Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Kebidanan Indonesia. Vol 10 No 1.

Januari 2019 (147 – 157)

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR TERHADAP RUPTUR


PERINIUM PADA IBU BERSALIN DI PKD ” SUMBER WARAS”
SUKOREJO KECAMATAN MUSUK BOYOLALI
TAHUN 2018

Relationship Weight Birth New Birth Against Rupture Perinium On Mother


Bersalin In Pkd "Sources Of Waras"Sukorejo District
Boyolali Musuk Year 2018

Sri Suparti1, Sab‟ngatun2


STIKES Mamba‟ul „Ulum Surakarta
(srisuparti_dkkby@yahoo.co.id)

ABSTRAK

Latar Belakang : Banyak wanita mengalami perdarahan yang disebabkan


robekan perineum pada saat melahirkan anak pertama. Faktor yang berkaitan
terjadinya ruptur perineum pada ibu bersalin adalah pelahiran primipara, proses
persalinan serta berat badan bayi yang dilahirkan. Di PKD” Sumber Waras” setiap
bulan terdapat kurang lebih 4 - 5 ibu bersalin, dan kejadian rupture perineum
sekitar 2 sampai 3 kejadian. Berat badan bayi baru lahir merupakan salah satu
faktor terbesar yang menyebabkan ruptur perineum.
Tujuan penelitian : untuk mengetahui hubungan berat badan bayi baru lahir
terhadap rupture perineum pada ibu bersalin di PKD “ Sumber Waras” Sukorejo,
Musuk, Boyolali Tahun 2018
Metode : Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan waktu
retrospektif. Populasi penelitian seluruh ibu bersalin di PKD” Sumber Waras “
Sukoreko bulan April – Juni 2018 sebanyak 35 orang. Penelitian ini tidak
menggunakan sample, tetapi menggunakan subyek penelitian yaitu seluruh
populasi diteliti. Alat pengumpulan data menggunakan master tabel
Hasil : Berat badan bayi baru lahir mayoritas 2.500 – 3.400 gram 26 ( 74,28%
),rupture perineum mayoritas rupture 23 ( 65,70%). Berat badan bayi baru lahir
1.500 – 2.400 gram 3 ( 8,57%). Ibu tidak rupture perinium berat badan bayi baru
lahir 3.500 – 4.400 gram 6 ( 17,15% ), mayoritas mengalami rupture perinium.
Nilai Asymp. 2Sig = 0,012 ( 0,0012<0,05 ), sebagai dasar pengambilan keputusan
jika nilai sig < 0,05 maka terdapat korelasi yang signifikan antara variabel yang
dihubungkan. Ada hubungan yang signifikan antara paritas terhadap rupture
perineum pada ibu bersalin ( Ha diterima dan Ho ditolak) .Correlation Coefficient
sebesar 0,67 pada rentang 0,61-0,80 artinya korelasi tinggi.
Simpulan terdapat hubungan yang tinggi antara berat badan bayi baru lahir
terhadap rupture perineum pada ibu bersalin di PKD “ Sumber Waras “ Sukorejo
Musuk, Boyolali tahun 2018

Kata kunci: Berat Badan Bayi Baru Lahir, Ruptur Perinium.

Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Terhadap Ruptur Perinium Pada Ibu
Bersalin (Sri Suparti, Sab’ngatun) 147
Jurnal Kebidanan Indonesia. Vol 10 No 1. Januari 2019 (147 – 157)

ABSTRACT

Background: Many women experience bleeding caused by perineal rupture


during childbirth. Factors related to the occurrence of perineal rupture in the
maternal mother is primipara birth, labor and birth weight babies. In PKD
"Sumber Waras" every month there are approximately 4 - 5 mothers, and the
incidence of rupture perineum about 2 to 3 events. Newborn's weight is one of the
biggest factors that causes perineal rupture.
The purpose : The purpose of this research is to know the relationship of newborn
baby weight to rupture perineum at mother of maternity in PKD "Sumber Waras"
Sukorejo, Musuk, Boyolali Year 2018.
Method The research method used is analytical with retrospective time approach.
The research population is all mothers in PKD "Sumber Waras" Sukorejo Musuk
Boyolali district in April - June 2018 as many as 35 people. This research does
not use sample, but using research subject that is entire population studied. The
data collection tool uses the master table. Data analysis using univariate analysis
for free variable weight of newborn and variable bound to rupture perineum. With
frequency distribution. Bivariate analysis for the relationship between variables
with correlation test using Chi square.
Result of research of newborn weight variable of majority 2,500 - 3,400 gram
counted 26 respondent (74,28%), rupture perineum variable majority of
respondents experienced rupture as many as 23 mothers (65,70%). Respondents
with newborn weight of 1,500 - 2,400 grams were 3 (8,57%), none had rupture of
the perineum. Respondent with newborn weight 3,500 - 4,400 gram counted 6
(17,15%), majority of mother had rupture perineum as much as 5 (14,28%).
Asymp.2 Value Sig = 0.0012 (0.0012 <0.05), as the basis for decision making if
the value of sig <0.05 then there is a significant correlation between the variables
associated. There is a significant relationship between the weight of the newborn
to the rupture of the perineum in the maternal mother (Ha is accepted and Ho is
rejected). Correlation Coefficient of 0.67 in the range 0.61-0.80 means high
correlation.
Conclusion There is a high correlation between the weight of newborn to rupture
of perineum in maternal mother in PKD "Sumber Waras" Sukorejo Musuk
Boyolali 2018.
Keywords: Newborn baby weight, perinium rupture

PENDAHULUAN

Angka kematian ibu sudah mengalami penurunan, namun masih jauh dari
target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015, meskipun jumlah
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan
( Kemenkes RI,2015 ). Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang
dihadapi ibu-ibu selama kehamilan sampai dengan paska persalinan yang
dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang
kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan
dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan ternasuk

Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Terhadap Ruptur Perinium Pada Ibu
Bersalin (Sri Suparti, Sab’ngatun) 148
Jurnal Kebidanan Indonesia. Vol 10 No 1. Januari 2019 (147 – 157)

pelayanan prenatal dan obstetri. Tingginya angka kematian ibu menunjukkan


keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk
pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula ( Kemenkes RI,2016 ) .Jumlah
kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2017 sampai akhir bulan
September ( trimester 3) sebanyak 337 kasus, sehingga kematian ibu di Jawa
Tengah diprediksi turun dibanding tahun 2016 sebanyak 602 kasus (AKI 109,65
per 100.000 KH)2. Boyolali mempunyai komitmen untuk mencapai sasaran SDGs
dengan AKI sebesar 70 per 100.000 KH pada tahun 2030. Pada tahun 2017
jumlah kematian ibu di Kabupaten Boyolali sebanyak 16 kasus. Dengan penyebab
kematian terbanyak pre-eklamsi dan eklamsi sebanyak 5 kasus, perdarahan 4
kasus. Puskesmas Musuk I tahun 2017 ada 1 kasus kematian ibu yang disebabkan
oleh perdarahan( Dinkes prov Jateng, 2016 ).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan tanggal 02 Maret 2018 di PKD “
Sumber Waras” Sukorejo setiap bulan terdapat kurang lebih 4 - 5 ibu bersalin, dan
kejadian rupture perineum sekitar 2 sampai 3 kejadian yang mayoritas pada berat
badan bayi 3.500 gram - 4.400 gram. Kejadian tersebut dapat kita lihat pada
rekam medic berupa catatan persalinan ( kartu ibu, persalinan dan partograf) .
Dokumentasi berupa rekam medik yang selalu dilengkapi dalam kurun waktu 5
tahun terakir. Pelayanan kebidanan di PKD “ Sumber Waras “ terdokumentasi
dengan baik, persalinan didokumentasikan pada kartu ibu, kartu persalinan dan
partograf bagian belakang.( PKD Sukorejo, 2017 )
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: “Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Terhadap
Ruptur Perinium Pada Ibu Bersalin Di PKD “ Sumber Waras” Sukorejo Musuk,
Boyolali Tahun 2018”

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan


pendekatan waktu retrospektif ( Sugiyono, 2012 ). Populasi dalam penelitian ini
adalah semua ibu bersalin di PKD “ Sumber Waras” Sukorejo Musuk Boyolali
dari bulan April – Juni 2018 sebanyak 35 ibu bersalin. Penelitian ini tidak
menggunakan sample, tetapi menggunakan subyek penelitian yaitu semua
populasi dijadikan sampel sebanyak 35 ibu bersalin. Pada penelitian ini
menggunakan alat pengumpul data berupa master tabel ( Sugiyono, 2012 . Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data
sekunder didapatkan dari pengamatan rekam medik ibu bersalin berupa kartu ibu,
kartu persalinan serta format partograf bagian belakang yang terisi lengkap di
lokasi penelitian. Analisa data univariat ( Riyanto.A, 2014 ) Dilakukan pada tiap
variabel hasil penelitian bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan
karakteristik setiap variable Analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan
persentasi dari tiap variabel. Analisis Bivariate ( Riyanto. A, 2014 ). analisa
hubungan variabel bebas atau indipenden berat badan bayi baru lahir dengan skala
ordinal dan variabel terikat atau dependen rupture perinium dengan skala
nominal. Analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji statistik yaitu chi
square dengan derajat kepercayaan 95% atau α = 0,0( Riyanto a, 2014 ).

Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Terhadap Ruptur Perinium Pada Ibu
Bersalin (Sri Suparti, Sab’ngatun) 149
Jurnal Kebidanan Indonesia. Vol 10 No 1. Januari 2019 (147 – 157)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan dan


Pekerjaan

NO Kelompok Umur Frekuensi Persentase


1 20 - 29 tahun 17 48,57
2 30 - 39 tahun 16 45,71
3 40 – 49 tahun 2 5,72
Total 35 100,0
NO Pendidikan Frekuensi Persentase
1 Dasar 14 40,40
2 Menengah 20 57,14
3 Tinggi 1 2,86
Total 35 100,0
No Pekerjaan Frekuensi Persentase
1 Petani 21 60,00
2 Swasta 13 37,14
3 PNS 1 2,86
Total 35 100,0

Berdasarkan tabel 1 Karakteristik responden berdasarkan umur


mayoritas usia antara 20- 29 tahun, sebanyak 17 ibu (48,57%).
Pendidikan mayoritas berpendidikan menengah 20 57,14%). Pekerjaan
mayoritas petani 21 responden (60,00% )

Tabel 2. Paritas dan Ruptur Perinium pada Ibu Bersalin di BPM “ Ann- Nur”
Ringinlarik, Musuk, Boyolali tahun 2017

No Berat Badan Bayi Baru lahir Frekuensi Persentase


1. 1.500 – 2.400 gram 3 8,57

2. 2.500 – 3.400 gram 26 74,28

3. 3.500 – 4.400 gram 6 17,15

Total 35 100,0

No Kejadian Ruptur Perinium Frekuensi Persentase


1. Ruptur Perinium 23 65,71

2. Tidak Ruptur Perinium 12 34,29

Total 35 100,0

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan berat badan bayi baru lahir


mayoritas 2.500 – 3.400 gram sebanyak 26 responden ( 74,28%),

Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Terhadap Ruptur Perinium Pada Ibu
Bersalin (Sri Suparti, Sab’ngatun) 150
Jurnal Kebidanan Indonesia. Vol 10 No 1. Januari 2019 (147 – 157)

sedangkan rupture perineum mayoritas mengalami rupture 23 responden


( 65,71% ).

Tabel 3. Tabel Silang berat badan bayi baru lahir terhadap rupture perineum pada
ibu bersalin di PKD “ Sumber Waras” Sukorejo Musuk, Boyolali Tahun
2018.

No Katagori Berat Berat badan bayi lahir Ruptur Perinium


Badan Bayi lahir Frekuensi Persentase Ya Tidak
1. 1.500 -2.400 gram 3 8,57 0(0%) 3 ( 8,57% )
2. 2.500 -3.400 gram 26 74,28 18 ( 51,42%) 8 ( 22,85% )
3. 3.500 -4.400 gram 6 17.15 5 ( 14,28% ) 1 ( 2,88% )
Total 35 100,0 23 ( 65,70%) 12 ( 34,30%)

Berdasarakan tabel 3 menunjukkan mayoritas responden


melahirkan bayi dengan berat badan lahir 26 ( 74,28% ) dan mayoritas
mengalami rupture perineum 18 ibu ( 51,42% ). Berat badan bayi baru
lahir 1.500-2.400 gram sebanyak 3 ( 8,57% ) tidak mengalami rupture
perineum.

Tabel 4. Analisa Bi-Variat ( Chi-Square ) hubungan berat badan bayi baru lahir
terhadap rupture perineum pada ibu Bersalin di PKD” Sumber Waras”
Sukorejo Musuk Boyolali tahun 2018
BB Bayi * Ruptur Perinium Crosstabulation
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
a
Pearson Chi-Square 8.882 2 .012

Likelihood Ratio 11.462 2 .003

Linear-by-Linear Association 8.004 1 .005

N of Valid Cases 35

a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,03.

Berdasarkan tabel 4 diketahui N atau jumlah data penelitian adalah 35, nilai
Asymp.Sig =0,012, < dari nilai Sig < 0,05. Sebagaimana dasar pengambilan
keputusan uji Korelasi Chi-Square Test, jika nilai sig < 0,05 maka terdapat
korelasi yang signifikan antara variabel berat badan bayi baru lahir terhadap
ruptur perinium. Sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil Correlation
Coefficient sebesar 0,67 ( 0,61 sampai 0,80, artinya: korelasi timggi) artinya
korelasi tinggi25. Menandakan hubungan tinggi antara paritas terhadap rupture
perineum pada ibu bersalin di PKD “ Sumber Waras” Sukorejo Musuk Boyolali
tahun 2018.
Hasil penelitian pada tabel 1 dapat dilihat Berat badan bayi baru lahir
mayoritas 2.500 – 3.400 gram dapat dikaitkan dengan karakteristik pendidikan
responden dimana mayoritas responden berpendidikan menengah sebanyak 20

Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Terhadap Ruptur Perinium Pada Ibu
Bersalin (Sri Suparti, Sab’ngatun) 151
Jurnal Kebidanan Indonesia. Vol 10 No 1. Januari 2019 (147 – 157)

orang ( 57,14% ). Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi tingkat


pengetahuan seseorang dimana semakin tinggi pendidikan seseorang semakin
tinggi pengetahuan. Sehingga responden yang berpendidikan menengah
berpengaruh terhadap pengetahuan makanan bergizi untuk ibu hamil. Ibu hamil
dengan asupan gizi yang cukup mengalami kenaikan berat badan yang normal
selama hamil. Kenakan berat badan inilah yang berdampak pada berat badan bayi
yang dilahirkan ( Nursaidah, 2017). Berat badan bayi baru lahir juga dapat
dikaitkan dengan umur responden yang mayoritas umur 20 – 29 tahun. Dimana
umur tersebut merupakan umur yang paling ideal untuk melahirkan anak yang I
dan ke II, kesehatan reproduksi sudah matang secara fisik dan psikologis. Ibu
dapat mengambil keputusan yang tepat bila terjadi masalah saat kehamilan,
persalinan dan nifas ( Nursaidah, 2017 ). Jenis pekerjaan responden mayoritas
petani sebanyak 21 ( 60,00% ), mempengaruhi terhadap asupan nutrisi secara
alami, dapat diambil dari lingkungannya, sehingga penambahan berat badan
selama hamil dalam batas normal, sehingga bayi yang dilahirkan tidak mengarah
ke janin besar ( Nursaidah, 2017 )
Berat badan bayi baru lahir minoritas 1.500-2.400 gram sebanyak 3 (
8,57% ). Hal ini dapat dihubungkan dengan umur responden minoritas 40 - 49
tahun 2 ( 3,125% ). Berat badan bayi baru lahir 1.500-2.400 merupakan katagori
berat badan lahir rendah ( BBLR ) dan resiko tinggi bagi bayi baru lahir
berdampak pada keadaan gawat darurat neonatal antara lain asfiksia, hypotermi,
hypoglikemi, masalah pemberian minum dan lain-lain. Sehingga BBLR perlu
dihindari ( Fitriana, 2015 ). Juga dapat dikaitkan dengan pendidikan yang
menengah dan tinggi sebanyak 21 responden ( 60,00% ). Individu dengan
pendidikan menengah dan tinggi akan memiliki pengetahuan yang tinggi dalam
kesehatan ibu hamil. Faktor kenaikan berat badan selama hamil yang diikuti
dengan kelahiran BBLR menjadi pertimbangan prioritas ibu dalam peningkatan
kesehatan selama hamil ( Yuwida, 2016 ). Berat badan lahir rendah juga dapat
dikaitkan dengan pekerjaan responden mayoritas petani 21 ibu ( 60,00%).
Pekerjaan petani membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak berinteraksi
dengan alam sehingga akses komunikasi tentang kesehatan khususnya makan
seimbang untuk ibu hamil jadi terbatas ( Krismiati M, 2017 ).
Ruptur Perinium:Responden mayoritas mengalami rupture perineum
sebanyak 23 ( 65,71% ). Hal ini dapat dihubungkan dengan berat badan lahir yang
mayoritas 2.500-3.400 gram sebanyak 26 orang (74,28%). Pada kelahiran tersebut
kepala bayi lebih besar sehingga meregang otot-otot perineum lebih luas apa lagi
apabila kepala bayi menengdah lebih cepat sehingga rupture perinium tidak dapat
dihindarkan. Kelahiran bahu, badan dan ekstremitas bawah bayi juga
berpengaruh, semakin berat atau besar bayi yang dilahirkan maka semakin luas
tekanan pada jalan lahir sebagai penyebab rupture perinium. belum elastis dan
kurang meregang oleh karena belum pernah dilewati kepala bayi ( WiKnyosastro,
2013 ). Ruptur perineum juga dapat dikaitkan dengan umur klien mayoritas 20-29
tahun. Rentang usia umur tersebut belum begitu matang untuk mencerna anjuran
bidan saat proses persalinan khususnya saat kelahiran bayi. Ruptur perineum juga
dapat dikaitkan dengan pendidikan responden dimana pendidikan dasar sebanyak
14 ( 40,00%), dimana pendidikan akan berpengaruh terhadap pengetahuan dalam

Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Terhadap Ruptur Perinium Pada Ibu
Bersalin (Sri Suparti, Sab’ngatun) 152
Jurnal Kebidanan Indonesia. Vol 10 No 1. Januari 2019 (147 – 157)

memahami masukan atau informasi. Pada penelitian ini ibu dengan pendidikan
dasar mengalami kesulitan dalam menerima dan mematuhi anjuran penolong
persalinan saat kelahiran kepala untuk bernafas pendek-pendek agar kepala janin
tidak mengalami defleksi atau menengadah terlalu cepat yang dapat
mengakibatkan rupture perineum. Ruptur perineum juga dapat dikaitkan dengan
pekerjaan responden yang mayoritas petani. Pekerjaan petani banyak berinteraksi
dengan alam, sehingga kurang mendapat informasi kesehatan khususnya tentang
proses kelahiran atau proses persalinan ( Wgnyosastro, 2013)
Responden yang tidak mengalami rupture perineum sebanyak 12
responden ( 34,29% ). Responden yang tidak mengalami rupture mayoritas berat
badan lahir 2.500-3.400 gram sebanyak 8 responden ( 22,85%). Responden
tersebut rata-rata melahirkan bayi kurang dari 3.000 gram. Keadaan ini
disebabkan tekanan kepala dan bahu bayi tidak terlalu kuat, sehingga penolong
lebih lancar dalam membantu kelahiran bayi. Responden yang tidak mengalami
rupture terjadi pada berat badan lahir 1.500 – 2.400 gram. Kelahiran bayi kecil
atau BBLR kurang memberi tekanan pada jalan lahir sehingga tidak terjadi
rupture perinium. Juga pengalaman melahirkan pada masa yang lalu
memberikan pembelajaran dalam memahami serta melaksanakan kerjasama dan
anjuran bidan saat proses kelahiran kepala, bisa mengatur cara meneran pendek-
pendek sehingga kepala janin lahir secara perlahan, tidak terjadi defleksi secara
cepat, sehingga tidak menimbulkan rupture pada jalan lahir khususnya perineum
(Wignyosastro, 2013 )
Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Terhadap Ruptur Perinium Pada
Ibu Bersalin di PKD” Sumber Waras” Sukorejo Musuk kabupaten Boyolali tahun
2018Hasil penelitian menunjukkan bahwa r hitung atau nilai Asymp. sig adalah
0,012 ( <dari nilai Sig < 0,05 ), sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara
paritas dengan ruptur perinium. Selanjutnya hasil Correlation Coefficient sebesar
0,50 ( pada rentang 0,61 – 0,80) artinya korelasi tinggi25. Menandakan hubungan
sedang antara berat badan bayi baru lahir terhadap rupture perineum pada ibu
bersalin di PKD” Sumber Waras” Sukorejo Musuk kabupaten Boyolali tahun
2018.
Berat badan bayi baru lahir yang mayoritas 2.500-3.400 gram sebanyak 26
( 74,28% ) serta mayoritas mengalami ruptur sebanyak 18 responden ( 51,42% )
atau 69,22% dari total beart badan lahir 2.500-3.400 gram. Hal ini menunjukkan
bahwa berat badan lahir khususnya diatas 3.000 gram sangat berpengaruh pada
kejadian ruptur perinium. Hal ini sesuai teori yang menyebutkan bahwa berat
badan bayi baru lahir merupakan faktor terbesar terjadi ruptur perinium setelah
paritas ( Wignyosastro, 2013 )
Hubungan variable bebas berat badan bayi baru lahir terhadap variable
terikat rupture perineum pada hubungan tingkat tinggi ( 0,61- 0,80 ) ( Riyanto
A,2014 ) ini menandakan bahwa factor penyebab rupture perineum juga
disebabkan oleh factor janin antara lain berat badan lahir, presentasi dan kelainan
pada janin serta factor penolong kurang kompeten saat kelahiran bayi
( Wignyosastro, 2013 ).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Murti Krismiyati dengan analisis
data yang digunakan adalah Uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan sig. 0.000, yang

Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Terhadap Ruptur Perinium Pada Ibu
Bersalin (Sri Suparti, Sab’ngatun) 153
Jurnal Kebidanan Indonesia. Vol 10 No 1. Januari 2019 (147 – 157)

berarti bahwa H1 diterima, artinya bahwa terdapat hubungan antara berat badan
bayi baru lahir dengan ruptur perineum pada persalinan normal di wilayah
kabupaten Sleman Yogyakarta tahun 2017 ( Krismiyati M, 2017 ). Juga sesuai
hasil penelitan Siti Dwi Endriyani terdapat hubungan berata badan bayi lahir
dengan ruptur perinium hal ini dikbuktikan denagn Analisa data menggunakan uji
regresi berganda untuk mengetahui pengaruh berat badan bayi lahir, umur dan
paritah terhadap rupture perineum. Hasil penelitian menunjukkan nilai
loglikelihood sebesar 45.972 ( p value = 0,000 ) artinya secara bersama-sama
berat badan bayi lahir, umur dan paritas berpengaruh terhadap kejadian rupture
perineum19. Uji chi square menunjukkan p = 0,795 untuk usia, p = 0,001 (OR =
6,538) untuk paritas, dan p = 0,052 untuk berat badan lahir. dan berat badan bayi
lahir dengan kejadian laserasi perineum di BPS Hj Sri Wahyuni,S,SiT Semarang
tahun 2012 ( Endriyani SD, 2012 ). Sesuai dengan hasil penelitian Intisari
terdapat hubungan antara berat lahir bayi dengan kejadian ruptur perinium pada
persalinan normal di RSUD Dr.Sudirman Kebumen tahun 2014 dibuktikan
dengan hasil uji statistik Kendall Tau dengan program SPSS for windows
release16 adalah sebagai berikut :didapatkan korelasi Kendall-Tau (ô) sebesar = -
0,160 dan P = 0,006 <0,01, yaitu bermakna / Ha diterima Ho ditolak sehingga
hipotesis alternatif diterima dan ada hubungan yang signifikan secara statistik
antara berat badan bayi lahir dengan derajat ruptur perineum ( Intisari, 2014).
Juga sesuai dengan penelitian Yuwida Enggar terdapat hubungan antara berat
badan bayi baru lahir dengan kejadian rupture perinium di RB Harapan Bunda
Surakarta tahun 2016. Hal ini dibuktikan dnga Hasil uji statistik diperoleh hasil
hubungan antara ruptur perineum dengan paritas 0,893, jarak kelahiran 0,682, dan
umur ibu 0,434, sedangkan pada berat badan bayi lahir 0,000. Kesimpulan pada
penelitian ini adalah tidak ada pengaruh antara paritas, jarak kelahiran, dan umur
ibu terhadap kejadian rupture perineum, sedangkan yang berpengaruh dalam
kejadian ruptur perineum adalah berat badan bayi lahir ( Enggar Y,2016) . Juga
sesuai dengan penelitian Fitriana Ikhtiarinawati terdapat hubungan yang
signifikan antara berat badan bayi baru lahir pada persalinan fisiologis dengan
kejadian rupture perinium di BPM Ny Yuliana Banjaranyar Lamongan.
Dibuktikan dengan hasil analisa korelasional dengan uji koefisien kontingensi
tingkat kemaknaan p<0,05. Hasil penelitian menunjukkan kejadium rupture
perineum terbesar pada berat badan lahir 2.500 gram- 3.500 gram sebesar 90.05%,
terkecil pada berat badan < 2.500 gram sebesar 0,0%. Hasil uji statistic koefisien
kontingensi didapatkan ch=0,487, ct=0,024. Kemudian dibandingkan dengan nilai
p<0,05, hasilnya Ha diterima dan Ho ditolak. Kesimpulan penelitian terdapat
hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian rupture perineum
pada perslinan fosiologis di BPS Ny Yuliana Amd.Keb Banjaranyar, Lamongan
Tahun 2015 ( Ikhtiarinawati F,2016 ). Juga sesuai dengan penelitian tentang”
Hubungan Antara Ruptur Perineum Dengan Paritas serta Penyebab Terjadinya
Ruptur Perineum pada Persalinan Normal di RSUD Muntilan Kabupaten
Magelang Tahun 2015. Analisa korelasional dengan uji koefisien kontingensi
tingkat kemaknaan p<0,05. Hasil penelitian menunjukkan kejadium rupture
perineum terbesar pada berat badan lahir 2.500 gram- 3.500 gram sebesar 90.05%,
terkecil pada berat badan < 2.500 gram sebesar 0,0%. Hasil uji statistic koefisien

Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Terhadap Ruptur Perinium Pada Ibu
Bersalin (Sri Suparti, Sab’ngatun) 154
Jurnal Kebidanan Indonesia. Vol 10 No 1. Januari 2019 (147 – 157)

kontingensi didapatkan ch=0,487, ct=0,024. Kemudian dibandingkan dengan nilai


p<0,05, hasilnya Ha diterima dan Ho ditolak. Kesimpulan penelitian terdapat
hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian rupture perineum
( Sari P, 2015 )
Hasil penelitian ini kurang sesuai dengan hasil penelitian Nursaidah tidak
terdapat hubungan atau pengaruh berat badan lahir bayi, umur dan paritas
terhadap rupture perinium pada ibu bersalin di RSUD Sidoarjo tahun 2017.
Ditunjukkan dengan hasil p value=0,982 lebih besar dari 0,50 ( Nursaidah, 2017).
Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara paritas terhadap
rupture perineum terbukti dapat diterima ( Ha diterima dan Ho ditolak). Arah
hubungan dinyatakan positif atau sedang ( Riyanto A, 2014 ). Dalam penelitian ini
paritas berpengaruh pada kejadian rupture perineum pada ibu bersalin. Hal ini
terbukti responden primipara mayoritas mengalami rupture perineum, sedangkan
paritas gerande multipara tidak mengalami rupture perineum.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Hasil penelitian yang dilakukan pada ibu bersalin di PKD” Sumber Waras”
Sukorejo Musuk kabupaten Boyolali Tahun 2018”Terdapat hubungan berat badan
bayi baru lahir terhadap rupture perineum pada ibu bersalin. Ditunjukkan hasil r
hitung atau Asymp. sig ( 2-tailed )0,012< 0,05. Artinya Ha diterima dan Ho
ditolak. Katagori hubungan sangat sedang ditunjukkan hasil nilai Correlation
Coefficient sebesar 0,67 ( pada rentang 0,61 – 0,80 )Berat badan bayi baru lahir
mayoritas 2.500-3.400 gram sebayak 26 responden ( 74,28% )
Ruptur perineum mayoritas ibu bersalin mengalami rupture perineum sebanyak
23 responden (65,71% )Pengetahuan ibu menyusui tentang cara memerah dan
menyimpan ASI di Posyandu Anggrek Sanggrahan Joho Sukoharjo Tahun 2017
mayoritas dalam kategori cukup dan kurang yaitu masing – masing sebanyak 12
orang (36,4%).

Saran
Bagi PKD” Sumber Waras”Intitusi pelayanan kesehatan dapat
memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai acuan dalam memberikan asuhan ibu
bersalin untuk meminimalkan kejadian rupture perineum. Bagi intitusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi Prodi Kebidanan sebagai bahan
masukan agar dapat menghasilkan lulusan bidan yang professional sehingga
mampu memberikan asuhan kebidanan komprehensif khususnya asuhan pada ibu
bersalin. Bagi tenaga kesehatan,Tenaga kesehatan khususnya bidan dapat
meningkatkan kompetensi dengan mengaplikasikan hasil pelatihan Asuhan
Persalinan Normal secara optimal. Peneliti dan peneliti lanjutan, Hasil penelitian
ini dapat menjadi acuan untuk mengembangkan penelitian yang lebih luas tentang
rupture perineum sehingga ibu merasa aman dan nyaman saat masa nifas .

Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Terhadap Ruptur Perinium Pada Ibu
Bersalin (Sri Suparti, Sab’ngatun) 155
Jurnal Kebidanan Indonesia. Vol 10 No 1. Januari 2019 (147 – 157)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S, 2010; Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta,


Rineka Cipta.
Dinkes prov Jateng, 2016; Buku Saku Kesehatan Jawa Tengah th 2016, Semarang
http://www.google.co.id
Dinkes prov Jateng, 2017; Buku Saku Kesehatan Jawa Tengah Trimester III,
Semarang, http://www.google.co.id
Dinkes Kab Boyolali, 2017; Laporan Tahunan Kesehatan kab Boyolali th 2017,
Boyolali
Dwi Susanti, 2017, Laporan Bulanan PKD”Sumber Waras” Boyolali
Dinkes prov Jateng, 2016; Penyebab Kematian Ibu di Jawatengah
http://www.google.co.id. diakses 13 Maret 2018 jam 13.00
Endriani, 2012; Hubungan Umur, Paritas, Dan Berat Bayi Lahir Dengan
Kejadian Laserasi Perineum Pada Persalinan Normal Di Bidan Praktek
Swasta Hj. Sri Wahyuni, S.SiT Semarang, Semarang
http://download.portalgaruda.org.article.php diakses tagl 11 Maret 2018
jam 15.00
Fitriana, 2015; Hubungan Antara Berat Badan Bayi Baru Lahir Pada Persalinan
Fisiologis Dengan Kejadian Ruptur Perineum di BPS Yulianan
Banjaranyar Lamongan Lamongan Tahun 2015 journal.unisla.ac.id /pdf
Diakses 16 Maret 2018 Jam 09.00.
Frase,d dan Cooper.M, 2009; Buku Ajar Bidan Myles, Jakarta, EGC
Harlin, 2017; Ruptur Perinium, http://google.co.id, blogspot,com 2017,
diakses 24 September 2017 Jam 16.00
Intinisari,2014; Hubungan Berat Lahir Bayi Dengan Kejadian Ruptur Perineum
Pada Persalinan Normal PRIMIPARA Di RSUD Dr.Soedirman Kebumen
Tahun 2014. http://digilib.unisayogya.ac.id/773/1/NASKAH Diakses 14
Maret 2018 jam 11.00.
JNPK- KR, 2008; Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal, Jakarta
Kemenkes RI, 2016; Penyebab langsung kematian ibu, http://www.google.co.id,
diakses 23 September 2017, 17.00 )
Kemenkes RI,2015; Buku Ajar Kesehatan Ibu Dan Anak, Jakarta
Kemenkes RI, 2016; Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016;
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan
Pendekatan Keluarga, Jakarta
Krismiyati M, 2017; Hubungan Berat Badan Bayi Lahir Dengan Kejadian
Ruptur Perineum pada Persalinan Normal di Wilayah Kabupaten Sleman
Tahun 2017. Jurnal.stikeskaryahusada.ac.id/index,php/jkkh/article, Diakses
08 Maret218 Jam 16.00
Kumala, dkk, 2011; Kamus Saku Kedokteran Dorland, Jakarta, EGC
Laksman H, 2010; Kamus Kedokteran, Jakarta, Jambatan
Nursaidah,2017; Pengaruh Berat Badan Lahir Bayi, Umur dan Paritas Terhadap
Ruptur Perineum Pada Ibu Bersalin di RSUD Sidoarjo Tahun
2017.http://ejurnalp2m.poltekkesmajapahit.ac.id/index.php/HM/article/view
File/164/200. Diakses 12 Maret 2018 jam 12.00

Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Terhadap Ruptur Perinium Pada Ibu
Bersalin (Sri Suparti, Sab’ngatun) 156
Jurnal Kebidanan Indonesia. Vol 10 No 1. Januari 2019 (147 – 157)

Notoadmodjo,S, 2012; Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka


Cipta
PP IBI, 2016; Buku Acuan Midwifery Update, Jakarta
Prawiroharjo,S,2013, Ilmu Kebidanan, Jakarta, Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo )
Riyanto, A. 2014; Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan, Yogyakarta, Nuha
Medika
Sari P, 2015; https://media.neliti.com > publication
Saifuddin,AB dkk, 2012; Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, Jakarta, JNPKKR-POGI
Sugiyono, 2012; Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung,
Alfabeta
Varney, dkk, 2012; Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume I, Jakarta, EGC
Wiknyosastro, 2013; Ilmu Kandungan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiriharjo )
Watik, A, 2011; Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran & Kesehatan.
Jakarta, PT Raja Grafindo Persada
Yuwida EP, 2016; Hubungan Antara Berat Badan Bayi Baru Lahir Dengan
Kejadian Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal Di RB Harapan Bunda
Surakarta Tahun 2016.
https://eprint.uns.ac.id/10348/1/154192108201011341. Diakses 10 Maret
2018 Jam 12.00.

Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Terhadap Ruptur Perinium Pada Ibu
Bersalin (Sri Suparti, Sab’ngatun) 157

Anda mungkin juga menyukai