ABSTRAK
Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Terhadap Ruptur Perinium Pada Ibu
Bersalin (Sri Suparti, Sab’ngatun) 147
Jurnal Kebidanan Indonesia. Vol 10 No 1. Januari 2019 (147 – 157)
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Angka kematian ibu sudah mengalami penurunan, namun masih jauh dari
target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015, meskipun jumlah
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan
( Kemenkes RI,2015 ). Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang
dihadapi ibu-ibu selama kehamilan sampai dengan paska persalinan yang
dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang
kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan
dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan ternasuk
Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Terhadap Ruptur Perinium Pada Ibu
Bersalin (Sri Suparti, Sab’ngatun) 148
Jurnal Kebidanan Indonesia. Vol 10 No 1. Januari 2019 (147 – 157)
METODE PENELITIAN
Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Terhadap Ruptur Perinium Pada Ibu
Bersalin (Sri Suparti, Sab’ngatun) 149
Jurnal Kebidanan Indonesia. Vol 10 No 1. Januari 2019 (147 – 157)
Tabel 2. Paritas dan Ruptur Perinium pada Ibu Bersalin di BPM “ Ann- Nur”
Ringinlarik, Musuk, Boyolali tahun 2017
Total 35 100,0
Total 35 100,0
Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Terhadap Ruptur Perinium Pada Ibu
Bersalin (Sri Suparti, Sab’ngatun) 150
Jurnal Kebidanan Indonesia. Vol 10 No 1. Januari 2019 (147 – 157)
Tabel 3. Tabel Silang berat badan bayi baru lahir terhadap rupture perineum pada
ibu bersalin di PKD “ Sumber Waras” Sukorejo Musuk, Boyolali Tahun
2018.
Tabel 4. Analisa Bi-Variat ( Chi-Square ) hubungan berat badan bayi baru lahir
terhadap rupture perineum pada ibu Bersalin di PKD” Sumber Waras”
Sukorejo Musuk Boyolali tahun 2018
BB Bayi * Ruptur Perinium Crosstabulation
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
a
Pearson Chi-Square 8.882 2 .012
N of Valid Cases 35
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,03.
Berdasarkan tabel 4 diketahui N atau jumlah data penelitian adalah 35, nilai
Asymp.Sig =0,012, < dari nilai Sig < 0,05. Sebagaimana dasar pengambilan
keputusan uji Korelasi Chi-Square Test, jika nilai sig < 0,05 maka terdapat
korelasi yang signifikan antara variabel berat badan bayi baru lahir terhadap
ruptur perinium. Sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil Correlation
Coefficient sebesar 0,67 ( 0,61 sampai 0,80, artinya: korelasi timggi) artinya
korelasi tinggi25. Menandakan hubungan tinggi antara paritas terhadap rupture
perineum pada ibu bersalin di PKD “ Sumber Waras” Sukorejo Musuk Boyolali
tahun 2018.
Hasil penelitian pada tabel 1 dapat dilihat Berat badan bayi baru lahir
mayoritas 2.500 – 3.400 gram dapat dikaitkan dengan karakteristik pendidikan
responden dimana mayoritas responden berpendidikan menengah sebanyak 20
Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Terhadap Ruptur Perinium Pada Ibu
Bersalin (Sri Suparti, Sab’ngatun) 151
Jurnal Kebidanan Indonesia. Vol 10 No 1. Januari 2019 (147 – 157)
Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Terhadap Ruptur Perinium Pada Ibu
Bersalin (Sri Suparti, Sab’ngatun) 152
Jurnal Kebidanan Indonesia. Vol 10 No 1. Januari 2019 (147 – 157)
memahami masukan atau informasi. Pada penelitian ini ibu dengan pendidikan
dasar mengalami kesulitan dalam menerima dan mematuhi anjuran penolong
persalinan saat kelahiran kepala untuk bernafas pendek-pendek agar kepala janin
tidak mengalami defleksi atau menengadah terlalu cepat yang dapat
mengakibatkan rupture perineum. Ruptur perineum juga dapat dikaitkan dengan
pekerjaan responden yang mayoritas petani. Pekerjaan petani banyak berinteraksi
dengan alam, sehingga kurang mendapat informasi kesehatan khususnya tentang
proses kelahiran atau proses persalinan ( Wgnyosastro, 2013)
Responden yang tidak mengalami rupture perineum sebanyak 12
responden ( 34,29% ). Responden yang tidak mengalami rupture mayoritas berat
badan lahir 2.500-3.400 gram sebanyak 8 responden ( 22,85%). Responden
tersebut rata-rata melahirkan bayi kurang dari 3.000 gram. Keadaan ini
disebabkan tekanan kepala dan bahu bayi tidak terlalu kuat, sehingga penolong
lebih lancar dalam membantu kelahiran bayi. Responden yang tidak mengalami
rupture terjadi pada berat badan lahir 1.500 – 2.400 gram. Kelahiran bayi kecil
atau BBLR kurang memberi tekanan pada jalan lahir sehingga tidak terjadi
rupture perinium. Juga pengalaman melahirkan pada masa yang lalu
memberikan pembelajaran dalam memahami serta melaksanakan kerjasama dan
anjuran bidan saat proses kelahiran kepala, bisa mengatur cara meneran pendek-
pendek sehingga kepala janin lahir secara perlahan, tidak terjadi defleksi secara
cepat, sehingga tidak menimbulkan rupture pada jalan lahir khususnya perineum
(Wignyosastro, 2013 )
Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Terhadap Ruptur Perinium Pada
Ibu Bersalin di PKD” Sumber Waras” Sukorejo Musuk kabupaten Boyolali tahun
2018Hasil penelitian menunjukkan bahwa r hitung atau nilai Asymp. sig adalah
0,012 ( <dari nilai Sig < 0,05 ), sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara
paritas dengan ruptur perinium. Selanjutnya hasil Correlation Coefficient sebesar
0,50 ( pada rentang 0,61 – 0,80) artinya korelasi tinggi25. Menandakan hubungan
sedang antara berat badan bayi baru lahir terhadap rupture perineum pada ibu
bersalin di PKD” Sumber Waras” Sukorejo Musuk kabupaten Boyolali tahun
2018.
Berat badan bayi baru lahir yang mayoritas 2.500-3.400 gram sebanyak 26
( 74,28% ) serta mayoritas mengalami ruptur sebanyak 18 responden ( 51,42% )
atau 69,22% dari total beart badan lahir 2.500-3.400 gram. Hal ini menunjukkan
bahwa berat badan lahir khususnya diatas 3.000 gram sangat berpengaruh pada
kejadian ruptur perinium. Hal ini sesuai teori yang menyebutkan bahwa berat
badan bayi baru lahir merupakan faktor terbesar terjadi ruptur perinium setelah
paritas ( Wignyosastro, 2013 )
Hubungan variable bebas berat badan bayi baru lahir terhadap variable
terikat rupture perineum pada hubungan tingkat tinggi ( 0,61- 0,80 ) ( Riyanto
A,2014 ) ini menandakan bahwa factor penyebab rupture perineum juga
disebabkan oleh factor janin antara lain berat badan lahir, presentasi dan kelainan
pada janin serta factor penolong kurang kompeten saat kelahiran bayi
( Wignyosastro, 2013 ).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Murti Krismiyati dengan analisis
data yang digunakan adalah Uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan sig. 0.000, yang
Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Terhadap Ruptur Perinium Pada Ibu
Bersalin (Sri Suparti, Sab’ngatun) 153
Jurnal Kebidanan Indonesia. Vol 10 No 1. Januari 2019 (147 – 157)
berarti bahwa H1 diterima, artinya bahwa terdapat hubungan antara berat badan
bayi baru lahir dengan ruptur perineum pada persalinan normal di wilayah
kabupaten Sleman Yogyakarta tahun 2017 ( Krismiyati M, 2017 ). Juga sesuai
hasil penelitan Siti Dwi Endriyani terdapat hubungan berata badan bayi lahir
dengan ruptur perinium hal ini dikbuktikan denagn Analisa data menggunakan uji
regresi berganda untuk mengetahui pengaruh berat badan bayi lahir, umur dan
paritah terhadap rupture perineum. Hasil penelitian menunjukkan nilai
loglikelihood sebesar 45.972 ( p value = 0,000 ) artinya secara bersama-sama
berat badan bayi lahir, umur dan paritas berpengaruh terhadap kejadian rupture
perineum19. Uji chi square menunjukkan p = 0,795 untuk usia, p = 0,001 (OR =
6,538) untuk paritas, dan p = 0,052 untuk berat badan lahir. dan berat badan bayi
lahir dengan kejadian laserasi perineum di BPS Hj Sri Wahyuni,S,SiT Semarang
tahun 2012 ( Endriyani SD, 2012 ). Sesuai dengan hasil penelitian Intisari
terdapat hubungan antara berat lahir bayi dengan kejadian ruptur perinium pada
persalinan normal di RSUD Dr.Sudirman Kebumen tahun 2014 dibuktikan
dengan hasil uji statistik Kendall Tau dengan program SPSS for windows
release16 adalah sebagai berikut :didapatkan korelasi Kendall-Tau (ô) sebesar = -
0,160 dan P = 0,006 <0,01, yaitu bermakna / Ha diterima Ho ditolak sehingga
hipotesis alternatif diterima dan ada hubungan yang signifikan secara statistik
antara berat badan bayi lahir dengan derajat ruptur perineum ( Intisari, 2014).
Juga sesuai dengan penelitian Yuwida Enggar terdapat hubungan antara berat
badan bayi baru lahir dengan kejadian rupture perinium di RB Harapan Bunda
Surakarta tahun 2016. Hal ini dibuktikan dnga Hasil uji statistik diperoleh hasil
hubungan antara ruptur perineum dengan paritas 0,893, jarak kelahiran 0,682, dan
umur ibu 0,434, sedangkan pada berat badan bayi lahir 0,000. Kesimpulan pada
penelitian ini adalah tidak ada pengaruh antara paritas, jarak kelahiran, dan umur
ibu terhadap kejadian rupture perineum, sedangkan yang berpengaruh dalam
kejadian ruptur perineum adalah berat badan bayi lahir ( Enggar Y,2016) . Juga
sesuai dengan penelitian Fitriana Ikhtiarinawati terdapat hubungan yang
signifikan antara berat badan bayi baru lahir pada persalinan fisiologis dengan
kejadian rupture perinium di BPM Ny Yuliana Banjaranyar Lamongan.
Dibuktikan dengan hasil analisa korelasional dengan uji koefisien kontingensi
tingkat kemaknaan p<0,05. Hasil penelitian menunjukkan kejadium rupture
perineum terbesar pada berat badan lahir 2.500 gram- 3.500 gram sebesar 90.05%,
terkecil pada berat badan < 2.500 gram sebesar 0,0%. Hasil uji statistic koefisien
kontingensi didapatkan ch=0,487, ct=0,024. Kemudian dibandingkan dengan nilai
p<0,05, hasilnya Ha diterima dan Ho ditolak. Kesimpulan penelitian terdapat
hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian rupture perineum
pada perslinan fosiologis di BPS Ny Yuliana Amd.Keb Banjaranyar, Lamongan
Tahun 2015 ( Ikhtiarinawati F,2016 ). Juga sesuai dengan penelitian tentang”
Hubungan Antara Ruptur Perineum Dengan Paritas serta Penyebab Terjadinya
Ruptur Perineum pada Persalinan Normal di RSUD Muntilan Kabupaten
Magelang Tahun 2015. Analisa korelasional dengan uji koefisien kontingensi
tingkat kemaknaan p<0,05. Hasil penelitian menunjukkan kejadium rupture
perineum terbesar pada berat badan lahir 2.500 gram- 3.500 gram sebesar 90.05%,
terkecil pada berat badan < 2.500 gram sebesar 0,0%. Hasil uji statistic koefisien
Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Terhadap Ruptur Perinium Pada Ibu
Bersalin (Sri Suparti, Sab’ngatun) 154
Jurnal Kebidanan Indonesia. Vol 10 No 1. Januari 2019 (147 – 157)
Saran
Bagi PKD” Sumber Waras”Intitusi pelayanan kesehatan dapat
memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai acuan dalam memberikan asuhan ibu
bersalin untuk meminimalkan kejadian rupture perineum. Bagi intitusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi Prodi Kebidanan sebagai bahan
masukan agar dapat menghasilkan lulusan bidan yang professional sehingga
mampu memberikan asuhan kebidanan komprehensif khususnya asuhan pada ibu
bersalin. Bagi tenaga kesehatan,Tenaga kesehatan khususnya bidan dapat
meningkatkan kompetensi dengan mengaplikasikan hasil pelatihan Asuhan
Persalinan Normal secara optimal. Peneliti dan peneliti lanjutan, Hasil penelitian
ini dapat menjadi acuan untuk mengembangkan penelitian yang lebih luas tentang
rupture perineum sehingga ibu merasa aman dan nyaman saat masa nifas .
Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Terhadap Ruptur Perinium Pada Ibu
Bersalin (Sri Suparti, Sab’ngatun) 155
Jurnal Kebidanan Indonesia. Vol 10 No 1. Januari 2019 (147 – 157)
DAFTAR PUSTAKA
Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Terhadap Ruptur Perinium Pada Ibu
Bersalin (Sri Suparti, Sab’ngatun) 156
Jurnal Kebidanan Indonesia. Vol 10 No 1. Januari 2019 (147 – 157)
Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Terhadap Ruptur Perinium Pada Ibu
Bersalin (Sri Suparti, Sab’ngatun) 157