Rumah Sakit Kurnia mengakui ada 6 agama yang dilindungi oleh pemerintah ,
yaitu : Islam, Kristen, Katolik, Hindu , Budha, dan Kong Hu Cu.
3. Pelayanan Kerohanian bagi pasien
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KURNIA CILEGON TENTANG
PELAYANAN KEROHANIAN BAGI PASIEN RAWAT INAP.
1. Panduan Pelayanan Kerohanian bagi Pasien Rawat Inap di Rumah
Sakit Kurnia Cilegon sebagaimana tercantum dalam SK.
2. Rumah Sakit Kurnia Cilegon memberikan izin bagi pasien rawat
inap untuk mendatangkan pemuka agama sesuai dengan
kepercayaannya masing-masing dan sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit Kurnia Cilegon.
3. Rumah sakit kurnia bekerja sama dengan pemuka agama
4. Surat Keputusan ini berlaku terhitung sejak tanggal ditetapkan
dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
dalam penetapannya akan diperbaiki sebagaimana mestinya
Ruang lingkup pelayanan kerohanian
bagi pasein rawat inap berlaku untuk :
• Petugas kesehatan pemberi pelayanan
kesehatan.
• Pasien – pasien rawat inap ( pasien terminal
dan yg akan dilakukan tindakan operasi).
• Keluarga pasien yang sedang dirawat inap.
FORMULIR
Prosedur
• Pendamping kerohanian
• Menginginkan pelayanan yang datang ke Rumah
rohani Perawat ruangan + Sakit Kurnia Cilegon
• Isi formulir keluarga • Perawat membangun
komunikasi efektif dan
• kepala unit / perawat dan pendamping kerohanian
keluarga pasien melakukan kegiatan
menandatangani formulir kerohanian sesuai dengan
• Keluarga menghubungi agama dan nilai-nilai
pendamping kerohanian kepercayaan pasien.
Anak-Anak
Lansia
Penyandang Cacat
Perempuan
Pasien Koma
PROSEDUR
1. Pencegahan pengunjung Rawat Inap di luar jam besuk
2. Hubungi keluarga/penunggu pasien bagi pengunjung
yang datang di luar jam besuk untuk melakukan
konfirmasi.
3. Catat Nama, tanggal, jam, keperluan bagi pengunjung
Rawat Inap di luar jam besuk.
4. Lakukan pemantauan melalui CCTV pada area-area
yang rawan terjadi. Jika ada hal yang mencurigakan,
segera lakukan pengecekan pada lokasi tersebut.
5. Jika ada telpon yang masuk, segera tindak lanjuti.
Upaya pencegahan terjadinya
kekerasan fisik terhadap pasien
1. Pasien dan pengunjung dilarang membawa senjata tajam dan senjata api
2. Pegunjung harus menunjukkan identitas diri.
3. Pengunjung dalam pengaruh alkohol dilarang/tidak boleh mengunjungi pasien
4. Pasien yang berpotensi melakukan tindakan kekerasan terhadap pasien lain atau
petugas harus dilakukan pengawasan secara ketat, bila perlu pasien dipisahkan
dari pasien lain
5. Pengawasan ketat dan pengamanan lingkungan terhadap pasien dengan
kecenderungan bunuh diri maupun pasien terjatuh
6. Pasien dengan rawan resiko penculikan harus didampingi orangtua atau keluarga
yang telah disetujui dalam perawatan kecuali pasien yang dirawat di ruangan
khusus
7. Petugas security harus memeriksa tempat-tempat yang tersembunyi secara
berkala sesuai prosedur dan memastikan bahwa tempat tersebut aman dan
cukup penerangan di tempat-tempat yang rawan terhadap kejadian kejahatan
8. Setiap tindakan yang dilakukan oleh petugas harus dengan persetujuan pasien
tanpa paksaan.
7. Pelayanan Meminta Pendapat Lain
(Second Opinion)
• Second opinion atau mencari pendapat lain
yang berbeda adalah merupakan hak seorang
pasien dalam memperoleh jasa pelayanan
kesehatannya. Hak yang dipunyai pasien ini
adalah hak mendapatkan pendapat lain
(second opinion) dari dokter lainnya.
Ada sejumlah kondisi dimana umumnya
pasien meminta pendapat kedua yaitu:
• Keputusan dokter tentang tindakan operasi.
• Keputusan dokter tentang pemberian obat jangka panjang
lebih dari 2 minggu.
• Keputusan dokter dalam mengadviskan pemberian obat
yang sangat mahal.
• Kebiasaan dokter memberikan terlalu sering antibiotika
berlebihan pada kasus yang tidak seharusnya diberikan.
• Keputusan dokter dalam mengadviskan pemeriksaan
laboratorium dengan biaya sangat besar dan tidak sesuai
dengan indikasi penyakit yang diderita.
• Keputusan dokter tentang suatu penyakit yang berulang
diderita.
• Keputusan diagnosis dokter yang meragukan.
PROSEDUR
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit
2. Pastikan pasien sudah mendapat pendidikan pasien yang benar
mengenai proses penyakit yang dideritanya dari DPJP.
3. Hindari hal yang menyebabkan hati pasien/keluarga tidak tenang
4. Berikan penguatan terhadap informasi yang diberikan oleh tim
kesehatan lain dengan tepat
5. Jika pasien atau keluarga masih bingung dukung pasien untuk
mencari/mendapatkan second opinion sesuai kebutuhan atau
indikasi
6. Fasilitasi pasien untuk mendapatkan penjelasan second opinion
dari dokter dengan kompetensi yang sama. Berikan nomor
telepon atau alamat yang dapat dihubungi
FORMULIR
8. Persetujuan Tindakan Kedokteran
(Informed Consent)
• Pemberian materi informasi yang berkaitan
dengan tindakan yang akan dilakukan kepada
pasien dan atau keluarga berkaitan dengan
kondisi kesehatannya.
PIHAK YANG BERHAK MEMBERIKAN
PERSETUJUAN
• Pasien sendiri, yaitu apabila telah berumur 21 tahun atau telah menikah.
• Bila pasien di bawah umur 21 tahun, menurut urutan hak sebagai berikut :
– Ayah/ Ibu kandung
– Saudara – saudara kandung
• Bila pasien di bawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau orang tuanya berhalangan hadir,
persetujuan (Informed Consent) atau penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai
berikut :
– Ayah/Ibu Adopsi
– Saudara – saudara kandung
– Induk semang
• Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, persetujuan (Informed Consent) atau penolakan penolakan
tindakan medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut:
– Ayah/Ibu kandung
– Wali yang sah
– Saudara – Saudara kandung
• Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampu (curatelle) persetujuan atau penolakan tindakan medis
diberikan menurut hal berikut :
– Wali
– Curator / Pengampu
• Bagi pasien dewasa yang telah menikah / orang tua, persetujuan atau penolakan tindakan medik diberikan oleh
mereka menurut urutan hal sebagai berikut :
– Suami/ Istri
– Ayah/ Ibu Kandung
– Anak- anak Kandung
– Saudara – saudara Kandung
PROSEDUR
1. Ucapkan salam
2. Pastikan identitas pasien
3. Ciptakan suasana yang nyaman dan hindari tampak lelah
4. Perkenalkan diri dan jelaskan tugas dan peran anda
5. Jelaskan materi yang berkaitan dengan informed consent kepada pasien dan atau
keluarga
6. Lakukan verifikasi kepada pasien dan atau keluarga bahwa mereka telah
memahami materi yang disampaikan
7. Berikan formulir pemberian informasi untuk ditanda tangani oleh pasien atau
keluarga
8. Beri kesempatan pasien dan atau keluarga untuk berunding sebelum memberi
keputusan
9. Setelah ada keputusan, berikan formulir persetujuan atau penolakan tindakan
kedokteran sesuai keputusan yang ada
10. Berikan nomor telepon yang bisa dihubungi jika sewaktu-waktu diperlukan
11. Tawarkan bantuan kembali “ Apakah masih ada yang dapat saya bantu ?”
12. Ucapkan terima kasih dan semoga semuanya dapat berjalan dengan baik
13. Berdiri ketika pasien hendak pulang
FORMULIR
9. Penjelasan Dan Persetujuan Umum
(General Consent)
• General Consent adalah suatu proses yang
menunjukkan komunikasi yang efektif dan
kesepakatan yang diberikan oleh pasien
terhadap peraturan rumah sakit yang bersifat
umum termasuk didalamnya adalah mengenai
pelepasan informasi milik pasien.
• General consent harus dilakukan pada saat pasien awal
pertama kali akan melakukan pemeriksaan rawat jalan dan
setiap kali pasien akan melakukan perawatan diruang rawat
inap.
• Pasien atau wali hukum harus harus membaca. Memahami
dan mengisi informasi yang diberikan oleh petugas
pendaftaran saat pasien akan melakukan pendaftaran.
• Pasien dinyatakan mengerti, memahami dan menyetuijui
untuk melakukan perawatan di Rumah Sakit Kurnia Cilegon
sebagai pasien rawat jalan atau rawat inap tergantung
kebutuhan, saat pasien sudah mengisi dan menandatangani
formulir General Consent.
FORMULIR
10. Penolakan Tindakan, Pengobatan,
Dan Resusitasi (DNR)
• Pasien dalam perawatan kondisinya bisa berubah, bisa
membaik atau terjadi perburukan diperawatan,
sehingga dokter penanggung jawab pasien
menganjurkan pasien untuk dirawat di ruangan intensif
atau pasien perlu mendapatkan pengobatan yang lebih
tinggi untuk penyakitnya sehingga membutuhkan
persetujuan dari pasien dan atau keluarga pasien.
• DNR atau Do-Not-Resuscitate adalah suatu perintah
yang memberitahukan tenaga medis untuk tidak
melakukan CPR. Hal ini berarti bahwa dokter, perawat,
dan tenaga emergensi medis tidak akan melakukan
usaha CPR emergensi bila pernapasan maupun jantung
pasien berhenti.
PROSEDUR PENOLAKAN TINDAKAN
1. Dokter penanggung jawab pasien (DPJP) menjelaskan rencana tindakan
medis dan perawatan yang akan dilakukan secara lengkap dan jelas
2. Menghormati hak pasien/keluarga untuk memutuskan rencana tindakan
atau perawatan
3. Bila keluarga menolak rencana tindakan atau perawatan, maka
dokter penanggung jawab pasien akan :
4. Menghormati keputusan pasien atau keluarga
5. Menjelaskan pada pasien atau keluarga tentang konsekuensi dari
keputusan tersebut
6. Menjelaskan pada pasien dan keluarga akan tanggung jawab pasien dan
keluarga berkaitan dengan keputusan tersebut
7. Menjelaskan pada pasien dan keluarga jika ada alternative dari pelayanan
dan pengobatan
8. Pasien menandatangani surat penolakan tindakan medis atau perawatan
disaksikan oleh saksi dan dokter
PROSEDUR PENOLAKAN RESUSITASI
• Ucapkan salam
• Jelaskan mengenai tindakan dan tujuan CPR kepada pasien / keluarga pasien.
• Mintakan informed consent dari pasien atau keluarganya.
• Instruksikan kepada keluarga pasien untuk mengisi formulir DNR.
• Tempatkan salinan pada rekam medis pasien dan serahkan juga salinan pada pasien atau
keluarga.
• Perawat memasang gelang ungu yang menandakan bahwa pasien tidak dilakukan resusitasi.
• Tinjau kembali status DNR secara berkala dengan pasien atau walinya, revisi bila ada
perubahan keputusan yang terjadi dan catat dalam rekam medis. Bila keputusan DNR
dibatalkan, catat tanggal terjadinya dan gelang DNR dilepaskan dari pasien.
• Perintah DNR harus mencakup hal-hal di bawah ini:
- Diagnosis
- Alasan DNR
- Kemampuan pasien untuk membuat keputusan
- Dokumentasi bahwa status DNR telah ditetapkan dan oleh siapa
• Perintah DNR dapat dibatalkan dengan keputusan pasien sendiri atau dokter yang merawat,
atau oleh wali yang sah. Dalam hal ini, catatan DNR di rekam medis harus pula dibatalkan dan
gelang DNR harus dilepaskan.
FORMULIR
11. Pelayanan Asesmen Nyeri
• Pengkajian nyeri yang menyeluruh/
comprehensive adalah landasan manajemen nyeri
yang efektif, meliputi wawancara ke pasien,
pengkajian fisik, pengkajian riwayat pengobatan,
pengkajian riwayat pembedahan dan penyakit
pasien, pengkajian riwayat psikososial pasien,
lingkungan fisik dan gambaran diagnostic.
Pengkajian harus menggambarkan penyebab,
keefektifan tindakan dan dampak pada kualitas
hidup pasien dan keluarga.
12. Pelayanan Pasien Tahap Terminal
• Kondisi Terminal adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami penyakit / sakit
yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh
sehingga sangat dekat dengan proses
kematian. Berjalan melalui suatu tahapan
proses penurunan fisik, psikososial dan
spiritual bagi individu. (Carpenito,1995 )
Pasien dalam kondisi terminal yang
dirawat di Rumah Sakit Kurnia.