Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

“CYSTITIS”

Oleh :

NUR ARFA DINA

BT 1901054

II B

CI ISTITUSI CI LAHAN

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA

WATAMPONE

2021
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Cystitis ( sistitis ) adalah inflamasi akut pada mukosa kandung
kemih akibat infeksi oleh bakteri sistitis merupakan merupakan
inflamasi kandung kemih yang di sebabkan oleh penyebaran infeksi
dari uretra ( Nursalam dan Frasisca, 2011 ).
2. Etiologi
Berdasarkan dari pembagian sistitis maka etiologi yang dapat
menyebabkan sistitis adalah sebagai berikut :
a. Sistitis akut
Penyebab dan inflamasi kadung kemih adalah infeksi yang
diakibatkan oleh bakteri, seperti E.Coli, Enterococci, Proteus, dan
Stafilokokus auresu ( Basuki B.Purnomo, 2008 ).
Cara Penularan :
 Melalui hubungan intim
 Pembakaran kontrapeksi spermisid diagfragma karena
dapat menyebabkan sumbatan persial uretra dan
pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap serta
perubahan PH dan Flora normal ( Nursalam dan Frasisca
B.2011 : )
b. Sistitis Intersititial
Menurut arif Muttafin dan Kumala sari ( 2011 ) etiologi
sistitis intersitial belum diketahui dan kemungkinan multifaktor.
Beberapa faktor yang kemungkinan adalah sbb :
 Peran patogenik dari selt mast didalam lapisan mukosa
kandung kemih.
 Kekurangan lapis an glikosaminoglikan pada permukaan
lumen kandung kemih sehingga peningkatan permeabilitas
jaringan submukosa yang mendasari untuk zat beracun
dalam urin.
 Infeksi dengan agen ( Misalkan Virus bambat ( bakteri ).
 Produksi toksin dalam urin
 Reaksi hipersinsitivitas neurogenik / peradangan
diperentaral secara lokal dada kandung kemih.
 Manifestasi dari disfungsi otot dasar panggul /
disfungsional pengeluaran urin.
 Gangguan autoimun.
3. Patofisiologi
Pada wanita biasanya berupa sistitis akut karena jarak uretra
ke vagina pendek ( anatomi ), Kelainan perluretral, rektum
( kontaminasi ), fases, efek mekanik coltus, serta infeksi kambuhan
organism gram negatif dari saluran vagina, defek terhadap mukosa
uretra, vagina dan genetal eksternal kemungkinan organism masuk ke
vesika perkemihan. Infeksi terjadi mendadak akibat Flora ( E.Coli )
pada tubuh pasien
Pada Laki-laki abnormal, Sumbatan menyebabkan struktur dan
hiperplasi prostatic ( penyebab yang paling sering terjadi ) Infeksi
saluran kemih atas penyebab penyakit infeksi kandung kemih
kambuhan ( Nursalam dan Frasisca B. 2011 ). Sedangkan
Fatofisiologi sistitis interstitial masih kurang dipahami. Berbagai
etiologi yang telah diajukan, tidak ada yang cukup menjelaskan
secara baik bagaimana proses tersebut dapat dijelaskan. Hal ini
menunjukkan bahwa sistitis interstitial merupakan sejumlah kondisi
yang belum terdefiotsi dari berbagai patologis yang berbedah,
akhirnya hadir sebagai sindrom klinis frekuensi BAK, Urgensi, dan
Nyeri panggul, ( Arif Mutaqqin dan Kumala Sari, 2011. ).
4. Manifestasi Klinis

Reaksi inflamasi menyebabkan mukosa buli-buli menjadi


kemerahan (eritema) edema dan hipersensitif sehingga buli-buli terisi
urine akan mudah terangsang untuk segera mengeluarkan isinya, Hal
ini menimbulkan gejala frekuensi. Kontraksi buli-buli akan
menyebabkan rasa nyeri / sakit di daerah suprapubik dan eritma
mukosa buli-buli mudah berdarah dan menimbulkan hematuria. Tidak
seperti gejala pada infeksi salura kemih sebelah atas, sistitis jarang
disertai dengan demam, mual, muntah, badan lemah, dan kondisi
umum menurun. Jika disertai dengan demam dan nyeri pinggang perlu
difikirkan adanya penjelasan infeksi kesaluran kemih sebelah atas
(Basuki B.Purnomo, 2008.) Sedangkan Menurut Nursalam dan
Frasisca (2011. )

Manifestasi dari sistitis adalah sbb :

a. Kemerahan pada kandung kemih


b. Edema pada kandung kemih
c. Kandung kemih hipersensitif jika berisi urin
d. Inkontinensia
e. Sering berkemih
f. Nyeri di daerah Suprapubik
g. Eritema mukosa kandung kemih
h. Hematuria
i. Jarang disertai demam
j. Mual
k. Muntah
l. Lemah
m. Kondisi umum menurun
n. Bkateri uria ( 10.000/ml: Infeksi )

5. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi dari perbusukan statitis adalah sbb :

a. Pyelonefritis
b. Infeksi darah melalui penyebaran hemotogen ( sepsis ) ( Nusalam
dan Frasisca, 2011)
6. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik dari laboratorium yang dapat


dilakukan mengetahui terjadinya sistitis meliputi pemeriksaan urin
berwarna keruh berbau dan pada urinalisis terdapat plurla.
Hematuria, dan bakteriula kultur urin sangat penting untuk
mengetahui jenis kuman kuman penyebab infeksi. Jika sistitis sering
mengalami kekambuhan perlu difikirkan adanya keluhan buli-buli
( keganasan, Urolitiasis ) sehingga diperlukan pemeriksaan pencitraan
( Plu, USG ) atau Sistoskopi ( Basuki .B.Purnomo, 2008)

7. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan untuk membantu pengobatan pada klien


dengan Cystitis dilakukan dengan bantuan medis berupa terapi
Farmakologi dan juga penatalaksanaan keperawatan, berikut ini
penatalaksanaannya :

a) Farmakoterapi
Penanganan sistitis yang ideal adalah agens antibakterial yang
secara efektif menghilangka bakteri dari traktus urinarius dengan
efek minimal terhadap Flora pekal dan vagina.
Pada Uncomplicated sistitis cukup diberikan terapi dengan
antimikroba dosis tunggal / jangka pendek ( 1-3 hari ). Terapi jika
hal ini tidak memungkinkan, dipilih anti mikroba yang masih
cukup sensitif terhadap kuman E.Coli antara lain : nitropurantoin,
trimetropin, sufmatoksazul / ampisilin. Kadang-kadangdiperlukan
obat-obatan golongan antikolinegrik ( Proparitheline bromide )
untuk mencegah hiperiritabilitas buli-buli dan Fenazopridin
hidroklorkla sebagai antiseptik pada saluran kemih ( Basuki
B.Purnomo 2008. )
Sedangkan tidak ada pengobatan standar ataupun
pengobatan yang pernah dicoba dilakukan pada penderita sistitis
intersitis :
 Diatas (pelebaran) kandung kemih dengan tekanan
hidrostatik (tenaga air )
 Obat-obatan ( Elmiron, Nalfamen )
 Anti-depresi ( memberikan efek pereda nyeri )
 Antibiotik ( biasanya tidak banyak membantu, kecuali jika
terdapat infeksi kandung kemih )
 Klorapaktin ( dimasukkan ke dalam kandung kemih )
 Antispasmudik
 DMso (Dimetilsulfoksida), untuk mrngurangi peradangan
 Pembedahan
b) Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada cystitis adalah sbb :
 Minum banyak cairan untuk mengeluarkan bakteri yang
ada dalam urine
 Membuat suasana air kemih menjadi basa yaitu dengan
minum baking soda yang dilarutkan dalam air

Sedangkan penatalaksanaan pada cystitis interstitial adalah sbb :

a. Meningkatkan intakecairan 2-3 liter / hari


b. Kaji haluan urine terhadap perubahan warna , bau, dan pola
berkemih, masukan dan haluan setiap 8 jam serta hasil urinalisis
ulang
c. Bersihkan daerah perincum dari depan belakang
d. Hindari sesuatu yang membuat iritasi, contoh : CD dari nylon
e. Istirahat dan Nutrisi adekuat
f. Kosongkan kandung kemih segera setelah merasa ingin BAK
PATHWAY

Invasi mikroorganisme (bakteri, virus)

Sistisis

Jaringan terintase

Rangsangan sensorik

Nyeri Akut

Bakteri menginvasi pembuluh darah Perangsang sensorik Nyeri

Pembuluh darah risiko rusak Nyeri neuropati Kurang

Aktivitas

krisis situasional Kurang aktvitas Lemas

Gelisah lemas Defisit

Perawatan diri

Ansietas Gangguan mobilitas


B. ASUHAN KEPERWATAN

1. Identitas

Pengkajian yang diperlukan pada klien dengan cystitis menurut


Nursalam dan Fransisca( 2011) adalah sbb :

1) Biodata :
a. Identitas Klien : Nama, umur, jenis kelamin, agama,
alamat, status dan suku bangsa.
b. Identitas penanggung jawab : Nama , umur , jenis kelamin,
agama, alamat, pekerjaan, hubungan dengan klien.
2) Keluhan Utama
a. Rasa sakit sewaktu setelah makan pedis,berkemih
b. Urine sedikit
c. Rasa tidak enak di daerah supra pubik
3) Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit ISK sebelumnya
b. Penah obstruksi Saluran kemih
c. Masalah kesehatan lain, misalnya DM, Riwayat seksual
4) Pemeriksaan fisik
TTV : Biasanya suhu, TD, Nadi meningkat
Biasanya infeksi abdomen bagian bawah dan palpasi urine bledder :
Pengosongan tidak maksimal
Biasanya pada klien sistitis terjadi inflmasi dan lesi di uretra meatus
dan vagina introtus
Kaji perkemihan : dorongan, frekuensi, disurla, bau urine yang
menyengat, nyeri pada supra pubik
5) Pemeriksaan laboratorium
Urinalis : Urine tengah
Ketika infeksi terjadi, memperlihatkan bakteriurla, WBC ( White
Blood Cell ) RBC ( Reed Blood Cell ) dan endepan sel darah
putihdengan keterlibatan ginjal.
Tes sensitifitas : Banyak mikroorganisme sensitive terhadap antibiotic
dan antiseptik berhubungan dengan infeksi berulang.

6) Kaji riwayat gejala infeksi saluran kemih : Nyeri, Sering berkemih


mendadak, hesitensi, dan perubahan warna urine
7) Kaji hubungan antara infeksi saluran kemih dengan hubungan
kelamin, kontrasepsi, dan kebersihan pribadi
8) Kaji volume urine, warna konsentrasi bau
9) Tanyakan kebiasaan berkemih, personal hygiene, metode kontrasepsi
(jika menggunakan diafragma dan spermatisid) dihubungkan dengan
sistitis
10) Tanyakan pasien gejala yang berhubungan dengan cairan pervagina
(keputihan) , iritasi, disuria merupakan gejala vaginistis / PMS
(Penularan Menular Seksual)
11) Pemeriksaan supra pubik ( benjolan )
2. Diagnosis keperawatan
1) Nyeri dan ketidak nyamanan berhubungan dengan inflamasi dan
infeksiuretra, kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain
Ds Mayor
1. Mengeluh nyeri
Do Mayor
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif ( mis. Waspada , posisi menghindari
nyeri )
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur

Do Minor
1. Tekana darah meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
2) Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik
padakandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Desekan berkemih (Urgensi)


2. Urin menetas (dribbling)
3. Sering buang air kecil
4. Nokturia
5. Mengompol
6. Enuresis

Objektif

1. Distensi kandung kemih


2. Berkemih tidak tuntas (Hesitancy)
3. Volume residu urin meingkat

 Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

(tidak tersedia)

Objektif

(tidak tersedia)
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya nyeri dan kelemahan
fisik

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Mengeluh lelah

Objektif

1. frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi sehat

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1. Dispnea saat/setelah aktivitas


2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3. Merasa lemah

Objektif

1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat


2. Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukan iskemia
4. Sianosis

4) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, kurangnya


pengetahuan tentang penyakit ISK
Ds Mayor
1. Merasa bingung
2. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihdapi
3. Sulit berkonsentrasi
Do Mayor
1. Tampak gelisah
2. Tampak tegang
3. Sulit tidur
Ds Minor
1. Mengeluh pusing
2. Anoreksi
3. Palpitasi
4. Merasa tidak berdaya
Do Minor
1. Frekuensi nafas meningkat
2. Frekuensi nadi meningkat
3. Tekanan darah meningkat
4. Diforesis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata busur
9. Sering berkemih
10. Beorientasi pada masa lalu
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan intakeinadekuat
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif   
- (tidak tersedia)                                                 
Objektif
- Berat badan menurun  minimal 10% di bawah rentang ideal

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif                                                             
- Cepat kenyang setelah makan                 
- Kram/nyeri abdomen                               
- Nafsu makan menurun   
Objektif
- Bising usus hiperaktif
- Otot pengunyah lemah
- Otot menelan lemah
- Membran mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok berlebihan
- Diare                      

6) Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan


kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber
informasi
Ds Mayor
1. Menanyakan masalah yang dihadapi
Do Mayor
1. Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran
2. Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
Ds Minor
Do Minor
1. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
2. Menunjukkan perilaku berlebihan ( mis. Apasitis ,
bermusuhan , agitasi ,hysteria )

7) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan adanya factor


resiko nosokomial
3. Intervensi
1) Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan
infeksiuretra, kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain
Luaran: setelah dilakukan tindakan keperwatan diharapkan tingkat
nyeri menurun.
Intervensi keperawatan: Menejemen Nyeri
Observasi
- lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2) Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik
pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain
Luaran: setelah dilakukan tindakan keperawatan dilakukan
diharapkan eleminasi urin membaik
Intervensi keperawatan: menejemen eleminasi urin

Observasi

- Identifkasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine


- Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia
urine
- Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi, aroma,
volume, dan warna)
Terapeutik
- Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
- Batasi asupan cairan, jika perlu
- Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur
Edukasi
- Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
- Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
- Anjurkan mengambil specimen urine midstream
- Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk
berkemih
- Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot pinggul/berkemihan
- Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
- Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat suposituria uretra jika perlu
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya nyeri dan kelemahan
fisik
Luaran: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan toleransi
aktifitas meningkat
Intervensi keperawatan: menejeman energy
Observasi
- Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
- Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
- Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
4) Ansietas berhubungan dengan kririsi situasional, kurangnya
pengetahuan tentang penyakit ISK
Luaran: setelah dilakukan tindakan keperwatan diharapkan tingkat
ansietas meningkat
Intervensi keperawatan: reduksi ansietas
Observasi :
- Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu,
stressor)
- Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
- Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
Terapeutik :
- Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
- Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat ansietas
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
- Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan
datang
Edukasi :
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
- Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
- Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan unntuk mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
4. Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan
rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan
guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi
adalah komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan
hubungan saling percaya dan saling membantu, kemampuan
melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan observasi
sistematis, kamampuan memberikan pendidikan kesehatan,
kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi, ( Asmadi, 2015).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara
hasil, implementasi dengan kriteria dan standar telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian
perlu disusun rencana keperawatan yang baru. ( Asmadi, 2015)
Menurut Asmadi (2015), Metode evaluasi keperawatan, antara
lain:
a. Evaluasi Formatif (Proses)
Evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan
dan bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap
sesuai dengan kegiatan yang dilkukan , sistem penulisan evaluasi
formatif ini ditulis dalam catatan kemajuan atau menggunakan
sistem SOAP.
b. Evaluasi Sumatif (Hasil)
Evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara
keseluruhan, sistem penulisan evaluasi sumatif ini dalam banyak
catatan naratif atau laporan ringkasan
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2015).Konsep dasar keperawatan.Jakarta.EGC.

Mutaqqin,Arif dan Kumala Sari.2011.Asuhan keperawatan gangguan sistem


perkemihan.Jakarta : salemba Medika

Nursalam dan Frasisca.2011.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan


Gangguan Sistem Perkemhan. Jakarta : salemba medika.

Purnomo, Basuki B. 2008. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta : sagung seto

PPNI.(2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan (1st ed). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI.(2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteri Hasil
Keperawatan (1st ed). ). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI.(2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik (1st ed). Jakarta: DPP PPNI.

https://id.scribd.com/doc/295230655/Pathway-Cystitis yang
diupload oleh Anita Silvia Surali
ASUHAN KEPERAWATAN DASAR

PADA AN.’A’ DENGAN CYSTISIS DI RUANGAN PAV. WIRABUANA

RST DR. M.YASIN BONE

OLEH :

NUR ARFA DINA

BT1901054

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA

WATAMPONE

2021

Anda mungkin juga menyukai