Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Sumber Hidup Ambon yang terletak di Jl. Anthony

Rebook No.11 Kelurahan Honipopu, Kecamatan Sirimau. Rumah Sakit

Sumber Hidup merupakan Rumah Sakit Umum Tipe C milik swasta yang

memiliki luas bangunan 3.454 m2 dan luas tanah 4.155 m2.

Bila dilihat dari usia Rumah Sakit Sumber Hidup, yang pada tahun

2018 genap berusia 72 tahun. Diawal tahun-tahun pelayanan kegiatan

Rumah Sakit lebih banyak berorientasi pada kegiatan rawat jalan, berupa

pemeriksaan ibu hamil (crampclinic) kemudian berkembang menjadi

Rumah Bersalin.

Tahun 1980, Rumah Bersalin GPM dikembangkan lagi menjadi

Rumah Sakit Bersalin. Sejalan dengan peningkatan pelayanan medis

seperti operasi terutama Caesar, maka pada tahun 1990 ditingkatkan

statusnya menjadi Rumah Sakit Umum sampai sekarang.

a. Visi dan Misi Rumah Sakit Sumber Hidup

Visi:

Menjadi Rumah Sakit pilihan utama masyarakat dengan

mengutamakan mutu dan keselamatan pasien.

31
Misi:

1) Memberikan pelayanan kesehatan secara holistic dengan dasar

kasih.

2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berpusat kepada

pasien dengan mengutamakan mutu dan keselamatan pasien serta

biaya yang terjangkau.

3) Melakukan pendidikan dan latihan serta pengembangan sumber

daya manusia yang berkesinambungan

4) Menyediakan sarana, prasarana dan peralatan yang memadai sesuai

kebutuhan layanan pasien dan keluarga

2. Analisa Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik

responden yang meliputi umur balita, jenis kelamin, umur ibu, pendidikan

terakhir dan pekerjaan. Pada penelitian ini variabel yang dideskripsikan

melalui analisis univariat adalah variabel variabel dependen yaitu tingkat

stress hospitalisasi pada anak prasekolah (4-6 tahun) di Ruang Ezra Rumah

Sakit Sumber Hidup Ambon. Analisis univariat akan diuraikan sebagai

berikut:

a. Karakteristik Responden

1) Umur Anak

Karateristik responden berdasarkan umur anak di tempat penelitian

dapat dilihat pada tabel 4.1.

32
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Anak di
Ruang Ezra RSSH Ambon
Umur Anak n %
4Tahun 13 43,3
5Tahun 13 43,3
6 Tahun 4 13,3
Total 30 100
Sumber : Data Primer, 2019

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan umur anak sebagian besar berada pada kelompok umur

4 tahun dan 5 tahun yaitu masing-masing sebanyak 13 orang

(43,3%).

2) Jenis Kelamin

Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin di tempat

penelitian dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di


Ruang Ezra RSSH Ambon
Jenis Kelamin n %
Laki-Laki 23 76,7
Perempuan 7 23,3
Total 30 100
Sumber : Data Primer, 2019

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan jenis kelamin sebagian besar pada jenis kelamin laki-

laki yaitu sebanyak 23 orang (76,7%).

3) Umur Ibu

Karateristik responden berdasarkan umur ibu di tempat penelitian

dapat dilihat pada tabel 4.3.

33
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan umur ibu di
Ruang Ezra RSSH Ambon
Umur Ibu n %
21-30 Tahun 10 33,3
31-40 Tahun 17 56,7
> 40 Tahun 3 10,0
Total 30 100
Sumber : Data Primer, 2019

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan umur ibu sebagian besar pada kelompok umur 31-40

tahun yaitu sebanyak 17 orang (56,7%).

4) Pendidikan Terakhir

Karateristik responden berdasarkan pendidikan terakhir di tempat

penelitian dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan


Terakhir di Ruang Ezra RSSH Ambon
Pendidikan Terakhir n %
SMA 17 56,7
PT 13 43,3
Total 30 100
Sumber : Data Primer, 2019

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan pendidikan terakhir sebagian besar pada tingkat

pendidikan SMA yaitu sebanyak 17 orang (56,7%).

5) Pekerjaan

Karateristik responden berdasarkan pekerjaan di tempat penelitian

dapat dilihat pada tabel 4.5.

34
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di
Ruang Ezra RSSH Ambon
Pekerjaan n %
PNS 11 36,7
Swasta 6 20,0
Tidak Bekerja 9 30,0
Lain-Lain 4 13,3
Total 30 100
Sumber : Data Primer, 2019

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan pekerjaan sebagian besar PNS yaitu sebanyak 11 orang

(36,7%).

b. Variabel Penelitian

1) Tingkat Stres Hospitalisasi Sebelum Dilakukan Distraksi Bercerita

Karateristik responden berdasarkan tingkat stress hospitalisasi

sebelum dilakukan distraksi bercerita di tempat penelitian dapat

dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan tingkat stress


hospitalisasi sebelum dilakukan distraksi bercerita
di Ruang Ezra RSSH Ambon
Stres n Mean Median Std. Minimum Maximum
Hospitalisasi Deviation
Pretest 30 27,20 28,00 4,350 20 32
Sumber : Data Primer, 2019

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan rata-rata tingkat stress hospitalisasi sebelum dilakukan

distraksi bercerita yaitu 27,20 yang berada pada kategori stress berat.

35
2) Tingkat Stres Hospitalisasi Sesudah Dilakukan Distraksi Bercerita

Karateristik responden berdasarkan tingkat stress hospitalisasi

sesudah dilakukan distraksi bercerita di tempat penelitian dapat

dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Stres


Hospitalisasi Sesudah Dilakukan Distraksi Bercerita
di Ruang Ezra RSSH Ambon
Stres n Mean Median Std. Minimum Maximum
Hospitalisasi Deviation
Posttest 30 20,13 20,00 2,776 16 24
Sumber : Data Primer, 2019

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan rata-rata tingkat stress hospitalisasi sesudah dilakukan

distraksi bercerita yaitu 20,13 yang berada pada kategori stress

sedang.

3. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji

hipotesis pengaruh distraksi bercerita terhadap tingkt stres hospitalisasi

anak prasekolah (4-6 tahun) di ruang Ezra Rumah Sakit Sumber Hidup

Ambon dengan menggunakan uji Normalitas terlebih dahulu dengan data

dikatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansi > 0,05 dapat dilihat

pada tabel 4.8.

36
Tabel 4.8. Uji Normalitas Data Pengaruh Distraksi Bercerita
Terhadap Tingkat Stres Hospitalisasi Pada Anak
Prasekolah (4-6 Tahun) Di Ruang Ezra RSSH Ambon
Variabel Shapiro Wilk Keterangan
Statistic df Sig.

Stres Hospitalisasi
melalui Distraksi .865 30 0,001 Tidak Normal
Bercerita Pretest
Stres Hospitalisasi
melalui Distraksi .888 30 0,004 Tidak Normal
Bercerita Posttest
Sumber : Data Primer, 2019
Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji

normalitas Shapiro Wilk, didapatkan nilai signifikansi untuk stress

hospitalisasi melalui distraksi bercerita pre-test 0.001 dan stress

hospitalisasi melalui distraksi bercerita post-test adalah 0.004. dimana nilai

signifikansi p < α (0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak

berdistribusi normal, maka uji statistik yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah uji nonparametrik test Wilcoxon, dapat dilihat pada

tabel 4.9.

Tabel 4.9. Hasil Uji Wilcoxon Sebelum dan Sesudah Dilakukan


Distraksi Bercerita Terhadap Tingkat Stres Hospitalisasi
Pada Anak Prasekolah (4-6 Tahun) Di Ruang Ezra RSSH Ambon
Stres Hospitalisasi n Mean Std. Minimum Maximum P-Value
Deviation
Sebelum dialkukan 30 27,20 4,350 20 32
Distraksi Bercerita
Sesudah dilakukan 30 20,13 2,776 16 24 0,000
Distraksi Bercerita
Perbandingan Rata-Rata 7,07

Sumber : Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, hasil analisis menunjukan bahwa

distraksi bercerita dapat menurunkan stress hospitalisasi pada anak

37
prasekolah yaitu dari nilai rata-rata sebelum diberikan distraksi bercerita

yaitu 27,20 berada dalam kategori stress berat menurun menjadi nilai rata-

rata setelah diberikan distraksi bercerita yaitu 20,13 berada dalam kategori

stress sedang. Hal tersebut menunjukan adanya perbedaan yang signifikan

dengan terdapat perbandingan nilai rata-rata antara stress hospitalisasi

sebelum dan sesudah diberikan distraksi bercerita yaitu 7,07. Dari hasil

analisa menggunakan uji wilcoxon didapat nilai p= 0,000 (p<0,005) yang

berarti bahwa ada pengaruh distraksi bercerita terhadap tingkat stress

hospitalisasi pada anak prasekolah (4-6 tahun) di ruang Ezra Rumah Sakit

Sumber Hidup Ambon.

B. Pembahasan

1. Stres Hospitalisasi Pada Anak Prasekolah (4-6 Tahun) di Ruang Ezra

Rumah Sakit Sumber Hidup Ambon Sebelum Diberikan Distraksi

Bercerita

Berdasarkan hasil penelitian (Pre-Test) menunjukkan bahwa rata-

rata stress hospitalisasi pada anak prasekolah sebelum diberikan distraksi

bercerita yaitu 27,20 yang berada dalam ketegori stress berat dengan nilai

median 28,00, standar deviasi 4,350 dengan nilai minimum 20 yaang

berada pada stress sedang dan maksimum 32 yang berada pada stress

berat.

Menurut Ambarawati (2015) sakit dan dirawat di Rumah Sakit

merupakan krisis utama yang tampak pada anak. Jika seorang anak dirawat

38
di Rumah Sakit maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis karena

anak mengalami stress akibat perubahan yang terjadi baik terhadap status

kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari-hari serta

anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk

mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang bersifat menekan,

yakni cemas akibat perpisahan, kehilangan kendali, citra tubuh dan adanya

nyeri.

Hal ini sejalan dengan penelitian Cut (2012) yang mengatakan

bahwa rata-rata anak usia prasekolah mengalami stress berat saat

menjalani hospitalisasi yaitu sebanyak 47,5%, seperti menangis,

memanggil nama ibunya, tidak bersikap kooperatif bahkan memukul orang

disekitarnya tanpa sengaja.

Anak akan meyakini bahwa dirawat di Rumah Sakit adalah

pengobatan yang menakutkan. Stress yang dialami anak memberikan

berbagai dampak yang cukup mempengaruhi proses perawatan selama di

Rumah Sakit karena anak tidka dapat bersikap kooperatif akibat stress

yang anak alami dan mengakibatkan waktu perawatan yang dibutuhkan

semakin lama (Brannon dkk, 2013).

Asumsi peneliti adalah sebelum diberikan distraksi bercerita,

ditemukan sebagian responden mengalami stress berat disebabkan karena

anak bertemu dengan orang-orang baru yang belum dikenalnya seperti

dokter, perawat serta petugas kesehatan lainnya. Anak merasa asing

denganorang baru dan lingkungan baru di Rumah Sakit. Adanya

39
lingkungan baru di Rumah Sakit membuat anak yang tidak beradaptasi

menjadi lebih mudah stress terutama bagi anak yang pertama kali

mengalami hospitalisasi.

2. Stres Hospitalisasi Pada Anak Prasekolah (4-6 Tahun) di Ruang Ezra

Rumah Sakit Sumber Hidup Ambon Sesudah Diberikan Distraksi

Bercerita

Berdasarkan hasil penelitian (Post-Test) menunjukkan bahwa rata-

rata stress hospitalisasi pada anak prasekolah sesudah diberikan distraksi

bercerita yaitu 20,13 yang berada dalam ketegori stress sedang dengan

nilai median 20,00, standar deviasi 2,776 dengan nilai minimum 16 yaang

berada pada stress ringan dan maksimum 24 yang berada pada stress

sedang.

Menurut Nursalam (2013) terapi bercerita merupakan salah satu

teknik bermain terapeutik yang bercerita atau mendongeng dalam

menyampaikan isi perasaan, buah pikiran atau sebuah cerita kepada anak-

anak melalui lisan. Manfaat dari kegiatan mendongeng ini antara lain

adalah mengembangkan fantasi, empati dan berbagai jenis perasaan lain,

menumbuhkan minat baca, membangun kedekatan dan keharmonisan,

media pembelajaran. Adapun manfaat lain bagi anak dengan mendongeng

antara lain adalah mengembangkan daya pikir dan imajinasi anak,

mengembangkan kemampuan berbicara anak, mengembangkan daya

sosialisasi anak, sarana komunikasi anak dengan orangtuanya.

40
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lata

Kanchan (2014) yang menyatakan bahwa hasil uji dengan pendekatan

quasi eksperiment dengan pretest-posttest group control design, hasilnya

adalah dari terapi bermain melalui bercerita menunjukkan bahwa ada

penurunan yang signifikan dalam skor kecemasan rawat inap pasca terapi

pada anak usia prasekolah dibuktikan dengan nilai z = -8.243, p <0,05.

Perlakuan terapi bercerita mampu menurunkan tingkat kecemasan

pada anak karena ketakutan anak menjadi berkurang, anak menjadi lebih

akrab dengan perawat dan lebih familiar dengan lingkungan rumah sakit

serta anak tidak akan merasa jenuh karena waktu mereka diisi dengan

kegiatan mendongeng dan bercerita. Distraksi bercerita memiliki beberapa

keuntungan dibandingkan dengan terapi yang lainnya, karena pemberian

distraksi bercerita dapat memberikan kesenangan kepada anak, secara

naluri anak usia pra sekolah memiliki kesenangan dalam mendengarkan

cerita. Selain itu terapi mendongeng sangat efektif diberikan kepada anak

yang memiliki keterbatasan energi untuk bermain. Terapi distraksi

bercerita dapat menciptakan suasana akrab antara anak dengan

pendongeng sehingga dapat mengurangi tingkat kecemasan anak dan dapat

menjadi penyaluran emosi yang terbendung pada diri anak (Supartini,

2010).

Asumsi peneliti adalah tingkat stress hospitalisasi yang dialami

pasien anak setelah diberikan distraksi bercerita mengalami penurunan,

yang dibuktikan bahwa tidak ada responden yang mengalami stress ringan

41
sebelum diberikan distraksi bercerita, namun setelah diberikan distraksi

bercerita, hamper seluruh responden mengalami stress ringan meskipun

masih ada responden yang mengalami stress sedang. Penurunan stress

yang dialami responden disebabkan karena adanya pengalihan (distraksi)

yang diberikan peneliti berupa cerita anak yang disukai responden. Anak

usia prasekolah sangat menyukai cerita-cerita anak terutama cerita yang

disertai gambar saat dirumah sebelum mengalami proses hospitalisasi. Saat

ada dalam proses hospitalisasi, anak akan memberikan respon gelisah,

takut, cemas, bahkan ingin cepat pulang dengan cara menangis, memukul,

tidak ingin ditinggal ibunya apalagi saat diberikan tindakan keperawatan.

Namun disaat bersamaan peneliti memberikan distraksi berupa bercerita

tentang cerita anak sehingga anak menjadi rileks dan perhatian anak

terhadap tindakan keperawatan menjadi teralihkan. Hal ini yang membuat

tingkat stress hospitalisasi pada anak menurun.

3. Pengaruh Distraksi Bercerita Terhadap Stres Hospitalisasi Pada

Anak Prasekolah (4-6 Tahun) Di Ruang Ezra Rumah Sakit Sumber

Hidup Ambon Ambon

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa adanya penurunan stress

pada anak pra sekolah setelah dilakukan distraksi bercerita dengan

perbandingan nilai rata-rata 7,07 dimana nilai rata-rata sebelum perlakuan

27,20 yang berada pada stress berat dengan nilai minimum 20 berada pada

stress sedang dan nilai maksimum 32 yang berada pada stress berat

42
menurun menjadi nilai rata-rata setelah perlakuan 20,13 yang berada pada

stress sedang dengan nilai minimum 16 berada pada stress ringan dan nilai

maksimum 24 yang berada pada stress sedang. Jumlah anak yang stresnya

menurun ketika diberikan distraksi bercerita yaitu sebanyak 22 orang dan

jumlah anak yang stresnya tidak menurun, artinya tingkat stress sebelum

dilakukan distraksi bercerita dan sesudah diberikan distraksi bercerita tetap

sama yaitu sebanyak 8 orang. Hasil penelitian ini dibuktikan dengan hasil

analisa menggunakan Wilcoxon test 0,05% membuktikan bahwa p value =

(0.000) < (0.05) yang artinya H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga adanya

pengaruh distraksi bercerita terhadap penurunan tingkat stress hospitalisasi

pada anak prasekolah.

Menurut Hilda Dianita (2016) bercerita merupakan salah satu

intervensi yang efektif dapat diberikan oleh perawat anak pada saat

melakukan tindakan yang menimbulkan rasa nyeri dan cemas, hal ini

dikarenakan bercerita merupakan suatu proses kreatif yang dapat diberikan

pada anak-anak usia pra sekolah yang dalam masa perkembangannya,

karena lewat bercerita akan mengaktifkan bukan hanya aspek intelektual

saja tetapi juga aspek kepekaan, kehalusan budi, emosi, seni, daya

berfantasi, dan imajinasi anak yang tidak hanya mengutamakan

kemampuan otak kiri tetapi juga otak kanan. Cerita mengandung nilai

edukatif, yaitu: mengembangkan kemampuan berbahasa, mengembangkan

kemampuan membaca, mengembangkan kepekaan terhadap cerita,

meningkatkan kemampuan menulis, membantu perkembangan aspek

43
sosial, membantu perkembangan aspek emosional, membantu

perkembangan aspek kreativitas, dan membantu perkembangan aspek

kognitif. Bercerita sangat efektif diimplementasikan oleh perawat selama

prosedur invasif dan masa hospitalisasi anak usia pra sekolah, karena

terbukti sangat signifikan dapat menurunkan kecemasan pada anak.

Hal ini sejalan dengan penelitian Padila (2019) menunjukkan

bahwa perlakuan dengan menggunakan distraksi bercerita lebih signifikan

menurunkan stress akibat kecemasan pada anak usia pra sekolah di Rumah

Sakit dengan adanya penurunan nilai rata-rata sebelum dan sesudah

memberikan perlakuan, dilihat hasil statistik rata-rata pretest antara 23,00-

27,03, sedangkan rata-rata setelah posttest ke 5 antara 1,41-3,00, terlihat

selisih menurunnya rerata sebanyak 21,59 -24,03.

Asumsi peneliti adalah takut, cemas, nyeri merupakan faktor yang

meningkatkan stress hospitalisasi pada anak. Teknik distraksi bercerita

sangat efektif dalam menurunkan stress hospitalisasi yang dirasakan anak.

Selama menggunakan distraksi bercerita, anak dapat menjalani prosedur

tindakan keperawatan dengan tenang dan meminimalkan trauma. Begitu

pula dengan orang tua yang mendampingi anak selama hospitalisasi tidak

cemas karena melihat anaknya yang tenang saat dilakukan tindakan

keperawatan.

44

Anda mungkin juga menyukai