Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT


KECEMASAN PADA MASYARAKAT AKIBAT PANDEMI COVID-19
DI DESA OMA KECAMATAN PULAU HARUKU

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Delfrits Hetharia

16 3145 105 005

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk intervensi keperawatan yang
mandiri untuk membantu klien baik individu, keluarga, kelompok maupun
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan melalui kegiatan pembelajaran,
yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik (Mukhoirotin,
Rahmat, 2014).
Pendidikan kesehatan yang dapat berpengaruh terhadap pengetahuan
seseorang dapat diperoleh dari berbagai macam cara baik dari media cetak seperti
poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, stiker dan pamflet, maupun media
eletronik seperti TV, radio, cassete dan slide. Leaflet dan slide powerpoint LCD
merupakan media yang paling sering digunakan oleh tenaga kesehatan dalam
memberikan pendidikan kesehatan (Yulfitria, 2017).
Pendidikan kesehatan ialah suatu kegiatan atau usaha penyampaian pesan
kesehatan kepada kelompok atau individu. adanya pesan tersebut maka
diharapkan kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang
kesehatan (Wulansari, 2013). Hal tersebut juga berlaku untuk pengetahuan
kelompok atau individu tersebut dalam mendapatkan informasi seperti halnya
tentang pola hidup sehat agar meminimalisir kecemasan yang bisa berdampak
pada kondisi mental yang kurang baik.
Pada dasarnya kecemasan adalah kondisi psikologis seseorang yang penuh
dengan rasa takut dan khawatir, dimana perasaan takut dan khawatir akan sesuatu
hal yang belum pasti akan terjadi. Kecemasan berasal dari bahasa Latin (anxius)
dan dari bahasa Jerman (anst), yaitu suatu kata yang digunakan untuk
menggambarkan efek negatif dan rangsangan fisiologis (Nasrulloh, 2020).
Dikutip dari Hardy (2012) dalam Mukhoirotin dan Rahmat (2014)
menjelaskan bahwa kecemasan merupakan respon terhadap suatu ancaman dan
hal yang tidak diketahui dengan jelas penyebabnya, dan salah satu keadaan
emosional seseorang dengan tingkat yang berbeda-beda. Keadaan tersebut bisa
mengganggu kehidupan seseorang apabila sudah sampai ke tingkat yang sedang
dan berat. Karena kurangnya pengetahuan dan wawasan tentang masalah yang
dihadapinya terutama pada penyakit yang dideritanya seperti hipertensi.
Cemas atau ansietas merupakan reaksi emosional yang timbul oleh penyebab
yang tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan merasa
terancam. Keadaan emosi ini biasanya merupakan pengalaman individu yang
subyektif yang tidak diketahui secara khusus penyebabnya. Seorang siswi yang
belum pernah mengalami menarche dapat merasa cemas terhadap sesuatu yang
belum pernah dialaminya (Wulansari, 2013).
Di kutip dari Kurniawan (2013) dalam Yuwono dan Ridwan (2017)
menjelaskan tentang cara mengatasi kecemasan pada seseorang dengan
memberikan pendidikan kesehatan guna memenuhi serta meningkatkan
kebutuhan dan pengetahuan tentang kesehatan maupun penyakit kepada
masyarakat. Pengetahuan tentang kesehatan dan berbagai jenis penyakit yang
sekarang sedang merajalela di dunia seperti yang kita ketahui adalah Covid-19
yang memiliki kepanjangan corona virus disease tahun 2019 menjadi prioritas
penting agar segala prosedur dan protokol kesehatan dapat dijalankan seperti
semestinya.
Virus Corona (CoV) adalah keluarga besar virus yang dapat menginfeksi
burung dan mamalia, termasuk manusia. Menurut WHO (World Health
Organization) virus ini menyebabkan penyakit mulai dari flu ringan hingga
infeksi pernapasan yang lebih parah seperti MERS-CoV dan SARS- CoV. Virus
ini bersifat zoonosis, artinya ini merupakan penyakit yang dapat ditularkan antara
hewan dan manusia seperti Rabies dan Malaria (Zendrato, 2020).
Pada Desember 2019 tepatnya di Wuhan, Cina, ditemukan jenis virus corona
baru yang disebut Severe Acute Respiratory Syndrome Corona virus 2 (SARS-
CoV-2). Infeksi virus ini disebut Covid-19 dan lebih berbahaya dibanding SARS
atau MERS. Covid-19 menimbulkan berbagai komplikasi penyakit terutama
gangguan pada saluran pernapasan seperti gagal pernapasan akut, pneumonia,
acute respiratory distress syndrome (ARDS) dan juga komplikasi dan masalah
pada organ lain hingga menyebabkan kematian bagi penderitanya (Zendrato,
2020).
Saat ini ada sebanyak 65 negara terinfeksi virus corona. Menurut data WHO
per tanggal 2 maret 2020 jumlah penderita 90.308 terinfeksi Covid-19. Di
Indonesia pun sampai saat ini terinfeksi 2 orang. Angka kematian mencapai 3.087
2,3% dengan angka kesembuhan 45.726 orang. Terbukti pasien konfirmasi
Covid-19 di Indonesia berasal dari suatu acara di Jakarta dimana penderita
kontak dengan seorang warga negara asing (WNA) asal jepang yang tinggal di
malaysia setelah pertemuan tesebut penderita pengeluhkan demam, batuk, dan
sesak napas (Yuliana, 2020).
Rekomendasi WHO dalam menghadapi Covid-19 adalah melakukan proteksi
dasar, yang terdiri dari cuci tangan secara rutin dengan alkohol atau sabun dan air,
menjaga jarak dengan seseorang yang memiliki gejala batuk atau bersin,
melakukan etika batuk atau bersin dan berobat ketika memiliki keluhan yang
sesuai kategori suspek. Rekomendasi jarak yanh harus dijaga adalah satu meter
(Listina, Ika, Solikhati, & Fatmah, 2020)
Hasil penelitian dari Susilo, Rumende, Pitoyo, Santoso, Yulianti,
Herikurniawan, Sinto, Singh, Nainggolan, Nelwan, Chen, Widhani, Wijaya,
Wicaksana, Maksum, Firda (2020) menjelaskan bahwa pada tanggal 30 Maret
2020, terdapat 693.224 kasus dan 33.106 kematian di seluruh dunia. Eropa dan
Amerika Utara telah menjadi pusat pandemi covid-19, dengan kasus dan kematian
sudah melampaui China. Amerika Serikat menduduki peringkat pertama dengan
kasus covid-19 terbanyak dengan penambahan kasus baru sebanyak 19.332 kasus
pada tanggal 30 Maret 2020 disusul oleh Spanyol dengan 6.549 kasus baru. Italia
memiliki tingkat mortalitas paling tinggi di dunia, yaitu 11,3%.5 Struktur genom
virus ini memiliki pola seperti corona virus pada umumnya.
Covid-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020
sejumlah dua kasus. Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang terkonfirmasi
berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus kematian. Tingkat mortalitas covid-19 di
Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara
(Susilo dkk, 2020).
Provinsi di Indonesia terutama di Maluku juga sudah menjadi zona merah
penyebaran covid-19 dengan jumlah terkonfirmasi 287 kasus dengan pasien
sembuh 67 dan meninggal dunia 8 orang. Di Maluku virusnya sudah masuk ke
semua kabupaten yang ada di Maluku Tengah sejak 7 Juli 2020 terkonfirmasi
kasus sebanyak 8 orang. Sedangkan untuk wilayah kecamatan Pulau Haruku,
terutama Desa Oma belum ada terkonfirmasi covid-19 (Kabartimurnews.com).
Kurangnya fasilitas internet serta fasilitas kesehatan seperti rumah sakit di
pulau Haruku khususnya di desa Oma dimana untuk mendapatkan akses ke rumah
sakit terdekat, masyarakat desa Oma harus menyeberangi lautan menuju ke rumah
sakit Tulehu. Terlebih lagi tidak adanya puskesmas di desa Oma yang ada
hanyalah polindes, untuk mengakses puskesmas masyarakat harus pergi ke desa
tetangga. Hal tersebut menjadi perhatian khusus minimnya informasi kesehatan
yang dapat diperoleh masyarakat desa Oma.
Peneliti menganggap perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat kecemasan masyarakat
Desa Oma akibat pandemi Covid-19, sehingga diharapkan tingkat kecemasan
yang merupakan dampak dari pandemi Covid-19 pada masyarakat Desa Oma bisa
berkurang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap tingkat
kecemasan masyarakat Desa Oma akibat pandemi Covid-19?

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat
kecemasan masyarakat Desa Oma akibat pandemi Covid-19.
2. Tujuan khusus
a. Dikietahui tingkat kecemasan masyarakat sebelum pendidikan kesehatan
di Desa Oma akibat pandemi Covid-19.
b. Diketahui tingkat kecemasan masyarakat setelah pendidikan kesehatan
Desa Oma akibat pandemi Covid-19.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Di kutip dari Nasrul Effendy (2008) dalam Nurlila & Fua (2016)
menjelaskan pendidikan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang
dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,
sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau
dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan.
Menurut Merlina (2009) dalam Nurlila & Fua (2016) pendidikan
kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara
menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang ada
hubungannya dengan kesehatan perorangan, masyarakat dan bangsa.
Menurut Rusli (2009) dalam Nurlila & Fua (2016) pendidikan
kesehatan didefinisikan sebagai suatu proses pada diri manusia yang ada
hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perseorangan dan
masyarakat.
2. Tujuan Program Pendidikan Kesehatan
Tujuan program pendidikan kesehatan menurut Notoatmodjo (2012)
dalam Nurlila & Fua (2016) antara lain sebagai berikut:
a. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat
sehingga memiliki tanggung jawab yang besar pada kesehatan dirinya.
b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai hidup sehat.
c. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang ada.
Menurut Saragih (2010) dalam Nurlila & Fua (2016) beberapa faktor
yang perlu diperhatikan agar pendidikan kesehatan dapat mencapai
sasaran antara lain:
a. Tingkat Pendidikan, Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat
dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin
mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya.
b. Tingkat Sosial Ekonomi, Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi
seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru.
c. Ketersediaan Waktu di Masyarakat, waktu penyampaian informasi
harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin
tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan. Hal ini dikarenakan
aktivitas dan pekerjaan tiap individu berbeda antara satu dengan yang
lainnya.
d. Kepercayaan Masyarakat, dalam menerima informasi masyarakat lebih
memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-orang yang
sudah mereka kenal dan berperan penting dalam bermasyarakat.
Misalnya di daerah pedalaman akan lebih percaya dengan apa yang
disampaikan oleh kepala suku mereka dibandingkan percaya terhadap
seorang tenaga kesehatan yang datang ke daerah mereka untuk
menyampaikan pendidikan kesehatan.
e. Adat Istiadat, masyarakat kita masih sangat menghargai dan
menganggap adat istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
Oleh karena itu seiring dengan banyaknya informasi-informasi baru
mengenai kesehatan, masyarakat tidak akan meninggalkan adat yang
mereka miliki karena sudah menjadi kebiasaan yang harus dilakukan.

3. Macam-Macam Alat Bantu Pendidikan Kesehatan:


a. Leafleat
Menurut Depkes (2004b) leafleat merupakan selembar kertas yang
berisi tulisan cetak tentang suatu masalah khusus untuk suatu sasaran dan
tujuan tertentu dan isi harus dapat ditangkap sekali baca. Leafleat
merupakan bentuk penyampaian informasi kesehatan dalam bentuk
kalimat maupun gambar atau kombinasi melalui lembaran yang dilipat
(Permatasari, 2013).
Dikutip dari Notoatmodjo (2007) dalam Permatasari (2013)
menjelaskan bahwa leafleat merupakan Bentuk penyampaian informasi
atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat, isi informasi
dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi.
Kelebihan menggunakan leafleat sebagai media pendidikan menurut
Depkes (2004b) dalam Permatasari (2013) antara lain:
1. dapat disimpan lama.
2. dapat digunakan sebagai referensi.
3. jangkauan dapat jauh.
4. jika diperlukan isi dapat dicetak kembali.
5. dapat digunakan sebagai bahan diskusi pada kesempatan berbeda.
b. Audiovisual
Audiovisual adalah sebuah alat bantu seseorang dalam menerima suatu
pesan, sehingga dapat memperoleh ilmu dan pengalaman yang
bermanfaat untuk meraih tujuan dan ilmu yang ingin dicapai (dalam hal
ini adalah latihan otak dan daya ingat). Penyebutan audiovisual
sebenarnya mengacu pada indra yang menjadi sasaran dari media
tersebut. Media audiovisual mengandalkan pendengaran dan penglihatan
dari khalayak sasaran. Sehingga, seorang anak yang ingin daya ingat dan
otaknya tajam dapat dilakukan dengan cara menggunakan media
pendengaran (telinga) dan penglihatan (mata). Maka dari itu, media
audiovisual merupakan alat yang digunakan untuk meningkatkan
kemampuan otak, khususnya ketajaman otak dan daya ingat, melalui
media yang dapat didengar dan dilihat (Permatasari, 2013).
Kriteria-kriteria dalam pemilihan media audiovisual antara lain:
ketersediaan sumber setempat. Artinya bila media yang bersangkutan
tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau
dibuat sendiri, efektifitas biaya, tujuan serta suatu teknis media
pengajaran, harus luwes, kepraktisan, dan ketahan lamaan media yang
bersangkutan untuk waktu yang lama, artinya bisa digunakan dimanapun
dengan peralatan yang ada disekitarnya dan kapanpun serta mudah
dijinjing dan dipindakan (Permatasari, 2013)

B. Covid-19
1. Pengertian Covid-19
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus
yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat
seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) adalah
penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada
manusia. Virus penyebab Covid-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona
adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian
menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke
manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun hewan yang menjadi
sumber penularan Covid-19 ini masih belum diketahui (Wulandari, Rahman,
Pujianti, Sari, Laily, Anggraini, Muddin, Ridwan, Anhar, Azmiyannoor,
2020)

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2


(SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit
karena infeksi virus ini disebut Covid-19. Virus Corona bisa menyebabkan
gangguan pada sistem pernapasan, pneumonia akut, sampai kematian. Severe
acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal
dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke
manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang
dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui (Ausrianti, Andayani, Surya,
2020).

2. Etiologi
Corona virus merupakan virus zoonotik, RNA virus, bersikulasi di
hewan, seperti unta, kucing, dan kelelawar. Hewan dengan coronavairus
dapat berkembang dan menginfeksi manusia seperti pada kasus MERS
dan SARS seperti kasus outbreak saat ini (Morfi, Junaidi, Elsesmita,
Asrini, Pangestu, Lestari, Medison, Russilawati, Fauzar, Kurniati, 2020).

Epidemi dua betacoronavirus SARS dan MARS sekitar 10.000 kasus;


tingkat kematian 10 % untuk SARS dan 37 % untuk MARS. Studi saat ini
telah mengungkapkan bahwa Covid-19 mungkin berasal dari hewan liar
tetapi asal pastinya belum jelas
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pasien covid-19 memiliki spektrum yang luas, mulai
dari tanpa gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia
berat, ARDS, sepsis, hingga syok sepsis. Sekitar 80% kasus tergolong
ringan atau sedang, 13,8% mengalami sakit berat, dan sebanyak 6,1%
pasien jatuh ke dalam keadaan kritis. Berapa besar proporsi infeksi
asimtomatik belum diketahui.Viremia dan viral load yang tinggi dari swab
nasofaring pada pasien yang asimptomatik telah dilaporkan (Susilo,
Rumende, Pitoyo, Santoso, Yulianti, Herikurniawan, Sinto, Singh,
Nainggolan, Nelwan, Chen, Widhani, Wijaya, Wicaksana, Maksum,
Firda , 2020).

Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut saluran


napas atas tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue, batuk
(dengan atau tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan,
kongesti nasal, atau sakit kepala. Pasien tidak membutuhkan suplementasi
oksigen. Pada beberapa kasus pasien juga mengeluhkan diare dan muntah
seperti terlihat. Pasien Covid-19 dengan pneumonia berat ditandai dengan
demam, ditambah salah satu dari gejala:(1). Frekuensi pernapasan
>30x/menit (2). Distres pernapasan berat, atau (3). Saturasi oksigen 93%
tanpa bantuan oksigen (Susilo dkk, 2020).

Gejala Covid-19 dimulai dengan batuk kering dan diikuti dengan


gangguan pernafasan. Batuk ini adalah batuk yang terus menerus selama
lebih dari satu jam atau mengalami betuk rejan selama tiga kali dalam
periode 24 jam, biasanya lima hari secara rata-rata bagi orang untuk
menunjukkan gejalanya namun bagi sebagian orang gejalanya lebih
lambat terjadi. Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengatakan masa
inkubasi selama 14 hari, Spesialis Telinga, Hidung, Tenggorokan di
Inggris mengatakan mereka mendengar ada gejala lain dari banyak pasien
termasuk kehilangan indera penciuman dan perasa (Zendrato, 2020).

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lain seperti hematologi rutin, hitung jenis,
fungsi ginjal, elektrolit, analisis gas darah,hemostasis, laktat, dan
prokalsitonin dapat dikerjakan sesuai dengan indikasi.
Trombositopenia juga kadang dijumpai, sehingga kadang diduga
sebagai pasien dengue. Singapura melaporkan adanya pasien positif
palsu serologi dengue, yang kemudian diketahui positif Covid-19.
Karena gejala awal Covid-19 tidak khas, hal ini harus diwaspadai
(Susilo dkk, 2020).
b. Pencitraan Modalitas
Pencitraan Modalitas pencitraan utama yang menjadi pilihan adalah
foto toraks dan Computed Tomography Scan (CT- scan) toraks. Pada
foto toraks dapat ditemukan gambaran seperti opasifikasi ground-
glass, infiltrat, penebalan peribronkial, konsolidasi fokal, efusi pleura,
dan atelectasis, seperti terlihat. Foto toraks kurang sensitif
dibandingkan CT scan, karena sekitar 40% kasus tidak ditemukan
kelainan pada foto toraks.Temuan utama pada CT scan toraks adalah
opasifikasi ground-glass (88%), dengan atau tanpa konsolidasi, sesuai
dengan pneumonia viral. Keterlibatan paru cenderung bilateral
(87,5%), multilobular (78,8%), lebih sering pada lobus inferior dengan
distribusi lebih perifer (76%). Penebalan septum, penebalan pleura,
bronkiektasis, dan keterlibatan pada subpleural tidak banyak
ditemukan (Susilo dkk, 2020).
5. Pemeriksaan Diagnostik SARS-CoV-2
a. Pemeriksaan Antigen-Antibodi
Ada beberapa perusahaan yang mengklaim telah mengembangkan uji
serologi untuk SARS-CoV19, namun hingga saat ini belum banyak
artikel hasil penelitian alat uji serologi yang dipublikasi. Salah. Salah
satu kesulitan utama dalam melakukan uji diagnostik tes cepat yang
sahih adalah memastikan negatif palsu, karena angka deteksi virus
pada rRT-PCR sebagai baku emas tidak ideal. Selain itu, perlu
mempertimbangkan onset paparan dan durasi gejala sebelum
memutuskan pemeriksaan serologi. IgM dan IgA dilaporkan terdeteksi
mulai hari 3-6 setelah onset gejala, sementara IgG mulai hari 10-18
setelah onset gejala. Pemeriksaan jenis ini tidak direkomendasikan
WHO sebagai dasar diagnosis utama. Pasien negatif serologi masih
perlu baku emas tidak ideal. Selain itu, perlu mempertimbangkan onset
paparan dan durasi gejala observasi dan diperiksa ulang bila dianggap
ada faktor risiko tertular (Susilo dkk, 2020).
b. Pemeriksaan Virologi
Saat ini WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk
seluruh pasien yang termasuk dalam kategori suspek. Pemeriksaan
pada individu yang tidak memenuhi kriteria suspek atau asimtomatis
juga boleh dikerjakan dengan mempertimbangkan aspek epidemiologi,
protokol skrining setempat, dan ketersediaan alat. Pengerjaan
pemeriksaan molekuler membutuhkan fasilitas dengan biosafety level
2 (BSL-2), sementara untuk kultur minimal BSL-3. Kultur virus tidak
direkomendasikan untuk diagnosis rutin. Metode yang dianjurkan
untuk deteksi virus adalah amplifikasi asam nukleat dengan real-time
reversetranscription polymerase chain reaction (rRT- PCR) dan
dengan sequencing. Sampel dikatakan positif (konfirmasi SARS-CoV-
2) bila rRT-PCR positif pada minimal dua target genom yang spesifik
SARS- CoV-2; atau rRT-PCR positif betacoronavirus, ditunjang
dengan hasil sequencing sebagian atau seluruh genom virus yang
sesuai dengan SARS-CoV-2 (Susilo dkk, 2020).
c. Pengambilan Spesimen
WHO merekomendasikan pengambilan spesimen pada dua lokasi,
yaitu dari saluran napas atas (swab nasofaring atau orofaring) atau
saluran napas bawah [sputum, bronchoalveolar lavage (BAL), atau
aspirat endotrakeal]. Sampel diambil selama 2 hari berturut turut untuk
PDP dan ODP, boleh diambil sampel tambahan bila ada perburukan
klinis. Pada kontak erat risiko tinggi, sampel diambil pada hari 1 dan
hari 14 (Susilo dkk, 2020).
Sampel darah, urin, maupun feses untuk pemeriksaan virologi belum
direkomendasikan rutin dan masih belum dianggap bermanfaat dalam
praktek di lapangan. Virus hanya terdeteksi pada sekitar <10% sampel
darah, jauh lebih rendah dibandingkan swab. Belum ada yang berhasil
mendeteksi virus di urin. SARS-CoV-2 dapat dideteksi dengan baik di
saliva (Susilo dkk, 2020).
6. Tata Laksana
Saat ini belum tersedia rekomendasi tata laksana khusus pasien Covid-
19, termasuk antivirus atau vaksin. Tata laksana yang dapat dilakukan
adalah terapi simtomatik dan oksigen. Pada pasien gagal napas dapat
dilakukan ventilasi mekanik. National Health Commission (NHC) China
telah meneliti beberapa obat yang berpotensi mengatasi infeksi SARS-
CoV-2, antara lain interferon alfa (IFN-α), lopinavir/ritonavir (LPV/r),
ribavirin (RBV), klorokuin fosfat (CLQ/CQ), remdesvir dan umifenovir
(arbidol). Selain itu, juga terdapat beberapa obat antivirus lainnya yang
sedang dalam uji coba di tempa lain (Susilo dkk, 2020).
Di kutip dari Zendrato (2020) menjelaskan bahwa dalam menekan laju
penyebaran Covid-19, banyak tindakan pencegahan yang dilakukan dan
dihimbau oleh pemerintah maupun beberapa pihak tertentu. Berdasarkan
Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Coronavirus Disease (Covid-19).
Revisi ke-3 disampaikan langkah-langkah yang paling efektif di
masyarakat, meliputi:
a. Melakukan kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer jika tangan
tidak terlihat kotor atau cuci tangan dengan sabun jika tangan terlihat
kotor.
b. Menghindari menyentuh mata, hidung, dan mulut.
c. Terapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut
dengan lengan atas bagian dalam atau tisu, lalu buanglah tisu ke
tempat sampah.
d. Pakailah masker medis jika memiliki gejala pernapasan dan
melakukan kebersihan tangan setelah membuang masker.
e. Menjaga jarak (minimal 1 meter) dari orang yang mengalami gejala
gangguan pernapasan.
Di kutip dari Zendrato (2020) menjelaskan bahwa Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan langkah-langkah perlindungan
untuk semua orang terhadap virus corona Covid-19 sebagai berikut:
a. Bersihkan tangan secara teratur dan menyeluruh dengan cairan
berbasis alkohol atau cuci tangan dengan sabun dan air.
b. Pertahankan jarak setidaknya 1 meter (3 kaki) antara anda dan siapa
saja yang batuk atau bersin.
c. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut. Tangan menyentuh
banyak permukaan dan virus bisa menempel disana, setelah
terkontaminasi tangan dapat memindahkan virus ke mata, hidung, atau
mulut anda dan dapat menimbulkan penyakit.
d. Pastikan anda dan orang-orang di sekitar menjaga kebersihan
pernapasan, yaitu dengan menutup mulut dan hidung dengan siku atau
bagian lainnya yang tertekuk saat anda batuk atau bersin kemudian
segera buang tisu bekas.
e. Tetap dirumah jika anda merasa tidak sehat dan ketika mengalami
batuk, demam dan kesulitan bernapas, cari bantuan medis dan hubungi
mereka terlebih dahulu serta ikuti arahan otoritas kesehatan setempat.
f. Baca perkembangan terbaru tentang Covid-19 dan ikuti saran yang
diberikan oleh penyedia layanan kesehatan, otoritas kesehatan publik
nasional dan lokal tentang cara melindungi diri sendiri dan orang lain
dari Covid-19.

C. Kecemasan
1. Defenisi kecemasan
Di kutip dari Sri Adi Widodo.dkk, (2017) dalam Nasrulloh (2020)
menjelaskan bahwa kecemasan merupakan perasaan takut yang bersifat
lama pada sesuatu yang tidak jelas dan berhubungan dengan perasaan
yang tidak menentu dan tidak bedaya. Hal senada diungkapkan oleh Lubis
menyatakan bahwa kecemasan adalah takut akan kelemahan. Kecemasan
meru pakan perasaan yang kita alami ketika berpikir tentang sesuatu tidak
menyenangkan yang akan terjadi.

Menurut American Psychological Association (APA), kecemasan


merupakan keadaan emosi yang muncul saat individu sedang stress, dan
ditandai oleh perasaan tegang, pikirang yang mebuat individu merasa
khawatir dan disertai repon fisik (jantung berdetak kencang, naiknya
tekanan darah, dan lain sebagainya) (Nasrulloh, 2020).
Kecemasan adalah ganguan alam perasaan yang ditandai dengan
perasaan takut atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak
mengalami ganguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh,
perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal
(Wulansari, 2013).
2. Jenis-Jenis Kecemasan
Di kutup dari Sigmund Freud (dalam Feist &Feist, 2012) dalam
Nasrulloh (2020) membagi kecemasan menjadi tiga jenis, yaitu membagi
kecemasan menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Kecemasan Neurosis(neuroticanxiety), merupakan perasaan cemas
akiba bahaya yang tidak diketahui. Perasaan itu sendiri berada pada
ego, tetapi muncul dari dorongan.
b. Kecemasan Realistis (realisticanxiety), kecemasan ini didefinisikan
sebagai persaaan yang tidak menyenangkan dan idak spesifik yang
mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri.
c. Kecemasan Moral(moral anxiety), bermula dari konflik antara ego dan
uperego. Ketika anak membangun superego biasanya di usia lima atau
enam tahun mereka mengalami kecemasan yang tumbuh dari konflik
antara kebutuhan realistis dan perintah superego.
Mengacu dari beberapa teori terkait kecemasan, maka peneliti kenali
beberapa jenis gangguan kecemasan dengan beberapa indikatornya, yaitu:
a. Kecemasan umum, gemetar dan berkeringat dingin, otot tegang,
pusing, mudah marah, sering buang air kecil, sulit tidur, dada
berdebar- debar, mules. Mudah lelah, nafsu makan menurun, dan
susah berkonsentrasi
b. Kecemasan gangguan panik, gejalanya berupa jantung berdebar,
berkeringat, nyeri dada, ketakutan, gemetar seperti tersendak atau
seperti berasa diujung tanduk, detak jantung cepat, wajah pucat.
c. Kecemasaan sosial, rasa takut atau cemas yang luar biasa terhadap
situasi sosial atau berinteraksi dengan orang lain, baik sebelum,
sesudah maupun sebelum dalam situasi tersebut.
d. Kecemasan obsessiv, ditandai dengan pikiran negatif sehingga
membuat gelisah, takut dan khawatir dan diperlukan perilaku yang
berulang untuk menghilangkannya.
3. Tingkat Kecemasan
Semua orang pasti mengalami kecemasan pada derajat tertentu,
Peplau mengidentifikasi 4 tingkatan kecemasan yaitu:
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ini berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Kecemasan dapat memotivasi belajar menghasilkan pertumbuhan serta
kreatifitas. Tanda dan gejala antara lain: persepsi danperhatian
meningkat, waspada, sadar akan stimulus internal dan eksternal,
mampu mengatasi masalah secara efektif serta terjadi kemampuan
belajar. Perubahan fisiologi ditandai dengan gelisah, sulit tidur,
hipersensitif terhadap suara, tanda vital dan pupil normal.
b. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang memusatkan pada hal
yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga individu
mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu
yang lebih terarah. Respon fisiologi : sering nafas pendek, nadi dan
tekanan darah naik, mulut kering, gelisah, konstipasi. Sedangkan
respon kognitif yaitu lahan persepsi menyempit, rangsangan luar tidak
mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiaannya.
c. Kecemasan Berat
Kecemasan berat sangat mempengaruhi persepsi individu,individu
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik,
serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan
untuk mengurangi ketegangan. Tanda dan gejala dari kecemasan berat
yaitu: persepsinya sangat kurang, berfokus pada hal yang detail,
rentang perhatian sangat terbatas,tidak dapat berkonsentrasi atau
menyelesaikan masalah, serta tidak dapat belajar secara efektif. Pada
tingkatan ini individu mengalami sakit kepala, pusing, mual, gemetar,
insomnia, palpitasi, takikardi, hiperventilasi, sering buang air kecil
maupun besar, dan diare.Secara emosi individu mengalami ketakutan
serta seluruh perhatian terfokus pada dirinya.
d. Panik
Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah,
ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu
yang mengalami panik tidak dapat melakukan sesuatu walaupun
dengan pengarahan. Panik menyebabkan peningkatan aktivitas
motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain,
persepsi yang menyimpang, kehilangan pemikiran yang rasional.
Kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung
lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian. Tanda dan
gejala daritingkat panik yaitu tidak dapat fokus pada suatu kejadian.
4. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan
Kecemasan sering kali berkemban selama jangka waktu dan sebagian
besar tergantunga pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa-
peristiwa atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan
kecemasan. Menurut Savitri Ramaiah (2003) dalam Nasrulloh (2020) ada
beberapa faktor yang menunujukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu :
a. Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir
individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan
karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu
dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga
individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan
keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini,
terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka
waktu yang sangat lama.
c. Sebab-sebab fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan.Hal ini terlihat dalam kondisi
seperti misalnya kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari
suatu penyakit.Selama ditimpa kondisi-kondisi ini,perubahan-
perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan.
Zakiah Daradjat, Kholil LurRochman (2010) dalam Nasrulloh (2020)
mengemukakan beberapa penyebab dari kecemasan yaitu :
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang
mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut,
karena sumbernya jelas di lihat didalam pikiran.
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal
yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini
sering pula menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-
kadang terlihat dalam bentuk yang umum.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak
berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan
takut yang mempengaruhi keseluruhan
d. Kepribadian penderitanya. Kecemasan hadir karena adanya suatu
emosi yang berlebihan.Selain itu,keduanya mampu hadir karena
lingkungan yang menyertainya,baik lingkungan keluarga, sekolah,
maupun penyebabnya.

Kecemasan timbul karena adanya ancaman atau bahaya yang tidak


nyata dan sewaktu-waktu terjadi pada diri individu serta adanya penolakan
dari masyarakat menyebabkan kecemasan berada di lingkungan yang baru
dihadapi (Patotisuro Lumban Gaol, 2004). Sedangkan Page (Elina
Raharisti Rufaidah, 2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan adalah:

a. Faktor fisik
Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu sehingga
memudahkan timbulnya kecemasan.
b. Trauma atau konflik
Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada kondisi
individu, dalam arti bahwa pengalaman- pengalaman emosional atau
konflik mental yang terjadi pada individu akan memudahkan
timbulnya gejala-gejala kecemasan.
c. Lingkungan awal yang tidak baik
Lingkungan adalah faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi
kecemasan individu, jika faktor tersebut kurang baik maka akan
menghalangi pembentukan kepribadian sehingga muncul gejala-gejala
kecemasan.

Ada 2 faktor yang mempengaruhi kecemasan menurut (Wulansari, 2013):

a. Faktor predisposisi (pendukung): ketegangan dalam kehidupan dapat


berupa hal-hal sebagai berikut; peristiwa traumatik, konflik emosional,
gangguan konsep diri, frustasi, gangguan fisik, pola mekanisme
kopingkeluarga, riwayat gangguan kecemasan keluarga, medikasi.
b. Faktor presipitasi: ancaman terhadap integritas fisik dan ancaman
terhadap harga diri.
5. Aspek-Aspek Kecemasan
Di kutip dari Gail W. Stuart dalam Nasrulloh (2020)
mengelompokkan kecemasan (anxiety) dalam respon perilaku, kognitif,
dan afektif, diantaranya:
a. Perilaku, diantaranya:
Gelisah, ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut,bicara cepat,kurang
koordinasi, cenderung mengalami cedera,menarik diri dari hubungan
interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah, menghindar,
hiperventilasi, dan sangat waspada.
b. Kognitif, diantaranya:
Perhatian terganggu, kosentrasi buruk, pelupa, salah dalam
memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berpikir, lapang persepsi
menurun, binggung, wapada, kesadaran diri, kehilangan objekvitas,
takut kehilangan kendali, takut pada gambar visual, takut pada
kematian, mimpi buruk.
c. Afektif, diantaranya:
Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan,
waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa
bersalah dan malu.
Kemudian di kutip dari Shah dalam M. Nur Ghufron & Rini
Risnawita, S, (2014: 144) dalam Nasrulloh (2020) membagi kecemasan
menjadi tigaaspek, yaitu:
a. Aspek fisik: seperti pusing, sakit kepala, tangan mengeluarkan
keringat, menimbulkan rasa mual padaperut, mulut kering, grogi, dan
lain-lain.
b. Aspek emosional: seperti timbulnya rasa panik dan rasa takut.Kajian.
c. Aspek mental atau kognitif, timbulnya gangguan terhadap perhatian
dan memori, rasa khawatir,ketidakteraturan dalam berpikir, dan
bingung.
Kemudian menurut Ivi Marie Blackburn & Kate M. Davidson (1994:
9) dalam Nasrulloh (2020) membagi analisis fungsional gangguan
kecemasan, diantaranya:
a. Suasana hati, diantaranya: kecemasan, mudah marah, perasaan sangat
tegang.
b. Pikiran, diantaranya: khawatir, sukar berkonsentrasi, pikiran kosong,
membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif,
dan merasa tidak berdaya.
c. Motivasi, diantaranya: menghindari situasi, ketergantungan tinggi, dan
ingin melarikan diri.
d. Perilaku, diantaranya: gelisah, gugup, kewaspadaan yang berlebihan.
e. Gejala biologis, diantaranya: gerakan otomatis meningkat, seperti
berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, dan mulut kering.
6. Indikator Kecemasan
Scully menyebutkan bahwa :“A subjectively state og anxiety may be
obvious, omit may be masked by psysical or other psychological
complaints”. Keadaan subyektif suatu kecemasan mungkin jelas nyata,
atau mungkin disembunyikan oleh fisik atau keluhan psikologis lain.
Scully dalam Andrianto (2009) (Nasrulloh, 2020).
Scully dalam Nasrulloh (2020) mengatakan gejala dan tanda
kecemasan itu terbagi menjadi tiga, diantaranya :
a. Aspek Psikologis dibagi menjadi beberapa indikator:
1) Apprehenson (keprihatinan/kecemasan pada masa depan)
2) Keraguan ketakutan dan antisipasi kemalangan
3) Perasaan panik
4) Hipervigilan (kecenderungan untuk bereaksi berlebihan terhadap
stress yang tidak begitu berat)
5) Lekas marah
6) Lelah
7) Insomnia (susah tidur)
8) Kecenderungan mengalami kecelakaan (kurang focus pada saat
berkendara)
9) Derealisasi (dunia tampak aneh) dan depersonalisasi (merasa
dirinya sendir tidak nyata)
10) Sukar fokus (memusatkan pikiran)
b. Aspek Somatis dibagi menjadi beberapa indikator, yaitu :
1) Sakit kepala
2) Pusing dan berkunang-kunang
3) Dada sesak dan jantung berdegup kencang
4) Diare dan gangguang perut
5) Sering buang air kecil
6) Perubahan tensi darah dan gelisah
7) Nafas pendek
8) Paresthesias (perasaan – perasaan kulit yang abnormal seperti
gatal, menusu dan rasa terbakar)
c. Asepek fisik dibagi menjadi beberapa indikator, yaitu :
1) Diaphoresis (banyak memproduksi keringat )
2) Kullit dingin dan lembab
3) Urat nadi cepat dan arrhythmias ( irama tidak teratur)
4) Muka pucat dan merah
5) Hyperreflexia (refleksi yang berlebihan)

7. Rentang Respon Kecemasan


Rentang respon kecemasan berfluktuasi antara respon adaptif dan
maladaptif, seperti dibawah ini (Sheryl, 2017) :
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi
Ringan Sedang Berat Panik
ringan
Gambar 2.1 Rentang Respon Kecemasan
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konseptual
Untuk mempermudah suatu penelitian, penting untuk membuat suatu
kerangka konseptual dengan tujuan membuat arah penelitian menjadi jelas.
Komponen penting dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan yang
berperan penting dalam mengatasi kecemasan akibat pandemi Covid-19. Berikut
gambaran kerangka konseptual dari penelitian ini:

Pendidikan Kesehatan (x) Kecemasan (y)


1. Leaflet 1. Tidak Cemas
2. Audiovisual 2. Cemas Ringan
3. Cemas Sedang

Gambar 3.1. Variabel Penelitian

Keterangan:

: Variabel X

: Variabel Y
B. Hipotesis Penelitian
Menurut Heryana (2020) hipotesis atau hipotesa merupakan suatu pernyataan
yang sifatnya sementara atau kesimpulan sementara atau dugaan yang bersifat
logis. Hipotesis dalam penelitian ini Ada pengaruh yang signifikan antara
pendidikan kesehatan terhadap tingkat kecemasan masyarakat Desa Oma akibat
pandemi Covid-19.

BAB IV

METODE PENILITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Azwar (2012) menjelaskan
metode kuantitatif yaitu metode yang menekankan analisis pada data-data
numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika.
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian Kuantitatif dengan Jenis penelitian yang
dipakai adalah Quasy Experiment, dimana peneliti memberikan perlakuan
pendidikan kesehatan terhadap kecemasan masyarakat Negeri Oma akibat
Pandemi Covid-19.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian menggunakan One Group Post-test design, di mana
pada penelitian ini sampel diobservasi terlebih dahulu sebelum diberi
perlakuan kemudian setelah diberikan perlakuan sampel tersebut diobservasi
kembali (Sugiyono, 2013).
Bentuk rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pre Test Perlakuan Post Test

Yb X Ya
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian

Keterangan :
Yb (Y before) : Kecemasan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan pada
masyarakat Negeri Oma.
X : Perlakuan pendidikan kesehatan pada masyarakat Negeri Oma.
Ya (Y after) : Kecemasan setelah dilakukan pendidikan kesehatan pada
masyarakat Negeri Oma.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Oma, Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten
Maluku Tengah.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September 2020.

C. Populasi Dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Populasi pada penelitian
ini adalah keseluruhan masyarakat Desa Oma dengan kriteria umur 20-29
tahun dengan total berjumlah 140 jiwa.

Tabel 4.1
Total Populasi Masyarakat Desa Oma Dengan Kriteria Umur 20-29 Tahun

No RT Jumlah
1. 001 18 Orang

2. 002 18 Orang

3. 003 25 Orang

4. 004 20 Orang

5. 005 40 Orang

6. 006 19 Orang

Total: 140 Orang


Sumber : Hasil survei awal oleh peneliti di Kantor Desa Oma

Dalam penelitian ini terdapat kriteria inklusi dan kriteria ekslusi sebagai
berikut :
a. Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu :
1) Bersedia menjadi subjek penelitian.
2) Masyarakat Desa Oma usia 20-29 tahun.
3) Tingkat pendidikan minimal lulusan SMA.
b. Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu :
1) Masyarakat yang terkonfirmasi positif Covid-19.
2) Masyarakat yang mengalami gangguan kecemasan
2. Sampel
Menurut Arikunto (2002) sampel adalah sebagian atau wakil dari
populasi yang diteliti. Apabila jumlah responden kurang dari 100, sampel
diambil sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sedangkan
apabila jumlah responden lebih dari 100, maka pengambilan sampel 10% -
15% atau 20% - 25% atau lebih (Arikunto, 2002). Berdasarkan dasar teori
tersebut, maka pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah 25% dari total
populasi yang ada, karena total populasi melebihi 100 yaitu 140 orang. Maka
didapati total sampel dari rumus dibawah ini :

n = 25% × N
n = 25% × 140
n = 35

Gambar 4.2 Rumus


Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar populasi
Sehingga jumlah sampel yang diambil dari total masyarakat Desa Oma
dengan kriteria umur 20-29 tahun adalah berjumlah 35 orang.
Jika total sampel yang diperoleh sebanyak 35 orang dan total RT Desa
Oma sebanyak 6 RT, maka didapati 5 RT memiliki perwakilan yang
berpartisipasi dalam penelitian ini sebanyak 6 orang dan 1 RT memiliki
perwakilan yang berpartisipasi dalam penelitian ini sebanyak 5 orang. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah random sampling (Penarikan
sampel secara acak).
Tabel 4.2 Responden yang berpartisipasi

No RT Jumlah
1 001 6
2 002 6
3 003 6
4 004 6
5 005 5
6 006 6
Total : 35 orang

D. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument penelitian
seperti :
1. Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yang diadaptasi dari Karya Tulis
Ilmiah milik Idham Muhammad tahun 2010 dengan total sampel penelitian
sebanyak 80 siswa XII SMAN 22 Bandung. Hamilton Anxiety Rating Scale
(HARS) digunakan untuk mengskrining tingkat kecemasan masyarakat Oma.
2. Leaflet dan Audiovisual tentang Covid-19
Leaflet dan Audiovisual tentang Covid-19 digunakan untuk membantu
menyebarkan informasi kepada masyarakat tentang Covid-19.
a. Leafleat
Leaflet yang diberikan dalam proses penyuluhan berisikan tentang hal-hal
seperti pengertian Covid-19, penyebab Covid-19, tanda dan gejala Covid-
19 serta cara mencegah Covid-19.
b. Audiovisual
Audiovisual diberikan dalam bentuk video tentang Covid-19 yang akan di
krimkan kepada setiap responden.
E. Metode Pengumpulan Data
1. Jenis Pengumpulan Data
Jenis pengumpulan data dalam penelitian ini berdasarkan hasil pengukuran
tingkat kecemasan diberikan langsung kepada responden menggunakan skala
ukur Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) untuk mengukur tingkat
kecemasan responden.
2. Prosedur Pengumpulan Data
Tahap-tahap pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Tahap Persiapan
1) Mengurus surat ijin penelitian dari Universitas Megarezky. Setelah
mendapatkan surat ijin penelitian dari Universitas Megarezky.
Selanjutnya surat penelitian dari kampus diberikan kepada Kepala
Desa Negeri Oma, Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku
Tengah.
b. Pelaksanaan
1) Peneliti menyiapakan perlengkapan untuk penelitian meliputi :
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) digunakan untuk
mengskrining tingkat kecemasan, leaflet dan audiovisual tentang
Covid-19 serta menyiapkan reward berupa snack untuk responden.
2) Peneliti memberikan informasi tentang tujuan penelitian dan
keikutsertaan dalam penelitian ini kepada sampel penelitian,
responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini diminta untuk
mengisi dan menanda tangani lembar persetujuan (informed consent).
3) Responden yang sudah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
dilakukan skrining tingkat kecemasan responden (pre-test) dengan
menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).
4) Responden diberikan perlakuan (intervensi) pendidikan kesehatan
tentang Covid-19 selama 15 menit.
5) Setelah perlakuan sudah selesai, dilakukan pengukuran kembali
skrining tingkat kecemasan responden (post-test) dengan
menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).
c. Strategi Intervensi
1) Tempat : Rumah masing-masing responden
2) Pelaksanaan : Penelitian ini akan dilaksanakan bertahap dari
responden pertama sampai responden yang terakhir dengan
mengunjungi langsung rumah responden, sebelum dilakukan
pendidikan kesehatan dilakukan pengukuran tingkat kecemasan
responden (pre test), setelah selesai dilakukan pendidikan kesehatan
dilakukan pengukuran kembali tingkat kecemasan responden (post
test).
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
dilakukan pendidikan kesehatan tentang covid-19. Sebelumnya dilakukan
pengujian normalitas dengan menggunakan Shapiro-Wilk yang mana bila P Value
> 0.05 maka data berdistribusi normal, bila P Value < 0.05 data berdistribusi
tidak normal. Setelah data berdistribusi normal maka menggunakan uji t (t
dependence/paired sample t test).
Analisis data menggunakan perhitungan statistik dengan bantuan program
SPSS (Statistic Product and Service Solution) versi 22.0 for Windows.

DAFTAR PUSTAKA

Adityo Susilo, C. Martin Rumende, Ceva W Pitoyo, Widayat Djoko Santoso, Mira
Yulianti, Herikurniawan, Robert Sinto, Gurmeet Singh, Leonard Nainggolan,
Erni J Nelwan, Lie Khie Chen, Alvina Widhani, Edwin Wijaya, Bramantya
Wicaksana, Maradewi Maksum, Firda , E. Y. (2020). Coronavirus Disease
2019 : Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45–
67.

Anggun Wulandari, Fauzie Rahman, Nita Pujianti, Ayu Riana Sari, Nur Laily, Lia
Anggraini, Farid Ilham Muddin, Agus Muhammad Ridwan, Vina Yulia Anhar,
Muhammad Azmiyannoor, D. B. P. (2020). Hubungan Karakteristik Individu
dengan Pengetahuan tentang Pencegahan Coronavirus Disease 2019 pada
Masyarakat di Kalimantan Selatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia,
15(1), 42–46.
Annisa, D. F., & Ifdil, I. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia
(Lansia). Konselor, 5(2), 93. APA (American Psychological Association).
(2017). Stress in AmericaTM 2017: Technology and Social Media. Part 2.
Stresinamerica.org dan Kecemasan Suatu Petunjuk Bagi Praktisi. Alih Bahasa:
Rusda Koto Sutadi.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Azwar, S. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Chicy Widya Morfi, Ahmad Junaidi, Elsesmita, Diana Nur Asrini, Freidlander
Pangestu, Dya Mulya Lestari, Irvan Medison, Russilawati, Fauzar, Roza
Kurniati, F. F. Y. (2020). Kajian Terkini CoronaVirus Disease 2019 ( COVID-
19 ). JURNAL ILMU KESEHATAN INDONESIA, 2019, 1–8.

Fadli, Toalib, I., & Kassaming. (2017). Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Mayor.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume, 13(6), 1–5.

Galih Adi Yuwono, Moh Ridwan, M. H. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan


Tentang Hipertensi Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Penderita Hipertensi Di
Kabupaten Magelang. Jurnal Keperawatan Soedirman, 12(1), 55–66.

Heryana, A. (2020). Hipotesis Penelitian. 1-16

Idham Muhammad. (2010). Gambaran Kecemasan Pada Siswa/i Kelas XII SMAN 22
Bandung Menjelang Ujian Akhir (UAN). 58–61.

KH. Nasrulloh, M. . (2020). Kajian Jenis Kecemasan Masyarakat Cilacap dalam


menghadapi Pandemi Covid 19. 1–33.

Listina, O., Ika, D., Solikhati, K., & Fatmah, I. S. (2020). EDUKASI CORONA
VIRUS DESEASE 19 (COVID-19) MELALUI PENYEBARAN POSTER
KEPADA MASYARAKAT KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL.
Jurnal Abdimas Bhakti Indonesia, 1(2).

Mukhoirotin, Ibrahim Rahmat, R. S. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan


Terhadap Kecemasan Primigravida Dalam Menghadapi Persalinan. Jurnal
Kesehatan Reproduksi, 1(3), 166–174.

Permatasari, D. (2013). Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan


Leafleat Dengan Audiovisual Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang
Bahaya Minuman Keras Di Desa Wates Simo Boyolali. 1–17.

Raharjo S. (2013). Uji Normalitas Data Rumus Shapiro-Wilk dengan SPSS [Internet].
Konsistensi, Panduan Olah Data Penelitian dengan SPSS. [Diakses pada 3
Oktober 2020].

Raharjo S. (2015). Cara Uji Normalitas Shapiro-Wilk dengan SPSS Lengkap


[Internet]. SPSS Indonesia, Olah Data Statistik dengan SPSS. [Diakses pada 3
Oktober 2020].

Raharjo S. (2016). Cara Uji Paired Sample T-Test dan Interpretasi dengan SPSS
[Internet]. SPSS Indonesia, Olah Data Statistik dengan SPSS. [Diakses pada 3
Oktober 2020].

Ratna Umi Nurlila, Jumarddin La Fua, M. (2016). Pengaruh Pendidikan Kesehatan


Terhadap Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Pada Siswa Di Sd Kartika Xx-
10 Kota Kendari Tahun 2015. Jurnal Al-Ta’dib, 9(1), 94–119.

Rizka Ausrianti, Rifka Putri Andayani, Defrima Oka Surya, U. S. (2020). Edukasi
Pencegahan Penularan Covid 19 Serta Dukungan Kesehatan Jiwa Dan
Psikososial Pada Pengemudi Ojek Online. Jurnal Peduli Masyarakat, 2(2), 59–
64.

Sheryl. H. J. (2017). Hubungan dukungan keluarga dengan kejadian demensia pada


lansia di Desa Tumpaan Baru Kecamatan Tumpaan Amurang Minahasa Selatan
e-Journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono, P. D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.


Bandung: Alfabeta cetakan ke-19.

Suprapto. (2013). Metodologi penelitian ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu pengetahuan


sosial: Penelitian kuantitatif dan kualitatif dilengkapi dengan teknik pengolahan
data dan tabel statistik. Yogyakarta: CAPS.

Wijayanto, T. (2017). Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Kecemasan\ Pada


Pasien Preoperasi Kanker Payudara. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6(2), 13–19.

Wulansari, P. D. (2013). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menarche


Terhadap Tingkat Kecemasan Siswi Dalam Menghadapi Menarche Di Sd N
Blimbing 01 Gatak Sukoharjo. 1–15.
Yuliana. (2020). Wellness and healthy magazine. Corona Virus Diseases (Covid -19),
2(February), 187–192.

Yulfitria, F. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dalam Meningkatkan


Pengetahuan Tentang Pencegahan Keputihan Patologis. Jurnal Bidan, 3(02),
82–92.

Zendrato, W. (2020). Gerakan Mencegah Daripada Mengobati Terhadap Pandemi


Covid-19. Jurnal Educasioan and Development, 8(2), 242–248.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai