas pendaftaran yang memberikan informasi. Data rekam medis dimasukkan ke list
pasien.
4) Petugas pendaftaran mewawancari pasien atau keluarga pasien terhadap identitas
pasien.
5) Untuk data nama pasien, tanggal lahir, dilakukan dengan cara pasien diberikan kertas
untuk menuliskan namanya sendiri dengan jelas. kemudian petugas pendaftaran
mengeja ulang setiap huruf sehingga tidak terjadi kesalahan nama pasien.
b. Setelah pasien setuju dengan informasi biaya dan tindakan medis, petugas pendaftaran
menginformasikan ke unit terkait.
c. Jika Pasien tidak setuju dengan informasi biaya, Petugas Pendaftaran akan
menginformasikan kepada Dokter yang merawat dan Dokter akan memberikan solusi atau
disarankan ke rumah sakit pemerintah.
d. Jika terjadi perubahan kriteria tindakan dari ruang tindakan akan menginfomasikan kepada
keluarga pasien.
12
4) Informasi antara perawat/ Bidan dengan pasien dan keluarga
a. Memberi salam pada pasien dan keluarga
b. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang fasilitas yang ada di ruang perawatan dan
prosedur penggunaannya
c. Menjelaskan Tata Tertib Ruangan Rumah Sakit
d. Memberikan penjelasan dokter/petugas yang merawat
e. Informasi waktu konsultasi/visite
f. Informasi catatan perkembangan kondisi pasien dan rencana asuhan perawatan
g. Informasi tentang persiapan pulang.

3.3 UPAYA ATASI HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI DENGAN PASIEN DAN KELUARGA PASIEN
Upaya –upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam komunikasi:
1. Petugas harus bersikap sopan.
2. Petugas lebih memaksimalkan volume suaranya khususnya untuk pasien yang mempunyai
hambatan fisik dan lansia.
3. Apabila pasien atau keluarga pasien kurang memahami dalam menggunakan bahasa Indonesia
maka petugas menyampaikan informasi dengan menggunakan bahasa daerah.
4. Mengoptimalkan panca inderanya (misal: gerakan tangan, gerakan mulut)
5. Untuk pasien tuna wicara biasanya membawa rekan untuk menerjemahkan ucapan yang
disampaikan petugas rumah sakit.
6. Melakukan upaya :
a. Mengecek arti atau maksud yang disampaikan
Bertanya lebih lanjut kepada pasien/keluarga pasien apakah ia sudah mengerti apa yang
dibicarakan.
Contoh: Petugas pendaftaran/Perawat bertanya pada pasien “Apakah sudah mengerti,
Ibu/Pak?”
b. Meminta penjelasan lebih lanjut
Petugas lebih aktif berbicara untuk memastikan apakah ada hal lain yang perlu ditanyakan
lagi.
Contoh: “Apa ada hal lain yang kurang jelas, Bu/Pak?”
c. Mengecek umpan balik atau hasil
13
Petugas memancing kembali dengan mengajukan pertanyaan mengenai hal atau pesan
yang telah disampaikan kepada pasien / keluarga pasien.
Contoh: “Tadi obatnya sudah diminum , Ibu?”
d. Mengulangi pesan yang disampaikan memperkuat dengan bahasa isyarat
Contoh: “Obatnya diminum 3 kali sehari ya” sambil menggerakkan tangan.
e. Dokter atau perawat lebih mendekatkan diri dengan berbincang mengenai hal-hal yang
menyangkut keluarga, keadaannya saat ini (keluhan tentang penyakitnya).
f. Membuat pesan secara singkat, jelas dan tepat
Petugas menyampaikan hanya hal-hal yang berhubungan pasien (atau yang ditanyakan
pasien) sehingga lebih efisien dan tidak membuang-buang waktu.
7. Hambatan bahasa untuk pasien asing
a. Apabila pasien membawa guide/penerjemah, maka informasi diberikan/ditanyakan melalui
guide/penterjemah.
b. Apabila pasien tidak membawa penerjemah/guide, petugas memanggil karyawan lain yang
mempunyai kemampuan.
Menggunakan penerjemah bagi pasien asing baik menggunakan guide maupun dengan cara
melatih karyawan berbahasa inggris.
3.4 KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
1. Rapat Direktur Sakit dengan Kepala Unit dan Penanggung Jawab Unit
a. Rapat Mingguan
1) Direktur mengeluarkan surat edaran rapat mingguan
a) Hari pelaksanaan : Selasa (saat ini)
b) Waktu : 09.00 wita s/d selesai
c) Tempat : Ruang Pertemuan rumah sakit
2) Rapat membahas evaluasi kinerja dan koordinasi mingguan.
3) Kepala Unit dan Penanggung Jawab Unit menyampaikan segala permasalahan dan
pemecahan yang telah dilaksanakan serta rencana solusi kedepannya.
4) Direktur membuat rekomendasi pemecahannnya.
5) Rapat dilengkapi dengan notulen dan daftar hadir.

.
14
2. Rapat Kepala Unit/penaggung jawab dengan staf
a. Morning Meeting Harian
1) Morning Meeting dipimpin oleh manajemen.
2) Morning Meeting diikuti oleh kepala unit, perwakilan unit.
3) Morning Meeting membahas kinerja harian dan permasalahan selama operasional satu
hari.
4) Rapat dilengkapi dengan notulen dan daftar hadir.
5) Manajemen melaporkan hasil rapat kepada direktur.
6) Apabila ada permasalahan yang harus segera dibahas solusinya, maka direktur akan
melaksanakan rapat isidentil dengan seluruh manajemen terkait.

b. Rapat Kepala Unit / penanggung jawab unit dengan staf di masing-masing unit.
1) Ka.unit / penanggung jawab unit mengajukan rapat dengan staf per unit kepada direktur
rumah sakit untuk disetujui.
2) Kepala unit / penanggung jawab unit mengeluarkan / membuat undangan rapat.
3) Pelaksanaan harus dilengkapi dengan daftar hadir dan notulen.
4) Kepala.unit / penanggung jawab unit melaporkan hasil rapat kepada direktur.
5) Ka.unit / penanggung jawab unit melakukan monitoring terhadap tindaklanjut hasil rapat
oleh pelaksana di masing-masing unit.
c. Ronde keperawatan
1) Kepala unit/ penanggung jawab unit keliling ke unit-unit menjadi tanggungjawabnya.
2) Menanyakan dan melihat situasi jalannya pelayanan.

5. Komunikasi Antar Staf


a. Pelaksanaan operan antar shift jaga per masing-masing unit.
b. Operan dilakukan langsung di unit kerja kecuali untuk perawat rawat inap, operan langsung
dilakukan ke masing-masing ruang pasien.
c. Operan meliputi hal-hal yang sudah dikerjakan dan yang akan dilanjutkan oleh shift
pengganti.

15
6. Komunikasi Antar Pemberi Pelayanan di rumah sakit
a. Antar pelayanan klinik dengan non klinik
Saluran komunikasi dapat dilakukan melalui morning meeting.
b. Antar unit pelayanan di rumah sakit
Pasien sering berpindah (transfer) pelayanan di rumah sakit. Saat perpindahan pasien maka
terjadi juga perpindahan tim pelayanan. Perpindahan pasien dari satu tim pelayanan ke tim
pelayanan yang lain harus diikuti oleh perpindahan informasi kesehatan pasien. Alat
komunikasi pasien antar tim pelayanan adalah rekam medis atau ringkasannya . Ringkasan
transfer Rekam medis sebagai sarana komunikasi transfer pasien mengandung :
 Alasan masuk rumah sakit
 Temuan yang signifikan
 Diagnose yang telah ditegakkan
 Tindakan yang telah diberikan
 Obat-obatan yang telah diberikan
 Kondisi pasien saat dipindah
c. Antar shift pemberi pelayanan klinik (operan pertukaran shift jaga)
d. Antar DPJP dengan DU (Dokter Umum)
1) Pelayanan medis di RSIA Asih dilaksanakan oleh dokter spesialis dan dokter umum.
2) Jika oleh karena suatu sebab dokter spesialis tidak dapat melaksanakan tugasnya,
maka yang bersangkutan wajib melapor kepada direktur dan mendelegasikan tugas-
tugas kepada dokter spesialis di lingkungan SMFnya.
3) Apabila di suatu SMF hanya ada satu orang dokter spesialis atau jika semua dokter
spesialis disuatu SMF berhalangan hadir (tugas), maka Kepala SMF wajib
mendelegasikan tugas-tugas pelayanan kesehatan kepada dokter umum, sesuai
dengan kompetensinya yang ditentukan oleh dokter spesialis yang bersangkutan.
4) Pada kasus tertentu baik dari rawat jalan maupun rawat inap yang memerlukan
pengelolaan medis oleh lebih dari satu DPJP/bidang SMF lain sesuai dengan
kewenangan klinisnya, DPJP utama wajib melalukan konsul dalam hal:
a) Konsul Minta Pendapat
Apabila hanya diperlukan untuk memperoleh informasi dan pertimbangan dari SMF
lain tanpa mendapat penanganan lanjutan dari SMF tersebut.

16
b) Konsul Alih Rawat
Dilakukan apabila suatu kasus yang awalnya dirawat oleh suatu SMF dan ternyata
sudah tidak perlu mendapatkan perawatan dari SMF tersebut, sedangkan lebih
tepat dirawat oleh SMF lain
c) Konsul Rawat Bersama
Apabila terdapat kasus yang bersifat komplek dan harus mendapat penanganan
lebih dari satu bidang ilmu/SMF dengan DPJP Utama adalah bidang SMF yang
tingkat kegawatannya paling tinggi.
5) Segala bentuk transformasi antar DPJP dituangkan dalam form konsul yang tersedia
dan diletakan dalam les pasien.
6) Segala perihal keperluan konsul antarDPJP harus dijelaskan kepada pasien mengenai
maksud dan tujuannya.
e. Antar DPJP
1) Pelayanan medis di RSIA Asih dilaksanakan oleh dokter spesialis dan dokter umum.
2) Jika oleh karena suatu sebab dokter spesialis tidak dapat melaksanakan tugasnya,
maka yang bersangkutan wajib melapor kepada direktur dan mendelegasikan tugas-
tugas kepada dokter spesialis di lingkungan SMFnya.
3) Apabila di suatu SMF hanya ada satu orang dokter spesialis atau jika semua dokter
spesialis disuatu SMF berhalangan hadir (tugas), maka Kepala SMF wajib
mendelegasikan tugas-tugas pelayanan kesehatan kepada dokter umum, sesuai
dengan kompetensinya yang ditentukan oleh dokter spesialis yang bersangkutan.
4) Pada kasus tertentu baik dari rawat jalan maupun rawat inap yang memerlukan
pengelolaan medis oleh lebih dari satu DPJP/bidang SMF lain sesuai dengan
kewenangan klinisnya DPJP Utama wajib melalukan konsul dalam hal:
a) Konsul Minta Pendapat
Apabila hanya diperlukan untuk memperoleh informasi dan pertimbangan dari SMF
lain tanpa mendapat penanganan lanjutan dari SMF tersebut.
b) Konsul Alih Rawat
Dilakukan apabila suatu kasus yang awalnya dirawa oleh suatu SMF dan ternyata
sudah tidak perlu mendapatkan perawatan dari SMF tersebut, sedangkan lebih
tepat dirawat oleh SMF lain.
5) Konsul Rawat Bersama

17
Apabila terdapat kasus yang bersifat komplek dan harus mendapat penanganan lebih
dari satu bidang ilmu/SMF dengan DPJP Utama adalah bidang SMF yang tingkat
kegawatannya paling tinggi.
6) Segala bentuk transformasi antar DPJP dituangkan dalam form konsul yang tersedia
dan diletakan dalam les pasien.
7) Segala perihal keperluan konsul antar DPJP harus dijelaskan kepada pasien
mengenai maksud dan tujuannya.

f. Antar DPJP dengan perawat


1) Pelayanan medis di RSIA Asih dilaksanakan oleh dokter spesialis,dokter umum dan
perawat, bidan.
2) Perawat UGD, Poliklinik dan Ruangan wajib melaksanakan instruksi dari DPJP dalam
pemberian pelayanan medis pasien yang ditulis form perkembangan penyakit
pasien/CPPT.
3) Segala tindakan yang dilakukan oleh perawat,bidan atas instruksi DPJP harus tercatat
dalam form tindakan keperawatan dan apabila terjadi sesuatu pada pasien setelah
diberikan tindakan segera dan perawat, bidan harus wajib melaporkan ke DPJP yang
merawat.
g. Antar dokter jaga dan antar perawat jaga, bidan jaga (shift jaga)
1) Diinformasikan jumlah pasien.
2) Permasalahan yang ada
3) Keadaan pasien-pasien yang bermasalah
h. Antar shift Pendaftaran
1) Sift sebelumnya menjelaskan keadaan secara umum
2) Menjelaskan permasalahan selama jaga
3) Instruksi yang terbaru dari direktur

3.5 REKAM MEDIS


1. Isi rekam medis
a. Ringkasan masuk dan keluar
b. Surat dokumen pengantar jika ada surat rujukan.
c. Lembar anamnesa dan pemeriksaan
d. Lembar instruksi

18
e. Lembar konsultasi
f. Grafik suhu, nadi dan pernafasan
g. Catatan perawat / bidan ( dalam CPPT)
h. Hasil laboratorium
i. Lembaran penunjang lainnya jika ada
j. Resume
k. Laporan pengkajian keperawatan

2. Yang dapat mengakses RM


a. Dokter Umum dan Dokter Spesialis yang melayani pasien.
b. Dokter Tamu yang merawat pasien di RS.
c. Tenaga Para Medis Perawatan & Tenaga Para Medis Non Perawatan yg langsung terlihat
didalamnya,seperti : Perawat, Bidan, Penata Anestesi.
3. Ketentuan pengisian RM
a. Setiap tindakan konsultasi yang dilakukan terhadap pasien selambat-lambatnya 1 X 24 jam
harus ditulis dalam lembaran rekam medis.
b. Semua pencatatan harus ditanda tangani oleh dokter / tenaga kesehatan lainnya sesuai
dengan wewenangnya serta menulis nama dan tanggal pengisian dan jam srta stempel.
c. Dokter yang merawat dapat memperbaiki kesalahan penulisan dan melakukannya saat itu
juga dengan cara di coret sekali saja dan paraf pada berkas yang diperbaiki.
d. Dilarang menghapus catatan berkas rekam medis dengan “tip X atau dengan yang lainnya”.
4. Kode diagnosis dan tindakan
a. Koding penyakit sesuai dengan ICD-10
b. Pembedahan / tindakan ( ICD-9)
c. Laboratorium
d. Dokter ( pemberi pelayanan )
e. Alat- alat
5. Kerahasiaan Rekam Medis
Secara umum telah disadari bahwa informasi yang didapat dari RM bersifat rahasia, hal ini
menjelaskan hubungan yang khusus antara pasien dan dokter yang wajib dilindungi dari
kebocoran sesuai dengan kode etik kedokteran dan perundang-undangan yang berlaku.
Permintaan informasi mengenai data medis tertentu seorang pasien oleh pihak ketiga, dapat
diberikan kepada :
19
a. Asuransi.
b. Perusahaan yang karyawannya mendapat tunjangan perawatan kesehatan.
c. Pengadilan.

 Informasi yang bersumber dari RM dibagi dua kategori :


1) Informasi yang mengandung nilai-nilai kerahasiaan yaitu :
Laporan atau catatan yang terdapat dalam berkas rekam medis sebagai hasil
pemeriksaan, pengobatan, observasi, atau wawancara dengan pasien. Informasi ini
tidak boleh disebarluaskan kepada pihak-pihak yang tidak berwenang, karena
menyangkut individu langsung si pasien pemberitahuan keadaan sakit/penyakit pasien
kepada keluarganya hanya boleh dilakukan oleh dokter yang merawat, pihak lain tidak
mempunyai hak sama sekali.
2) Informasi tidak mengandung nilai kerahasiaan yaitu :
Jenis informasi yang dimaksud adalah perihal identitas (nama, alamat dan lain-lain).
Walaupun begitu petugas tenaga bantuan, perawat, petugas rekam medis maupun
petugas rumah saikt lainnya harus berhati-hati bahwa ada kalanya identitas pasien
dianggap perlu disembunyikan dari pemberitaan untuk keperluan security, misalnya
untuk ketenangan pasien, pasien dalam tanggungan pihak berwajib dan lain-lain.
 Sumber Hukum Kerahasiaan Informasi Rekam medis
Sumber hukum sebagai acuan di dalam masalah kerahasiaan informasi sesuai dengan
Peraturan Pemerintah, PP No.10 Tahun 1996 mengenai :” Wajib Simpan Rahasia
Kedokteran”. Dengan adanya Peraturan Pemerintah itu siapapun yang berkerja di rumah
sakit, khususnya bagi yang berhubungan dengan data rekam medis wajib memperhatikan
ketentuan tersebut.
 Pasal I :
Yang dimaksud rahasia kedokteran adalah segala sesuatu yang diketahui oleh orang-
orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya dalam
lapangan kedokteran.
 Pasal 3 :
Yang wajib menyimpan rahasia yang dimksud dalam pasal I ialah :
a. Tenaga keseatan menurut pasal 2 undang-undang tenaga kesehatan ( Lembaran
Negara th. 1963 No.78 )

20
 Dalam peraturan Mentri Kesehatan RI No.749a/Men.Kes/XII/1989, secara tegas
dijelaskan pada bab.III pasal II, bahwa : Rekam medis merupakan berkas yang wajib
dijaga kerahasiaannya.
 Sedang bab III pasal 12 dijelaskan :
a. Pemaparan isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter yang merawat
pasien dengan izin tertulis pasien.
b. Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat memaparkan isi rekam medis tanpa
seizin pasien berdasarkan peraturan-peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan peraturan-peraturan yang tersebut diatas, maka setiap petugas yang
dalam pekerjaannya berurusan dengan pasien atau yang mengetahui keadaan pasien,
yang telah mengucapkan sumpah jabatan ataupun tidak, wajib menjunjung tinggi
rahasia mengenai keadaan pasien.
 Dengan demikian yang wajib menyimpan rahasia kedokteran adalah :
1. Ahli Farmasi
2. Ahli laboratorium
3. Bidan/perawat
4. Para Rekam Medis yang sudah di sumpah
5. Dokter yang merawat
6. Sistem Penyimpanan Berkas Rekam Medis
a. Sistem Penyimpanan Rekam Medis
Sistem penyimpanan berkas rekam medis di RSIA Asih secara Sentralisasi Lokasi Sistem.
Sentralisasi lokasi diterapkan pada bagian pelayanan :
1) Rawat Jalan
2) Rawat Inap
3) UGD
4) KIA/KB
b.Ruang Penyimpanan
Ruang penyimpanan berkas RM aktif terletak pada ruang RM, dan Ruang penyimpanan
berkas RM in aktif terletak pada gudang RM.
c. Penyimpanan Rekam Medis Aktif
Yang dimaksud RM aktif adalah dokumen rekam medis yang jangka waktu / umurnya tidak
lebih dari 5 tahun sejak tanggal pemeriksaan terakhir bagi pasien rawat jalan atau pada
tanggal terakhir pasien masuk rumah sakit untuk dirawat inap.
21
d.Penyimpanan Rekam Medis In Aktif
Yang dimaksud rekam medis in aktif adalah dokumen rekam medis yang disimpan dalam
jangka waktu setelah 5 tahun disimpan sebagai dokumen rekakm medis aktif kemudian
dicabut untuk disimpan selama 2 tahun untuk pasien rawat jalan dan 5 tahun untuk pasien
rawat inap.
7. Peminjaman Rekam Medis
a. Peminjaman Rekam Medis untuk keperluan riset dan pendidikan dilaksanakan di ruang RM
dengan pemesanan tertulis
1) Tata cara peminjaman rekam medis untuk keperluan riset dan pendidikan :
a) Membuat Permohonan secara tertulis yang ditanda tangani oleh Kepala unit kepada
Direktur RSIA Asih.
b) Direktur RSIA Asih mendisposisi kepada Kepala Unit Rekam Medis.
c) Kepala Unit Rekam Medis mendisposisi kepada petugas files untuk mencarikan
berkas - berkas rekam medis sesuai dengan permintaan.
d) Berkas rekam medis yang diinginkan dan sudah tersedia dapat dipergunakan dan
berkas yang telah diambil dari tempat penyimpanan diberi tracef untuk reference
dan mempermudah pengambilan.
e) Peminjaman harus menggunakan berkas rekam medis didalam ruangan yang
tersedia dan tidak diizinkan membawa keluar berkas rekam medis.
b.Peminjaman berkas rekam medis Untuk menyuguhkan informasi sebagai bukti keperluan
pengadilan, dengan cara :
1) Atas permintaan pengadilan, dengan surat kuasa khusus tertulis dari direktur RSIA Asih,
salinan berkas rekam medis dapat diberikan.
2) Apabila berkas rekam medis yang asli yang diminta, maka berkas rekam medis harus
difoto copy terlebih dahulu.
3) Pihak pengadilan yang meminjam harus membuatkan tanda terima peminjaman berkas
rekam medis tersebut.
4) Tanda terima beserta foto copy berkas rekam medis disimpan di folder sampai berkas
rekam medis yang asli dikembalikan.

22
c. Peminjaman berkas rekam medis Individual Pasien Rawat Inap.
Dengan pemesanan secara tertulis
1) Dasar :
a) PERMENKES RI No.794a/Menkes/ Per/ XII / 1989
b) Petunjuk Teknis Pengelolaan Rekam Medis.
2) Tata laksana :
a) Dokter yang merawat pasien atau perawat membuat surat permohonan tertulis dan
ditanda tangani pada lembar/ bon pinjam yang telah disediakan di ruangan masing-
masing.
b) Surat permohonan dibuat rangkap dua dan disampaikan ke bagian rekam medis.
c) Setelah diagendakan oleh urusan pengadministrasian rekam medis, kepala urusan
rekam medis mendisposisikan ke petugas files untuk melayani peminjaman berkas
rekam medis.
d) Dalam waktu paling lama 7 hari berkas rekam medis yang di pinjam harus sudah
dikembalikan ke bagian rekam medis dengan dicatat pengembaliannya di buku
kendali sebagai bukti pengembalian dan dibubuhi tanda tangan oleh petugas rekam
medis yang menerima.
8. Petunjuk Keluar
Petunjuk keluar / tracer adalah suatu alat penting untuk mengganti berkas rekam medis yang
dikeluarkan dari rak penyimpanan. Pada tracer memuat informasi tentang :
a. Nomor rekam medis
b. Nama pasien
c. Tanggal dikeluarkan
d. Peminjam
e. Tanda tangan peminjam
Cara ini harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap petugas rekam medis dalam rangka
membina ketelitian kerja, serta disiplin dalam rangka memudahkan pengawasan terhadap
berkas rekam medis yang keluar dari penyimpanan.
9. Pemusnahan RM
a. Membentuk tim pemusnah berkas dengan surat keputusan dari Kepala RSIA Asih dengan
beranggotakan sekurang-kurangnya 4 orang yang terdiri dari :
1) Petugas Rekam Medis.
2) Dokter.
23
3) Komite Medik.
4) Unit Pelayanan Lain (Keperawatan).
b. Tim pemusnahan berkas RM membuat surat berita acara kepada Direktur RSIA Asih.
c. Berita acara pelaksanaan pemusnahan dikirim kepada Direktur RSIA Asih.
d. Berkas RM yang akan dimusnahkan dipilah kembali untuk disimpan pada rak penyimpanan
RM non aktif, seperti : Ringkasan masuk & keluar, Informed consent, Resume medis,
Laporan operasi/tindakan medik, Catatan anastesi, Identitas bayi baru lahir, Surat
keterangan kematian.
e. Petugas menulis nomor RM, nama pasien, diagnosa akhir, tahun terakhir dilayani pada
buku/formulir khusus pencatatan berkas yang akan dihapus.
f. Petugas melakukan penghapusan dengan cara menghancurkan berkas pada mesin
penghancur kertas.
g. Tim pemusnahan membuat berita acara penghapusan berkas RM rangkap 5 (lima) setelah
ditanda tangani oleh semua anggota diserahkan ke unit rekam medis. Kemudian berita acara
tersebut akan diserahkan kepada Direktur RSIA Asih, Panitia RM, Komite RM, dan arsip.
h. Formulir penghapusan berkas RM harus diisi menurut kebutuhan informasi.

24
BAB IV
DOKUMENTASI

Berkat rahmat Tuhan Yang maha Esa, kegiatan membuat Pedoman Manajemen Komunikasi Dan
Informasi RSIA Asih dapat diselesaikan walaupun masih belum sempurna. Semoga dengan adanya
panduan ini kualitas pelayanan pasien dapat ditingkatkan seoptimal mungkin serta dijadikan panduan
dalam melakukan komunikasi dan informasi di RSIA Asih.

25

Anda mungkin juga menyukai