Anda di halaman 1dari 7

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA IV ISBN 978-602-50939-0-6

Banda Aceh, 30 Oktober 2018 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PENGEMBANGAN LKPD SAINTIFIK MEMANFAATKAN
LABORATORIUM VIRTUAL PADA MATERI EFEK FOTOLISTRIK

Elisa Putri

Program Studi Magister Pendidikan IPA PPs Unsyiah


Email: elisa379putri@gmail.com

Abstrak. Pengetahuan fisika dapat diperoleh melalui proses ilmiah. Dalam Kurikulum
2013 proses ilmiah untuk mendapat pengetahuan adalah melalui pendekatan saintifik.
Laboratorium virtual adalah solusi menghadirkan pendekatan saintifik meskipun
terbatasnya alat praktikum. Permasalahannya adalah bagaimana mengembangkan LKPD
yang memanfaatkan laboratorium virtual dengan pendekatan saintifik sehingga efektif
digunakan dalam pembelajaran. Penulisan artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan
pengembangan LKPD yang memanfaatkan laboratorium virtual yang fokus pada
pendekatan saintifik dan materi efek fotolistrik. Metode pengumpulan data adalah dengan
melakukan studi literatur baik nasional dan internasional dari berbagai sumber buku dan
jurnal. Dari pengumpulan data diperoleh bahwa LKPD saintifik dengan laboratorium
virtual dapat menarik minat belajar, mudah dipahami dan bermanfaat setelah melalui
prosedur pengembangan yang tepat meliputi potensi dan masalah, pengumpulan data,
desain produk yang memperhatikan kriteria LKPD efektif, validitas desain, desain revisi,
dan uji produk. Bagian LKPD disusun untuk mendukung kegiatan saintifik siswa untuk
materi efek fotolistrik sebagai materi yang sukar dipraktikumkan nyata dan memerlukan
LKPD dalam pelaksanaan praktikum virtual. Penulis merekomendasikan agar adanya
penelitian lanjutan untuk mengembangkan LKPD saintifik berbantuan praktikum virtual
untuk materi pembelajaran lain khususnya yang tidak tersedia alat praktikum nyata.
Kata kunci: LKPD, pendekatan saintifik, laboratorium virtual, efek fotolisrik

Abstract. Physical knowledge can be obtained through scientific processes. In curriculum


2013, the scientific process for gaining knowledge through a scientific approach. Virtual
laboratories are the solution to presenting a scientific approach although the practicum
tools are limited. The problem is how to develop effectively used student worksheet that
utilizes virtual laboratories with scientific approaches in learning. The purpose of this
article is to describe the development of student worksheet that utilizes virtual
laboratories that focus on scientific approaches and photoelectric effect materials. Data
collection method is to study literature both nationally and internationally from various
sources of books and journals. From the data collection, it was found that scientific
student worksheet with virtual laboratories can attract learning interest, easy to
understand and useful after going through appropriate development procedures including
potential and problems, data collection, product design that takes into account effective
student worksheet criteria, validity design, revised design, and product testing . The
student worksheet section is prepared to support students' scientific activities for as
difficult material to practice that requires student worksheet in the implementation of
virtual practicum. The author recommends that there is further research to develop
scientific student worksheet assisted virtual labs for other learning materials, especially
that are not available in real practice tools.
Keywords: student worksheet, scientific approach, virtual laboratories, photoelectric
effect

191
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA IV ISBN 978-602-50939-0-6
Banda Aceh, 30 Oktober 2018 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PENDAHULUAN

Fisika merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam. Fisika seperti semua ilmu
lainnya, berdasarkan pada pengamatan, eksperimen dan pengukuran kuantitatif. Tujuan
utama fisika adalah untuk menemukan jumlah terbatas hukum dasar yang mengatur
fenomena alam dan menggunakannya untuk mengembangkan teori-teori yang dapat
memprediksi hasil percobaan berikutnya.
Berdasarkan definisi fisika tersebut, maka untuk memperoleh pengetahuan fisika
sangat ditekankan melalui proses ilmiah seperti mengamati, menanya, mencoba,
menalar, dan mengomunikasikan simpulan hasil belajar. Dalam Kurikulum 2013
Pendekatan ini disebut sebagai pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik dalam
Kurikulum 2013 dipandang paling sesuai dalam pengembangan afektif, kognitif, dan
psikomotor siswa.
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran dapat dengan mudah dilakukan oleh
guru ketika mengajarkan materi yang dapat dipraktikumkan secara langsung dan nyata.
Namun adakalanya guru kesulitan menghadirkan praktikum nyata dalam proses
pembelajaran karena keterbatasan alat dan waktu. Hal ini menuntut guru untuk mencari
cara yang lebih inovatif baik mencipta alat praktikum sederhana maupun melakukan
praktikum virtual.
Praktikum virtual yang banyak tersedia di dunia maya salah satunya adalah
Program laboratorium virtual Physics Education Technology (PhET). Banyak penelitian
yang menggunakan praktikum virtual dalam pembelajaran. Sasha (2014)
membandingkan pemahaman konsep massa yang diperoleh siswa pembelajaran antara
praktikum nyata dengan penggunaan PhET. Fadil (2014), membandingkan pemahaman
konsep lisrik statis yang diperoleh siswa antara pembelajaran praktikum nyata dengan
penggunaan PhET. Prihatiningtyas (2013) mendeskripsikan implementasi PhET dan KIT
sederhana untuk mengajarkan keterampilan psiko-motor siswa pada pokok bahasan alat
optik. Ketiga penelitian ini tidak memperlihatkan LKPD yang digunakan dalam
pembelajaran.
Penelitian penggunaan PhET yang mengembangkan LKPD dilakukan oleh Kurnia
Sari (2014) yang bertujuan mengembangkan LKPD memanfaatkan laboratorium virtual
pada materi optik fisis dengan pendekatan saintifik. Peneliti lain yaitu Zulimar, dkk.
(2015), mengembangkan LKPD memanfaatkan laboratorium virtual pada materi listrik
dinamis berdasarkan proses skill dan sikap saintifik. Kedua penulis telah mengembangkan
LKPD virtual dengan pendekatan saintifik pada dua materi yang berbeda.
Dari penelitian dan pengembangan LKPD yang telah dijelaskan, penulis merasa
perlu mengembangkan LKPD virtual dengan pendekatan saintifik pada materi yang
berbeda mengingat aplikasi PhET belum menyediakan LKPD. Penulis tertarik
mengembangkan LKPD pada materi efek fotolisrik sebagai materi yang sukar
dipraktikumkan nyata karena belum tersedianya alat praktikum.
Dari ulasan di atas, tujuan penulisan artikel ini adalah mendeskripsikan
bagaimana menghasilkan LKPD sientifik memanfaatkan laboratorium virtual pada materi
efek fotolisrik yang dapat memberikan kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan dalam
pembelajaran.

METODE

Metode penulisan artikel ini adalah dengan melakukan studi literatur dari berbagai
sumber seperti Education Resources Information Center (ERIC) sebagai sumber artikel
internasional bidang pendidikan. Selain artikel jurnal internasional dari ERIC, juga
dikumpulkan data dari artikel dan buku-buku dalam negeri dari berbagai sumber.

192
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA IV ISBN 978-602-50939-0-6
Banda Aceh, 30 Oktober 2018 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pembelajaran Saintifik Memanfaatkan Laboratorium Virtual


Pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang diusung
oleh Kurikulum 2013. Langkah-langkah pada pendekatan saintifik merupakan bentuk
adaptasi dari langkah-langkah ilmiah pada sains. Pendekatan saintifik diyakini dapat
mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Pendekatan
saintifik mudah dilakukan pada materi yang mudah dipraktikumkan secara nyata.
Laboratorium virtual berupa simulasi komputer adalah solusi untuk materi yang
sukar dipraktikumkan secara nyata karena keterbatasan alat dan waktu. Laboratorium
virtual berupa simulasi komputer banyak tersedia di dunia maya dimana guru dan siswa
dengan mudah mendownload. Fitur kunci dari simulasi komputer-visualisasi,
interaktivitas, konteks dan menggunakan perhitungan efektif – sangat efektif untuk
membantu siswa untuk memahami konsep-konsep abstrak dan berlawanan dengan
daerah tertentu dari fisika (McKagan dalam Fadil, 2013).
Salah satu aplikasi teknologi pembelajaran yang saat ini populer adalah Program
laboratorium Virtual Physics Education Technology (PhET), yang menyediakan simulasi
fenomena fisik berbasis penelitian secara gratis, menyenangkan, interaktif dan bisa
mengajak siswa untuk belajar dengan cara-cara mengeksplorasi secara langsung.
Laboratorium virtual digunakan disini tidak dengan maksud menghilangkan praktikum
nyata, tetapi digunakan karena tidak memungkinkannya dilakukan praktikum nyata
karena keterbatasan alat praktikum. PhET dapat mengajak siswa untuk belajar dengan
cara-cara mengeksplorasi secara langsung. Dengan program ini, siswa bisa lebih real
mengamati fenomena yang ada.
Penggunaan laboratorium virtual atau simulasi computer dalam pembelajaran
telah diteliti baik di dalam maupun luar negeri diantaranya Alrsa'i (2014) memberikan
rekomendasi untuk menggabungkan simulasi komputer dalam mengajar fisika dengan
metode yang direncanakan dan pelatihan guru fisika. Proses membangun sikap positif
terhadap pembelajaran fisika mungkin tergantung pada faktor-faktor lain seperti
karakteristik guru dan lingkungan pendidikan di samping sifat cakrawala dan kesempatan
yang diberikan melalui belajar fisika terhadap masa depan siswa.

Krobthong (2015) meneliti siswa dalam kelompok perlakuan menikmati prestasi


yang lebih tinggi daripada rekan-rekan mereka di kelompok kontrol. Sehingga ia
berargumentasi bahwa penggunaan Simulasi interaktif dapat meningkatkan kinerja
akademik Mahasiswa.
Ruten (2012) melakukan penelitian kualitatif yang menganalisis jurnal-jurnal hasil
penelitian penggunaan simulasi yang termasuk PhET didalamnya, hasilnya adalah banyak
jurnal menyatakan pembelajaran tradisional dapat ditingkatkan dengan penerapan
simulasi komputer. Simulasi komputer terbaik yang digunakan untuk mendukung proses
dan hasil pembelajaran adalah yang adanya interaksi antara simulasi, sifat konten, siswa
dan guru melalui pentingkatan keterampilan dan pengetahuan untuk menggunakan
simulasi.
Pembelajaran menggunakan PhET dapat dilakukan melalui pendekatan saintifik.
Aplikasi dapat dijalankan sendiri oleh siswa dengan bantuan lembar kerja siswa.

2. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Saintifik Memanfaatkan


Laboratorium Virtual
Lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan salah satu sumber belajar yang
dapat dikembangkan oleh pendidik sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKPD
yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi
pembelajaran.

193
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA IV ISBN 978-602-50939-0-6
Banda Aceh, 30 Oktober 2018 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Menurut Depdiknas (2008) LKPD adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-
langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Keuntungan penggunaan LKPD adalah
memudahkan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran, bagi peserta didik akan
belajar mandiri dan belajar memahami serta menjalankan suatu tugas tertulis.
Menurut Podolak dan Danforth (2013), lembar kerja menekankan pada
pemecahan masalah dan pemahaman konseptual. Porsi pemecahan masalah dalam
lembar kerja bervariasi dalam suatu pendekatan, mulai dari langkah awal hingga
mengarah ke hasil keseluruhan untuk masalah umum yang diberikan di mana para siswa
harus mencari tahu langkah-langkah yang diperlukan. Tujuan utama dari lembar kerja
adalah agar siswa tidak hanya menunjukkan bahwa mereka belajar pelajaran hari itu,
tetapi untuk melanjutkan belajar di luar tentang apa yang telah dibahas di kelas. Di
beberapa lembar kerja diperlukan langkah-langkah kunci sehingga siswa tidak terburu-
buru menuju kesimpulan tanpa mempertimbangkan setiap langkah.
Menurut Lee (2014), Lembar kerja dapat bermanfaat dalam banyak hal dalam
pencapaian akademik. Misalnya, sebagai pelengkap untuk buku teks, lembar kerja dapat
digunakan untuk menambahkan informasi untuk kelas-kelas tertentu. Selain itu, lembar
kerja kosong mengajak siswa untuk mengisi bagian tersebut sebagai kesempatan siswa
untuk membangun pengetahuan. Pertanyaan yang dirancang dengan baik dalam lembar
kerja dapat menarik minat siswa ketika dipasangkan dengan metode pengajaran yang
tepat. Selanjutnya, lembar kerja memainkan berbagai fungsi dalam konteks yang
berbeda.
Ormancıa dan Şaşmaz Ören (2010) menyatakan bahan ajar yang digunakan dalam
lingkungan belajar adalah penting dalam hal retensi pembelajaran. Di antara bahan
pembelajaran yang dapat efektif adalah lembar kerja yang dikembangkan secara praktis
dan terkait dengan kehidupan sehari-hari termasuk pertanyaan pemikiran dan diperkaya
dengan ilustrasi yang menarik, grafik dan gambar berkontribusi pada pembelajaran yang
lebih baik untuk siswa. Lembar kerja ini harus mencakup beberapa fitur visual, verbal dan
kontekstual untuk menghasilkan lembar kerja yang baik sesuai dengan tingkat tertentu
dari siswa.
Elvan dalam Bicer (2016) menyatakan bahwa lembar kerja dapat meningkatkan
minat siswa dalam isi pembelajaran dengan desain warna-warni dan fitur mencolok.
Dengan demikian, siswa termotivasi untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Aplikasi PhET dapat dijalankan sendiri oleh siswa dengan bantuan LKPD dan
bimbingan guru. Aplikasi ini belum menyediakan lembar kerja siswa sehingga menuntut
guru untuk terampil mengembangkan LKPD efektif. Penggunakan LKPD dalam praktikum
merupakan salah satu cara untuk mempermudah guru membimbing siswa.
Pengembangan LKPD sientifik memanfaatkan laboratorium virtual telah dilakukan
oleh beberapa peneliti yaitu Kurnia Sari (2014) yang mengembangkan LKS
memanfaatkan laboratorium virtual pada materi optik fisis dengan pendekatan saintifik
yang memberikan hasil bahwa LKPD sangat menarik, mudah, dan sangat bermanfaat,
serta produk efektif sebagai media pembelajaran dengan persentase hasil belajar siswa
lebih dari 80% telah mencapai kelulusan dalam aspek kognitif dan afektif. Peneliti lain
yaitu Zulimar, dkk. (2015), mengembangkan LKPD memanfaatkan laboratorium virtual
pada materi listrik dinamis berdasarkan proses skill dan sikap saintifik yang juga
memberikan hasil memuaskan.
LKPD yang memanfaatkan laboratorium virtual dengan pendekatan saintifik dapat
memberikan kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan dalam pembelajaran serta
efektif terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif dan afektif setelah melalui
tahapan yang tepat dalam pengembangan LKPD yaitu meliputi potensi dan masalah,
pengumpulan data, desain produk yang memperhatikan kriteria LKPD efektif, validitas
desain, desain revisi, dan uji produk seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011:
409), meliputi delapan tahap pengembangan produk dan uji produk, diantaranya: (1)

194
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA IV ISBN 978-602-50939-0-6
Banda Aceh, 30 Oktober 2018 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi produk, (5)
perbaikan produk, (6) uji coba produk, (7) revisi produk, dan (8) uji coba pemakaian.
Dari penjelasan diatas, LKPD saintifik memanfaatkan laboratorium virtual pada
materi efek fotolistrik yang akan dikembangkan oleh penulis mengacu pada tahapan
penyusunan seperti yang dijelaskan di atas. Materi efek fotolistrik adalah materi baru
yang akan dikembangkan penulis yang belum dikembangkan oleh peneliti sebelumnya.
Pada bagian awal LKPD dapat disajikan fenomena yang nyata, sederhana, dan
berkaitan dengan konsep harus dipelajari yang mendukung tahapan pengamatan dan
menanya untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa dalam saintifik. Bagian langkah
kerja membantu siswa dalam mengumpulkan data-data, Bagian diskusi membantu
kegiatan menganalisis dan menyimpulkan.

3. Efek Fotolistrik
Efek fotolistrik merupakan salah satu materi yang terdapat dalam kurikulum SMA.
Materi ini tergolong sulit dan di SMA tidak terdapat alat praktikum nyata untuk materi ini.
Efek fotolistrik adalah peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan logam sesaat
setelah penyinaran karena cahaya bersifat partikel (paket energi). Einstein mengusulkan
bahwa gelombang elektromagnetik atau cahaya harus dianggap terkuantisasi dan berkas
cahaya tersebut terdiri dari deretan partikel (kuanta) yang diberi nama dengan foton. Ini
suatu fakta sejarah yang memaksa kita untuk menyimpulkan bahwa cahaya adalah
deretan partikel yang dikenal dengan foton.
Hasil dari percobaan efek fotolistrik adalah:
1) Jika frekuensi cahaya dibawah frekuensi ambang materi/bahan, maka tidak ada ”arus
elektron” yang mengalir dalam tabung, walaupun intensitas cahaya dinaikan.
2) Penambahan intensitas cahaya hanya akan menambah jumlah arus elektron yang
mengalir dalam tabung. Hal ini terjadi ketika frekuensi cahaya yang digunakan di atas
frekuensi ambang bahan,
3) Energi kinetik elektron yang mengalir dalam tabung tidak tergantung pada intesitas
cahaya, tetapi hanya tergatung pada frekuensi cahaya.
Hasil percobaan efek fotolistrik menunjukkan keadaan dimana penambahan
intensitas tidak menyebabkan kenaikkan energi cahaya, akan tetapi energi cahaya
bertambah apabila frekuensi cahaya dinaikkan. Kenyataan ini memaksa kita untuk
menerima hipotesis Planck dan rumusan Einstein, yaitu untuk energi cahaya dengan
rumusan E = hν dan untuk intesitas cahaya dengan rumusan I = Nhν. Parameter N
merupakan jumlah partikel yang ada dalam berkas cahaya dan bergerak secara diskrit.
Oleh itu, dapat disimpulkan bahwa cahaya harus dipandang sebagai aliran
paket-paket energi yang kemudian diberi nama dengan foton. Elektron terlepas dari
permukaan logam sesaat setelah penyinaran karena cahaya bersifat partikel (paket
energi) sehingga terjadi transfer energi spontan dari foton ke elektron dengan interaksi
satu-satu. Hubungan antara panjang gelombang maksimum (λ) dengan tegangan pemicu
(V ) pada efek fotolistrik adalah:
0
e V0=(hc)/ λ.
Untuk menemukan konsep efek fotolistrik seperti penjelasan di atas sesuai
tuntutan kurikulum tentu peserta didik memerlukan suatu proses ilmiah yang telah
direncanakan dengan baik oleh guru seperti menyiapkan LKPD saintifik dengan
laboratorium virtual.

KESIMPULAN

Dari pembahasan, diperoleh bahwa LKPD saintifik dengan laboratorium virtual


dapat menarik minat belajar, mudah dipahami dan bermanfaat setelah melalui prosedur
pengembangan yang tepat meliputi potensi dan masalah, pengumpulan data, desain
produk yang memperhatikan kriteria LKPD efektif, validitas desain, desain revisi, dan uji

195
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA IV ISBN 978-602-50939-0-6
Banda Aceh, 30 Oktober 2018 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
produk. Pengembangan LKPD diharapkan bermanfaat bagi pembelajaran saintifik dan
pembelajaran materi efek fotolistrik karena bagian LKPD ini disusun untuk mendukung
kegiatan saintifik siswa pada materi efek fotolistrik sebagai materi yang sukar
dipraktikumkan nyata dan memerlukan LKPD dalam pelaksanaan praktikum virtual.
Penulis menyarankan agar adanya penelitian lanjutan untuk mengembangkan LKPD
saintifik berbantuan praktikum virtual untuk materi pembelajaran lain khususnya yang
tidak tersedia alat praktikum nyata.

DAFTAR PUSTAKA

Ajredini, Fadil., Neset, I., & Oliver, Z. 2014. Real experiments versus PhET simulations for
better high-school students' understanding of electrostatic charging. European
Journal of Physics Education. 5(1): 59-70.
Alrsa'i, M. S., & Y. A. Aldhamit. 2014. The effect of computer simulation on al-hussein bin
talal unıversıty student’s understanding of electricity and magnetism concepts and
their attitudes towared physics learning. International Journal of Educational
Research and Technology, 5(1): 54-60.
Bicer, N. 2016. An evaluation of pre-service turkish teachers’ skills and knowledge
regarding preparation of worksheets to teaching turkish to foreigners. Academic
Journal Educational Research And Review, 11(5): 164-173.
Depdikbud. 2013. Permendikbud 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdikbud.
Depdikbud. 2013. Permendikbud No.67 th.2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum. Jakarta: Depdikbud
Kurnia Sari, Ayu., Chandra E & Wayan, S. 2014. Pengembangan LKS memanfaatkan
laboratorium virtual pada materi optik fisis dengan pendekatan saintifik. Lampung:
FKIP Fisika Unila.
Krobthong, T. 2015. Teaching university physics by using interactive science simulation
methods. Procedia Social and Behavioral Sciences, 197: 1811 – 1817
Lee, Che-Di. 2014. Worksheet usage, reading achievement, classes’ lack of readiness,
and science achievement: a cross-country comparison. International Journal of
Education in Mathematics, Science and Technology, 2(2): 96-106.
O’Leary, S & S. C. Styer. 2010. Assessing differences in students’ experiences in
traditional versus scientific teaching-based biology course. NCSSSMST Journal, 15
(2): 17-20.
Podolak, K., & J. Danforth. 2013. Interactive modern physics worksheets methodology
and assessment. European Journal of Physics Education, 4(2): 27-3.
Prihatiningtyas, S., Prastowo T., & Jatmiko B. 2013. Implementasi simulasi PhET dan
KIT sederhana untuk mengajarkan keterampilan psiko-motor siswa pada pokok
bahasan alat optik. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. Vol. 2 (1), 18-22.
Rutten, N., W. R. van Joolingen., & J. T. van der Veen. 2012. The learning effect of
computer simulation in science education. Elsevier Journal computer and education,
58: 136–153.
Sadler, T.D., J.A, Foulk, & P.J. Friedrichsen. 2017. Evolution of a model for socio-scientific
issue teaching and learning. International Journal of Education In Mathematics,
Science And Technology, 5(2):75-87.
Sasmaz Oren, F., & U. Ormancia. 2012. An application about pre-service teachers’
development and use of worksheets and an evaluation of their opinions about the
application. Educational Sciences: Theory & Practice, 12(1): 263-270
Stamenkovski, Sasha., & Oliver, Z. 2014. Seventh grade students' qualitative
understanding of the concept of mass influenced by real experiments and virtual
experiments. European Journal of Physics Education. 5(1): 59-70
Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
The PhET Team. 2015. PhET (Interactive Simulation). https://phet.colorado.edu.

196
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA IV ISBN 978-602-50939-0-6
Banda Aceh, 30 Oktober 2018 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Toman, U., A. R. Akdeniz., S.O. Çimer & F. Gürbüz. 2013. Extended worksheet developed
according to 5e model based on constructivist learning approach. International
Journal on New Trends In Education And Their Implications, 4(4): 173-183.
Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum KTSP. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Zulimar, dkk. 2015. Pengembangan LKS memanfaatkan laboratorium virtual pada materi
listrik dinamis berdasarkan proses skill dan sikap saintifik. Lampung: FKIP Fisika
Unila.

197

Anda mungkin juga menyukai