Anda di halaman 1dari 42

HAK PASIEN & KELUARGA

HAK PASIEN DAN KELUARGA


DI RS KURNIA CILEGON

1. Pemberian Informasi Hak Dan Kewajiban Pasien Dan Keluarga


2. Mengidentifikasi Agama, Keyaniknan, dan Nilai-nilai Pasien
3. Pelayanan Kerohanian
4. Perlindungan Sesuai Kebutuhan Privasi Pasien
5. Perlindungan Terhadap Harta Benda
6. Perlindungan Terhadap Kekerasan Fisik
7. Pelayanan Meminta Pendapat Lain (Second Opinion)
8. Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent)
9. Penjelasan Dan Persetujuan Umum (General Consent)
10. Penolakan Tindakan, Pengobatan, Dan Resusitasi (DNR)
11. Pelayanan Asesmen Nyeri
12. Pelayanan Pasien Tahap Terminal
13. Penanganan Komplain
14. Penetapan Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP)
1. Pemberian Informasi Hak Dan
Kewajiban Pasien Dan Keluarga
Ruang lingkup kegiatan hak pasien dan keluarga
ini berlaku untuk seluruh pasien dan keluarga
pasien yang datang ke Rumah Sakit Kurnia
Cilegon, dilakukan oleh bagian admission IGD
dan Informasi, dan diketahui oleh seluruh
petugas kesehatan baik medis maupun non
medis yang bekerja di Rumah Sakit Kurnia
Cilegon.
HAK PASIEN & KELUARGA
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan 11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit Kurnia Cilegon. yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban penyakit yang dideritanya.
pasien. 12. Didampingi keluarga dalam keadaan kritis.
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan 13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan
tanpa diskriminasi. yang dianutnya selama itu tidak mengganggu pasien
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai lainnya.
dengan standar profesi dan standar prosedur 14. Memperoleh keamanan dan keselamatannya dirinya
operasional. selama dalam perawatan di rumah sakit.
5. Memperoleh pelayanan yang efektif dan efisien 15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah
seghngga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi. sakit terhadap dirinya.
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang 16. Menolak bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan
didapatkan. agama dan kepercayaan yang dianutnya.
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan 17. Menggugat dan/ atau menuntut rumah sakit apabila
keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit rumah sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak
Kurnia Cilegon. sesuai dengan standar baik secara perdata maupun
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya pidana.
kepada dokter lain yang mempunyai SIP baik di dalam 18. Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai
maupun diluar Rumah Sakit Kurnia Cilegon. dengan standar pelayanan melalui media cetak dan
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
dideritanya termasuk data-data medisnya. perundang-undangan.
10. Mendapat informasi mengenai diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif
tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan.
KEWAJIBAN PASIEN DAN KELUARGA :
1. Pasien dan keluarganya berkewajiban mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit
Kurnia Cilegon.
2. Pasien dan keluarganya berkewajiban menggunakan fasilitasrumah sakit secara
bertanggung jawab.
3. Pasien dan keluarganya berkewajiban menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan
hak Tenaga Kesehatan serta petugas lainya yang bekerja di Rumah Sakit Kurnia Cilegon.
4. Pasien dan keluarganya berkewajiban memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat
sesuai kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatan pasien.
5. Pasien berkewajiban memberikan informasi secara jujur mengenai kemampuan finansial
dan jaminan kesehatan yang dimilikinya.
6. Pasien berkewajiban mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga
Kesehatan di Rumah Sakit Kurnia Cilegon dan disetujui oleh Pasien yang bersangkutan
setelah mendapatkan penjelasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
7. Pasien berkewajiban menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk
menolak rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau tidak
mematuhi petunjuk yang diberikan Tenaga Kesehatan dalam rangka penyembuhan
penyakit atau masalah kesehatannya.
8. Pasien dan keluarga berkewajiban memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
PROSEDUR
1. Setiap pasien / keluarga yang akan dirawat inap
dan telah melakukan persetujuan untuk dirawat
inap, maka petugas pendaftaran wajib
membacakan dan menjelaskan tentang
informasi hak dan kewajiban pasien,
memberikan flayer HPK, speakup, dan
penjelasan pasien baru yang ditanda tangani
oleh petugas dan pasien / keluarganya.
2. Formulir dimasukkan dalam rekam medis pasien
FORMULIR
2. Mengidentifikasi Agama,
Keyaniknan, dan Nilai-nilai Pasien
• Petugas Rumah sakit memberikan asuhan dengan menghargai agama dan
keyakinan nilai nilai pribadi pasien serta merespon permintaan yg berkaitan
dengan bimbingan kerohanian
• Perawat ruangan
Perawat ruangan harus mampu melakukan identifikasi ulang tentang agama dan
nilai-nilai kepercayaan yang dianut pasien.
• Seluruh pasien dan keluarga diruang rawat inap Rumah Sakit Kurnia Cilegon.
Seluruh pasien dan keluarga di ruang rawat inap Rumah Sakit Kurnia Cilegon
berhak menganut agama dan nilai-nilai kepercayaan dan saling mengharagi serta
menghormati pasien yang lainnya

Rumah Sakit Kurnia mengakui ada 6 agama yang dilindungi oleh pemerintah ,
yaitu : Islam, Kristen, Katolik, Hindu , Budha, dan Kong Hu Cu.
3. Pelayanan Kerohanian bagi pasien
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON TENTANG
PELAYANAN KEROHANIAN BAGI PASIEN RAWAT INAP.
1. Panduan Pelayanan Kerohanian bagi Pasien Rawat Inap di Rumah
Sakit Kurnia Cilegon sebagaimana tercantum dalam SK.
2. Rumah Sakit Kurnia Cilegon memberikan izin bagi pasien rawat
inap untuk mendatangkan pemuka agama sesuai dengan
kepercayaannya masing-masing dan sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit Kurnia Cilegon.
3. Rumah sakit kurnia bekerja sama dengan pemuka agama
4. Surat Keputusan ini berlaku terhitung sejak tanggal ditetapkan
dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
dalam penetapannya akan diperbaiki sebagaimana mestinya
Ruang lingkup pelayanan kerohanian
bagi pasein rawat inap berlaku untuk :
• Petugas kesehatan pemberi pelayanan
kesehatan.
• Pasien – pasien rawat inap ( pasien terminal
dan yg akan dilakukan tindakan operasi).
• Keluarga pasien yang sedang dirawat inap.
FORMULIR
Prosedur

• Pendamping kerohanian
• Menginginkan pelayanan yang datang ke Rumah
rohani Perawat ruangan + Sakit Kurnia Cilegon
• Isi formulir keluarga • Perawat membangun
komunikasi efektif dan
• kepala unit / perawat dan pendamping kerohanian
keluarga pasien melakukan kegiatan
menandatangani formulir kerohanian sesuai dengan
• Keluarga menghubungi agama dan nilai-nilai
pendamping kerohanian kepercayaan pasien.

Pasien/keluarga Pendamping kerohanian


+ Perawat Ruangan
4. PELAYANAN SESUAI KEBUTUHAN
PRIVASI PASIEN
• Pemenuhan kebutuhan privasi pasien ,adalah
kewajiban rumah sakit dalam memenuhi
kebutuhan privasi pasien dalam
pelaksanaannya dalam pemberian asuhan
klinis, baik medis maupun keperawatan hingga
trasportasi pasien selama pasien dilakukan
perawatan.
Pelaksanaan pemenuhan kebutuhan privasi pasien

» Pasien dengan kriteria di atas dan kesadarannya baik, ditanyakan apakah


membutuhkan privasi selama dalam masa perawatan.
» Bila pasien menghendaki privasinya , petugas menulis keinginan privasi
pasien di format edukasi DPJP dalam rekam medis pasien.
» Petugas kesehatan selalu mengetuk pintu sebelum masuk ruangan pasien.
» Petugas kesehatan selalu meminta ijin dahulu sebelum membuka tirai
tempat tidur pasien.
» Bila pasien akan diperiksa fisik oleh dokter penanggung jawabnya , perawat
menutup tirai pembatas tempat tidur antar pasien dan pintu kamar pasien.
» Perawat menutup tirai sekeliling tempat tidur saat membantu pasien
memenuhi kebutuhan eliminasi, personal higiene ataupun pemberian
asuhan klinis baik medis ataupun keperawatan yang berpotensi
mengganggu privasi pasien.
» Dalam hal tranportasi pasien, Petugas kesehatan membantu pasien
didalam ambulance dalam memenuhi kebutuhan eliminasi dengan
membantu memberikan urinal/pispot dengan menutup bagian kemaluan
menggunakan selimut atau pakaian yang dikenakan pasien.
» Petugas kesehatan dalam menjaga privasi pasien dalam hal pelaksanaan
pemberian asuhan klinis baik medis maupun kepeawatan, melibatkan
keluarga dalam pelaksanaannya.
» Perawat wajib merahasiakan penyakit pasien baik kepetugas kesehatan
lain, maupun kepada keluarga pasien, tanpa seijin pasien yang
bersangkutan.
» Petugas kesehatan wajib merahasiakan segala informasi dan keterangan
yang menyangkut kondisi kesehatan dan perilaku pasien kesemua orang.
» Petugas kesehatan memberi waktu dan tempat bila pasien ingin
berkonsultasi dengan rohaniawan sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
» Petugas kesehatan tidak mendiskusikan tentang kebiasaan pasien dengan
orang lain.
» Petugas kesehatan memandang pasien sebagai mahluk yang unik, dimana
memiliki kebutuhan dan tingkat kepuasan yang berbeda-beda.
FORMULIR
5. Perlindungan Harta Benda
Pemenuhan pelayanan perlindungan harta
benda pasien ,adalah kewajiban rumah sakit
dalam memenuhi kebutuhan perlindungan
barang – barang berharga milik pasien selama
pasien dilakukan perawatan.
PELAKSANAAN PERLINDUNGAN
HARTA BENDA PASIEN
• Setiap pasien yang masuk rawat inap diberitahukan bila membawa barang – barang yang
berharga sebaiknya dibawa pulang oleh keluarga.
• Bila pasien tidak memiliki keluarga untuk membawa barang berharganya pulang, maka
perawat menganjurkan agar barang – barang berharga tersebut dititipkan kepada petugas agar
tidak hilang.
• Barang – barang berharga milik pasien yang dititipkan, disimpan dalam loker penitipan barang
milik pasien dan dikunci. Kemudian pasien menandatangani surat serah terima penitipan
barang.
• Barang – barang seperti handphone, jam tangan, bila pasien akan dilakukan tindakan
(misoperasi) maka barang tersebut diserahkan ke keluarga pasien atau dititipkan kepetugas
dengan bukti surat serah terima penitipan barang.
• Saat serah terima barang titipan, petugas dan pasien wajib melihat dan mengetahui kondisi
barang – barang yang akan dititipkan kerumah sakit.
• Apabila pasien telah selesai dilakukan tindakan medis dan pasien dalam keadaan sadar, maka
petugas wajib memberikan barang – barang milik pasien tersebut.
• Bila pasien maupun perawat terlupa dengan barang – barang yang dititipkan saat pasien sudah
pulang, maka setelahny adalam waktu 2 x 24 jam, perawat / petugas wajib menghubungi
pasien dan memberitahukan tentang barang – barang titipannya.
FORMULIR
6. Perlindungan Terhadap Kekerasan Fisik

Kekerasan fisik adalah setiap tindakan yang


disengaja atau penganiayaan secara langsung
merusak integritas fisik maupun psikologis
korban. Hal ini mencakup antara lain memukul,
menendang, menampar, mendorong, menggigit,
mencubit, pelecehan seksual, dan lain-lain yang
dilakukan baik oleh pasien, karyawan /
karyawati maupun oleh pengunjung.
Kriteria pasien yang beresiko
mengalami kekerasan fisik adalah :
Neonatus

Anak-Anak

Lansia

Penyandang Cacat

Orang dengan Gangguan Jiwa

Perempuan

Pasien Koma
PROSEDUR
1. Pencegahan pengunjung Rawat Inap di luar jam besuk
2. Hubungi keluarga/penunggu pasien bagi pengunjung
yang datang di luar jam besuk untuk melakukan
konfirmasi.
3. Catat Nama, tanggal, jam, keperluan bagi pengunjung
Rawat Inap di luar jam besuk.
4. Lakukan pemantauan melalui CCTV pada area-area
yang rawan terjadi. Jika ada hal yang mencurigakan,
segera lakukan pengecekan pada lokasi tersebut.
5. Jika ada telpon yang masuk, segera tindak lanjuti.
Upaya pencegahan terjadinya
kekerasan fisik terhadap pasien
1. Pasien dan pengunjung dilarang membawa senjata tajam dan senjata api
2. Pegunjung harus menunjukkan identitas diri.
3. Pengunjung dalam pengaruh alkohol dilarang/tidak boleh mengunjungi pasien
4. Pasien yang berpotensi melakukan tindakan kekerasan terhadap pasien lain atau
petugas harus dilakukan pengawasan secara ketat, bila perlu pasien dipisahkan
dari pasien lain
5. Pengawasan ketat dan pengamanan lingkungan terhadap pasien dengan
kecenderungan bunuh diri maupun pasien terjatuh
6. Pasien dengan rawan resiko penculikan harus didampingi orangtua atau keluarga
yang telah disetujui dalam perawatan kecuali pasien yang dirawat di ruangan
khusus
7. Petugas security harus memeriksa tempat-tempat yang tersembunyi secara
berkala sesuai prosedur dan memastikan bahwa tempat tersebut aman dan
cukup penerangan di tempat-tempat yang rawan terhadap kejadian kejahatan
8. Setiap tindakan yang dilakukan oleh petugas harus dengan persetujuan pasien
tanpa paksaan.
7. Pelayanan Meminta Pendapat Lain
(Second Opinion)
• Second opinion atau mencari pendapat lain
yang berbeda adalah merupakan hak seorang
pasien dalam memperoleh jasa pelayanan
kesehatannya. Hak yang dipunyai pasien ini
adalah hak mendapatkan pendapat lain
(second opinion) dari dokter lainnya.
Ada sejumlah kondisi dimana umumnya
pasien meminta pendapat kedua yaitu:
• Keputusan dokter tentang tindakan operasi.
• Keputusan dokter tentang pemberian obat jangka panjang
lebih dari 2 minggu.
• Keputusan dokter dalam mengadviskan pemberian obat
yang sangat mahal.
• Kebiasaan dokter memberikan terlalu sering antibiotika
berlebihan pada kasus yang tidak seharusnya diberikan.
• Keputusan dokter dalam mengadviskan pemeriksaan
laboratorium dengan biaya sangat besar dan tidak sesuai
dengan indikasi penyakit yang diderita.
• Keputusan dokter tentang suatu penyakit yang berulang
diderita.
• Keputusan diagnosis dokter yang meragukan.
PROSEDUR
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit
2. Pastikan pasien sudah mendapat pendidikan pasien yang benar
mengenai proses penyakit yang dideritanya dari DPJP.
3. Hindari hal yang menyebabkan hati pasien/keluarga tidak tenang
4. Berikan penguatan terhadap informasi yang diberikan oleh tim
kesehatan lain dengan tepat
5. Jika pasien atau keluarga masih bingung dukung pasien untuk
mencari/mendapatkan second opinion sesuai kebutuhan atau
indikasi
6. Fasilitasi pasien untuk mendapatkan penjelasan second opinion
dari dokter dengan kompetensi yang sama. Berikan nomor
telepon atau alamat yang dapat dihubungi
FORMULIR
8. Persetujuan Tindakan Kedokteran
(Informed Consent)
• Pemberian materi informasi yang berkaitan
dengan tindakan yang akan dilakukan kepada
pasien dan atau keluarga berkaitan dengan
kondisi kesehatannya.
PIHAK YANG BERHAK MEMBERIKAN
PERSETUJUAN
• Pasien sendiri, yaitu apabila telah berumur 21 tahun atau telah menikah.
• Bila pasien di bawah umur 21 tahun, menurut urutan hak sebagai berikut :
– Ayah/ Ibu kandung
– Saudara – saudara kandung
• Bila pasien di bawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau orang tuanya berhalangan hadir,
persetujuan (Informed Consent) atau penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai
berikut :
– Ayah/Ibu Adopsi
– Saudara – saudara kandung
– Induk semang
• Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, persetujuan (Informed Consent) atau penolakan penolakan
tindakan medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut:
– Ayah/Ibu kandung
– Wali yang sah
– Saudara – Saudara kandung
• Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampu (curatelle) persetujuan atau penolakan tindakan medis
diberikan menurut hal berikut :
– Wali
– Curator / Pengampu
• Bagi pasien dewasa yang telah menikah / orang tua, persetujuan atau penolakan tindakan medik diberikan oleh
mereka menurut urutan hal sebagai berikut :
– Suami/ Istri
– Ayah/ Ibu Kandung
– Anak- anak Kandung
– Saudara – saudara Kandung
PROSEDUR
1. Ucapkan salam
2. Pastikan identitas pasien
3. Ciptakan suasana yang nyaman dan hindari tampak lelah
4. Perkenalkan diri dan jelaskan tugas dan peran anda
5. Jelaskan materi yang berkaitan dengan informed consent kepada pasien dan atau
keluarga
6. Lakukan verifikasi kepada pasien dan atau keluarga bahwa mereka telah
memahami materi yang disampaikan
7. Berikan formulir pemberian informasi untuk ditanda tangani oleh pasien atau
keluarga
8. Beri kesempatan pasien dan atau keluarga untuk berunding sebelum memberi
keputusan
9. Setelah ada keputusan, berikan formulir persetujuan atau penolakan tindakan
kedokteran sesuai keputusan yang ada
10. Berikan nomor telepon yang bisa dihubungi jika sewaktu-waktu diperlukan
11. Tawarkan bantuan kembali “ Apakah masih ada yang dapat saya bantu ?”
12. Ucapkan terima kasih dan semoga semuanya dapat berjalan dengan baik
13. Berdiri ketika pasien hendak pulang
FORMULIR
9. Penjelasan Dan Persetujuan Umum
(General Consent)
• General Consent adalah suatu proses yang
menunjukkan komunikasi yang efektif dan
kesepakatan yang diberikan oleh pasien
terhadap peraturan rumah sakit yang bersifat
umum termasuk didalamnya adalah mengenai
pelepasan informasi milik pasien.
• General consent harus dilakukan pada saat pasien awal
pertama kali akan melakukan pemeriksaan rawat jalan dan
setiap kali pasien akan melakukan perawatan diruang rawat
inap.
• Pasien atau wali hukum harus harus membaca. Memahami
dan mengisi informasi yang diberikan oleh petugas
pendaftaran saat pasien akan melakukan pendaftaran.
• Pasien dinyatakan mengerti, memahami dan menyetuijui
untuk melakukan perawatan di Rumah Sakit Kurnia Cilegon
sebagai pasien rawat jalan atau rawat inap tergantung
kebutuhan, saat pasien sudah mengisi dan menandatangani
formulir General Consent.
FORMULIR
10. Penolakan Tindakan, Pengobatan,
Dan Resusitasi (DNR)
• Pasien dalam perawatan kondisinya bisa berubah, bisa
membaik atau terjadi perburukan diperawatan,
sehingga dokter penanggung jawab pasien
menganjurkan pasien untuk dirawat di ruangan intensif
atau pasien perlu mendapatkan pengobatan yang lebih
tinggi untuk penyakitnya sehingga membutuhkan
persetujuan dari pasien dan atau keluarga pasien.
• DNR atau Do-Not-Resuscitate adalah suatu perintah
yang memberitahukan tenaga medis untuk tidak
melakukan CPR. Hal ini berarti bahwa dokter, perawat,
dan tenaga emergensi medis tidak akan melakukan
usaha CPR emergensi bila pernapasan maupun jantung
pasien berhenti.
PROSEDUR PENOLAKAN TINDAKAN
1. Dokter penanggung jawab pasien (DPJP) menjelaskan rencana tindakan
medis dan perawatan yang akan dilakukan secara lengkap dan jelas
2. Menghormati hak pasien/keluarga untuk memutuskan rencana tindakan
atau perawatan
3. Bila keluarga menolak rencana tindakan atau perawatan, maka
dokter penanggung jawab pasien akan :
4. Menghormati keputusan pasien atau keluarga
5. Menjelaskan pada pasien atau keluarga tentang konsekuensi dari
keputusan tersebut
6. Menjelaskan pada pasien dan keluarga akan tanggung jawab pasien dan
keluarga berkaitan dengan keputusan tersebut
7. Menjelaskan pada pasien dan keluarga jika ada alternative dari pelayanan
dan pengobatan
8. Pasien menandatangani surat penolakan tindakan medis atau perawatan
disaksikan oleh saksi dan dokter
PROSEDUR PENOLAKAN RESUSITASI
• Ucapkan salam
• Jelaskan mengenai tindakan dan tujuan CPR kepada pasien / keluarga pasien.
• Mintakan informed consent dari pasien atau keluarganya.
• Instruksikan kepada keluarga pasien untuk mengisi formulir DNR.
• Tempatkan salinan pada rekam medis pasien dan serahkan juga salinan pada pasien atau
keluarga.
• Perawat memasang gelang ungu yang menandakan bahwa pasien tidak dilakukan resusitasi.
• Tinjau kembali status DNR secara berkala dengan pasien atau walinya, revisi bila ada
perubahan keputusan yang terjadi dan catat dalam rekam medis. Bila keputusan DNR
dibatalkan, catat tanggal terjadinya dan gelang DNR dilepaskan dari pasien.
• Perintah DNR harus mencakup hal-hal di bawah ini:
- Diagnosis
- Alasan DNR
- Kemampuan pasien untuk membuat keputusan
- Dokumentasi bahwa status DNR telah ditetapkan dan oleh siapa
• Perintah DNR dapat dibatalkan dengan keputusan pasien sendiri atau dokter yang merawat,
atau oleh wali yang sah. Dalam hal ini, catatan DNR di rekam medis harus pula dibatalkan dan
gelang DNR harus dilepaskan.
FORMULIR
11. Pelayanan Asesmen Nyeri
• Pengkajian nyeri yang menyeluruh/
comprehensive adalah landasan manajemen nyeri
yang efektif, meliputi wawancara ke pasien,
pengkajian fisik, pengkajian riwayat pengobatan,
pengkajian riwayat pembedahan dan penyakit
pasien, pengkajian riwayat psikososial pasien,
lingkungan fisik dan gambaran diagnostic.
Pengkajian harus menggambarkan penyebab,
keefektifan tindakan dan dampak pada kualitas
hidup pasien dan keluarga.
12. Pelayanan Pasien Tahap Terminal
• Kondisi Terminal adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami penyakit / sakit
yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh
sehingga sangat dekat dengan proses
kematian. Berjalan melalui suatu tahapan
proses penurunan fisik, psikososial dan
spiritual bagi individu. (Carpenito,1995 )
Pasien dalam kondisi terminal yang
dirawat di Rumah Sakit Kurnia.

Anda mungkin juga menyukai