Anda di halaman 1dari 11

Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Dengan Kejadian Ruptur Perineum

Pada Persalinan Fisiologis Di RSUD Maria Walanda Maramis


Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara

Atik Purwandari, Agnes Montolalu, Riyana


1,2,3 Jurusan Kebidanan Poltekkes Manado
Email : Riyanariri02@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Indonesia didapatkan bahwa satu dari lima ibu bersalin yang mengalami
ruptur perineum akan meninggal dunia dengan persen (21,74%). Di Asia ruptur perineum
juga merupakan masalah yang cukup banyak dalam masyarakat, 50% dari kejadian ruptur
perineum didunia terjadi di Asia.
Tujuan : untuk mengetahui hubungan berat badan bayi baru lahir dengan kejadian ruptur
perineum pada persalinan fisiologis di RSUD Maria Walanda Maramis.
Metode Penelitian : Jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian Analitik dengan
menggunakan pendekatan Retrospektif atau penggumpulan data sekunder. Teknik
pengambilan sampel total sampling. Sampel penelitian sebanyak 319 orang yang
memenuhi kriteria pada bulan Januari 2016-Desember 2017. Variabel independen berat
badan bayi baru lahir dan variabel dependen ruptur perineum. Analisis data menggunakan
uji statistik Chi Squre tingkat kemaknaan (α <0,05).
Hasil Penelitian : Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
berat badan bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada persalinan fisiologis (p=
0,000) dengan menggunakan uji statistik chi-square pada tingkat kemaknaan (α <0,05).
Kesimpulan : Di harapkan tenaga kesehatan khususnya bidan dapat lebih meningkatkan
keterampilan dan kewaspadaan dalam melakukan pertolongan persalinan sehingga tidak
terjadi ruptur perineum.

Kata Kunci ; Berat Badan Bayi Baru Lahir, Kejadian Ruptur Perineum

1
ABSTRACT

Background : Indonesia found that one in five women who had perineal rupture would die
by percent (21.74%). In Asia perineal rupture is also a considerable problem in society,
50% of the incidence of perineal rupture in the world occurs in Asia.
Objective : To determine the relationship of newborn's body weight with the incidence of
perineal rupture at physiological labor in Maria Walanda Hospital Maramis.
Research Methods : The type of research used is analytical research using a retrospective
approach or collection of secondary data. Total sampling technique. The research sample
consisted of 319 people who met the criteria in January 2016 - December 2017.
Independent variables of body weight for newborns and dependent variable perineal
rupture. Data analysis using Chi Squre statistical significance level (α <0.05).
Results : The results showed that there was a significant relationship between the weight of
a newborn infant and the incidence of perineal rupture in physiological labor (p = 0.000)
using chi-square statistical test at significance level (α <0.05).
Conclusion : It is expected that health workers, especially midwives, can further improve
their skills and alertness in assisting delivery so that there is no perineal rupture.

Keywords ; Newborn Weight Loss, Perineal Rupture Events

LATAR BELAKANG
Secara global 80 % kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung. Pola
penyebab langsung dimana-mana sama, yaitu perdarahan (25% biasanya perdarahan pasca
persalinan), sepsi (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi
aborsi tidak aman (13%), dan sebab-sebab lain (8%).(15)
Angka Kematian Ibu (AKI) menurut World Health Organization (WHO) adalah
kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan
oleh sebab apa pun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk
mengakhiri kehamilan.(15)
Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu
dari 390 menjadi 228. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu

2
per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 305 kematian
ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS)
2015.(12)
Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan AKB sebesar
22,23 per 1.000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target MDG 2015 sebesar 23
per 1.000 kelahiran hidup. Begitu pula dengan Angka Kematian Balita (AKABA) hasil
SUPAS 2015 sebesar 26,29 per 1.000 kelahiran hidup, juga sudah memenuhi target MDG’s
2015 sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup.(12)
Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2016 mengalami
penurunan dibandingkan dengan tahun 2015, dimana pada tahun 2016 terdapat 54 kasus
menurun dibandingkan dengan tahun 2015 sebanyak 71 kasus kematian. Jika dilihat dari
penyebab kematian, maka kematian ibu bersalin sebagian besar disebabkan oleh
pendarahan 22 kasus, Hipertensi dalam kehamilan 13 kasus, infeksi 5 kasus, dan lain-lain
31 kasus.(4)
Menurut hasil SDKI 2007 Angka kematian bayi (AKB) Sulawesi Utara (35) lebih
tinggi dari Angka Kematian Bayi (AKB) Nasional (34) sehingga upaya untuk pencapaian
target MDG’s tahun 2015 sebesar 23. Angka Kematian Bayi tahun 2013 berdasarkan SDKI
2012 adalah 33 atau turun 2 poin dari angka SDKI tahun 2007.(4)
Data awal yang dilakukan di RSUD Maria Walanda Maramis Kecamatan Airmadidi
Kabupaten Minahasa Utara dari persalinan normal bulan Januari sampai Desember 2016
berjumlah 157 orang dan yang mengalami ruptur perineum pada primipara dan multipara
sebanyak 91 orang (57,96%), primipara sebanyak 42 orang (26,75%), multipara 48 orang
(30,57%) ,episiotomi sebanyak 1 orang (0,63%), yang tidak mengalami ruptur perineum
dan episiotomi sebanyak 66 orang (42,03%)
Persalinan normal pada bulan Januari sampai Desember 2017 berjumlah 290 orang,
yang mengalami ruptur perineum pada primipara dan multipara sebanyak 191 orang
(29,31%), primipara sebanyak 85 orang (29,31%), multipara sebanyak 106 orang (36,55%),
yang tidak mengalami ruptur perineum dan episiotomy sebanyak 99 orang (34,13%).

3
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian Analitik dengan menggunakan
pendekatan Retrospektif atau penggumpulan data sekunder. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Januari sampai Juni 2018, di RSUD Maria Walanda Maramis. Variabel bebas
adalah berat badan bayi baru lahir dan variabel terikat ruptur perineum. Teknik
pengambilan sampel total sampling. Sampel penelitian 319 orang yang memenuhi kriteria
pada bulan Januari 2016-Desember 2017.(17)
Kriteria inklusi :
a. Pasien yang melahirkan di RSUD Maria Walanda Maramis Kecamatan Airmadidi
Kabupaten Minahasa Utara.
b. Pasien yang mengalami ruptur perineum maupun tidak ruptur dan memiliki rekam
medik yang lengkap.

HASIL PENELITIAN
a. Analisis Univariat
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jaminan Kesehatan di RSUD Maria
Walanda Maramis

250 208
200
150 111
65,2%
100
50 34,8%
0
BPJS UMUM

Berdasarkan Tabel 2. Menunjukkan bahwa sebagian besar ibu menggunakan


Jaminan Kesehatan yaitu BPJS sebanyak 208 (65,2%), dan umum sebanyak 111 orang
(34,8%).

4
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur di RSUD Maria Walanda Maramis

300 228

200
91 71,5%
100 28,5%
0
<20 & >35 20-35

Berdasarkan Tabel 2. Menunjukkan bahwa sebagian besar umur ibu yang


berusia <20 & >35 tahun didapatkan dalam jumlah terkecil yaitu sebanyak 91 orang
(28,5%) dan umur 20-35 tahun sebanyak 228 orang (71,5%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas di RSUD Maria Walanda


Maramis

300
210
200 109
65,8%
100
34,2%
0
<2 >2

Berdasarkan Tabel 3. Menunjukkan bahwa sebagian besar ibu dengan


jumlah kehamilan ibu <2 sebanyak 109 orang (34,2%) dan >2 sebanyak 210 orang
(65,8%).
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Berat Badan Bayi Baru Lahir di RSUD
Maria Walanda Maramis

300 243

200
76 76,2%
100
23,8%
0
<2500 2500-4300

5
Berdasarkan Tabel 4. Menunjukkan berat badan bayi baru lahir <2500 gram
sebanyak 76 orang (23,8%), dan berat badan bayi baru lahir 2500-4300 gram
sebanyak 243 orang (76,2%).

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Robekan Jalan Lahir di RSUD Maria


Walanda Maramis

213
250
200
150 106
66,8%
100 33,2%
50
0
Tidak ruptur Ruptur

Berdasarkan Tabel 5. Menunjukkan bahwa sebagian besar ibu mengalami


ruptur perineum saat bersalin sebanyak 213 orang (66,8%), dan ibu yang tidak
mengalami ruptur perineum sebanyak 106 orang (33,2%).

b. Analisis Bivariat
Tabel 6. Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir dengan Kejadian Ruptur Perineum
pada Persalinan Fisiologis Di RSUD Maria Walanda Maramis.

Ruptur Perineum
Berat Badan Bayi Tidak % Ruptur % Total % p
Baru Lahir Ruptur
<2500 gram 58 76,3 18 23,7 76 100
2500-4300 gram 48 19,8 195 80,2 243 100 0,000
Total 106 33,2 213 66,8 319 100

Sumber : data sekunder

6
Tidak ruptur Ruptur

195
200

150
80,2%
100 58
48
50 76,3% 18 19,8%
23,7%
0
<2500 2500-4300

Berdasarkan tabel 7 menunjukan bahwa ibu yang mempunyai bayi dengan berat
lahir <2500 gram sebanyak 58 (76,3%) ibu yang tidak mengalami ruptur perineum dan
sebanyak 18 (23,7%) ibu mengalami ruptur perineum. Kejadian ruptur perineum Ibu
yang mempunyai bayi dengan berat lahir 2500 – 4300 gram sebanyak 48 (19,8%) ibu
yang tidak mengalami ruptur perineum dan sebanyak 195 (80,2%) ibu mengalami
ruptur perineum.

PEMBAHASAN
1. Berat badan bayi baru lahir
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan terhadap 319 orang ibu pada
persalinan fisiologis yang memenuhi kriteria menunjukkan bahwa hampir seluruh
ibu melahirkan bayi dengan berat badan bayi baru lahir 2500-4300 gram sebanyak
216 orang (67,7%), dan berat badan bayi baru lahir <2500 gram sebanyak 103 orang
(32,3%).
Berat badan lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang 24 jam pertama
kelahiran. Berat bayi lahir merupakan salah satu faktor risiko yang meningkatkan
kejadian perlukaan perineum selama kelahiran. Semakin besar bayi yang dilahirkan
meningkatkan resiko terjadinya ruptur perineum, pada bayi besar ≥3500 gram,
normalnya berat badan bayi sekitar 2.500-3.500 gram, dan berat bayi kecil ≤2400
gram.(7)

7
Robekan perineum juga terjadi pada kelahiran bayi yang besar. Berat badan
bayi yang dilahirkan akan meningkatkan resiko terjadinya ruptur perineum karena
perineum tidak cukup kuat untuk menahan regangan kepala bayi dengan berat
badan bayi lahir yang besar.(8)
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh
Fajrin (2015) Menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara berat
badan bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum didapatkan nilai C = 0,024
(α<0,05) dan Fitri (2015) Menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum didapatkan nila
p = 0,000 (α<0,05).
2. Ruptur perineum
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan bahwa ibu yang mengalami ruptur
perineum sebanyak 197 orang (61,8%) dan ibu yang tidak mengalami ruptur
perineum sebanyak 122 orang (38,2%). Ruptur perineum adalah robekan yang
terjadi pada perineum sewaktu persalinan yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan
secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses
persalinan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh
Arsyad (2014) dengan judul Hubungan Antara Paritas Dan Berat Badan Lahir
Dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Persalinan Pervaginam bahwa
menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara berat badan bayi lahir dengan
kejadian ruptur perineum pada persalinan normal dengan nilai pvalue=0,000
(α<0,05).(2)
3. Hubungan Berat Badan Bayi dengan Ruptur Perineum
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara berat badan bayi baru lahir dengan ruptur perineum pada
persalinan fisiologis di RSUD Maria Walanda Maramis.
Hasil uji statisik Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95 % (derajat
kemaknaan α = 0,05) didapatkan nilai p = 0,000 (α < 0,05), maka artinya ada
hubungan yang signifikan antara berat badan lahir dengan kejadian ruptur perineum.

8
Semakin besar berat badan bayi yang dilahirkan akan meningkatkan risiko
terjadinya ruptur perineum karena perineum tidak cukup kuat menahan regangan
kepala bayi dengan berat badan bayi yang besar, sehingga pada proses kelahiran
bayi dengan berat badan bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur perineum.(6)
Faktor risiko terjadi robekan jalan lahir pada persalinan normal pada bayi besar
yaitu >3500 gr dikarenakan semakin besar berat badan bayi lahir semakin besar
kemungkinan terjadi robekan jalan lahir.(14)
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yang di lakukan
oleh Enggar, (2010) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
berat badan bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum didapatkan nilai p =
0,007 (α<0,05) dan Pasiowan (2015) Menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum
didapatkan nilai p = 0,000 (α<0,05) bahwa terdapat ada hubungan berat badan bayi
baru lahir dengan ruptur perineum.

KESIMPULAN
1. Berat badan bayi yang terbanyak pada BBL 2500-4300 gram sebanyak 243 (76,2%)
2. Pada persalinan fisiologis yang mengalami ruptur perineum sebanyak 213 (66,8%)
dan yang tidak mengalami ruptur perineum sebanyak 106 (33,2%).
3. Semakin besar berat badan bayi yang dilahirkan akan meningkatkan risiko
terjadinya ruptur perineum karena perineum tidak cukup kuat menahan regangan
kepala bayi dengan berat badan bayi yang besar, Terdapat hubungan yang signifikan
antara berat badan bayi baru lahir dengan Kejadian kejadian ruptur perineum pada
persalinan fisiologis

SARAN
1. Bagi institut pendidikan
Sebagai bahan informasi dan menambah wawasan bagi pembaca mengenai
hubungan berat badan bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada
persalinan fisiologis.

9
2. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan dapat lebih meningkatkan
keterampilan dan kewaspadaan dalam melakukan pertolongan persalinan sehingga
tidak terjadi ruptur perineum.
3. Bagi tempat penelitian
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan sebagai bahan acuan bagi RSUD Maria
Walanda Maramis.
4. Bagi ibu
Dapat menambah wawasan khususnya para ibu bersalin diharapkan mematuhi
anjuran bidan selama hamil agar berat badan bayi tidak besar dan sehingga dapat
mengantisipasi kejadian ruptur perineum.

DAFTAR PUSTAKA
1. Anggraini, F, D.(2016). Hubungan Berat Bayi Dengan Robekan Perineum Pada
Persalinan Fisiologis Di Rb Lilik Sidoarjo. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 9, No. 1,
Februari 2016, hal 91-97
2. Arsyad, M, M. (2014). Hubungan Antara Paritas Dan Berat Badan Lahir Dengan
Kejadian Ruptur Perineum Pada Persalinan Pervaginam Di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Bandar Lampung. Jurnal Medika Malahayati, Vol. 1,No. 3.
3. Aswad, ST, H.(2012). Gambaran Angka Kejadian Ruptur Perineum Tingkat I, II,
dan III di RSUD Syekh Yusuf Gowa Periode Januari- Desember 2011. Surakarta.
4. Dinas Kesehatan Sulut. (2016). Buku Saku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi
Utara.
5. Doni, S, D; Kuswanti, I; Novitasari, R. (2016). Hubungan Berat Badan Bayi Lahir
Dengan Derajat Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal. Jurnal Keperawatan
Intan Husada, Vol. 3 No. 2.
6. Enggar,Y.(2010). Hubungan antara Berat Badan Bayi Baru Lahir dengan Kejadian
Ruptur Perineum pada Persalinan Normal di RB Harapan Bunda. Surakarta.
7. Fajrin, F. I dan Fitriani, E. (2015). Hubungan Antara Berat Badan Bayi Baru Lahir
Pada Persalinan Fisiologis Dengan Kejadian Ruptur Perineum Studi Di Bps
Ny.Yuliana,Amd.Keb Banjaranyar Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan
2015. Jurnal Kesehatan Vol. 7. No 2
8. Fitri, M. (2015). Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Dengan Kejadian Ruptur
Perineum Pada Persalinan Normal Di RSU Ibnu Sina Bukittinggi. Jurnal Kesehatan
Stikes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol. 6 No.2
9. Henderson, C dan Kathleen, J. (2005). Buku Ajar Konsep Kebidanan. EGC, Jakarta.

10
10. Irawati, D.(2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Ruptur Perineum Di
Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto. Hasil Penelitian Dan Pengabdian
Masyarakat Seri Ke-1.
11. Irianto,K.(2014). Biologi Reproduksi. Alfabeta, Bandung
12. Kemenkes. (2016). Profil Kesehatan Indonesia, Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
13. Notoadmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta
14. Pasiowan, S; Lontaan, A; Rantung, M. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin. Jurnal Ilmiah Bidan, Volume 3
Nomor 1. Januari – Juni 2015
15. Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. PT Bina Pustaka, Jakarta.
16. Rahardjo, K. dan Marmi. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekola. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
17. Saryono.(2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Mitra Cendikia Press,
Yogyakarta.
18. Sukarni, I. dan ZH Margareth. (2013). Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Nuha
Medika, Yogyakarta.
19. Sumarah; Widyastuti, Y; & Wiyati, N. asuhan kebidanan pada ibu bersalin.
Fitramaya, Yogyakarta.
20. Tando, N, M. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. In
Medika, Jakarta
21. Walyani, E. S dan Purwoastuti, Th. E (2015). Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Pustaka Baru Press, Yogyakarta.
22. Walyani, E. S. dan Purwoastuti, Th. E (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan &
Bayi Baru Lahir, Cetakan pertama. PTPustaka Baru, Yogyakarta.
23. Wiknjosastro, G. H; Adriaansz, G; Saifuddin, A. B; & Waspodo, D (2002). Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Cetakan ketiga.
JNPKKR-POGI. Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai