Anda di halaman 1dari 17

25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum Dan Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Syekh Yusuf Sungguminasa Kabupateng Gowa

semula bernama rumah sakit daerah (RSUD) Sungguminasa yang

merupakan satu-satunya Rumah sakit umum kabupaten daerah TK II Gowa

yang terletak di kelurahan batangkaluku kecamatan somba opu kabupaten

daerah Tingkat II Gowa yang mempunyai luas lokasi 2,45 Ha. Rumah sakit

umum syekh yusuf di bangun sejak tahun 1981 dan mulai beroperasi pada

tahun 1982.

Rumah sakit umum syekh yusuf terletak di kecematan sombu opu

tepatnya di kelurahan batangkaluk, dengan batas-batas di sebelah barat

berbatasan dengan jalan kamboja, di sebelah utara berbatasan dengan jalan

wahidin sudirohusodo, sebelah timur berbelah batasan dengan SD Impres

Batangkaluku, dan d sebelah selatan berbatasan dengan jalan matahari.

Saranan dan prasarana yang tersedia yaitu terdapat poliklinik mata,

gigi, penyakit dalam,Jiwa, KIA, kulit kelamin, Bedah, anak, THT, Kamar

bedah (OK); Radiologik; (Instalasi Rawat darurat). Unit perawatan terdiri

dari perawatan I terletak di barat berbatasan dengan perawatan II dengan

ICU dan OK, sebelah timur berbatasan dengan perawatan II dan III, sebelah

selatan berbatasan dengan perawatan IV, dan sebelah utara berbatasan

dengan kantor.

25
26

Rumah sakit terdiri dari beberapa ruangan di antaranya:

Perawatan I : Perawatan Internal/melati

Perawatan II : Perawatan Anak/asoka

Perawatan III : Kebidanan /Mawar

Perawatan IV : Bedah/Bougenvil

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan diruang perawatan Anak RSUD Syekh

Yusuf Kabupaten Gowa pada tanggal juli sampai tanggal juli 2014.

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data yang diinginkan peneliti

dengan cara pengumpulan data dilaksanakan melalui pengisian kuesioner

dengan jumlah sampel 15 orang.

1. Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin Perawat

Tabel 4.1
Distribusi Karakteristil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Perawat Di Ruang Perawatan Rumah Sakit Syekh
Yusuf Kabupaten Gowa
Jenis kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)

Laki-Laki 6 40,0

Perempuan 9 60,0

Jumlah (n) 15 100,0


Sumber : Data Primer 2014

Dari hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 15

responden diperoleh jenis kelamin laki-laki sebanyak 6 (40,0%)

responden dan perempuan sebanyak 9 (60,0%) responden.


27

b. Umur Perawat

Tabel 4.2
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Perawat Di Ruang Perawatan Rumah Sakit Syekh
Yusuf Kabupaten Gowa
Umur (Tahun) Frekuensi (f) Persentase (%)

20-30 tahun 6 40,0

31-40 tahun 7 46,7

> 40 tahun 2 13,3

Jumlah 15 100,0

Sumber : Data Primer 2014

Dari hasil penelitian pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari

15 responden, kelompok umur Perawat 20-30 tahun sebanyak 6

(40,0%) responden, dan kelompok umur Perawat 31-40 tahun

sebanyak 7 (46,7%) responden, sedangkan umur Perawat >40 tahun

sebanyak 2 (13,3%) responden.

c. Pendidikan Perawat

Tabel 4.3
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Perawat Di Ruang Perawatan Rumah Sakit
Syekh Yusuf Kabupaten Gowa
Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)

SPK 3 20,0

D3 Keperawan 6 40,0

S1 Keperawatan 4 26,7

Ners 2 13,3

Jumlah 15 100,0
28

Sumber : Data Primer 2014

Dari hasil penelitian pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari

15 responden, dimana jumlah perawat yang berpendidikan SPK

sebanyak 3 (20,0%) orang, Perawat yang berpendidikan D3

Keperawatan sebanyak 6 (40,0%) orang, perawat yang berpendidikan

S1 Keperawan sebanyak 4 (26,7%) orang, dan perawat yang Ners

sebanyak 2 (13,3%) orang.

d. Jenis Kelamin Anak

Tabel 4.4
Distribusi Karakteristil Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin Anak Di Ruang Perawatan Rumah
Sakit Syekh Yusuf Kabupaten Gowa
Jenis kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)

Laki-Laki 7 46,7

Perempuan 8 53,3

Jumlah (n) 15 100,0


Sumber : Data Primer 2014

Dari hasil penelitian pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 15

responden diperoleh jenis kelamin laki-laki sebanyak 7 (46,7%)

responden dan perempuan sebanyak8 (53,3%) responden.


29

e. Umur Anak

Tabel 4.5
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Anak
Perawat Di Ruang Perawatan Rumah Sakit Syekh
Yusuf Kabupaten Gowa
Umur (Tahun) Frekuensi (f) Persentase (%)

0-1 tahun 5 33,3

2-6 tahun 8 53,3

7-14 tahun 2 13,3

Jumlah 15 100,0

Sumber : Data Primer 2014

Dari hasil penelitian pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari

15 responden, kelompok umur anak 0-1 tahun sebanyak 5 (33,3%)

responden, dan kelompok umur anak 2-6 tahun sebanyak 8 (53,3%)

responden, sedangkan umur anak 7-14 tahun sebanyak 2 (13,3%)

responden.

2. Analisa Univariat

a. Metode Pemasangan Infus Perawat

Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Metode Pemasangan Infus
Perawat Di Ruang Perawatan Rumah Sakit Syekh
Yusuf Kabupaten Gowa
Metode Pemasangan Infus Frekuensi (f) Persentase (%)

Baik 6 40,0

Kurang 9 60,0

Jumlah (n) 15 100,0


Sumber : Data Primer 2014
30

Dari hasil penelitian pada tabel 4.6 diperoleh data bahwa dari 15

responden dengan Metode pemasangan infus baik sebanyak 6

(40,0%) responden, dan yang metode pemasangan infus kurang

sebanyak 9 (60,0%) responden.

b. Perawatan Infus Perawat

Tabel 4.7
Distribusi Responden Berdasarkan Perawatan Infus Perawat
Di Ruang Perawatan Rumah Sakit Syekh
Yusuf Kabupaten Gowa
Perawatan Infus Frekuensi (f) Persentase (%)

Baik 10 66,7

Kurang 5 33,3

Jumlah (n) 15 100,0


Sumber : Data Primer 2014

Dari hasil penelitian pada tabel 4.7 diperoleh data bahwa dari 15

responden dengan Perawatan infus baik sebanyak 10 (66,7%)

responden, dan yang perawatan infus kurang sebanyak 5 (33,3%)

responden.

c. Lokasi Pemasangan Infus Perawat

Tabel 4.8
Distribusi Responden Berdasarkan Lokasi Pemasangan Infus
Perawat Di Ruang Perawatan Rumah Sakit Syekh
Yusuf Kabupaten Gowa
Perawatan Infus Frekuensi (f) Persentase (%)

Baik 9 60,0

Kurang 6 40,0

Jumlah (n) 15 100,0


31

Sumber : Data Primer 2014

Dari hasil penelitian pada tabel 4.8 diperleh data bahwa dari 15

responden dengan Lokasi pemasangan infus baik sebanyak 9

(60,0%) responden, dan yang Lokasi pemasangan infus kurang

sebanyak 6 (40,0%) responden.

d. Kejadian Flebitis Pada Anak

Tabel 4.9
Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Flebitis Pada
Anak Ruang Perawatan Rumah Sakit Syekh
Yusuf Kabupaten Gowa
Kejadian Flebitis Frekuensi (f) Persentase (%)

Tidak Terjadi 9 60,0

Terjadi 6 40,0

Jumlah (n) 15 100,0


Sumber : Data Primer 2014

Dari hasil penelitian pada tabel 4.9 diperleh data bahwa dari 15

responden dengan tidak terjadi flebitis pada anak sebanyak 9 (60,0%)

responden, dan yang terjadi flebitis pada anak sebanyak 6 (40,0%)

responden.
32

1. Analisia Bivariat

a. Hubungan Faktor Metode Pemasangan Infus Perawat Dengan


Terjadinya Kejadian Flebitis Di Ruang Perawatan Anak Di RSUD
Syech Yusuf Kabupaten Gowa.

Tabel 4.10
Hubungan Faktor Metode Pemasangan Infus Perawat Dengan
Terjadinya Kejadian Flebitis Di Ruang Perawatan Anak
Di RSUD Syech Yusuf Kabupaten Gowa.
Kejadian Flebitis
Nilai
Metode Total
Tidak
Pemasangan Terjadi P Value
Terjadi
Infus
F % F % N %

Baik 6 40,0 0 0,0 6 40,0


0.010
Kurang 3 20,0 6 40,0 9 60,0

Jumlah (n) 9 60,0 6 40,0 15 100,0

Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan tabel 4.10 menjelaskan bahwa dari 15 responden,

metode pemasangan infus baik dengan tidak terjadi flebitis pada anak

sebanyak 6 responden (40,0%). Dan metode pemasangan infus baik

dengan terjadi flebitis pada anak sebanyak 0 responden (0,0%).

sedangkan metode pemasangan infus kurang dengan tidak terjadi

flebitis pada anak sebanyak 3 responden (20,0%) dan metode

pemasangan infus kurang dengan terjadi flebitis sebanyak 6 responden

(40,0%).
33

b. Hubungan Faktor Perawatan Infus Perawat Dengan Terjadinya


Kejadian Flebitis Di Ruang Perawatan Anak Di RSUD Syech Yusuf
Kabupaten Gowa.

Tabel 4.11
Hubungan Faktor Perawatan Infus Perawat Dengan Terjadinya
Kejadian Flebitis Di Ruang Perawatan Anak
Di RSUD Syech Yusuf Kabupaten Gowa.
Kejadian Flebitis
Nilai
Perawatan Tidak Total
Terjadi P Value
Infus Terjadi

F % F % N %

Baik 8 53,3 2 13,3 10 66,7 0.025


Kurang 1 6,7 4 26,7 5 33,3

Jumlah (n) 9 60,0 6 40,0 15 100,0

Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan tabel 4.11 menjelaskan bahwa dari 15 responden,

perawatan infus baik dengan tidak terjadi flebitis pada anak sebanyak

8 responden (53,3%). Dan perawatan infus baik dengan terjadi flebitis

pada anak sebanyak 2 responden (13,3%). sedangkan perawatan

infus kurang dengan tidak terjadi flebitis pada anak sebanyak 1

responden (6,7%) dan perawatan infus kurang dengan terjadi flebitis

sebanyak 4 responden (26,7%).


34

c. Hubungan Faktor Lokasi Pemasangan Infus Perawat Dengan


Terjadinya Kejadian Flebitis Di Ruang Perawatan Anak Di RSUD
Syech Yusuf Kabupaten Gowa.

Tabel 4.12
Hubungan Faktor Lokasi Pemasangan Infus Perawat Dengan
Terjadinya Kejadian Flebitis Di Ruang Perawatan Anak
Di RSUD Syech Yusuf Kabupaten Gowa.
Kejadian Flebitis
Nilai
Lokasi Total
Tidak
Pemasangan Terjadi P Value
Terjadi
Infus
F % F % N %

Baik 8 53,3 1 6,7 9 60,0


0.005
Kurang 1 6,7 5 33,3 6 40,0

Jumlah (n) 9 60,0 6 40,0 15 100,0

Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan tabel 4.12 menjelaskan bahwa dari 15 responden,

Lokasi pemasangan infus baik dengan tidak terjadi flebitis pada anak

sebanyak 8 responden (53,3%). Dan lokasi pemasangan infus baik

dengan terjadi flebitis pada anak sebanyak 1 responden (6,7%).

sedangkan lokasi pemasangan infus kurang dengan tidak terjadi

flebitis pada anak sebanyak 1 responden (6,7%) dan lokasi

pemasangan infus kurang dengan terjadi flebitis sebanyak 5 responden

(33,3%).
35

C. Pembahasan

1. Hubungan Faktor Metode Pemasangan Infus Dengan Kejadian


Flebitis
Metode pemasangan infus tidak menggunakan teknik aseptic

sehingga mikroorganisme dapat masuk pada saat pemasangan maupun

pada saat melakukan perawatanpada tempat pemasukan lV kateter. Selama

prosedur pemasangan atau penusukan harus menggunakan tehnik aseptic.

Area yang akan dilakukan penusukan harus dibersihkan dahulu untuk

meminimalkan mikroorganisme yang ada, bila kulit kelihatan kotor harus

dibersihkan dahulu dengan sabun dan air sebelum diberikan larutan

antiseptic.

Berdasarkan hasil pengolahan data tentang Hubungan Faktor

Metode Pemasangan Infus Perawat Dengan Terjadinya Kejadian Flebitis

Di Ruang Perawatan Anak Di RSUD Syech Yusuf Kabupaten Gowa.

bahwa dari 15 responden, dengan hubungan faktor metode pemasangan

infus baik dengan tidak terjadi flebitis pada anak sebanyak 6 responden

(40,0%). Dan hubungan faktor metode pemasangan infus baik dengan

terjadi flebitis pada anak sebanyak 0 responden (0,0%). Sebab pada saat

melakukan pemasangan infus perawat menggunakan teknik aseptik yang

sesuai dengan prosedur pemasangan infus sedangkan hubungan faktor

metode pemasangan infus kurang dengan tidak terjadi flebitis pada anak

sebanyak 3 responden (20,0%) dan hubungan faktor metode pemasangan

infus kurang dengan terjadi flebitis sebanyak 6 responden (40,0%). Sebab


36

tidak sterilnya alat-alat yang di gunakan pada saat pemasangan infus, dan

pada saat pemasangan tidak mengikuti prosesdur pemasangan infus.

Menurut asumsi peneliti dapat disimpulkan berdasarkan uji statistik

Chi-Square diperoleh hasil yang bermakna dimana nilai p= 0,010,oleh

karena p<α (0,010<0,05) maka, Ho ditolak dan Ha diterima yang yang

berarti terdapat ada Hubungan Faktor Metode Pemasangan Infus Perawat

Dengan Terjadinya Kejadian Flebitis Di Ruang Perawatan Anak Di RSUD

Syech Yusuf Kabupaten Gowa. Oleh sebab itu bahwa jika perawat tidak

menggunakan teknik aseptic yang tepat, mikroorganisme dapat masuk

pada saat pemasangan di lakukan. Hal-hal yang perlu di perhatikan pada

pemasangan infus adalah mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan

tindakan karena tangan merupakan salah satu media untuk penularan

mikroorganisme pathogen. Mencuci tangan mengurangi pemindahan

mikroba pada pasien dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada

kuku, tangan, dan lengan.

2. Hubungan Faktor Perawatan Infus Dengan Kejadian Flebitis


Perawatan infus adalah suatu tindakan keperawatan yang

dialakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi local atau infeksi pada

pasien yang menggunakan infus. Perawatan infus bertujuan untuk

mempertahankan tehnik steril, mencegah masuknya bakteri ke dalam aliran

darah, pencegahan/meminimalkan timbulnya infeksi, dan memantau area

insersi sehingga dapat mengurangi kejadian flebitis.

Berdasarkan hasil pengolahan data tentang Hubungan Faktor

Perawatan Infus Perawat Dengan Terjadinya Kejadian Flebitis Di Ruang


37

Perawatan Anak Di RSUD Syech Yusuf Kabupaten Gowa bahwa dari 15

responden, hubungan faktor perawatan infus baik dengan tidak terjadi

flebitis pada anak sebanyak 8 responden (53,3%). Dan hubungan faktor

perawatan infus baik dengan terjadi flebitis pada anak sebanyak 2

responden (13,3%). Sebab perawat sering mengganti balutan dan sering

membersihkan sekita lokasi pemasagan infus. Sedangkan hubungan faktor

perawatan infus kurang dengan tidak terjadi flebitis pada anak sebanyak

1 responden (6,7%) dan hubungan faktor perawatan infus kurang dengan

terjadi flebitis sebanya,k 4 responden (26,7%). Sebab pada saat melakukan

pembalutan perawat membalut dengan kasat yang tidak steril dan alat-alat

yang di bawa di dekat pasien terbuka sehingga memudah organisme

masuk.

Menurut asumsi peneliti dapat disimpulkan berdasarkan uji

statistik Chi-Square diperoleh hasil yang bermakna dimana nilai p=

0,025,oleh karena p<α (0,025<0,05) maka, Ho ditolak dan Ha diterima

yang yang berarti terdapat ada Hubungan Faktor Perawatan Infus Perawat

Dengan Terjadinya Kejadian Flebitis Di Ruang Perawatan Anak Di RSUD

Syech Yusuf Kabupaten Gowa. Oleh karena itu jika perawat tidak

melakukan perawatan setelah 48 jam setelah pemasangan seperti

mengganti balutan steril pada tempat masuknya kanula IV atau segera

pada saat balutan menjadi basah, kotor atau lepas, akan menyebabkan

terjadinya komplikasi local seperti flebitis dengan demikia sengat penting

bagi perawat untuk secara teratur unuk melakukan perawatan infus


38

mengingat pasien anak lebih banyak bergerak/beraktivitas di bandingkan

orang dewasa. Diperlukan kesadaran perawat akan pentingnya teknik

aseptik yang ketat saat pemasangan infus atau mengganti balutan infus,

mencuci tangan dengan benar setiap melakukan tindakan keperawatan,

mengganti balutan seiap 24 jam sampai 48 jam dan mempertahankan

integritas sistem infus agar komplikasi infus intra vena seperti flebitis

dapat di hindari.

3. Hubungan Faktor Lokasi Pemasangan Infus Dengan Kejadian

Flebitis

Tempat atau lokasi vena perifer yang sering digunakan pada pemasangan

infus adalah vena supervisial atau perifer kutan terletak di dalam fasia

subcutan dan merupakan akses paling mudah untuk terapi intravena. Daerah

tempat infus yangmemungkinkan adalah permukaan dorsal tangan (vena

supervisialdorsalis, vena basalika, vena sefalika), lengan bagian dalam

(venabasalika, vena sefalika, vena kubital median, vena median lengan

bawah,dan vena radialis), permukaan dorsal (vena safena magna, ramus

dorsalis).

Berdasarkan hasil pengolahan data tentang Hubungan Faktor

Lokasi Pemasangan Infus Perawat Dengan Terjadinya Kejadian Flebitis Di

Ruang Perawatan Anak Di RSUD Syech Yusuf Kabupaten Gowa bahwa

dari 15 responden, hubungan faktor Lokasi pemasangan infus baik

dengan tidak terjadi flebitis pada anak sebanyak 8 responden (53,3%).

Dan hubungan faktor lokasi pemasangan infus baik dengan terjadi flebitis

pada anak sebanyak 1 responden (6,7%). Sebab perawat memperhatikan


39

baik-baik lokasi pemasangan infus dan memilih vena yang cukup besar di

atas area fleksi. Sedangkan hubungan faktor lokasi pemasangan infus

kurang dengan tidak terjadi flebitis pada anak sebanyak 1 responden

(6,7%) dan hubungan faktor lokasi pemasangan infus kurang dengan

terjadi flebitis sebanyak 5 responden (33,3%). Sebab perawat langsung

menusuk tanpa merabah atau palpasibaik-baik vena untuk menentukan

kondisinya.

Menurut asumsi peneliti dapat disimpulkan berdasarkan uji

statistik Chi-Square diperoleh hasil yang bermakna dimana nilai p=

0,005,oleh karena p<α (0,005<0,05) maka, Ho ditolak dan Ha diterima

yang yang berarti terdapat ada Hubungan Faktor Lokasi Pemasangan Infus

Perawat Dengan Terjadinya Kejadian Flebitis Di Ruang Perawatan Anak

Di RSUD Syech Yusuf Kabupaten Gowa. Hal ini karena pemasangan

infus sebaiknya di lakukan pada lengan, terutama bila jangka

pemberiannya lama. Dan mempermudah dalam melakukan perawatan,

penggunaan vena-vena yang lebih besar pada lengan atas memungkinkan

lairan darah yang lebih cepat di sekitar kateter dan menyebabkan

berkurangnya iritasi vena dari pada penggunaan vena yang lebih kecil.
40

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Faktor Yang Berhubungan

Dengan Terjadinya Kejadian Flebitis Di Ruang Perawatan Anak Di RSUD

Syech Yusuf Kabupaten Gowa maka dapat di tarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Ada hubungan Faktor Metode Pemasangan Infus Dengan Terjadinya

Kejadian Flebitis Di Ruang Perawatan Anak Di RSUD Syech Yusuf

Kabupaten Gowa. Dengan nilai P Value 0,010.

2. Ada hubungan Faktor Perawatan Infus Dengan Terjadinya Kejadian

Flebitis Di Ruang Perawatan Anak Di RSUD Syech Yusuf Kabupaten

Gowa. Dengan nilai P Value 0,025.

3. Ada hubungan Faktor lokasi pemasangan Infus Dengan Terjadinya

Kejadian Flebitis Di Ruang Perawatan Anak Di RSUD Syech Yusuf

Kabupaten Gowa. Dengan nilai P Value 0,005.

B. SARAN

1. Kepada perawat hendaknya meningkatkan tekhnik asptick yang tepat pada

saat melakukan pemasangan infus misalnya dengan menggunakan

hendscoen untuk mencegah masuknya kuman mikroorganisme pathogen.

Sehingga flebitis dapat di cegah, dan melakukan perawatan infus secara

teratur minimal 48 jam setelah pemasangan seperti mengganti balutan

40
41

steril pada tempat masuknya kanula IV atau segera pada saat balutan

menjadi basah, kotor atau lepas. Sedangkan pada lokasi pemasangan infus

harus di perhatikan terutama pemasangan infus pada tangan dan kaki harus

memilih vena-vena yang lebih jelas dan besar. Serta tidak memilih dekat

dengan pergelangan tangan.

2. Kepada Rumah Sakit Syech Yusuf Kabupaten Gowa agar menyediakan

saran adan prasarana yang menunjang dalam pemberian pelayanan

kesehatan kepada pasien khususnya di bagian perawatan anak.

3. Disarankan kepada peneliti selajutnya agar peneliti variabel yang lain,

yang belum diteliti, menambah jumlah sampel atau menggunakan disain

lain untuk meneliti tentang faktor yang berhubungan kejadian ISPA pada

balita

Anda mungkin juga menyukai