Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkahn-Nya kami dapat
menyeleseikan Makalah Perkembangan Peserta Didik yang berjudul “Perkembangan Seksual”. Makalah
ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah perkembangan peserte didik.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal agar pembaca dapat mudah memahami isi materi
yang dibahas dalam makalah ini

saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna kritik saran yang membangun saya harapakan, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Tondano, Oktober 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Masalah seksual telah menjadi problematika sosial di kalangan masyarakat. Masalah
tersebut tidak sekedar berwujud dalam satu bentuk,tetapi ada beberapa permasalahan seperti
perkembangan seksual,kesehatan seksual, penyimpangan seksual dan sebagainya. Penyimpangan
penyimpangan perilaku seksual yang muncul di kalangan anak yang baru memasuki usia remaja
adalah salah satu dari sekian banyak masalah seksual.
Remaja tunalaras merupakan remaja yang mengalami gangguan dalam perilaku sosial dan
emosi, mereka memiliki hambatan dalam proses perilaku sosial, baik untuk menyesuaikan diri
terhadap lingkungan sosial maupun untuk mentaati norma-norma yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari. Penimpangan-penyimpangan perilaku yang muncul pada remaja tunalaras
menjadi problematika tersendiri baik bagi
orang tua maupun lingkungan masyarakat. Penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh remaja
tunalaras tidak jarang dari meraka yang melakukan penyimpangan perilaku seksual.
Remaja tunalaras memiliki karakteristik yang cukup unik dimana mereka harus selalu
berada dalam pengawasan yang cukup intensif baik dari orangtua, guru dan warga masyarakat
agar remaja tunalaras ini dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya dan tidak
melanggar norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Penyimpangan
perilaku seksual banyak terjadi di kalangan remaja. Oleh sebab itu, remaja tunalaras
membutuhkan pelayanan pendidikan yang berkesinambungan termasuk pengetahuan tentang
pendidikan seksual agar mereka tidak melakukan penyimpangan perilaku seksual.
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan seks dalam kehidupan seksual?
2. Apa tantangan seks kini dan masa depan?
3. Apa yang dimaksud dengan perilaku seks?
4. Apa yang dimaksud dengan perkembangan seksual?
5. Apa yang di maksud dengan perkembangan seks menyimpang?
6. Implikasi perkembangan seks bagi pendidikan
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan seks dalam kehidupan seksual
2. Untuk mengetahiu Apa tantangan seks kini dan masa depan
3. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan perilaku seks
4. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan perkembangan seksual
5. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan perkembangan seks menyimpang
6. Untuk mengetahui Implikasi perkembangan seks bagi pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENERTIAN SEKS DALAM KEHIDUPAN SEKSUAL


1. Pengertian Seks
Seksualitas adalah istilah yang mencakup segala sesuatu yang berhubungan dengan
seks.Menurut Sarwono (1983: 52), pengertian seks terbagi menjadi dua yaitu:

a. Seks dalam arti sempit


berarti kelamin yaitu: alat kelamin itu sendiri; anggota-anggota tubuh dan ciri-ciri
badaniah yang membedakan antara laki-laki dan wanita, misalnya: perbedaan suara,
pertumbuhan kumis, pertumbuhan payudara, kelenjar-kelenjar dan hormon-hormon dalam
tubuh yang mempengaruhi bekerjanya alat kelamin (senggama, percumbuan, proses
perubahan, kehamilan, kelahiran).
b. Seks dalam arti luas
Dalam pengertian ini, seks adalah sesuatu yang terjadi akibat dari adanya perbedaan jenis
kelamin, antara lain: perbedaan tingkah laku, lembut, kasar, genit, dan lain-lain.

Menurut Larose (1987: 11), seks bukanlah urusan kelenjar saja adakalanya seks
diartikan sebagai pantulan rasa cinta. Oleh karena itu, hubungan seks sering terjadi antara
dua orang yang saling mencintai. Lambat laun akan disadari bahwa seksualitas dalam arti
luas adalah sesuatu yang luas dan amatlah kompleks.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat dinyatakan bahwa seks tidak hanya
menyangkut masalah alat kelamin saja, melainkan berhubungan masalah psikis manusia
yang timbul akibat adanya perbedaan jenis kelamin, yaitu antara laki-laki dan perempuan
yang keduanya merupakan suatu sistem yang memungkinkan terjadinya kehamilan.
2. Fungsi Seksual
Menurut Sarwono (187: 975), seks mempunyai fungsi, sebagai berikut:
a. Seks untuk tujuan reproduksi
Untuk hal ini tidak dibutuhkan persyaratan yang sulit dan hubungan seks ini adalah
yang paling mudah, walaupun ada beberapa pasangan suami istri yang tidak berhasil
mendapatkan keturunan. Mula-mula orang berpendapat,terutama kaum agama, bahwa
fungsi hubungan seks itu semata untuk memperoleh keturunan. Oleh karena itu mereka
berpendapat bahwa seks itu adalah sesuatu yang suci dan hal yang tabu serta patut
dibicarakan terbuka.
b. Seks untuk pernyataan cinta
Juga tidak sulit, meskipun lebih kompleks dari fungsi pertama, karena kejadian ini
didukung oleh ikatan cinta.
c. Seks untuk kenikmatan dan kesenangan
Bentuk fungsi ini adalah merupakan yang paling sulit dibandingkan dengan kedua
fungsi sebelumnya. Disini dituntut kemampuan untuk menghayati hubungan yang
cukup lama dan mampu mengalami orgasme tanpa merugikan salah satu pihak.
Hubungan seks yang merugikan salah satu pihak, misalnya terjadi diluar pernikahan
dan tidak termasuk ke dalam hubungan seks yang benar dan normal.

B. Tantangan Yang Di Hadapi Remaja Masa Kini dan Masa Depan

Saat ini, kita banyak di banjiri oleh berbagai informasi yang bisa dengan mudahnya
didapat. Baik melalui media cetak, media elektronik ataupun yang terbaru melalui dunia
maya atau internet.Informasi-informasi tersebut dapat berupa hal yang positif maupun negatif.
Salah satu informasi negatif yang banyak menjadi perhatian adalah informasi mengenai konten-
konten dewasa, yang dapat di akses oleh semua orang dengan mudah terutama melalui internet.
Dikhawatirkan dengan banyaknya arus informasi tanpa batasan tersebut dapat merubah
persepsi remaja mengenai seksdan seksualit as. Kel uarga dan sekol ah m erupakan
t empat yan g t epat bagi rem aj a unt uk m endapat kan inform asi yan g benar
m engenai pendi dikan seks, karena bi asan ya rem aj a mengambil contoh dari prilaku
orang tua dan orang dewasa lain di sekitarnya.
Memang sampai saat ini banyak orang yang masih merasa tabu untuk
membicarakan masalah seks tersebut dengan sesama orang dewasa apalagi dengan anak-anak.
Tetapi yang harus disadari adalah, biasanya remaja akan mencari panutan dari orang tua, jadi
apabila orang tua hanya diamsaj a t anp a m em beri kan i nform asi yang t ep at m engenai
s eks ual i t as, m aka r em aj a dapat memperoleh informasi yang salah dan menjerumuskan
mereka dalam bahaya.

Ada empat permasalahan yang menyangkut masa depan para remaja dan perlu menjadi
perhatian serius bersama dari berbagi pihak. Keempat permasalahan itu adalah pergaulan bebas;
penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/Aids: narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya
(napza); serta pernikahan dini.

Menurut Roslina ada dua tantangan terbesar yang harus dihadapi remaja:

a. Memiliki teman
Setiap orang pasti membutuhkan orang lain untuk menemani mereka dalam suka
dan duka. Sebagai mahluk sosial, secara naluriah manusia pasti akan menjalin
pertemanan dengan orang lain. Di usia remaja, mereka akan berteman dengan
lawan jenis. Ini adalah hal yang alamiah, dan orangtua tak perlu khawatir akan hal
ini. Tantangan terberat bagi remaja adalah saat mereka harus pandai-pandai
menjalin pertemanan. Bagi remaja, kepopuleran seseorang bisa terlihat dari
banyaknya teman yang dimiliki. Sayangnya mereka kerap "terjebak" dalam
pertemanan yang negatif. Roslina menyarankan untuk tidak memilih teman hanya
berdasarkan kepopuleran atau fisiknya saja. Sebaiknya pilih teman yang bisa
membantu melewati tantangan hidup karena dengan cara itu mereka akan
membantu memberi hal yang positif. "Teman yang baik bisa jadi orang yang
menemani hidup dan membuat kita sempurna sebagai manusia. Karena teman
bukan cuma buat senang-senang, tapi juga memberi dan sharing hal-hal positif
jelasnya.
b. Punya identitas diri positif
Masa remaja dianggap sebagai masa yang penuh suasana seru dalam hidup.
Beragam tantangan, masalah, dan keceriaan harus dinikmati remaja sebagai satu
proses pembentukan jati diri dan mengarahkan kehidupan mereka selanjutnya.
Sayang, terkadang masalah ini justru membuat mereka kalah dan terjerumus dalam
hal yang negatif. "Di saat inilah mereka membutuhkan orangtua sebagai teman
untuk berbagi, bukan sebagai penghukum atau tukang ngomel," ungkapnya.
Roslina menambahkan, orangtua harus lebih memberi perhatian dan bisa bersikap
sebagai seorang teman yang baik pada remaja. Bagaimana pun, remaja juga punya
tantangan dan tekanan yang cukup besar untuk membentuk identitas diri yang
positif.

C. Pengertian Perilaku Seks


Menurut Sarwono (2003: 14), perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong
oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun sesama jenis tanpa
adanya ikatan pernikahan menurut agama. Menurut Hartono (2000: 54-56), bentuk-bentuk
perilaku seksual dapat dikategorikan dalam tingkatan ringan dan berat :
a. Perilaku tingatan ringan:
1. Berpelukan
Seni berpelukan digambarkan pada mereka yang sedang mabuk cinta. Perkataan cinta
berasal dari bahasa sansekerta yang berarti membayangkan. Dengan demikian seni
berpelukan diartikan dan berkata dengan membayangkan sehingga kenikmatannya
semakin tinggi.
2. Berciuman
Berciuman merupakan salah satu bentuk mengemukakan rasa cinta yang lazim
dilakukan pasangan.
3. Masturbasi/onani
yaitu rangsangan yang dilakukan dengan menggunakan jari tangan atau benda lain
sehingga mengeluarkan sperma/cairan dan mencapai orgasme.
4. Masturbasi
Masturbasi juga dapat diartikan sebagai mencari kepuasan atau melepas keinginan
nafsu seksual.
b. Perilaku Seksual Tingkatan berat, terdiri dari:
1. Petting
yaitu melakukan ciuman, gigitan, remasan payudara dan isapan pada klitoris atau penis
untuk orgasme. Namun secara teknis pihak wanita tetap mempertahankan
kegadisannya.
2. Coitus
yaitu melakukan senggama, dalam bahasa Latin, senggama disebut coitus.Co yang
artinya bersama dan ite artinya pergi, sehingga senggama (Coitus) diartikan pergi
bersama. Senggama sudah dianggap sebagai pelepasan ketegangan seksual untuk
memperoleh kepuasan.
Perilaku seksual merupakan hasil interaksi antara kepribadian dengan lingkungan
di sekitarnya. Berikut beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perilaku
seksual:
1. Faktor internal misalnya:
a. Dorongan seksual yang menggebu-gebu dan sulit dikendalikan.
b. Dorongan seksual afeksi (menyatakan/menerima ungkapan kasih sayang melalui
aktivitas seksual)
c. Dorongan agresif (keinginan untuk menyakiti diri/orang lain)
d. Terpaksa (diperkosa, dipaksa pacar)
e. Dorongan untuk mendapatkan fasilitas/material melalui aktivitas tersebut
f. Dorongan atau keinginan untuk diakui dalam kelompok
g. Dorongan atau keinginan untuk mencoba atau membuktikan fungsi atau
kemampuan dari organ seksualnya
h. Kurangnya pemahaman remaja mengenai resiko melakukan hubungan seks
sebelum menikah di bawah usia 20 tahun
2. faktor eksternal, misalnya:
Manusia memiliki kecenderungan untuk mengadopsi sikap dan perilaku
lingkungan sekitarnya, termasuk remaja yang sedang dalam proses pencarian jati
diri.Kurangnya peran orang tua, baik dalam pemberian informasi mengenai kesehatan
reproduksi, komunikasi, dan proses negosiasi antara orang tua dan anak.Tekanan dari
teman sebaya atau dari pacar Pengaruh media seperti tayangan televisi, film porno, stensil,
dan sebagainya yang mempengaruhi aspek fisik dan psikologis Tidak adanya ruang bagi
remaja untuk mendapatkan akses informasi yang benar mengenai kesehatan reproduksi
dan seksual.
Penting bagi kita untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
seksual, sumber serta motif perilakunya, agar mampu mengendalikan dorongan seksual
secara lebih terarah. Jika kita tidak mengetahui perilaku seksual dengan baik akan
mengakibatkan perasaan bersalah atau berdosa yang sangat berlebihan (hingga
mengganggu integritas kepribadian) atau sebaliknya terus melakukan HUS secara impulsif
dengan menghilangkan kendali rasio (akal sehat) dan norma.
Selain itu penting juga untuk mengenali daerah erogenous, yaitu merupakan sensor
sentuhan atau tekanan yang jika disentuh akan menyebabkan rangsangan seksual.
Misalnya: alat kelamin, bibir, pangkal paha. Daerah erogenous bersifat individual,
sehingga setiap orang memiliki kepekaan yang berbeda-beda. Sebaiknya sentuhan pada
daerah erogenous dihindari karena akan membangkitkan dorongan seksual. Jika dorongan
seksual sudah meningkat, umumnya kontrol diri maupun akal sehat mulai menurun
fungsinya. Yang lebih dominan adalah keinginan untuk memuaskan kebutuhan seksual,
akibatnya banyak hal-hal yang sebetulnya tidak diinginkan terjadi.

D. Pengertian Perkembangan Seksual


1. Perkembangan Seksual Pada Anak
Perkembangan seksualitas bukan hanya perilaku pemuasan seks semata, tapi juga
mencakup pembentukan nilai, sikap, perasaan, identitas, interaksi dan perilaku. Ketika anak
menjalani perkembangan seksualnya, mereka bukan berarti hanya berpikir tentang seks seperti
orang dewasa. Perkembangan seksualitas juga menyentuh aspek emosi, sosial, budaya dan
fisik. Apa yang anak pelajari, pikir dan rasakan mengenai seks akan membentuk sikap dan
perilaku seksnya kelak. Maka, dalam perkembangan seksual anak, orang tua perlu memahami
dan membantu agar proses perkembangan seksual berjalan secara sehat.
Contohnya: ketika anak berusia 3 tahun membuka seluruh bajunya di depan orang-
orang, maka orang tua dapat menyampaikan pemahaman seksualitas tentang bagian tubuh
pribadi di area pribadi dan area publik. “kamu boleh telanjang ketika mandi, tapi tidak boleh
jika di hadapan sepupumu seperti ini.” Dari hal ini anak belajar mengenai nilai dan norma
perilaku seks yang tepat sesuai dengan tahapan perkembangannya. Dengan memahami perilaku
seksual yang tepat anak dapat mengembangkan perilaku seks yang sehat.
Selama masa perkembangan seksualnya, anak perlu diberikan pendampingan dan
pengarahan agar perkembangan seksualnya sehat dan mendukung perkembangan pribadinya.
Namun dapat terjadi berbagai faktor yang dapat mempercepat perkembangan seksual anak,
misalkan memiliki saudara kandung yang lebih tua. Hal ini bisa menjadi faktor pendorong anak
untuk lebih cepat mengembangkan minat dan, kesadaran dan sikap seksualnya. Anak menjadi
lebih cepat berkembang melampaui perkembangan anak seusianya. Penting dipahami oleh
orang tua, ketika anak mulai menunjukkan perilaku yang melampaui perkembangan seksual
anak seusianya, dan ketika anak tampak kesulitan mengelola perilaku seksualnya tersebut,
maka orang tua perlu mengendalikan perilaku seskual anak secara tepat dan konsisten.
Orang tua perlu cermat mengawasi perilaku anak. Terkadang, orang tua perlu menetapkan
batasan perilaku anak. Hal ini dilakukan karena anak belum tentu paham apa konsekuensi dari
tindakannya, oleh karena itu orang-tualah yang akan menetapkan aturan dan segera
menghentikan jika terjadi perilaku seksual yang membahayakan diri anak dan orang lain.
Orang tua perlu mengembangkan komunikasi terbuka, agar anak tahu bahwa orangtuanya
bersedia menjadi teman diskusi mengenai seks. Orang tua juga perlu menjelaskan pada anak
untuk nyaman dengan perkembangan seksualnya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara orang
tua yang bertindak sebagai role model perilaku seksual yang sehat dan proporsional (Stop it
now, 2007).
2. Perkembangan Seksual Pada Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa bukan hanyadalam arti
psikologis tetapi juga dalam arti fisik dengan tercapainya kedewasaan tubuh seorang remaja
dilingkungan kebudayaan manapun akan mengalami perubahan fisik yang menuntut pula
perubahan psikis khususnya dalam penyesuaian diri remaja.
Secara lengkap Muss (Sarwono,1988:62-63) membuat urutan perubahan fisik tersebut
sebagai berikut:
a. Pada wanita
1. Pertumbuhan tulang
2. Pertumbuhan payudara
3. Haid
4. Bulu kemaluan menjadi keriting
5. Tumbuh bulu-bulu ketiak
b. Pada pria
1. Pertumbuhan tulang
2. Testis membesar
3. Awal perubahan suara
4. Ejakulasi (keluar air mani)
5. Bulu kemaluan menjadi keriting
6. Tumbuh bulu ketiak
7. Tumbuh bulu-bulu halus pada wajah

Dalam perkembangannya, remaja dipengaruhi oleh dua jenis kelenjar eksokrin dan
kelenjar endokrin. Pertumbuhan seks remaja sesungguhnya merupakan bagian integral dari
pertumbuhan dan perkembangan fisik secara menyeluruh. Proses pematangan ini pada wanita
diawali umur 9-11 tahun, yaitu pembesaran payudara,sesudah itu pertumbuhan rambut di daerah
kemaluan dan ketiak. Pada pria proses pematangan seksual, dimulai dari umur 11-15 tahun yaitu
mulai dengan partumbuhan buah pelir dan zakar, tumbuhnya rambut di daerah kemaluan luar
berlangsung lambat.

Percepatan pertumbuhan pelir terjadi kira-kira bersamaan waktunya denganpercepatan


pertumbuhan tinggi badan, baru setahun kemudian mulai pertumbuhan rambut di daerah kemaluan
dan ketiak. Dengan pembesaran tulang leher di bagian depan (jakun), pengeluaran suara remaja
mengalami perubahan (Gunarsa: 1990:23).

E. Perkembangan Seks Menyimpang

Penyimpangan perilaku seksual yang muncul di kalangan anak yang baru memasuki usia
remaja adalah salah satu dari sekian banyak masalah seksual. Remaja tunalaras merupakan remaja
yang mengalami gangguan dalam perilaku sosial dan emosi, mereka memiliki hambatan dalam
proses perilaku sosial, baik untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial maupun untuk
mentaati norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Penimpangan-
penyimpangan perilaku yang muncul pada remaja tunalaras menjadi problematika tersendiri baik
bagi orang tua maupun lingkungan masyarakat. Penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh
remaja tunalaras tidak jarang dari meraka yang melakukan penyimpangan perilaku seksual.

Remaja tunalaras memiliki karakteristik yang cukup unik dimana mereka harus selalu
berada dalam pengawasan yang cukup intensif baik dari orangtua, guru dan warga masyarakat
agar remaja tunalaras ini dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya dan tidak
melanggar norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Penyimpangan
perilaku seksual banyak terjadi di kalangan remaja. Oleh sebab itu, remaja tunalaras
membutuhkan pelayanan pendidikan yang berkesinambungan termasuk pengetahuan tentang
pendidikan seksual agar mereka tidak melakukan penyimpangan perilaku seksual.

Pendapat Sarlito Wirawan Sarwono (2006: 142) menyebutkan perilaku seksual adalah
segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan
sesama jenis. Keadaa ini akan banyak menimbulkan penyimpangan perilaku seksual bagi remaja
apabila tidak dilakukan pencegahan terutama bagi remaja tunalaras yang mereka sendiri tidak
mampu untuk mengendalikan emosinya. Perbincangan masalah seksual masih dianggap hal yang
tabu di lingkungan masyarakat, dan problem penyimpangan perilaku seksual itu sendiri akibat
situasi keterbelakangan budaya serta tidak adanya keseimbangan di antara proses perubahan sosial
yang muncul dalam masyarakat menyusul adanya perubahan-perubahan besar pada seluruh
masyarakat itu sendiri.

Tindakan penyimpangan perilaku seksual yang muncul pada remaja tunalaras karena
berbagai macam faktor, dan itu sangat bervariasi. Keadaan yang demikian sangat memprihatinkan,
oleh sebab itu diperlukan bimbingan secara intensif dan pemberian pengetahuan tentang
pendidikan seksual agar penyimpangan perilaku seksual tidak muncul. Namun sampai saat ini
informasi pengetahuan tentang pendidikan seksual bagi remaja tunalaras masih sangat terbatas.
Selain itu, masih minimnya bimbingan baik dari orangtua, guru maupun pembina asrama berupa
pendidikan moral dan sesuai dengan masyarakat sejak dini. Selama ini penanganan terhadap
penyimpangan perilaku seksual remaja tunalaras yang dilakukan oleh orang tua, guru, sekolah
dan pembina asrama belum optimal. Hal ini dibuktikan dengan sikap orang tua yang terkesan
menyerahkan sepenuhnya penanganan penyimpangan perilaku seksual pada remaja tunalaras
kepada pihak sekolah dan pihak asrama dan tidak melaksanakan penanganan secara
berkesinambungan.

Penyimpangan perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja tunalaras cenderung lebih
banyak dilakukan ketika di lingkungan asrama. Ada banyak hal yang menyebabkan seseorang
memiliki perilaku seksual yang menyimpang atau parafilia. Sebagian ahli berpendapat bahwa
kelainan perilaku seksual disebabkan oleh trauma masa kecil, seperti pelecehan seksual. Ada pula
yang mengatakan bahwa kondisi ini disebabkan oleh kelainan saraf di otak. Atas dasar itu,
perilaku menyimpang seksual biasanya ditangani dengan konseling dan terapi untuk mengubah
perilakunya. Obat juga bisa digunakan untuk membantu proses itu. Sebab, tak menutup
kemungkinan jika seseorang memiliki lebih dari satu perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku
menyimpang ini perlu mendapat penanganan dengan segera, sebelum pelakunya menyakiti diri
sendiri atau menimbulkan masalah hukum. Sebab, di berbagai negara, beberapa jenis perilaku
menyimpang seksual dianggap tindakan kriminal dan dapat dijatuhi hukuman pidana

Menurut penulis, ada beberapa faktor yang menyebabkan penyimpangan-penyimpangan


seksual dikalangan remaja, misalnya hamil diluar nikah dan pemerkosaan. Pertama, akibat
perkembangan teknologi yang cukup pesat akan membawa dampak negatif terhadap pemerkosaan.
Artinya, dengan mudah mencari film maupun novel porno di jejaring sosial dengan mengetik
salah satu hurup di google maka akan muncul apa yang di cari sehingga timbul keinginan untuk
melampiaskan nafsu bejat. Kedua, lemahnya pengawasan dan pengetahuan seks dari orang tua.
Sehingga mereka kemudian mencari alternatif sumber informasi lain seprti teman, ataupun media
masa. Ketiga, pergaulan bebas yang sudah melampaui batas. Sekarang yang sudah melakukan
pergaulan bebas bukan hanya tingkat mahasisa saja. Tapi sudah masuk dalam tingkatan anak
SMA dan SMP yang sudah berani melakukan seks. Keempat, kurangnya faham tentang seks
sehingga dampak hal-hal negatif terjadi, seperti tingginya hubungan seks diluar nikah, kehamilan
yang tidak diinginkan, penularan virus HIV dan sebagainya.

Lantas bagaimana supaya seksul tidak adanya penyimpangan-penyimpanga? Pada kontek


ini banyak cara yang dapat dilakuka. Yang pertama, peran orang tua untuk memberi pendidikan
seks yang benar. Dalam memberi pendidikan pendidikan terhadap anak yang terlebih dahulu
orang tua harus memiliki pengetahuan cukup, keterampilan komunikas dan keterbukaan. Agar
anak tidak lantas mencari jawaban dari sumber-sumber yang tidak bertanggung jawab. Kedua,
pendidikan di sekolah maupun kampus, sebab dengan dimasukan dalam kurikulum pendidikan
sex. Sehingga guru dan dosen juga dapat memberi pengetahuan seks secara menyeluruh dan
melakukan kontrol dengan anak didiknya. Yang paling penting juga guru maupun dosen
selalu mengingatkan setiap hari bahwa seksualitas itu jangan sampai salah gunakan atau
penyimpangan. Ketiga, pemerintah seharus tidak melakukan pembagian kondom secara massal
sebelum anak-anak dapat pengetahuan seks secara benar.

F. Implikasi Seks Bagi Pendidikan


Dilihat dari fenomena kasus seksualitas yang kerap kali terjadi diluar pernikhan
seharusnya pendidikan sek itu perlu dilakukan. Pendidikan sex merupakan suatu informasi
mengenai persoalan seksualitas manusia yang benar dan jelas. Informasi itu meliputi proses
terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan
aspek-aspek kesehatan, kejiwaan, dan kemasyarakatan. Oleh karena itu, pendidikan seks sangat
perlu bagi remaja. Sebab ada banyak manfatnya, antara lain: untuk mengetahui informasi seksual
bagi remaja, memiliki kesadaran akan pentingnya memahami masalah seksualitas,memahami
masalah-masalah seksual remaja, dan memahami fakta yang menyebabkan timbulnya masalah
seksualitas.dan Dalam memberikan pendidikan seks terhadap anak ada beberapa tahap yaitu :
Pertama, masa pra-pubertas yaitu pada usia 7-10 tahun. Pada tahap ini seorang anak
diajarkan mengenai indentitas diri yang berkaitan erat denga organ biologis, perbedaan antara
laki-laki dan perumpuan. Kedua, masa pubertas ini anak harus diberi penjelasan mengenai fungsi-
fungsi biologis secara ilmiah seperti, menstrubasi pada anak perempuan dan mimpi basah pada
anak laki-laki. Ketiga, masa remaja merupakan yang sangat penting sekali. Sebab tahap ini anak
menjadi kritis, dan naluri ingin tahu dalam diri anak semakin meningkat, yang harus diberi
pelajaran tentang etika hubungan seksual dan menanamkan rasa tanggung jawab. Keempat, masa
dewasa merupakan hanya memberi penjelasan untuk menjaga diri jika belum mampu untuk
melakukan pernikahan.
Selain menerapkan pendidikan seks yang dilakukan oleh guru, orang tua dan pihak
ataupun lembaga yang terkait. Tidak serta merta tanggung jawab terhadap masa depan lepas
begitu saja. Namun, perlu diperhatikan lagi sejauh mana pemahaman mereka tentang seks yang
seharusnya tidak dibawa pada konotasi negatif.
Adapu dampak posif dan dampak negatif pendidikan seksual dalam sekolah yaitu :
1. dampak positif pendidikan seksual di sekolah,diantaranya adalah :
anak memahami dampak dari seksual dalam kehidupan mereka, menjawab
pertanyaan yang ada dibenak mereka tentang tubuh mereka yang berubah dan
lonjakan hormonal, membantu memberi Pemahaman perbedaan dan menjaga
keinginan untuk mengeksplorasi hal - hal untuk diri mereka sendiri, dapat berperan
aktif dalam mengendalikan peristiwa pelecehan seksual di sekitar anak,
menghindari anak untuk mengeksplorasi seksual dengan menggunakan materi
pornografi, mengubah anak menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab.
2. dampak negatif pendidikan seksual di sekolah diadakan, diantaranya adalah :
materi yang disampaikan akan membuat Pemahaman justru ke arah yang salah, jika
tidak diajarkan dengan benar dapat menjadi masalah ejekan dan menjadi sesuatu
yang selalu mengalihkan perhatian seluruh kelas seketika yang diajarkan itu salah,
sebagian besar guru yang diberi tugas untuk mengajar pendidikan seksual tidak ahli
di dalam hal ini sehingga akhirnya informasi yang diberikan salah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Seksualitas adalah istilah yang mencakup segala sesuatu yang berhubungan dengan
seks.pengertian seks terbagi menjadi dua yaitu:
 Seks dalam arti sempit
berarti kelamin yaitu: alat kelamin itu sendiri; anggota-anggota tubuh dan ciri-
ciri badaniah yang membedakan antara laki-laki dan wanita, misalnya:
perbedaan suara, pertumbuhan kumis, pertumbuhan payudara, kelenjar-kelenjar
dan hormon-hormon dalam tubuh yang mempengaruhi bekerjanya alat kelamin
(senggama, percumbuan, proses perubahan, kehamilan, kelahiran).
 Seks dalam arti luas
Dalam pengertian ini, seks adalah sesuatu yang terjadi akibat dari adanya
perbedaan jenis kelamin, antara lain: perbedaan tingkah laku, lembut, kasar,
genit, dan lain-lain.
 Ada empat permasalahan yang menyangkut masa depan para remaja dan perlu menjadi
perhatian serius bersama dari berbagi pihak. Keempat permasalahan itu adalah
pergaulan bebas; penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/Aids: narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza); serta pernikahan dini.
 perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik
yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan
pernikahan menurut agama.
 Pengertian perkembangan yaitu kepribadian sebagian besar dibentuk oleh usia lima
tahun. Awal perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan
terus mempengaruhi perilaku di kemudian hari.
 Penyimpangan perilaku seksual yang muncul di kalangan anak yang baru memasuki
usia remaja adalah salah satu dari sekian banyak masalah seksual.
 Pendidikan sex merupakan suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia
yang benar dan jelas
 Selain menerapkan pendidikan seks yang dilakukan oleh guru, orang tua dan pihak
ataupun lembaga yang terkait. Tidak serta merta tanggung jawab terhadap masa depan
lepas begitu saja. Namun, perlu diperhatikan lagi sejauh mana pemahaman mereka
tentang seks yang seharusnya tidak dibawa pada konotasi negatif.
B. Saran
Saran dari kelompok terhadap orang tua serta pendidik agar selalu memperhatikan
perkembangan anak atau peserta didik, karena Kesadaran akan pentingnya memberikan
pendidikan seksual pada anak masih sangat minim. Hal ini semakin parah dengan perhatian
orangtua yang kurang pada perubahan perilaku anaknya yang telah menginjak usia remaja. Karena
itu lah, penting bagi orangtua untuk memahami perilaku seksualitas yang mungkin dilakukan oleh
seorang remaja. Sehingga pengawasan dan pendampingan pada perkembangan anaknya, yang
ditunjukan dengan perubahan perilaku, bisa dilakukan dengan baik.
Daftar Pustaka
https://www.kompasiana.com/uka/55003a35a33311376f5105fc/makalah-perkembangan-peserta-
didik?page=all
https://lifestyle.kompas.com/read/2017/04/01/160000223/memahami.tahapan.perkembangan.seks
ualitas.anak?page=all.
https://lifestyle.kompas.com/read/2016/09/19/211500823/mengenal.10.jenis.penyimpangan.seksu
al?page=all

Anda mungkin juga menyukai