Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
1
2
Ibu rumah tangga karena menjadi tidak dapat melakukan pekerjaan rumah
tangganya dengan tenang. Ibu kedua, yaitu LL, merupakan seorang ibu bekerja
dengan empat orang anak. LL merasa cemas dirinya akan membawa virus yang
akan ia tularkan kepada anggota keluarga. Akibat rasa cemas yang dirasakan oleh
LL, ia menjadi sulit tidur, sesak napas, mudah marah, kurang fokus, dan berakibat
pada malas untuk mengerjakan apapun.
Seorang Ibu tidak hanya bertanggung jawab atas rumah tangganya tetapi
juga memikirkan kesehatan keluarganya selama pandemi. Kecenderungan
kecemasan ibu yang berperilaku menghindar seperti menutup diri dengan dunia
sosial dikarenakan takut tertular virus demi menjaga keluarganya dari paparan
Covid-19. Kecemasan ibu akan merasakan kekhawatiran karena adanya ancaman
dari pandemi. Kecemasan ibu makin meningkat bila ada anggota keluarga yang
sakit dan yang meninggal karena Covid-19. Protokol Kesehatan yang harus ditaati
mengakibatkan tekanan tersendiri bagi penderita dan keluarga terutama Ibu yang
tidak bisa merawat secara langsung. Demikian juga dengan keluarga yang
meninggal karena terkena virus corona, selain cemas akan tertular karena tinggal
dalam satu rumah, mereka juga akan mendapatkan tekanan tersendiri dari
lingkungan sekitar, karena khawatir tertular.
Menurut Yustinus (2006) kecemasan adalah suatu kondisi tegang yang
berhubungan dengan ketakutan, kekhawatiran, perasaan tidak aman, dan
kebutuhan akan kepastian. Selanjutnya Kaplan, Sadock, dan Grebb (2010)
menyatakan bahwa kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang
mengancam yang diawali dari adanya situasi yang mengancam sebagai suatu
stimulus yang berbahaya. Pada tingkatan tertentu kecemasan dapat menjadikan
individu lebih waspada terhadap suatu ancaman, karena jika ancaman tersebut
dinilai tidak membahayakan, maka individu tidak akan melakukan pertahanan
diri.
Nevid, Rathus, dan Greene (2005) menyatakan bahwa terdapat tiga gejala
kecemasan, yaitu gejala fisik, gejala behavioral, dan gejala kognitif. Pada gejala
fisik, individu akan merasakan seperti berkeringat, tubuh gemetar, sulit bernafas,
jantung yang berdetak kencang, merasa lemas, dan lain-lain. Kemudian pada
3
dengan kenyataan hasilnya, atau sebaliknya ekspektasi hasil yang tidak realistik
yang mengharap terlalu tinggi dari hasil nyata yang dapat dicapainya. Menurut
Bandura (1997), ciri-ciri pola tingkah laku individu yang memiliki self efficacy
tinggi adalah aktif memilih kesempatan yang terbaik, mampu mengolah situasi
dan menetralkan halangan, mampu menetapkan tujuan dengan menciptakan
standar, mempersiapkan, merencanakan, dan melaksanakan tindakan, mencoba
dengan keras dan gigih, kreatif memecahkan masalah, belajar dari pengalaman
masa lalu, memvisualisasikan kesuksesan, dan membatasi stres.
Bandura (1997) menyatakan bahwa individu yang memiliki self efficacy
rendah tidak berpikir tentang bagaimana cara yang baik dalam menghadapi tugas
yang sulit. Saat menghadapi tugas yang sulit, mereka akan mengurangi usaha-
usaha dan akan cepat menyerah. Mereka juga lamban dalam membenahi dan
mendapatkan kembali self efficacy ketika menghadapi kegagalan. Kreitner dan
Kinicki (1989) juga menyatakan bahwa individu yang memiliki self efficacy yang
rendah akan menghindari tugas yang sulit, pasif, aspirasi lemah dan komitmen
rendah, fokus pada kekurangan pribadi, tidak melakukan upaya apapun, berkecil
hati karena kegagalan, mudah khawatir, memikirkan alasan untuk gagal, dan
menggangap kegagalan karena kurangnya kemampuan atau nasib buruk.
Individu yang mempunyai self-efficacy tinggi dapat secara efektif
menghadapi kejadian-kejadian dan situasi tertentu. Hal ini dikarenakan adanya
keberanian dan mampu mengontrol diri dalam persoalan yang dihadapinya.
Schultz (2005) berpendapat bahwa self-efficacy yang tinggi dapat mengurangi rasa
takut, rasa cemas, dan mampu berpikir secara analitik berbeda dengan individu
yang tidak memiliki self-efficacy tinggi
Terdapat beberapa penelitian yang mendukung keterkaitan antara self efficacy
dan kecemasan. Penelitian yang dilakukan oleh Saba dkk. (2018) menunjukkan
hasil berupa terdapat hubungan self-efficacy dan tingkat kecemasan mahasiswa
tingkat pertama Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Penelitian yang
dilakukan oleh Hikmah dkk, (2019) menunjukkan hasil berupa terdapat hubungan
yang signifikan antara self efficacy ibu hamil trimester III dan tingkat kecemasan
dalam menghadapi persalinan. Penelitian lain dilakukan oleh Ni Made Ferra dan
5
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk menguji secara empiris kontribusi self efficacy
terhadap kecemasan pada ibu di masa pandemi Covid-19.
B. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
6
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Ibu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
pemahaman pada ibu bahwa ibu dapat mengurangi kecemasan dengan
cara memiliki persepsi positif mengenai diri sendiri, memiliki keyakinan
tentang seberapa baik diri dapat berfungsi pada situasi tertentu dan
keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan
sesuai dengan yang diharapkan. Ibu juga diharapkan menyadari
pentingnya memiliki self efficacy sebagai salah satu cara untuk
mengurangi kecemasan yang timbul dimasa pandemi Covid-19.
b. Bagi Keluarga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
mengenai pentingnya memberikan dukungan dan perhatian kepada ibu
agar dapat terhindar dari kecemasan berlebihan yang akan berdampak
pada kesehatan sehingga menganggu aktivitas sehari-hari.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan akan memberikan inspirasi bagi peneliti
selanjutnya dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan
penelitian sejenis dan lebih lanjut dalam bidang yang sama.