Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

“MANUSIA HARAPAN DAN KEGELISAHAN


KESABARAN MENGHADAPI PANDEMI COVID-19”

NAMA : Hutami Putri Pase

NIM : P07234020074

KELAS : 1A/B-TLM

POLTEKKES KEMENKES KALTIM


PROGRAM STUDI D-III TEKNOLOGI
LABORATORIUM MEDIK
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Manusia Harapan dan Kegelisahan Kesabaran Menghadapi Pandemi
Covid-19” ini tepat waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Bapak H. Azhari, SKM, M.Kes pada Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya
Dasar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
manusia menghadapi pandemi Covid-19 bagi para pembaca dan juga bagi penulis
yaitu saya sendiri agar mengetahui.

Makalah ini saya susun dengan bantuan berbagai sumber dan pemikiran
saya sendiri. Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Batu Kajang, 05 Februari 2021

Hutami Putri Pase


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk yang terkadang mengalami beberapa


permasalahan yang dapat membuat seseorang mengalami kegelisahan, harapan
dan kesabaran dalam menjalani hidup. Dengan adanya pandemi Covid-19 yang
melanda, manusia semakin terbayang-bayang dengan dampak negative yang
diberikan virus Covid-19 ini.

Timbulnya pandemi Covid-19 membuat perasaan gelisah yang dialami diri


manusia disebabkan karena ada rasa takut berlebihan kepada pandemi Covid-19,
seperti kehilangan banyak aktivitas yang dilakukan diluar rumah dan ketakutan
melihat angka kematian yang disebabkan oleh pandemi virus Covid-19 ini. Dilain
sisi manusia juga mempunyai harapan dalam pandemi Covid-19 agar cepat hilang
dan tidak ada ketakutan untuk beraktivitas diluar rumah. Harapan juga harus
berdasarkan kepercayaan, agar harapan bisa terwujud, manusia harus berusaha
dengan sungguh-sungguh dan berdoa agar pandemi virus corona ini dapat cepat
berakhir.

Manusia harus mempunyai kesabaran yang penuh dalam menjalani


kehidupan dimasa pandemi ini, harus bersikap tenang dalam menghadapi cobaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud kegelisahan dimasa pandemi Covid-19?
2. Apa pengertian harapan dimasa pandemi Covid-19?
3. Apa saja harapan untuk menghadapi pandemi Covid-19?
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian kegelisahan proses terjadinya serta


pengelolaan kecemasan dimasa pandemi Covid-19.
2. Untuk mengetahui apa pengertian harapan dimasa pandemi Covid-19.
3. Untuk mengetahui arti kesabaran dan mengetahui sikap sabar
menghadapi pandemi Covid-19.

D. Manfaat Penulisan

1. Dapat mengetahui pengertian kegelisahan proses terjadinya serta


pengelolaan kecemasan dimasa pandemi Covid-19.
2. Dapat mengetahui apa pengertian harapan dimasa pandemi Covid-19.
3. Dapat mengetahui arti kesabaran dan mengetahui sikap sabar
menghadapi pandemi Covid-19.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kegelisahan

a. Pengertian Kegelisahan

Kegelisahan berasal dari kata gelisah, yang berarti tidak tenteram


hatinya, selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, cemas dan
sebagainya. Sehingga kegelisahan merupakan hal yang menggambarkan
seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya. Mengapa semua ini dapat
terjadi pada diri manusia? Dikarenakan alasan mendasarnya, karena manusia
memiliki hati dan perasaan. Bentuk kegelisahannya bisa berupa keterasingan,
kesepian, dan ketidakpastian hidup.

Kegelisahan merupakan salah satu ekspresi dari kecemasan. Karena itu


dalam kehidupan sehari-hari, kegelisahan juga diartikan sebagai kecemasan,
kekhawatiran ataupun ketakutan. Masalah kecemasan atau kegelisahan
berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan,
bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak
tercapai.

b. Kegelisahan Menghadapi Pandemi Covid-19

Dengan adanya pandemi Covid-19 yang menyerang Indonesia bahkan


seluruh Dunia, sangat membuat seluruh manusia menjadi gelisah karena
adanya virus corona ini. Kondisi pandemi Covid-19 menyebabkan sebagian
orang merasa khawatir atau takut yang berlebihan dan berpikir yang tidak
masuk akal yang membuat seseorang mengalami kegelisahan. Tidak jarang
mereka memiliki kegelisahan/kecemasan dan prasangka pada orang yang
memiliki tanda-tanda penderita Covid-19. Hal tersebut semakin membuat
orang berusaha mencari berita mengenai Covid-19, dan tidak dapat memilah
berita yang akurat sehingga memunculkan kecemasan. Keadaan demikian
membuat seseorang mengalami sulit tidur, sakit kepala, dan gangguan fisik
lainnya. Ini membuat kegelisahan akan berlanjut mengakibatkan kondisi stress
pada manusia.

Wabah pandemi ini memiliki dampak negative pada kesehatan fisik


dan psikologis individu dan masyarakat (Banerjee, 2020; Brooke dkk., 2020;
Zhang dkk., 2020). Menurut Brooks dkk. (2020), dampak psikologis selama
pandemi diantaranya gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stress
disorder), kebingungan, kegelisahan, frustrasi, ketakutan akan infeksi,
insomnia dan merasa tidak berdaya. Bahkan beberapa psikiatris dan psikolog
mencatat hampir semua jenis gangguan mental ringan hingga berat dapat
terjadi dalam kondisi pandemik ini. Bahkan kasus xenofobia dan kasus bunuh
diri karena ketakutan terinfeksi virus sudah mulai bermunculan.

c. Proses Terjadinya Kecemasan dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Pada dasarnya semua gangguan kesehatan mental diawali oleh


perasaan cemas (anxiety). Menurut Sadock dkk. (2010) kecemasan adalah
respons terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang
normal terjadi. Kecemasan diawali dari adanya situasi yang mengancam
sebagai suatu stimulus yang berbahaya (stressor). Pada tingkatan tertentu
kecemasan dapat menjadikan seseorang lebih waspada (aware) terhadap suatu
ancaman, karena jika ancaman tersebut dinilai tidak membahayakan, maka
seseorang tidak akan melakukan pertahanan diri (self defence). Sehubungan
dengan menghadapi pandemi Covid-19 ini, kecemasan perlu dikelola dengan
baik sehingga tetap memberikan awareness namun tidak sampai menimbulkan
kepanikan yang berlebihan atau sampai pada gangguan kesehatan kejiwaan
yang lebih buruk.

Dalam prosesnya, seseorang melakukan evaluative situation yaitu


menilai ancaman virus Covid-19 berdasarkan sikap, pengetahuan,
kemampuan, dan pengalaman masa lalu yang dimiliki Jika stressor dinilai
berbahaya maka reaksi kecemasan akan timbul. Reaksi kecemasan ini ada
yang bersifat sesaat (state anxiety) dan ada yang bersifat permanen (trait
anxiety) (Lazarus, 1991).

Reaksi kecemasan akan berbeda pada setiap individu. Untuk sebagian


orang reaksi kecemasan tidak selalu diiringi oleh reaksi fisiologis. Namun
pada orang-orang tertentu, kompleksitas respons dalam kecemasan dapat
melibatkan reaksi fisiologis sesaat seperti detak jantung menjadi lebih cepat,
berkeringat, sakit perut, sakit kepala, gatal-gatal dan gejala lainnya. Setelah
seseorang mulai merasakan kecemasan maka sistem petahanan diri
selanjutnya akan menilai kembali ancaman diiringi dengan usaha untuk
mengatasi, mengurangi atau menghilangkan perasaan terancam tersebut.
Sesesorang dapat menggunakan pertahanan diri (defence mechanism) dengan
meningkatkan aktifitas kognisi atau motorik.

Kecemasan biasanya berasal dari persepsi terhadap peristiwa yang


tidak terkendali (uncontroled), sehingga individu akan berfokus pada tindakan
yang terkendali (Shin & Newman, 2019). Dalam konteks pandemi ini contoh
tindakan yang terkendali yang dilakukan antara lain berolahraga, meditasi,
melukis, bermain musik, berkebun, memasak, membaca buku, menonton film,
dan lain sebagainya. Berbagai aktivitas tersebut sesuai dengan ketertarikan
dan kemampuan individu sebagai strategi yang tangguh dan protektif untuk
mengatasi stres, kecemasan, dan panik (Wood & Rünger, 2016).

Tahapan terakhir dalam menghadapi kecemasan yaitu menemukan


solusi (coping) dengan bentuk pertahanan diri seperti rasionalisasi.
Rasionalisasi tidak dimaksudkan agar tindakan yang tidak masuk akal
dijadikan masuk akal, akan tetapi merasionalkan. Rasionalisasi tidak
dimaksudkan untuk ‘membujuk’ atau memanipulasi orang lain, melainkan
‘membujuk’ dirinya sendiri agar dapat menerima keterbatasan diri sendiri.
Sebagai contoh, seorang pegawai yang pada masa pandemi ini melakukan
kerja dari rumah (work from home) akan melakukan rasionalisasi bahwa
memiliki kinerja yang kurang optimal. Bekerja di rumah di masa pandemi
bukan sekedar pindah ruang kerja. Rasionalisasi ini bukan untuk orang lain,
tapi untuk dirinya sendiri, sebagai upaya menjaga kesehatan mental diri
sehingga tidak menimbulkan frustasi, rasa bersalah, dan perasaan tidak
berdaya.

Pada dasarnya mengelola kecemasan agar tetap pada tingkatan yang


proporsional, merupakan hasil dari proses penilaian (perception of situation)
yang terjadi berulang kali. Proses penilaian dapat berubah seiring seseorang
terpapar oleh informasi. Perubahan penilaian ini kemudian berdampak pada
bentuk coping.

d. Mengelola Kecemasan

Pemberitaan yang mendadak dan hampir terus menerus mengena


pandemi akan membuat siapa pun menjadi cemas. Menilai tingkat bahaya
akan COVID-19 melalui penyeleksian informasi yang diterima dan kebijakan
menjadi kunci mengelola kecemasan. Informasi dan kebijakan dapat
mempengaruhi penilaian seseorang terhadap ancaman (COVID-19) dan
kemudian mempengaruhi respons kecemasan yang ditimbulkan.

Beberapa tips dalam menjaga kesehatan mental adalah mengurangi


menonton, membaca atau mendengarkan berita yang membuat kecemasan
meningkat. Carilah informasi dari sumber-sumber terpercaya dan utamakan
membuat rencana praktis melindungi diri dan orang-orang terdekat. Usahakan
mencari berita hanya 1-2 kali dalam satu hari dan pada waktu yang spesifik.

Banyaknya terpapar misinfodemik mengakibatkan kesalahan dalam


strategi coping yang diambil. Misinfodemik adalah istilah yang digunakan
untuk misinformasi yang berkontribusi terhadap penyebaran penyakit dan
cukup lazim untuk COVID-19. Mencari informasi terkait menjaga kesehatan
mental di masa pandemi di berbagai sumber online juga suatu langkah yang
positif (Banerjee, 2020). Pilihlah situs jaringan kesehatan mental yang valid
dan terpercaya seperti Kementerian Kesehatan, WHO, biro konsultasi
psikologi, atau sumber-sumber yang bersifat keagamaan/religius.

B. Harapan

a. Pengertian Harapan

Kata "harapan" berasal dari kata "harap", artinya suatu keinginan,


permohonan, penantian. Adapun kata "harapan" itu sendiri dapat diartikan
sebagai suatu keinginan yang belum terwujud dan diupayakan agar terwujud.
Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan
hidup, dan kemampuan masing-masing. Berhasil tidaknya suatu harapan
tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan.

Dalam masa pandemi Covid-19 banyak sekali harapan agar


penyebaran virus ini dapat berakhir cepat. Manusia memiliki harapan dimasa
pandemi ini agar kebutuhan rohaninya dapat terpenuhi seperti kebahagiaan,
ketenangan, kesejahteraan, hiburan dan sebagainya, yang dimana kebutuhan
tersebut pada masa pandemi ini tidak dapat berjalan dengan baik. Harapan
pandemi Covid-19 ini cepat berakhir dapat dengan menaati penerapan
protokol 3M (memakai masker, menjaga jarak aman, dan mencuci tangan
dengan benar). Di samping itu pemerintah juga berupaya melaksanakan 3T
(Testing, Tracing, dan Treatment) dengan harapan penurunan angka penularan
virus sehingga pandemi dapat segera berakhir.

C. Kesabaran

Sabar merupakan kemampuan mengendalikan diri yang juga


dipandang sebagai sikap yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan
kekokohan jiwa orang yang memilikinya. Sabar menurut Umar Yusuf (2010)
dapat diartikan sebagai kemampuan mengatur, mengendalikan, mengarahkan
(pikiran, perasaan dan tindakan), serta mengatasi berbagai kesulitan secara
komprehensif dan integratif (Yusuf, 2010).
Di masa krisis kesehatan seperti ini, sikap sabar untuk melakukan
social distancing untuk tetap di rumah penting ditanam di dalam diri masing-
masing individu. Karena dibalik tabir kesabaran akan ada hikmah dan
pelajaran (Sukino 2018). Dan kehancuran atau dampak yang akan didapat
ketika seorang individu tidak memiliki sifat sabar dan terlalu tergesa-gesa
terhadap apa yang ingin dilakukan. Maka segala yang dilakukannya bersifat
tidak langgeng terhadap kenikmatan yang diperbuat. Keadaan untuk menjaga
jarak dan tetap dirumah kemungkinan dengan berjalannya waktu akan
menjadikan seoarang individu merasa bosan dan stress atau dalam istilah
psikolog disebut dengan cabin fever (Admin 2020). Sehingga sabar dalam
islam mampu mengendalikan individu untuk melaksanakan himbauan
pemerintah. Salah satu faktor penting dalam spirituallitas islam adalah
kesabaran (Hadi 2018), karena kesabaran merupakan salah satu cara yang
diajarkan islam ketika seorang individu menghadapi masa sulit.

Dampak pandemi Covid-19 berupa gangguan kesehatan mental ini


memerlukan perhatian khusus, salah satunya dengan mengimplementasikan
terapi spiritual seperti terapi kesabaran. Sabar dalam konteks islam memiliki
makna menahan diri dari atas apa yang Allah haramkan dan Allah
perintahkan, tabah dalam menerima segala takdirnya, berserah diri kepadanya,
menahan lidah dari keluh kesah serta menahan diri dari rasa gelisah, cemas
dan amarah. Sedangkan dalam kajian literatur barat, kesabaran dapat
ditemukan dari kata kunci patience, tetapi tidak dijelaskan secara detail
tentang konsep kesabaran.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Vibriyanti, Deshinta. (2020). Kesehatan Mental Masyarakat : Mengelola


Kecemasan Di Tengah Pandemi Covid-19. Jurnal Kependudukan Indonesia,69-
74.

Muslim, Mohammad. (2020). Manajemen Stress Pada Masa Pandemic Covid-19.


Jurnal Manajemen Bisnis,23, 192-201.

Sujarwa, Drs. 2018. Ilmu Sosial Budaya Dasar Manusia dan Fenomena Sosial
Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Ross, Hanna Oktasya, Megawatul Hasanah, dan Fitri Ayu Kusumaningrum.


(2020). Implementasi Konsep Sahdzan (Sabar Dan Huznudzan) Sebagai Upaya
Perawatan Kesehatan Mental Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
Kemahasiswaan,12(1), 73-82.

Wulan, Ratna. (2020). Terapi Realitas dan Konsep Sabar Dalam Physical
Distancing Mahasiswi Di Asrama Astir Aulia. Jurnal Konseling Edukasi, 4(2),
259-289.

Anda mungkin juga menyukai