This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
135
Aspiration of Health Journal, Vol. 01 No. 01, Maret 2023: 135-145 e-ISSN 2985-8267
PENDAHULUAN
Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani
akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu
.janin dan bayi baru lahir. Masalah kedaruratan selama kehamilan dapat disebabkan oleh
komplikasi kehamilan spesifik atau penyakit medis atau bedah yang timbul secara
bersamaan. Cara mencegah terjadinya kegawat daruratan adalah dengan melakukan
perencanaan yang baik, mengikuti panduan yang baik dan melakukan pemantauan yang
terus menerus terhadap ibu/klien. Tindakan pertolongan harus dilakukan secara sistematis
dengan menempatkan prioritas pada fungsi vital sesuai dengan urutan ABC, yaitu A (Air
Way), B (Breathing) dan C (Circulation) (Setyarini dan Suprapti, 2016).
ASI adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi. Produksi ASI
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang langsung misalnya, perilaku menyusui,
psikologis ibu, fisiologis ibu, ataupun yang tidak langsung misalnya, sosial kultural dan bayi,
yang akan berpengaruh terhadap psikologis ibu (Yasni, 2020). Pengalaman dalam upaya
meningkatkan pemberian ASI menunjukkan bahwa hambatan utama dalam pemberian ASI
kepada bayi adalah kurangnya informasi yang benar tentang ASI. Adanya mitos yang
menyesatkan mengenai menyusui dan cara menyusui yang kurang tepat merupakan hal
yang sering menghambat pemberian ASI.
Peraturan pemerintah tentang pemberian ASI eksklusif (PP no. 33 tahun 2012 dan PP
No. 97 tahun 2018) diatur tugas dan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah
dalam pengembangan program ASI, diantaranya menetapkan kebijakan nasional daerah,
melaksanakan advokasi dan sosialisasi serta melakukan pengawasan terkait program
pemberian ASI eksklusif (Syukur, dkk, 2020). Target pemberian ASI eksklusif secara
nasional yaitu sebesar 80%. Secara nasional cakupan bayi mendapat ASI eksklusif tahun
2019 adalah sebesar 67,74%. Cakupan ASI eksklusif tertinggi pada provinsi NTB sebesar
86,26% dan terendah dibawah 50% yaitu provinsi Papua Barat sebesar 41,12%, Papua
sebesar 41,42% dan Maluku sebesar 43,35%. Sementara provinsi Kalimantan Utara
sebesar 78,53% (Kemenkes RI, 2018).
ASI adalah makanan yang ideal untuk bayi agar dapat tumbuh secara optimal, baik di
otak maupun fisik perkembangan. Sampai usia 6 tahun bulan, bayi masih tumbuh tubuh
sesuai standar melengkung. Pada periode ini, bayi bisa tumbuh dan berkembang secara
optimal hanya dengan mengandalkan asupan gizi air susu ibu. Untuk bayi baru lahir, mereka
seluruh kebutuhan vitamin dan mineral akan dipenuhi melalui payudara susu, karena ASI
mengandung komponen nutrisi berkualitas tinggi dan berguna untuk kecerdasan,
pertumbuhan, dan perkembangan dari anak. ASI memiliki begitu banyak keunggulan yang
136
Aspiration of Health Journal, Vol. 01 No. 01, Maret 2023: 135-145 e-ISSN 2985-8267
dianjurkan diberikan kepada bayi sampai usia 2 tahun usia dan direkomendasikan untuk 6
bulan usia bayi eksklusif (Istiany dan Rusilanti, 2013 dalam Wahyutri, dkk., 2020).
Kandungan ASI antara lain immunoglobulin, protein, vitamin, laktosa, dan lemak.
Kandungan ini sangat bermanfaat untuk sistem kekebalan tubuh bayi, pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Namun sangat disayangkan, karena dibalik tingginya manfaat ASI,
tetapi justru tidak diikuti dengan tingginya pemberian ASI (Aldy et. al., 2016 dalam Nisa,
dkk., 2022). Banyak faktor penghambat pemberian ASI, namun faktor penghambat
pemberian ASI seringkali justru berasal dari kalangan medis sendiri. Misalnya rumah sakit
yang belum menerapkan sistem rawat gabung, ataupun rumah sakit yang masih
memberikan susu formula (bahkan dengan dot) pada bayi-bayi baru lahir. Dengan demikian,
merupakan hal yang penting agar pertama-tama diadakan penyeragaman program,
persepsi dan merubah mindset bagi kalangan medis sendiri khususnya intern rumah sakit
dan tenaga medis sehingga kelak mampu mengedukasi ibu dengan tepat melalui sosialisasi
program WHO tentang 10 langkah keberhasilan menyusui dan penerapan standar
oprasional prosedur terkait menyusui (Rishel & Ramaita, 2021).
Teknik menyusui merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ASI, bila
teknik menyusui tidak benar dapat menyebabkan puting lecet dan menjadikan ibu enggan
menyusui dan bayi jarang menyusu. Bila bayi jarang menyusu karena bayi enggan menyusu
akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan
produksi ASI selanjutnya. Namun seringkali ibu-ibu kurang mandapatkan informasi tentang
manfaat ASI dan tentang teknik menyusui yang benar (Roesli, 2012 dalam Rishel &
Ramaita, 2021).
Puting susu lecet merupakan fenomena yang tidak asing lagi bagi para ibu-ibu
menyusui, karena selalu menganggapnya hal wajar apalagi bagi ibu yang baru pertama kali
menyusui Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya puting susu lecet, diantaranya
disebabkan oleh moniliasis (infeksi yang disebabkan oleh monilia yang disebut candida)
pada mulut bayi yang menular pada puting susu, bayi dengan tali lidah pendek (frenulum
lingue) sehingga sulit menghisap sampai areola dan hanya sampai puting, selain itu dapat
pula disebabkan teknik menyusui yang tidak benar juga dapat mengakibatkan puting susu
menjadi lecet, bahkan perawatan payudara yang kurang tepat dapat menjadi penyebabnya
(Pratiwi, 2020 dalam Rishel & Ramaita, 2021).
137
Aspiration of Health Journal, Vol. 01 No. 01, Maret 2023: 135-145 e-ISSN 2985-8267
nilai p-value <0,05 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan
(p=0,013) dengan kejadian puting susu lecet.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada Bulan januari sampai juni
2022 pada 159 orang ibu yang berkunjung di poli kandungan, poli anak dan klinik laktasi
RSD Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor mendapatkan bahwa masih terdapat
keluhan puting lecet pada ibu menyusui sebanyak 38 orang. Menurut pengamatan di poli
tersebut, beberapa penyebab terjadinya puting lecet pada ibu menyusui berupa teknik
menyusui yang kurang tepat khususnya pada ibu dengan paritas pertama. Pemberian
informasi tentang teknik menyusui yang benar dan tepat dirasakan oleh bidan tersebut
masih kurang optimal karena keterbatasan jumlah petugas dan waktu pelayanan yang
sedikit dibandingkan dengan jumlah kunjungan ibu yang cukup banyak.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berjudul
“Hubungan Teknik Menyusui Dengan Kejadian Puting Lecet Pada Ibu Post Partum di RSD
dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor”.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang
bersifat analitik dengan pendekatan cross-sectional. Menurut Notoatmodjo pendekatan
cross-sectional diartikan sebagai penelitian untuk mengetahui dinamika korelasi antara
faktor risiko dengan efek, faktor risiko dengan cara pendekatan, observasi, dan
pengumpulan data dimana peneliti akan melakukan penelitian dengan cara mengukur dan
mengamati variabel pada satu waktu (one point in time) yang memudahkan peneliti dalam
melakukan penelitiannya (Notoadmojo, 2018). Peneliti juga ingin mengidentifikasi apakah
ada hubungan teknik menyusui dengan kejadian puting lecet pada ibu post partum di RSD
dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor. Oleh karena itu, peneliti juga menggunakan
jenis analitik korelasi atau hubungan, untuk mengetahui keterkaitan antar variabel.
Keterkaitan antar variabel dilihat dengan nilai koefisien korelasi.
HASIL
138
Aspiration of Health Journal, Vol. 01 No. 01, Maret 2023: 135-145 e-ISSN 2985-8267
Berdasarkan tabel 1 di atas diperoleh hasil bahwa dari 36 responden, sebagian besar
berumur tidak berisiko (20-35 tahun) sebanyak 30 orang (78,9%), berpendidikan perguruan
tinggi sebanyak 20 orang (52,6%), memiliki pekerjaan ibu rumah tangga sebanyak 22 orang
(57,9%).
Analisa Univariat
Berdasarkan tabel 2 di atas diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden memiliki
teknik menyusui salah sebanyak 26 orang (68,4%) dan teknik menyusui benar sebanyak 12
orang (31,6%).
139
Aspiration of Health Journal, Vol. 01 No. 01, Maret 2023: 135-145 e-ISSN 2985-8267
Analisa Bivariat
Tabel 4 Analisis Bivariat Teknik Menyusui dengan Kejadian Puting Lecet di RSD dr. H.
Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor Tahun 2022
Berdasarkan tabel 4 hasil analisis hubungan teknik menyusui dengan kejadian puting
lecet diperoleh bahwa responden dengan teknik menyusui benar dan tidak ada kejadian
puting lecet sebanyak 11 dari 12 orang (28,9%), sedangkan responden dengan teknik
menyusui salah dan ada kejadian puting lecet sebanyak 21 dari 26 orang (68,4%). Data
yang diuji menggunakan chi square berbentuk tabel 2 x 2, hasil analisis menunjukkan bahwa
ada dua sel yang berjumlah kurang dari 20% maka nilai p-value dilihat pada kolom Fisher
Exact Test. Hasil uji hipotesis variabel teknik menyusui dengan kejadian puting lecet
menggunakan chi square didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak
dan Ha diterima yang berarti terdapat hubungan antara teknik menyusui dengan kejadian
puting lecet pada ibu postpartum di RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor.
Selain itu hasil menunjukkan nilai Odds ratio sebesar 46,2 (95% CI: 4,785-446,106) yang
memiliki arti bahwa ibu postpartum dengan teknik menyusui yang salah akan berisiko 46,2
kali lebih besar mengalami puting susu lecet maupun sebaliknya.
PEMBAHASAN
Puting susu lecet terjadi karena kesalahan memposisikan dan melekatkan mulut bayi
pada payudara ibu. Puting lecet akan membuat ibu tidak mau menyusui bayi karena nyeri
dan perih, sehingga membuat bayi akan jarang menyusu. Karena teknik menyusui yang
kurang tepat dan payudara yang tidak terawat dengan baik bisa berakibat tidak baik bagi
payudara untuk melancarkan produksi ASI. Hal ini menyebabkan kebutuhan ASI ke bayi
tidak tercukupi. Puting susu lecet dapat dicegah dengan melakukan perawatan payudara
(Putri & Ardhiyanti, 2022).
Puting susu lecet hendak mempermudah masuknya bakteri serta terbentuknya buah
dada bengkak, buah dada bengkak Salah satu factor yang pengaruhi produk ASI dimana
apabila metode menyusui yang salah, bisa menimbulkan puting susu baret, buah dada
bengkak, ASI tersumbat, ASI tidak keluar sehingga produk ASI, bayi jadi kembung (Sofiah,
2021).
140
Aspiration of Health Journal, Vol. 01 No. 01, Maret 2023: 135-145 e-ISSN 2985-8267
Diperoleh hasil bahwa dari 130 responden gagal jantung terdapat 109 (83,8%) tidak
mengalami kekambuhan dalam 3 bulan terakhir sisanya 21 (16,2%) mengalami
kekambuhan (dirawat berulang dalam 3 bulan terakhir). Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian sebelumnya menurut Jarot, (2019) mendapatkan bahwa seluruh responden
mengalami kekambuhan serangan jantung (100%).
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa sebagian besar responden memiliki teknik
menyusui salah sebanyak 26 orang (68,4%) dan teknik menyusui benar sebanyak 12 orang
(31,6%). Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi, mengasuh bayi
dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua tahun pertama, kebutuhan
nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun-tahun
berikutnya (Rini et al., 2019).
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Bayi yang sehat dapat mengosongkan
satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2
jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan
mempunyai pola tertentu setelah 1 – 2 minggu kemudian. Menyusui yang dijadwal akan
berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi
ASI selanjutnya (Subekti, 2019).
Ada beberapa poin penting yang mempengaruhi teknik menyusui seorang ibu
postpartum seperti pengetahuan dan pengalaman dalam menyusui. Pengalaman menyusui
dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Pengalaman merupakan sumber
pengetahuan yang paling berharga dan digunakan orang sebagai acuan atau dasar
tindakan selanjutnya (Musriah, 2018). Pada penelitian yang dilakukan oleh Keni et al. (2020)
menunjukkan bahwa seorang ibu yang benar dalam melakukan teknik menyusui
dikarenakan memahami dengan baik tentang cara menyusui yang baik dan benar, ibu juga
tahu apa manfaat dari menyusui, dan kebanyakan responden mengetahuan posisi yang
baik dalam menyusui serta langkah-langkah yang harus diperhatikan sebelum memberikan
ASI pada bayi. Contoh ibu mempersipkan perlengkapan sebelum menyusui, ibu juga
mengatur posisi bayi agar ibu maupun bayi terasa nyaman saat menyusui.
Menurut asumsi peneliti, banyaknya responden masih menyusui dengan teknik yang
salah disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai cara menyusui yang benar.
Kebanyakan responden hanya berpegangan pada pengetahuan yang diberikan secara
turun temurun oleh orang tua, tanpa mengetahui benar atau tidaknya. Walaupun memiliki
pengalaman menyusui sebelumnya tidak menutup kemungkinan bahwa teknik menyusui
yang digunakan salah sehingga perlunya edukasi yang tepat untuk memperbaiki cara
menyusui secara benar dan tepat.
Hubungan Teknik Menyusui dengan Kerjadian Puting Lecet pada Ibu Post Partum
141
Aspiration of Health Journal, Vol. 01 No. 01, Maret 2023: 135-145 e-ISSN 2985-8267
dukungan keluarga dengan baik ada 66 responden (90,4%) tidak mengalami kekambuhan
sisanya 7 responden (9,6%) yang mendapatkan dukungan keluarga dengan baik
mengalami kekambuhan dalam kurun waktu 3 bulan. Dari 57 responden gagal jantung
(100%) yang mendapatkan dukungan keluarga kurang baik ada 43 responden
Hasil uji hipotesis variabel teknik menyusui dengan kejadian puting lecet
menggunakan chi square didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak
dan Ha diterima yang berarti terdapat hubungan antara teknik menyusui dengan kejadian
puting lecet pada ibu postpartum di RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor.
Selain itu hasil menunjukkan nilai Odds ratio sebesar 46,2 (95% CI: 4,785-446,106) yang
memiliki arti bahwa ibu postpartum dengan teknik menyusui yang salah akan berisiko 46,2
kali lebih besar mengalami puting susu lecet maupun sebaliknya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Lisa & Ismayucha (2017), keterampilan dalam
teknik menyusui berpengaruh terhadap kemampuan ibu dalam memberikan ASI pada
bayinya, diantaranya tentang bagaimana posisi menyusui, perlekatan mulut bayi pada
payudara yang tepat, sehingga bayi dapat dengan mudah menghisap puting susu ibu, dan
cara ibu memegang bayi pada saat menyusui, dengan demikian dapat mengurangi kejadian
puting susu lecet. Posisi yang nyaman untuk menyusui sangat penting, ada banyak cara
untuk memposisikan ibu dan bayi selama proses menyusui berlangsung.
Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2020) pada ibu primipara mengemukakan
bahwa teknik menyusui merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya puting
lecet. Ketika mulut bayi tidak melekat dengan baik, bayi akan menarik puting, menggigit dan
menggesek kulit payudara sehingga menimbulkan rasa sangat nyeri dan bila bayi terus
menyusui akan merusak kulit puting dan menimbulkan luka maupun retak pada puting.
Puting susu lecet dapat mengakibatkan rasa nyeri ketika menyusui atau bahkan jika sudah
parah dapat merasakan nyeri meskipun tidak dalam kondisi menyusui.
Pendapat lain yang disampaikan oleh Simamora et al. (2022) bahwa teknik menyusui
berhubungan penting dengan kejadian puting susu lecet. Hal ini disebabkan oleh salahnya
teknik saat menyusui. Kebiasaan para Ibu yang menyusui bayinya dengan berjalan atau
berdiri juga mempengaruhi posisi kepala bayi. Menyusui dengan berdiri atau berjalan dapat
merubah posisi kepala bayi yang kurang tepat. Posisi kepala bayi yang tidak benar bisa
menyebabkan hisapan bayi yang salah, karena puting susu dan areola yang tidak masuk
semua kemulut. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya puting lecet. Selain itu, dapat
menyebabkan bayi tersedak karena posisi kepala yang tidak miring sejajar satu garis lurus
dengan lengan bayi.
Dari hasil penelitian ada Ibu yang memiliki teknik menyusui benar namun masih
mengalami puting lecet. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor lain seperti kurangnya
perawatan pada payudara dan puting susu yang terpapar oleh zat kimiawi. Hal ini sejalan
dengan pendapat Risneni (2018) faktor lain yang menyebabkan terjadinya lecet puting susu
pada ibu nifas yaitu puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol, ataupun zat iritan lain
saat ibu membersihkan puting susu, moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting
susu ibu, bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue) dan cara menghentikan menyusui
yang kurang tepat. Yuliatul et al. (2018) juga berpendapat bahwa lecet puting susu dapat
juga disebabkan oleh perawatan payudara yang salah misalnya membasuh payudara
terutama puting susu dengan menggunakan sabun, thrush (candidates), dan dermatitis.
142
Aspiration of Health Journal, Vol. 01 No. 01, Maret 2023: 135-145 e-ISSN 2985-8267
Menurut asumsi peneliti, teknik menyusui yang dilakukan oleh ibu postpartum sangat
berhubungan erat dengan kejadian puting susu lecet. Hal ini disebabkan oleh teknik
menyusui salah berupa perlekatan bayi yang kurang sesuai dapat membuat bayi salah
dalam menghisap sehingga ketika mulut bayi bergerak menghisap terus menerus akan
menimbulkan rasa nyeri. Nyeri yang dirasakan jika dibiarkan saja akan membuat puting
semakin lecet dan berkembang kearah mastitis. Namun selain teknik menyusui juga bisa
disebabkan oleh perawatan payudara yang kurang ataupun puting yang terpapar zat
kimiawi seperti sabun.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Aslamiah, S., dkk. (2021). Pengaruh Pemijatan Payudara terhadap Peningkatan Produksi
ASI Pada Ibu Nifas. Jurnal Imliah Ilmu Kesehatan, 1(1), 74.
Imam, Fitriani, & B. (2018). Perlindungan Hak Anak terhadap Pemberian Air Susu Ibu.
Keni, N. W. A., Rompas, S., & Gannika, L. (2020). Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dengan
Teknik Menyusui Pada Ibu Pasca Melahirkan. Jurnal Keperawatan, 8(1), 33.
https://doi.org/10.35790/jkp.v8i1.28409
Kumala, R. dan. (2017). Paduan Asuhan Nifas & Evidence Based Practice. In Paper
Knowledge . Toward a Media History of Documents (Vol. 7, Issue 2).
Lisa, U. F., & Ismayucha, N. (2017). Hubungan Keterampilan Tekhnik Menyusui dengan
Kejadian Puting Susu Lecet pada Ibu Post Partum. Journal of Healthcare Technology
and Medicine, 3(2), 237. https://doi.org/10.33143/jhtm.v3i2.275
143
Aspiration of Health Journal, Vol. 01 No. 01, Maret 2023: 135-145 e-ISSN 2985-8267
Pasiak, S. M., Pinontoan, O., & Rompas, S. (2019). Status Paritas Dengan Teknik Menyusui
Pada Ibu Post Partum. Jurnal Keperawatan, 7(2).
https://doi.org/10.35790/jkp.v7i2.24473
Pratiwi, N. N. (2020). Hubungan antara Teknik Menyusui dengan Kejadian Puting Susu
Lecet pada Ibu Nifas Primipara di Kelurahan Kangenan Kecamatan Pamekasan
Kabupaten Pamekasan. Jurnal Satuan Bakti Bidan Untuk Negeri, 3(2), 13–21.
https://journal.uim.ac.id/index.php/bidadari/article/view/927
Putri, N. M., & Ardhiyanti, Y. (2022). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Puting Susu
Lecet Menggunakan Minyak Zaitun Di PMB Siti Julaeha,S.Tr.Keb Kota Pekanbaru
Tahun 2021. Jurnal Kebidanan Terkini (Current Midwifery), 02, 37–43.
https://doi.org/10.25311/jkt/Vol2.Iss1.556
Rahmawati, N. I. (2017). Pendidikan Ibu Berhubungan dengan Teknik Menyusui pada Ibu
Menyusui yang Memiliki Bayi Usia 0-12 Bulan. Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia,
5(1), 11. https://doi.org/10.21927/jnki.2017.5(1).11-19
Rinata, E., & Iflahah, D. (2018). Teknik Menyusui Yang Benar Ditinjau Dari Usia Ibu, Paritas,
Usia Gestasi Dan Berat Badan Lahir Di RSUD Sidoarjo. Jurnal Kebidanan Midwiferia,
1(1), 51–59. https://doi.org/https://doi.org/10.21070/mid.v1i1.348
Rini, W., Sutiyah, Puspita, L., & Umar, M. Y. (2019). Hubungan Teknik Menyusui dengan
Puting Lecet Pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Way Sulan Kabupaten
Lampung Selatan Tahun 2019. Jurnal Maternitas UAP (Jaman UAP), 1(2), 141–149.
http://journal.aisyahuniversity.ac.id/index.php/Jaman/article/view/menyusuirin
Rishel, R. A., & Ramaita, R. (2021). Hubungan Pengetahuan Ibu Primipara Tentang Teknik
Menyusui Yang Benar Dengan Kejadian Puting Susu Lecet Kabupaten Padang
Pariaman. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 12(1), 191.
https://doi.org/10.26751/jikk.v12i1.859
Risneni. (2018). Hubungan Teknik Menyusui dengan Terjadinya Lecet Puting Susu Pada
Ibu Nifas di Wirahayu Panjang Bandar Lampung. Jurnal Keperawatan, XI(2), 158–163.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.26630/jkep.v11i2.565
Simamora, D. L., Ritonga, F., & Sebayang, W. (2022). Hubungan Teknik Menyusui Yang
Benar Dengan Kejadian Puting Susu Lecet Di Desa Paku Kec.Galang. Journal of
Health and Medical Science, 1(3), 109–118. https://www.pusdikra-
publishing.com/index.php/jkes/article/view/788/684
144
Aspiration of Health Journal, Vol. 01 No. 01, Maret 2023: 135-145 e-ISSN 2985-8267
Sofiah, S. (2021). Penatalaksanaan Puting Susu Lecet pada Ibu Nifas Primipara Kabupaten
Bangkalan [Program Studi DIII Kebidanan STIKES Ngudia Husada Madura].
http://repository.stikesnhm.ac.id/id/eprint/832/1/18154010049-2021-Manuscript.pdf
Subekti, R. (2019). Teknik Menyusui yang Benar di Desa Wanaraja, Kecamatan Wanayasa
Kabupaten Banjarnegara. Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat
UNSIQ, 6(1), 45–49. https://doi.org/10.32699/ppkm.v6i1.550
Syukur, dkk. (2020). Pijat Kombinasi Endorfin Oksitosin Mempengaruhi Produksi Asi Pada
Ibu Post Operasi Sectio Caesarea. ejournalbidan.poltekkes-kaltim.ac.id
Trianita, W., & Nopriantini, N. (2018). Hubungan Pendidikan, Pekerjaan Dan Sikap Ibu
Menyusui Terhadap Praktik Menyusui Bayi Usia 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Upk
Puskesmas Telaga Biru Siantan Hulu Pontianak Utara. Pontianak Nutrition Journal
(PNJ), 1(1), 27. https://doi.org/10.30602/pnj.v1i1.281
Tyastuti. (2016). Modul Buku Ajar Cetak Kebidanan: Asuhan Kebidanan Kehamilan (pp. 1–
98).
Wahyuningsih. (2018). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum Di Lengkapi Dengan
Panduan Persiapan Praktikum Mahasiswa Keperawatan. In Deepublish Publisher
(Vol. 20, Issue 5).
Wahyutri. (2014). The Model Of The Effect Of Husband And Peer Support With
Breastfeeding Education Class For Pregnant Women On Mother’s Self Efficacy And
The Process Towards Breastfeeding in Samarinda. International Refereed Journal of
Engineering and Science (IRJES). 3(12)39-43
Wahyutri, dkk. (2020). Relationship Of Hemoglobin Levels To Iron (Fe) Levels Of Mature
Breast Milk In Nursing Mothers In Samarinda. The 5th International Conference On
Health Polytechnics Of Surabaya (ICOHPS) 2nd International Conference of Medical
Laboratory Technology (ICoMLT)
Yahmi dan Pratiwi. (2022). Pendampingan menyusui 0-72 jam pertama dan BFHI. Modul
pelatihan: Indonesians breastfeeding course for clinicians. Badan penerbit IDAI
Yasni, H. dkk. (2020). Pengaruh Pijat Oketani terhadap Produksi ASI pada Ibu Post Partum
di Wilayah Kerja Puskesmas Lhok Bengkuang Kecamatan Tapaktuan. Jurnal
Pendidikan, Sains Dan Humaniora, 8(4), 555–561.
Yuliati, R. (2018). Studi deskriptif praktik menyusui pada ibu post partum SC setelah di
lakukan pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi dan video berbasis
android Di RSI Kendal [Universitas Muhamadiyah Semarang].
http://repository.unimus.ac.id/1740/
Yuliatul, R., Kiswati, & Mudawamah, S. (2018). Hubungan Teknik Menyusui dengan
Terjadinya Lecet Puting Susu pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu
Desa Tamansari Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember. Jurnal Kesehatan
Dr.Soebandi, 3(2), 158–161.
http://journal.stikesdrsoebandi.ac.id/index.php/jkds/article/view/48
145