HASIL PENELITIAN
A. Hasil penelitian
Pada bab ini peneliti menyajikan tentang hasil penelitian, dan pembahasan
Rosela yang merupakan ruang khusus pasien dengan gangguan jiwa. Yang
2. Karakteristik responden
Table 4.1
Distribusi frekuensi umur responden
Umur responden Frekuensi %
≤ 29 tahun 4 22,2%
30-39 tahun 6 33,3%
40-49 tahun 7 38,9%
≥ 50 tahun 1 5,6 %
Total 18 100.0%
Sumber : Olahan Data Penelitian (2022)
Table 4.1 menunjukan bahwa umur responden dengan frekuensi terbesar
presentase 33,3%.
Table 4.2
Distribusi frekuensi jenis kelamin responden
Jenis kelamin responden Frekuensi %
Laki-laki 10 55,6 %
Perempuan 8 44,4 %
Total 18 100.0%
Sumber : Olahan Data Penelitian (2022)
Table 4.3
Distribusi frekuensi riwayat pendidikan responden
Riwayat pendidikan Frekuensi %
SD 1 5,6
SMP 7 38,9
SMA 9 50,0
DIPLOMA 1 5,6
Total 18 100.0
Table 4.3 merupakan table yang menunjukan riwayat pendidikan
prosentase 50%.
Table 4.4
Distribusi frekuensi riwayat pekerjaan responden
Pekerjaan responden Frekuensi %
Ibu Rumah Tanga 5 27,8
Wiraswasta 5 27,8
PNS 1 5,6
Karyawan 7 38,9
Total 18 100
Table 4.4 merupakan tabel distribusi frekuensi riwayat pekerjaan
2. Analisa univariat
Table 4.5
Distribusi frekuensi kemampuan interaksi pre
Kemampuan interaksi Frekuensi %
Sangat tidak mampu 4 22,2
Tidak mampu 9 50,0
Mampu 5 27,8
Total 18 100.0
Table 4.5 merupakan tabel hasil penelitian variabel kemampuan interaksi
Table 4.6
Distribusi frekuensi kemampuan interaksi post
Kemampuan interaksi
post Frekuensi %
Sangat tidak mampu 0 0
Tidak mampu 1 5,6
Mampu 17 94,4
Total 18 100.0
Table 4.6 menunjukan bahwa setelah diberikan intervensi terapi aktivitas
kelompok sosialisasi (TAKS) mayoritas responden mampu melakukan
interaksi sosial dengan frekuensi 17 responden dan prosentase 94,4%.
3. Analisa bivariat
Tabel 4.7
Hasil uji wilcaxon
Z P value
Tabel 4.6 merupakan tabel hasil uji wilcaxon. Dari tabel tersebut diketahui
nilai p value 0,001 yang artinya nilai p value dibawah nilai derajat alpha 0,05
1. Karakteristik responden
a. Kemampuan pre
Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden tidak
mampu melakukan interaksi sosial dengan frekuensi 9 responden dan
prosentase 50%. Dari hasil tersebut menunjukan bahwa responden yang
dirawat di RSUD Soemodiharjo Purwodadi tidak mampu melakukan
interaksi social. Adapun gambaran kondisi tingkat kemampuan interaksi
social
yaitu memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan saat berhubungan
dengan orang lain, karena ada penolakan, merasa bodoh, lebih banyak
diam, dan malas melakukan interaksi dengan orang lain. Selain itu klien
cenderung tidak percaya dan merasa tidak ada manfaatnya jika
berhubungan dengan orang lain karena merasa takut untuk mendapatkan
penolakan untuk berhubungan dengan orang lain sehingga responden
merasa tidak nyaman yang mengakibatkan responden suka menyendiri.
Soekanto (2012) menjelaskan bahwa Interaksi sosial merupakan
suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan
norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat.
Masyarakat tidak dapat hidup bersama tanpa interaksi, tidak hanya di
dunia nyata, kehidupan bersama juga terjadi di dunia maya, dimana
banyak orang secara bersama- sama berkumpul pada suatu wadah di
dalam jaringan internet dan secara bersama-sama melakukan interaksi di
dalamnya..
Sejalan dengan teori Keliat (2010) yang menjelaskan bahwa klien
yang mengalami isolasi sosial akan cenderung muncul perilaku
menghindar saat berinteraksi dengan orang lain dan lebih suka
menyendiri terhadap lingkungan agar pengalaman yang tidak
menyenangkan dalam berhubungan dengan orang lain tidak terulang
kembali.
b. Kemampuan post
3. Analisa bivariat
Valid 18 18 18 18
N
Missing 0 0 0 0
Statistics
Umur Responden
Valid 18
N
Missing 0
Mean 36,89
Median 37,50
Mode 40a
Std. Deviation 8,338
Minimum 20
Maximum 51
25 30,50
Percentiles 50 37,50
75 42,50
Umur Responden
kemampuan kemampuan
interaksi pre interaksi post
Valid 18 18
N
Missing 0 0
Ranks
Total 18
Test Statisticsa
kemampuan
interaksi post -
kemampuan
interaksi pre
Z -3,176b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,001