Anda di halaman 1dari 2

2.1.3.

Pengaruh

WHO (2020a) mengatakan dalam wabah apa pun, wajar jika orang merasa

tertekan dan khawatir. Respons umum dari orang-orang yang terdampak (baik secara

langsung atau tidak) antara lain:

1. Takut jatuh sakit dan meninggal

2. Tidak mau datang ke fasilitas layanan kesehatan karena takut tertular saat

dirawat

3. Takut kehilangan mata pencaharian, tidak dapat bekerja selama isolasi,

dan dikeluarkan dari pekerjaan

4. Takut diasingkan masyarakat/dikarantina karena dikait-kaitkan dengan

penyakit (seperti rasisme terhadap orang yang berasal dari, atau dianggap

berasal dari, tempat-tempat terdampak

5. Merasa tidak berdaya untuk melindungi orang-orang terkasih dan takut

kehilangan orang-orang terkasih karena virus yang menyebar

6. Takut terpisah dari orang-orang terkasih dan pengasuh karena aturan

karantina

7. Menolak untuk mengurusi anak kecil yang sendirian atau terpisah,

penyandang disabilitas atau orang berusia lanjut karena takut infeksi,

karena orang tuanya atau pengasuhnya dikarantina

8. Merasa tidak berdaya, bosan, kesepian dan depresi selagi diisolasi

9. Takut mengalami pengalaman wabah sebelumnya


2.1.4. Dampak

Stress bisa dialami oleh siswa/mahasiswa yang biasa belajar di sekolah

maupun kampus, serta karyawan/pekerja yang biasa bekerja di kantor maupun

perusahaan. Kuantitas tuntutan yang diberikan dan kejenuhan, serta kekhawatiran

akan di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dari perusahaan tempat mereka bekerja

dapat menyebabkan stress tersendiri (Muslim, 2020).

COVID-19 mendorong sebagian besar orang untuk bertindak secara salah

dalam rangka bertahan hidup. Fenomena panic buying merupakan salah satu

contohnya. Tindakan panic buying dan menimbun barang-barang kebutuhan sehari-

hari merupakan bentuk ketidakmampuan sebagian dari kita untuk mentoleransi stress

yang timbul karena ketidakpastian yang muncul akibat adanya virus Corona. Isolasi

diri yang dilakukan sebagai tindakan preventif terhadap infeksi COVID-19 juga

merupakan faktor pendorong psikologis sebagian dari kita akhirnya melakukan

penimbunan (Norberg & Rucker, 2020).

Stres kronis dapat berdampak pada kesejahteraan mental dan pekerjaan Anda

dan dapat berdampak bahkan setelah situasi menjadi lebih baik. Kalau stres menjadi

terlalu berat, pegawai bisa membicarakan pada pimpinan atau orang yang sesuai agar

mendapatkan dukungan yang sesuai juga (WHO, 2020a).

Kasmarani (2012) menyatakan dampak buruk yang timbul akibat mengalami

stres yaitu terganggunya interaksi sosial, baik itu dengan rekan kerja, dokter ataupun

dengan yang lain.

Anda mungkin juga menyukai