Pengertian
1. Kista Bartholini adalah penyumbatan pada kelenjar Bartholini yang ada di
vagina sehingga menyebabkan cairan lubrikasi pada vagina tidak keluar
(Baradero, 2006).
2. Kista Bartholini adalah tumor kistik jinak yang ditimbulkan akibat saluran
kelenjar Bartholini yang mengalami sumbatan yang biasanya disebabkan oleh
infeksi kuman Neisseria gonorrhoeae (Widjanarko, 2007).
3. Kista Bartholini adalah penyumbatan pada kelenjar Bartholini yang ada di
vagina sehingga menyebabkan cairan lubrikasi pada vagina tidak keluar.
Penyumbatan pada kelenjar Bartholini biasanya disebabkan oleh infeksi
bakteri (Baradero, 2006).
D. Patofisiologi
Kelenjar Bartholini terus menerus menghasilkan cairan, maka lama
kelamaan sejalan dengan membesarnya kista, tekanan didalam kista semakin
besar. Dinding kelenjar/kista mengalami peregangan dan meradang. Demikian
juga akibat peregangan pada dinding kista, pembuluh darah pada dinding kista
terjepit mengakibatkan bagian yang lebih dalam tidak mendapatkan pasokan
darah sehingga jaringan menjadi mati (Setyadeng, 2010).
Infeksi oleh kuman, maka terjadilah proses pembusukan, bernanah dan
menimbulkan rasa sakit. Karena letaknya di vagina bagian luar, kista akan terjepit
terutama saat duduk dan berdiri menimbulkan rasa nyeri yang terkadang disertai
dengan demam. Pasien berjalan ibarat menjepit bisul di selangkangan (Djuanda,
2007).
Faktor presipitasi:
Infeksi mikroorganisme:
Faktor predisposisi:
a. Virus
a. Kebersihan area genitalia dan anus
b. Jamur
b. Hubungan seksual yang tidak sehat
c. Bakteri c. Daya tahan tubuh menurun
Menginfeksi Vulva
Kerusakan jaringan
+ proses inflamasi Penurunan suplay darah
ke jaringan sekitar Tekanan pada pembuluh
darah genitalia eksternal Cemas
Perangsangan
reseptor nyeri
Sintesis
Protaglandin
Pelepasan Histamin, Nyeri
Vasokonstriksi perifer Bradikinin, dan Serotonin
Tanda dan gejala yang dapat dilihat pada penderita kista bartolini adalah:
1. Pada vulva : perubahan warna kulit,membengkak, timbunan nanah dalam kelenjar, nyeri
tekan.
2. Pada Kelenjar bartolin: membengkak, terasa nyeri sekali bila penderia berjalan atau
duduk,juga dapat disertai demam.
Kebanyakkan wanita penderita kista bartolini, datang ke rumah sakit dengan keluhan
keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan pasangannya, rasa sakit saat buang
air kecil, atau ada benjolan di sekitar alat kelamin dan yang terparah adalah terdapat abses
pada daerah kelamin. Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan
bercampur dengan darah
H. Penatalaksanaan dan Pengobatan
Penatalaksanaan kista bartholini tergantung pada beberapa faktor seperti gejala
klinik nyeri atau tidak, ukuran kista, dan terinfeksi tidaknya kista. Jika kistanya tidak besar
dan tidak menimbulkan ganguan tidak perlu dilakukan tindakan apa-apa. Pada kasus jika
kista kecil hanya perlu diamati beberapa waktu untuk melihat ada tidaknya pembesaran
(Wiknjosastro, 2007).
Kista bartholini tidak selalu menyebabkan keluhan, akan tetapi kadang-kadang
dirasakan sebagai benda berat dan menimbulkan kesulitan pada saat coitus. Jika kistanya
tidak besar dan tidak menimbulkan gangguan, tidak perlu dilakukan tindakan apa-apa.
Dalam hal ini perlu dilakukan tindakan pembedahan, tindakan itu terdiri atas ekstirpasi,
akan tetapi tindakan ini bisa menyebabkan perdarahan. Akhir-akhir ini dianjurkan
marsupisialisasi sebagai tindakan tanpa resiko dan dengan hasil yang memuaskan. Pada
tindakan ini setelah diadakan sayatan dan isi kista dikeluarkan, dinding kista yang terbuka
dijahit pada kulit yang terbuka pada sayatan Tapi kalau kistanya besar dan menyebabkan
keluhan atau terinfeksi menjadi bisul (abses) terapi definitifnya berupa operasi kecil
(marsupialisasi). (Wiknjosastro, 2007)
Marsupialisasi yaitu sayatan dan pengeluaran isi kista diikuti penjahitan dinding
kista yang terbuka pada kulit vulva yang terbuka. Tindakan ini terbukti tidak beresiko dan
hasilnya memuaskan. Insisi dilakukan vertical pada vestibulum sampai tengah kista dan
daerah luar cincin hymen. Lebar insisi sekitar 1,5 – 3 cm, tergantung besarnya kista
kemudian kavitas segera dikeringkan. Kemudian dilakukan penjahitan pada bekas irisan.
Bedrest total dimulai pada hari pertama post operatif (Salim, 2009).
1. Konservatif
Sejumlah tindakan konservatif dapat dilakukan untuk membantu meringankan secara
sementara rasa nyeri yang berat sehubungan dengan infeksi kelenjar atau saluran
bartholini. Misalnya, anjurkan pasien untuk mencuci vulva engan air hangat beberapa
kali sehari. Berikan obat analgesik jika diperlukan. Setelah mengambil kultur,
pertimbangkan untuk memberikan antibiotik spekttrum luas yang efektif melawan
organisme yang tersering ditemukan pada infeksi ini seperti bakteri koliform, klamidia
dan gonokokus.
2. Marsupialisasi
Kadang merupakan terapi terpilih untuk pasien dibawah umur 40 tahun jika tidak di
indikasi eksisi kista. Selain itu marsupialisasi ditujukan untuk mencegah kekambuhan
dimasa mendatang.7
4. Kateter Word
Kateter word biasanya digunakan untuk penanganan kista saluran bartolini dan abses.
Batang karet kateter ini memiliki panjang 1 inchi dan diameter no.10 french foley
catheter. Balon kecil yang ditiup di ujung kateter dapat menahan sekitar 3 ml larutan salin
atau garam. Setelah persiapan steril dan anestesi local, dinding kista atau abses dijepit
dengan forsep kecil, dan mata pisau no 11 digunakan untuk membuat sayatan 5 mm
(menusuk) kedalam kista atau abses. Sayatan harus berada dalam introitus hymenalis
eksternal terhadap daerah dilubang saluran. Jika sayatan terlalu besar, kateter word akan
jatuh keluar. Setelah dibuat sayatan, kateter word dimasukkan, dan ujung balon di
kembangkan dengan 2-3 ml larutan garam yang disuntikkan melalui pusat kateter yang
memungkinkan balon kateter untuk tetap berada di dalam rongga kista atau abses. Ujung
bebas kateter dapat di tempatkan dalam vagina. Untuk memungkinkan ephitelialisasi dari
pembedahan saluran di ciptakan, kateter word dibiarkan pada tempatnya selama empat
sampai enam minggu, meskipun epithelialisasi dapat terjadi segera setelah tiga sampai
empat minggu. Jika kista bartolini atau abses terlalu dalam, penempatan kateter tidak
praktis, dan pilihan laian harus di pertimbangkan (Mast, 2010).
I. Pengkajian Fokus
a. Wawancara
Identitas klien, keluhan utama (nyeri), riwayat obstetrik, riwayat ginekologi, riwayat
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, keluhan sejak kunjungan terakhir, pengeluaran
pervaginam, riwayat kehamilan, riwayat persalinan.
b. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
Tanda-tanda vital: Tekanan darah normal, nadi meningkat (> 100 x/mnt), suhu
meningkat (> 370C), RR normal (16 – 20 x/mnt)
Genitalia: Nyeri pada area genitalia, adanya benjolan lunak dan supel berisi cairan
berwarna kuning dan berbau, adanya perubahan warna kulit, udem pada labia
mayor posterior, adannya pengeluaran cairan pada kelenjar bartolini
c. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan kultur cairan vagina
d. Terapi
Pemberian antibiotik spektrum luas
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan inkontinitus jaringan sekunder
2) Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses atau tindakanoperasi.
3) Resiko perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan distress
emosional, ketetihan, control nyeri buruk
4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma pada kulit atau tindakan operasi.
5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit;
keterbatasan kognitif
6) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan dan perubahan perkembangan
penyakit
3. Intervensi Keperawatan
NIC
NOC
5) Kurang pengetahuan
1) Pembelajaran : proses
Pengetahuan: proses
berhubungan dengan penyakit
penyakit
kurangnya informasi Pengetahuan : prosedur
Kaji tingkat
tentang penyakit; perawatan
pengetahuan klien
keterbatasan kognitif Setelah dilakukan asuhan
keperawatann kepada tentang penyakit
pasien selama 3x24 Jelaskan nama
jam, diharapkan pasien
penyakit, proses
dapat menjelaskan
kembali tentang proses penyakit, faktor
penyakit dan prosedur penyebab atau faktor
perawatan dengan kriteria
hasil sebagai berikut: pencetus, tanda dan
Pasien mengenal nama gejala, cara
penyakit, proses meminimalkan
penyakit, faktor perkembangan
penyebab atau faktor penyakit, komplikasi
pencetus, tanda dan penyakit dan cara
gejala, cara mencegah komplikas
meminimalkan Berikan informasi
perkembangan penyakit, tentang kondisi
komplikasi penyakit dan perkembangan klien
cara mencegah Anjurkan klien untuk
komplikasi melaporkan tanda dan
Pasien mengetahui gejala kepada petugas
prosedur perawatan, kesehatan
tujuan perawatan dan 2) Pembelajaran :
manfaat tindakan. prosedur/perawatan
Informasikan klien
waktu pelaksanaan
prosedur/perawatan
Informasikan klien
lama waktu
pelaksanaan
prosedur/perawatan
Kaji pengalaman
klien dan tingkat
pengetahuan klien
tentang prosedur yang
akan dilakukan
Jelaskan tujuan
prosedur/perawatan
Instruksikan klien
utnuk berpartisipasi
selama
prosedur/perawatan
Jelaskan hal-hal yang
perlu dilakukan
setelah
prosedur/perawatan
Ajarkan tehnik koping
seperti relaksasi
DISUSUN OLEH :
ANGGRIE KARLOLITA M
G3A017012