Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan laporan rekam

medik di wilayah kerja Puskesmas Cigugur Tengah Cimahi Tengah Kota

Cimahi tahun 2016 adalah sebagai berikut :

a. Jumlah Paritas Ibu Bersalin

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi paritas ibu bersalin di wilayah kerja


Puskesmas Cigugur Tengah Cimahi Tengah Kota Cimahi
tahun 2016.

Klasifikasi Paritas Frekuensi Presentasi (%)


Primipara 342 29,6%
Multipara 729 63,2%
Grandemultipara 83 7,2%
Total 1154 100%
(Data sekunder Puskesmas Cigugur Tengah tahun 2016)

Berdasarkan tabel 4.1 datas didapatkan data dari 1154

karakteristik paritas sebagian besar multipara yaitu 729 (63,2%),

sedangkan sebagian kecil primipara yaitu 342 (29,6%) dan

grandemultipara yaitu 83 (7,2%).

32
b. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di


wilayah kerja Puskesmas Cigugur Tengah Cimahi Tengah
Kota Cimahi tahun 2016.

Klasifikasi BBLR Frekuensi Presentasi (%)


BBLR (<2500 gram) 90 7,8
Tidak BBLR(2500 gram) 1064 92,2
Total 1154 100
(Data sekunder Puskesmas Cigugur Tengah tahun 2016)

Berdasarkan tabel 4.2 tentang distribusi frekuensi Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR) di wilayah kerja Puskesmas Cigugur Tengah

Cimahi Tengah Kota Cimahi tahun 2016 didapatkan hasil bahwa dari

1154 bayi lahir terdapat 90 bayi (7,8%) lahir dengan BBLR dan 1064

(92,2%) bayi lahir tidak BBLR.

2. Analisis Bivariat

Tabel 4.3 Hubungan paritas ibu dengan kejadian BBLR di wilayah


kerja Puskesmas Cigugur Tengah Cimahi Tengah Kota
Cimahi 2016

Klasifikasi
Tidak BBLR BBLR Total Nilai P
Paritas
Primipara 315 (27,3%) 27 (2,3%) 342 (29,6%) 0,00
Multipara 685 (59,4%) 44 (3,8%) 729 (63,2%)
Grandemultipara 64 (5,5%) 19 (1,6%) 83 (7,2%)
Total 1064 (92,2%) 90 (7,8%) 1154 (100%)
(Data sekunder tahun 2016)

Berdasarkan hasil analisa tabel 4.3 tentang hubungan

paritas ibu dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Cigugur

Tengah Cimahi Tengah Kota Cimahi 2016 didapatkan hasil bahwa

sebanyak 27 (2,3%) ibu yang paritasnya primipara melahirkan BBLR,

sebanyak 44 (3,8%) ibu yang paritasnya multipara dan melahirkan

BBLR, dan sebanyak 19 (1,6%) ibu yang paritasnya grandemultipara

dan melahirkan BBLR. Hasil uji statistik didapatkan nilai p= 0.00 < =

33
0,05 berarti Ho ditolak dan Ha diterima, maka disimpulkan terdapat

hubungan yang bermakna antara paritas ibu dengan kejadian BBLR.

B. Pembahasan

1. Gambaran ibu bersalin berdasarkan paritas di wilayah kerja

Puskesmas Cigugur Tengah Kota Cimahi tahun 2016

Hasil penelitian dari data yang didapatkan berdasarkan tabel

4.1 bahwa dari 1154 bahwa 425 (36,83%) ibu adalah ibu yang

paritasnya dikategorikan berisiko yaitu paritas primipara dan

grandemultipara.

Penelitian yang dilakukan Dwi Lis Stiani mengenai hubungan

umur dan paritas ibu dengan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

di RSUD Banjarbaru tahun 2011 menyatakan bahwa Paritas 1 dan >3

mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Semakin tinggi

paritas, maka semakin tinggi pula kematian maternal. Pada paritas

rendah, sebagian besar ibu belum siap secara fisik maupun mental

dalam menjalani kehamilannya. Risiko kematian maternal dapat

dicegah dengan asuhan obstetrik yang baik. Sedangkan pada paritas

yang tinggi, ibu telah banyak melahirkan yang menyebabkan

terganggunya uterus terutama dalam hal fungsi pembuluh darah.

Kehamilan yang berulang-ulang akan menyebabkan kerusakan pada

dinding pembuluh darah uterus, hal ini akan mempengaruhi nutrisi ke

janin pada kehamilan selanjutnya sehingga dapat menyebabkan

gangguan pertumbuhan yang selanjutnya akan melahirkan bayi

dengan BBLR, risiko dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga

berencana. Paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya

34
berbagai masalah kesehatan baik ibu maupun bayinya yang dilahirkan.

Salah satu dampak kesehatan yang timbul dari paritas tinggi berawal

dari kerusakan pada dinding pembuluh darah uterus, sehingga hal ini

akan mempengaruhi nutrisi ke janin pada kehamilan, selanjutnya dapat

menyebabkan gangguan dan akhirnya melahirkan bayi BBLR

sedangkan pada primipara penyebab cukup besarnya BBLR

disebabkan oleh karena kehamilan pertama merupakan sebuah

percobaan yang berat terhadap kemampuan reproduksi ibu dimana

akan timbul penyulit kehamilan dan persalinan ibu. Paritas 1 atau

primipara terkait dengan belum siapnya fungsi organ dalam menjaga

kehamilan dan menerima kehadiran janin, keterampilan ibu untuk

melaksanakan perawatan diri dan bayinya serta faktor psikologis ibu

yang masih belum stabil.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Tria Wahyuningrum, dkk

pada tahun 2015 tentang Hubungan Paritas dengan Berat Bayi Lahir di

Rumah Sakit Umum Daerah HR. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto

menyatakan bahwa multipara berpeluang melahirkan Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR). Multipara di dapatkan penyulit seperti plasenta, akibat

dari jaringan parut karena terlalu banyak melahirkan, ini akan

berpengaruh pada berat janin yang dikandung oleh ibu.

2. Gambaran kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Cigugur

Tengah Kota Cimahi tahun 2016

Hasil penelitian dari data yang didapatkan berdasarkan tabel

4.2 bahwa dari 1154 responden terdapat 90 (7,8%) ibu yang

melahirkan BBLR.

35
BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas,

mordibitas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan

dampak jangka panjang terhadap kehidupan di masa depan. Faktor

ibu merupakan salah satu penyebab terjadinya BBLR, diantarnya

adalah faktor umur (usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun

atau lebih dari 35 tahun) dan paritas berisiko. (Pantiawati, 2010)

3. Hubungan paritas ibu dengan kejadian BBLR di wilayah kerja

Puskesmas Cigugur Tengah Kota Cimahi tahun 2016

Hasil penelitian dari data yang didapatkan berdasarkan tabel

4.3 bahwa nilai p (0,0) < (0,05) yang berarti Ho di tolak dan Ha

diterima, artinya ada hubungan yang bermakna antara paritas ibu

dengan kejadian BBLR.

Penelitian yang dilakukan oleh Tria Wahyuningrum, dkk pada

tahun 2015 tentang Hubungan Paritas dengan Berat Bayi Lahir di

Rumah Sakit Umum Daerah HR. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto

menyatakan bahwa multipara berpeluang melahirkan Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR). Multipara di dapatkan penyulit seperti plasenta, akibat

dari jaringan parut karena terlalu banyak melahirkan, ini akan

berpengaruh pada berat janin yang dikandung oleh ibu

Penelitian lain yang dilakukan oleh Apriyanti tahun 2010

menjelaskan bahwa paritas yang tinggi akan berdampak pada

tumbuhnya berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi

yang dilahirkan. Salah satu dampak kesehatan yang timbul dari paritas

yang tinggi adalah berhubungan dengan BBLR. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Puji Astuti Purwaningsih tahun 2010

36
yang menjelaskan bahwa jumlah paritas > 3 dapat menyebabkan

retardasi pertumbuhan intra uteri sehingga insiden bayi kecil masa

kehamilan (KMK) meningkat, dan setelah 3 kali melahirkan mempunyai

dampak resiko melahirkan cacat dan BBLR.

37

Anda mungkin juga menyukai