seksualitas dikalangan
remaja
Kamis, 14 Juni 2012
PERILAKU SEKSUALITAS DI
KALANGAN REMAJA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
nama : ahyuni
program : D3 KEBIDANAN
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang dan masalah-masalah tersebut, penelitian merasa tertarik
untuk mengetahui perilaku seks pra nikah dikalangan remaja
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku seks pranikah pada siswa.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendapatkan gambaran tentang faktor pemicu (presponding factor) yang
mempengaruhi siswa melakukan seks pra nikah
b. Untuk mendapatkan gambaran tentang faktor pendukung (enabling factor) yang
mempengaruhi siswa melakukan seks pra nikah.
D. Manfaat Penelitian
1. Pengertian Seksualitas
Kata seksualitas berasal dari kata latin seksus yang berarti jenis kelamin.
Defenisi seksualitas dapat diuraikan ke dalam sex act dan sex behavior. Seks
act merupakan konsepsi seksual yang berkaitan dengan defenisi seksualitas sebagai
aktivitas persetubuhan untuk mengungkapkan rasa kasih sayang. Sedangkan sex
behavior adalah berkaitan dengan psikologi, sosial, budaya dari seksualitas seperti hal-
hal mengenai ketertarikan pada erotisitas, sensualitas, pornografi dan ketertarikan
dengan lawan jenis.
Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang
sering disebut jenis kelamin (Suarta, 2007). Seksualitas menyangkut berbagai dimensi
yang sangat luas yaitu dimensi biologis, sosial, perilaku dan kultural.
Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang mencapai kesejahteraan fisik,
mental dan sosial yang terkait dengan seksualitas, hal ini tercermin dari ekspresi yang
bebas namun bertanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan sosialnya. Bukan hanya
tidak adanya kecacatan, penyakit atau gangguan lainnya. Kondisi ini hanya bisa dicapai
bila hak seksual individu perempuan dan laki-laki diakui dan dihormati seksualitasnya.
(Qamariyah, 2005).
Menurut Masters, Jonhson dan Kolodny (Irawati, 1999), seksualitas menyangkut
berbagai dimensi yang sangat luas, diantaranya adalah dimensi biologis, psikologi, sosial
dan kultur.
a. Dimensi Biologis
Berdasarkan perspektif biologis (fisik), seksualitas berkaitan dengan anatomi dan
fungsional alat reproduksi manusia dan dampaknya bagi kehidupan fisik atau biologis
manusia.
b. Dimensi Psikologis
Berdasarkan dimensi ini, seksualitas berhubungan erat dengan bagaimana
manusia menjalani fungsi seksual, sesuai dengan identitas jenis kelamin dan bagaimana
dinamika aspek-aspek psikologis (kognisi, emosi, motivasi, perilaku) terhadap seksualitas
itu sendiri, serta bagaimana dampak psikologis dari keberfungsian seksualitas dalam
kehidupan manusia.
c. Dimensi Sosial
Dimensi sosial melihat bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar
manusia, bagaimana seorang dapat beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan tuntutan
peran dari lingkungan sosial, serta bagaimana sosialisasi peran dan fungsi seksualitas
dalam kehidupan manusia.
d. Dimensi Kultur-Moral
Dimensi ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai budaya dan moral mempunyai
penilaian terhadap seksualitas. Misalnya di negara timur, orang belum mengenal
ekspresif mengungkapkan seksualitas, berbeda dengan di negara barat, seksualitas
umumnya menjadi salah satu aspek kehidupan yang terbuka dan menjadi hak asasi
manusia.
2. Tujuan Seksualitas
Tujuan seksualitas secara umum adalah meningkatkan kesejahteraan kehidupan
manusia. Secara khusus ada dua tujuan seksualitas, yaitu :
a. Prokreasi (menciptakan atau meneruskan keturunan)
b. Rekreasi (memperoleh kenikmatan biologis/seksual)
Kedua fungsi ini harus berjalan seiring. Berdasarkan pendekatan religius, Tuhan
menggariskan kedua tujuan ini sebagai bentuk keseimbangan hak dan kewajiban yang
harus dipenuhi oleh manusia dalam suatu ikatan ernikahan yang sah secara hukum
negara dan agama.
3. Dimensi Pribadi Kaitannya dengan Seksualitas
Ada tiga elemen dimensi pribadi terkait dengan seksualitas, yaitu :
a. Harga diri
Adalah konsep individu tentang dirinya yang menggambarkan pemaknaan
tentang diri serta seberapa jauh kepuasan yang didapatkan dari gambaran tentang diri
tersebut. Hal ini akan sangat mempengaruhi tingkah laku seseorang.
b. Keterampilan Komunikasi
Yaitu cara remaja mengekspresikan keinginan pendapatnya tentang masalah-
masalah yang berhubungan dengan seksualitasnya. Bila remaja mampu
mengkomunikasikannya dengan baik maka akan mempermudah penanggulangan
masalah seksualitas yang dialaminya.
c. Keterampilan Memutuskan
Sepanjang kehidupan banyak keputusan mengenai seksualitas yang harus
diambil, misalnya perilaku seksual yang dipilih, memilih pasangan hidup, perencanaan
kehamilan, dan lain-lain.
4. Perkembangan Seksualitas Remaja
Perkembangan seksual remaja dapat ditelusuri melalui tiga aspek yang
mendukung, yaitu
a. Seksual Fantasi
Seksual awal remaja biasanya tidak lepas dari upaya untuk berfantasi mengenai
segala seluk beluk masalah seksual sampai dengan mimpi basah. Ada berbagai alasan
mengapa remaja melakukan fantasi seksual, yaitu untuk menikmati aktivitas seksual
secara pribadi untuk menggantikan penyaluran seksual secara nyata, untuk mencoba-
coba membangkitkan kepuasan seksual, dan untuk latihan sebelum perilaku seksual
tersalurkan secara nyata.
b. Independensi
Kedekatan remaja dengan kelompok bermainnya sangat membantu dalam upaya
mendapatkan support dan bimbingan dari perilaku yang dilakukan. Walaupun tidak
dipungkiri bahwa kelompok bermain itu sendiri memiliki pola aturan, dan tuntutan perilaku
yang dikehendaki. Namun remaja lebih memilih teman sebayanya sebagai pelarian
keterikatan dari orang tua.
c. Reaksi Orang Tua
Sikap orang tua terhadap masalah seksual sangat berpengaruh terhadap seksual
remaja. Bila orang tua mengagungkan keperawanan maka biasanya anak akan memiliki
nilai yang sama mengenai keperawanan. Walaupun tidak semua orang tua memiliki sikap
kaku dan keras terhadap perilaku seksual terhadap remaja, namun hampir sebagian
besar orang tua tidak mau membiarkan anaknya memiliki sikap seksual yang bebas.
d. Sikap Positif Terhadap seksualitas
Berkaitan dengan banyaknya anggapan masyarakat yang salah tentang seks itu
tabu, jorok, seks untuk mendapatkan fasilitas/materi, dan sebagainya maka penting
diluruskan kembali sikap masyarakat terhadap seks. Anggapan yang salah dapat
berpengaruh terhadap perilaku, misalnya penyelewengan pemanfaatan seks dalam
kehidupan serta gangguan fungsi seksual pada masa mendatang.
Oleh karena itu, sikap positif terhadap seks menjadi hal yang sangat penting.
Berikut tingkah laku yang menunjukkan sikap positif terhadap seksualitas :
1. Menempatkan seks sesuai dengan fungsi dan tujuannya.
2. Tidak menganggap seks itu jijik, tabu atau jorok.
3. Tidak menjadikan candaan, bahan obrolan “murahan”.
4. Membicarakan dalam konteks ilmiah atau belajar untuk memahami diri dari orang lain
serta pemanfaatan secara baik dan benar sesuai dengan fungsi dan tujuan seksualnya.
5. Pola-Pola Perilaku Seksual Remaja
a. Masturbasi
Masturbasi merupakan tindakan yang bertujuan untuk memenuhi hasrat seksual
seseorang dengan merangsang alat kelamin sendiri dengan tangan atau alat. Ada
perbedaan presentasi antara laki-laki dan perempuan dalam melakukan tindakan
masturbasi. Hampir 82% dari laki-laki usia 15 tahun melakukan masturbasi, sedangkan
hanya 20% dari perempuan usia 15 tahun yang melakukan masturbasi. Perilaku
masturbasi ini sendiri secara psikologis menimbulkan kontroversi parasaan antara
perasaan “bersalah” dan “puas”.
b. Oral-genital Seks
Tipe ini sekarang banyak dilakukan oleh remaja untuk menghindari terjadinya kehamilan.
Tipe hubungan seksual ini merupakan alternatif aktivitas seksual yang dianggap aman
oleh remaja.
c. Seksual Intercourse
Ada dua perasaan yang saling bertentangan saat remaja pertama kali melakukan
seksual intercourse. Pertama, muncul perasaan nikmat, menyenangkan, indah, intim, dan
puas. Pada sisi lain muncul perasaan cemas, tidak nyaman, khawatir, kecewa, dan
perasaan bersalah. Dari hasil penelitian tampak bahwa remaja laki-laki yang paling
terbuka untuk menceritakan pengalaman intercoursenya dibanding dengan remaja
perempuan.
d. Petting
Petting adalah upaya untuk membangkitkan dorongan seksual antara jenis kelamin
dengan tanpa melakukan intercourse. Usia 15 tahun ditemukan bahwa 39% remaja
perempuan melakukan petting, sedangkan 57% remaja laki-laki
melakukan petting (Ratna Eliyawati 1999).
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Permasalah seksualitas yang umumnya dihadapi oleh remaja adalah dorongan
seksual yang meningkat, sementara secara normatif mereka belum menikah, sehingga
belum diijinkan untuk melakukan hubungan seksual. Sementara itu usia kematangan
seksual mereka sudah semakin cepat, dilain pihak usia pernikahan malah semakin
mundur karena perubahan tuntutan sosial, kesadaran orang akan pendidikan dan karir
pekerjaan makin tinggi.
SARAN
Ada baiknya kita lebih memberikan informasi yang lebih jelas terhadap perilaku
seksual,karena rasa keingintahuan ramaja yang sangat besarsangat dikhawatirkan jika
mereka mencari infornasi dengan cara yang salah.
Diposting oleh aviv art di 02.29 2 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Beranda
Langganan: Postingan (Atom)
Arsip Blog
▼ 2012 (1)
o ▼ Juni (1)
PERILAKUSEKSUALITAS DI KALANGAN REMAJADISUSUN OLEH...
Mengenai Saya
aviv art
Lihat profil lengkapku
Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.