1. Puskesmas Kabupaten Minahasa Utara. 2,3. Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado
(ernandaekowat07@gmail.com)
ABSTRAK
Latar Belakang : Tinggi rendahnya kematian ibu dan perinatal menjadi tolak ukur kemampuan pelayanan
obstetri suatu negara. Penyebab langsung kematian maternal terkait kehamilan dan persalinan.Permasalahan
disekitar persalinan adalah ditemukan masih adanya bidan yang tidak menggunakan partograf secara benar
pada setiap pertolongan persalinan. Partograf adalah alat bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau
mengevaluasi dan menatalaksanakan persalinanan.
Tujuan : untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap bidan dalam pengisian partograf di
Puskesmas Kabupaten Minahasa Utara.
Metode : penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini bidan di Puskesmas Kabupaten Minahasa Utara yang berjumlah 124 orang. Penentuan
sampel digunakan rumus Slovin dan didapatkan sampel berjumlah 90 orang. Analisis data menggunakan chi
square dengan kemaknaan α=0,05.
Hasil penelitian : 30% pengetahuan dengan sikap bidan yang kurang dalam pengisian partograf. Dalam uji
Chi square dengan nilai ρ= 0,006 < 0,05 Ha diterima menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan
dengan sikap bidan dalam pengisian partograf.
Kesimpulan : ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap bidan dalam pengisian partograf di
Puskesmas Kabupaten Minahasa Utara tahun 2018.
Kata kunci : Pengetahuan, Sikap bidan dalam pengisian partograf.
PENDAHULUAN
Tinggi rendahnya kematian ibu dan perinatal menjadi tolak ukur kemampuan pelayanan obstetri suatu
negara. Penyebab langsung kematian maternal terkait kehamilan dan persalinan. Perioritas pembangunan
kesehatan dalam waktu 5 tahun ke depan 2010-2014 akan lebih ditekankan pada perluasan jaminan
kesehatan, penekanan pada upaya promotif-preventif, penanggulangan penyakit dan percepatan untuk
pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) (Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan kesepakatan global (MDGs, 2000) pada tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu (AKI)
menurun sebesar tiga-perempatnya dalam kurun waktu 1999-2015 dan Angka Kematian Bayi (AKB) dan
Angka Kematian Balita menurun sebesar dua-pertiga dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal
tersebut Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000
Kelahiran Hidup (Kemenkes RI, 2014).
Untuk melanjutkan pengganti dari tujuan pembangunan Millineum, telah disahkan pembangunan
berkelanjutan Sustainable Development Goals (SDGs) yang mempunyai 17 tujuan dan 169 sasaran
pembangunan. Hal ini diharapkan 43 dapat menjawab ketertinggalan pembangunan Negara-Negara
diseluruh dunia, baik Negara maju dan Negara berkembang. Tujuan pertama, kedua dan ketiga berhubungan
dengan kesehatan. Tujuan yang berhubungan dengan angka penurunan AKI merupakan tujuan yang ketiga
yaitu target penurunan AKI sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup dan akb 34 per 100.000 kelahiran hidup.
Dalam mencapai tujuan (SDGs) atau tujuan global, yang akan menjadi tuntutan kebijakan dan pendanaan
untuk 15 tahun kedepan 2030 (Ermalena, (2017).
Menurut Survey Demograsi Indonesia (SDKI) Angka Kematian Ibu pada tahun 2015 sebesar 305 per
100.000 kelahiran hidup dengan data yang didapat terjadinya penurunan dari 4.999 tahun 2015 menjadi
4912 di tahun 2016 dan di tahun 2017 (semester I) sebanyak 1712 kasus walaupun angka ini masih tinggi
dari target 126 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2017).
Penyebab langsungnya kematian ibu 90% terjadi pada saat persalinan dan 24 jam setelah persalinan
yaitu pendarahan (28%), eklamsi (24%), infeksi (11%), dan penyebab tidak langsung kematian ibu antara
lain Kurang Energi Kronis (KEK) pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%) (Sarwono,
2010).
Profil Sulawesi Utara tahun 2016 kematian ibu berjumlah 71 kasus yang menjadi penyebabnya adalah 22
pendarahan (30,95), 13 hipertensi dalam kehamilan (18,35%), 5 infeksi (7,1%) dan 31 lain-lain (43,7%).
Dari jumlah diatas sudah termasuk kasus kematian ibu di Kabupaten Minahasa Utara dengan jumlah 5 orang
antaranya pendarahan 3 (11,5%), dan hipertensi 2 (10,8%), sedangkan tahun 2017 kematian ibu di Provinsi
Sulawesi Utara 54 kasus yang menjadi penyebab adalah 23 pendarahan (42,6%), 8 hipertensi dalam
kehamilan (14,8%), 3 infeksi (5,5%), dan 20 lain-lain (6,1%). Tiga kasus diantaranya terjadi di Kabupaten
Minahasa Utara dengan 2 pendarahan (8,2%) dan 1 hipertensi (6,1%).
Permasalahan disekitar persalinan adalah ditemukan masih adanya bidan yang tidak menggunakan
partograf secara benar pada setiap pertolongan persalinan. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan
terhadap bidan di Puskesmas Kabupaten Minahasa Utara yang berjumlah 124 orang, dilakukan secara
random dari enam puskesmas. Bidan memberikan pertolongan persalinan pada tahun 2017 sebanyak 235
persalinan. Yang menggunakan partograf sebanyak 27 (11,4%) persalinan dan sisanya 208 (88,5%) bidan
tidak menggunakan partograf. Dan pada bulan Januari sampai Maret 2018 ada 61 persalinan yang ditolong
oleh bidan tidak menggunakan partograf berjumlah 48 (78,6%) persalinan, sisanya 13 (21,3%)
menggunakan partograf. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 12 orang bidan di Puskesmas yang
beberbeda di Kabupaten Minahasa Utara, mengatakan bahwa penggunaan partograf kadang-kadang saja.
Ada beberapa alasan yang dikemukakan antaranya repot, sulit terlalu banyak bagian yang harus diisi dan
menyita waktu bahkan partograf tidak tersedia di Puskesmas atau habis. Data yang didapat di Ikatan Bidan
Indonesia (IBI) cabang Kabupaten Minahasa Utara( 2017) sudah ada 18 (14,5%) bidan yang sudah
mengikuti pelatihan APN yang tersebar dibeberapa Puskesmas, namun masih ada 2 ( 1,6%) yang tidak
mengisi partograf dikarenakan partograf yang tidak tersedia dan lupa.
Penyebab kematian ibu ada 2 yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu
adalah pendarahan, eklamsi dan infeksi, penyebab tidak langsung yaitu diabetes, hipertensi dan penyakit
jantung. Salah satu faktor yang sering menyebabkan kematian ibu bersalin adalah partus lama. Partus lama
terjadi apabila persalinan berlangsung lebih 24 jam pada primigravida dan 18 jam pada multigravida. Partus
lama sendiri akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi. Pada ibu kadang dapat terjadi
pendarahan post partum yang dapat menyebabkan kematian ibu, dan pada janin dapat menyebabkan infeksi,
cedera dan asfiksia yang dapat meningkatkan kematian janin. Untuk mencegah partus lama, melalui APN
penggunaan partograf dapat diandalkan (Zulfatunnis, 2016).
Upaya penurunan Angka Kematian Ibu dapat dilakukan dengan menyediakan pelayanan kebidanan yang
berkuwalitas dengan mengacu kepada Kepmenkes No.938/Menkes/SK/VII/2007 tentang Standar Asuhan
Kebidanan. Didalam standar pelayanan kebidanan, bidan memberikan Asuhan Persalinan Normal (Depkes,
2010). Pada Asuhan Persalinan Normal (APN) bidan menggunakan atau mengandalkan penggunaan
partograf sebagai salah satu praktek pencegahan dan deteksi dini terhadap komplikasi obstetri (Saifuddin,
2009).
Hal ini juga didukung oleh peneliti yang lain menurut Widia (2014) hubungan pengetahuan, motifasi dan
status kepegawaian bidan dengan penerapan partograf sekitar 63,6% tidak patuh dalam pengisian lembar
depan dan belakang partograf secara lengkap. Hal ini juga didukung oleh beberapa orang peneliti yaitu
Setiyaningsih dan Setyorini (2014) hubungan pengetahuan dengan sikap bidan tentang partograf di RSUD
Soeratno di kota Gemolong sebanyak 68% bidan tidak membuat partograf secara lengkap dan penelitian
Safrida dan Ruhayati (2017) dalam penelitiannya tentang hubungan pengetahuan dan lamanya kerja dengan
kepatuhan bidan dalam penerapan partograf 6,06% tidak menyediakan formulir partograf di tempat praktek
namun ada 33,33% bidan belum menggunakan partograf pada setiap asuhan persalinan, 21,2% tidak
melakukan pencatatan secara konsisten dan benar pada formulir partograf.
METODE
Jenis penelitian yang dilakukan yaitu survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Variabel bebas
adalah pengetahuan dan Variabel terikat adalah sikap bidan dalam pengisian partograf. Penelitian ini
dilakukan diseluruh Puskesmas Kabupaten Minahasa Utara Bulan Januari 2018 sampai Mei 2018.
Populasi adalah seluruh bidan yang melakukan tindakan pertolongan persalinan di Puskesmas Kabupaten
Minahasa Utara pada tahun 2018 dengan jumlah 124 orang. Sampel sejumlah 95 orang. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu pertanyaan dalam bentuk kuesioner yang diberikan langsung pada
responden terdiri dari 2 jenis yaitu kuisioner untuk mengukur tingkat pengetahuan bidan tentang pengisian
partograf dan kuisioner untuk mengetahui sikap bidan dalam pengisian partograf. Analisis data
menggunakan uji korelasi chi square.
HASIL
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Umur di Puskesmas Kabupaten Minahasa Utara
Karakteristik Umur N %
20 – 35 Tahun 36 40,0
≥ 35 Tahun 54 60,0
Jumlah 90 100,0
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa karekteristik responden terbanyak menurut umur yaitu umur ≥ 35
tahun (60%) dibandingkan responden dengan umur 20-35 Tahun.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Kabupaten Minahasa Utara
Karekteristik Pendidikan N %
D1 19 21,11
D3 dan D4 71 78,89
Jumlah 90 100,0
Pada tabel 8 menunjukkan bahwa karekteristik responden terbanyak menurut pendidikan yaitu D3
dan D4 sebanyak 71 (78,89%) dibandingkan responden dengan pendidikan D1.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja di Puskesmas Kabupaten Minahasa Utara
≥ 3 Tahun 90 100,0
Pada tabel 9 Menunjukkan bahwa karekteristik responden semua dengan masa kerja ≥ 3 tahun 90
(100%).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Pelatihan APN di Puskesmas Kabupaten Minahasa Utara
Karakteristik APN N %
Jumlah 90 100,0
Pada tabel 3 menunjukkan bahwa karekteristik responden terbanyak yang belum pernah mengikuti
Pengetahuan N Frekuensi
Baik 50 55,56
Kurang 40 44,44
Jumlah 90 100 ,0
Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa dari 90 responden sebagian besar responden dominan oleh bidan
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap bidan di Puskesmas Kabupaten Minahasa Utara
Tahun 2018.
Sikap N Frekuensi
Positif 45 50,0
Negatif 45 50,0
Jumlah 90 100,0
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 90 responden bersifat positif dan negatif sama banyak 45 (50%).
Tabel 6. Distribusi Analisa Bivariate Hubungan pengetahuan dengan sikap bidan dalam pengisian partograf.
Sikap
Pengetahuan Total ρ
Negatif Positif
Kurang 27 (67,5%) 13 (32,5%) 40 (100%)
7,605 0,006
Baik 18 (36,0%) 32 (64,0%) 50 (100%)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 90 bidan yang bersikap negatif cenderung yang
mempunyai pengetahuan yang kurang 27 (67,5%). Sedangkan bidan yang mempunyai sikap positif condong
Karakteristik Responden
Berdasarkan data penelitian tentang hasil analisis karakter responden menurut golongan usia
menunjukkan bahwa responden terbanyak usia ≥ 35 tahun sebanyak 54 (60%) dibandingkan responden usia
20-35. Usia dapat mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola berpikir sehingga pengetahuan yang
diperoleh semakin mengurang. Hal ini sejalan dengan teori Mubarak (2007), yang mengatakan bahwa
bertambahnya umur seseorang maka akan terjadi perubahan dan pada aspek fisik dan psikologi( mental).
Penelitian ini menunjukan bahwa 90 responden sebagian besar dominan berpendidikan D3 dan D4
sebanyak 71 (78,89%) sehingga faktor yang mempengaruhi pengetatahuan diantaranya adalah pendidikan
karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi.
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa 90 responden dengan masa kerja 100% ≥ 3 tahun,
hal ini membuktikan bahwa umur dapat mempengaruhi pengalaman seseorang yang lebih dewasa dipercaya
dari pada orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal itu sejalan dengan pengalaman dan kematangan
jiwa. Kemungkinan dari segi lama bekerja dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan
cara mengulangi kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi masa lalu. Menurut Gibson dan James 2009 semakin lama seseorang bekerja pada suatu organisasi
maka akan semakin berpengalaman orang tersebut sehingga kecakapan kerjanya semakin baik, namun masih
banyak responden yang belum pernah mengikuti pelatihan APN sebanyak 72 (80%) dibandingkan yang
sudah mengikuti pelatihan APN.
Analisa Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Bidan Dalam Pengisian Partograf
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kabupaten Minahasa Utara diketahui bahwa
bidan yang memiliki sikap negatif cenderung yang berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 27 (67,5%). Dari
uji statistic Chi-square didapatkan hasil dimana ρ = 0,006 (α < 0,05) yang menunjukkan adanya hubungan
pengetahuan dengan sikap bidan dalam pengisian partograf. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Setiyaningsih dan Setyorini (2014) bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap bidan
tentang partograf. Dengan pengetahuan baik dari responden akan semakin besar keinginan responden untuk
menerapkan partograf dengan baik dan benar. Pengetahuan memiliki hubungan yang erat pada perilaku
responden dalam penerapan partograf karena berhubungan dengan daya nalar yang dimiliki seseorang
(Heroyanto DKK, 2015). Menurut Mubarak (2011), Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui
berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia. Pengalaman adalah suatu kejadian dialami
seseorang dalam interaksi dengan lingkungan. Orang cenderung melupakan pengalaman yang kurang baik
yang pernah dialami.
Pengalaman diperoleh salah satunya dengan melalui pelatihan, yang merupakan usaha untuk
memperbaiki atau meningkatkan pengetahuan atau ketrampilan dalam melakukan suatu pekerjaan tertentu
yang sedang menjadi tanggung jawabnya (Widia, 2014). Supaya efektif pelatihan mencakup pengalaman
belajar, aktifitas yang terencana dan didesain sebagai jawaban atas kebutuhan-kebutuhan yang
diidentifikasikan. Pengetahuan mempunyai peran penting dalam pengisian partograf.
Sikap seseorang pada suatu objek menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap objek
bersangkutan. Sehinngga hasil penelitian menunjukkan adanya kesesuaian antara teori dan fakta hasil
lapangan. Sikap bidan tentang partograf di Puskesmas Kabupaten Minahasa Utara sebagian besar baik. Dan
yang baik ini terbentuk oleh faktor-faktor dari pengetahuan, pengalaman, pengaruh kebudayaan. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan bahwa baik kurangnya pengetahuan itu mempengaruhi sikap
positif dan negatif.
Dalam hal ini pengetahuan bidan tentang partograf sangat diperlukan yang nantinya akan berdampak
positif terhadap sikap bidan dalam penerapan partograf. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ruhayati R dan Safrida D. ( 2017) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan sikap bidan di Puskesmas dengan penerapan partograf dalam pengelolaan persalinan.
Pengetahuan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal
yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat pribadi masing-masing. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan dengan tingkat keeratan sedang antara tingkat
pengetahuan dengan sikap tentang partograf. Semakin tinggi pendidikan bidan semakin tinggi sikap postif
dalam berkerja untuk mengaplikasikan etos kerja. Berharap apa yang dikerjakan atau tindakan bidan
diaplikasikan bersamaan dengan pencatatan pada saat itu juga tampa harus menunda.
KESIMPULAN
1. Hasil penelitian dengan pengetahuan bidan yang memiliki pengetahuan baik di Puskesmas Kabupaten
2. Hasil penelitian dengan sikap bidan dengan sikap Positif di Puskesmas Kabupaten Minahasa Utara
sebanyak 45 (50%).
3. Dari hasil penelitian ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap bidan dalam pengisian partograf di
SARAN
1. Bagi Institusi pendidikan diharapkan dapat selalu memotivasi mahasiswa dan meningkatkan
pengetahuan dalam mengerjakan partograf serta menerapkan partograf dengan baik guna untuk
pengetahuan konsisten dalam menerapkan partograf secara lengkap, tepat waktu sehingga dapat
memonitor proses persalinan dan kelahiran serta mendeteksi dengan cepat komplikasi-komplikasi.
3. Bagi peneliti lain. Diharapkan peneliti mendatang bisa menjadikan Skripsi ini sebagai bahan
perbandingan dan dapat meneliti tentang partograf tetapi dengan metode yang berbeda misalnya dengan
teknik wawancara.
DAFTAR PUSTAKA