Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pernahkah anda membayangkan bagaimana pengertian seks dalam benak orang
lain? Hampir setiap orang mempunyai pandangan dan pengertian sendiri-sendiri mengenai
seks. Bagi seseorang, seks barangkali dipandang sebagai sesuatu yang bersifat rahasia
dan suci. Bagi orang lainnya, seks mungkin diartikan sebagai sesuatu yang jorok dan
menjijikkan. Bahkan ada pula orang yang memandang seks sebagai hal yang tabu dan
terlarang sehingga tidak layak diperbincangkan secara terbuka.
Sebagian orang memandang seks sebagai sumber penderitaan, kekacauan, dan hal
yang memalukan. Pandangan ini bersumber dari pengalaman masa kanak-kanak yang
tidak baik yang berhubungan dengan seks. Apabila anak-anak tidak memperoleh
penerangan yang baik mengenai seks, maka sulit diharapkan bahwa mereka akan mampu
memberikan pendidikan seksual yang baik kepada keturunan mereka kelak setelah
mereka menjadi orang tua. Ini disebabkan karena orang-orang seperti ini kurang senang
apabila ank-anak menanyakan perihal seks secara polos dan langsung kepada mereka.
Kita tentunya tidak merasa sulit untuk menceritakan kepada anak-anak mengenai
bagaimana tumbuhnya tanaman atau apa yang menyebabkan turunnya hujan atau
mengapa matahari terbit di timur dan tenggelam di ufuk barat. Tetapi untuk menerangkan
keadaan tubuh kita sendiri, bagaimana terjadinya kita, dan bagaimana fungsi tubuh serta
organ-organ kelamin kita, dibutuhkan metode tersendiri. Hal ini dikarenakan seks adalah
sesuatu yang khusus. Seks erat sekali hubungannya dengan emosi dan keinginan kita.
Oleh karena itu, tidaklah tepat apabila kita memperbincangkannya dengan anak-anak
seperti menerangkan biologi atau ilmu alam misalnya.

konsep seksualitas pada anak usia dini sangatlah berbeda dengan orang dewasa,
pada anak- anak lebih kepada bagagaimana caranya mereka mengenali dirinya,
dan memiliki konsep yang positif. Memperkenalkan bagian tubuh pribadi, siapa yang
boleh menyentuh dan siapa yang tidak boleh menyentuhnya, secara alamiah juga
diajarkan batasan atau bagian mana aurat laki- laki dan aurat perempuan serta
bagaimana cara menjaganya dengan menggunakan tema yang unik. Tidak ada cara
yang instan untuk mengajrkan seks pada anak kecuali melakukan setahap demi setahap
sejak dini sesuai gendernya (Haryono,dkk : 2018).

1
Mengingat sangat pentingnya pendidikan seks bagi anak usia dini untuk itu
perlu diberikan pendidikan seks yang tepat bagi anak yaitu melalui pemberian materi
pendidikan seks yang tepat bagi anak usia dini. Tujuan adanya materi pendidikan seks
bagi anak usia dini yaitu agar guru bisa lebih terkonsep dalam menyampaikan
pemahaman mengenai seks pada anak sehingga akan mudah dimengerti oleh anak dan
diharpkan anak dapat terhindar dari perlakuan-perlakuan seks menyimpang yang dapat
membahayakan dirinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari pendidikan seksual pada anak?
2. Apa pentingnya pendidikan seks bagi anak?
3. Kapan pendidikan seks sebaiknya dimulai?
4. Apa faktor-faktor pendukung pendidikan seks bagi anak?
5. Bagaimana memilih kata-kata yang cocok untuk menerangkan kehidupan seks?
6. Bagaiman dengan pertanyaan-pertanyaan pertama dari seorang anak?
7. Bagaimana bila anak tidak mau bertanya mengenai seks?
8. Bagaimana berolok-olok mengenai kehidupan seks?
9. Apakah maturbasi berbahaya?
10. Bagaimana dengan kata-kata jorok?
11. Bagaimana menerangkan menstruasi kepada gadis kecil?
12. Bagaimana menerangkan peranan ayah dalam kelahiran bayi?
13. Bagaimana tehnik pendidikan seks?

1.3 Tujuan
1.3.1Tujuan Umum
Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai pentingnya pendidikan seks
bagi anak.
1.3.2Tujuan Khusus
1 Mengetahui pengertian dari pendidikan seksual pada anak.
2 Mengetahui pentingnya pendidikan seks bagi anak.
3 Mengetahui pendidikan seks sebaiknya dimulai.
4 Mengetahui faktor-faktor pendukung pendidikan seks bagi anak.
5 Mengetahui cara memilih kata-kata yang cocok untuk menerangkan kehidupan
seks.
6 Mengetahui pertanyaan-pertanyaan pertama dari seorang anak.
7 Mengetahui bila anak tidak mau bertanya mengenai seks.
2
8 Mengetahui berolok-olok mengenai kehidupan seks.
9 Mengetahui masturbasi berbahaya.
10 Mengetahui kata-kata jorok.
11 Mengetahui cara menerangkan menstruasi kepada gadis kecil.
12 Mengetahui cara menerangkan peranan ayah dalam kelahiran bayi.
13 Mengetahui tehnik pendidikan seks.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Perilaku seksual dan reproduksi pada manusia merupakan hasil interaksi dari
berbagai factor. Perilaku seksual dan reproduksi pada binatang, terutama mamalia, antara
lain ditandai dengan perilaku yang disebut sebagai estrus. Kata estrus berasal dari bahasa
Yunani oistros yang berarti nafsu birahi, atau gelisah.
Perilaku seksual dipacu oleh pengaruh hormon : pada perempuan hormon estrogen
dan progesterone, sedangkan pada laki-laki hormon testosterone. (Mohamad, 1998 : 1)
Seksualitas adalah ekspresi seksual seseorang yang secara social dianggap dapat
diterima serta mengandung aspek-aspek kepribadian yang luas dan mendalam.
Seksualitas merupakan gabungan dari perasaan dan perilaku seseorang yang tidak hanya
didasarkan pada cirri seks secara biologis, tetapi juga merupakan salah satu aspek
kehidupan sebagai manusia yang tidak dapat dipisahkan dari aspek hidup yang lain.
(Mohamad, 1998 : 36)
Makna seksualitas adalah bagaimana suatu masyarakat memberikan arti atau makna
terhadap hal-hal seksual yang secara nyata ada di masyarakat. Misalnya, dengan siapa
orang boleh berhubungan seks, kapan harus berhubungan seks, dan apa yang harus
dilakukan secara seksual, mengapa orang harus melakukan hal-hal seksual, apa yang
pantas dan tidak pantas dibicarakan, dan dengan siapa pembicaraaan tentang seksualitas
dilakukan (Wagner dan Yatim, 1997:87).
Dari beberapa penelitian, kita mengetahui bahwa ada masyarakat yang
memperbolehkan berhubungan seks sebelum menikah, tetapi ada juga masyarakat yang
melarangnya. Ini berarti bahwa tingkat pembatasan aktifitas seksual antara masyarakat
yang satu dengan yang lainnya tidak selalu sama selama rentang kehidupan tertentu. Ada
masyarakat yang memberikan batasan yang lunak bagi remaja tapi tidak bagi orang
dewasa.
Seksualitas adalah maksud dan motif dalam diri manusia. Seksualitas adalah hasrat
(desire) dan keinginan (want), yang tumpang tindih dengan aspek-aspek lain kehidupan.
Seksualitas adalah mengenai prilaku seksual, perilaku feminim dam maskulin, peran
gender dan interaksi gender. Tergantung dari alirannya, maka ada teori yang beranggapan
seksualitas seseorang berkembang dengan dipengaruhi secara kuat oleh mitos dan
stereotip yang berlaku dalam masyarakat (ekstern), ada pula yang menganggap

4
seksualitas ditentukan olek struktur anatomi-biologis yang dimiliki oleh seseorang
(psikoanalisa). Sementara itu, teori yang berkembang berdasarkan aliran psikologi
humanistik menekankan bahwa perilaku seksual atau seksualitas seseorang
dikembangkan sebagai hasil pilihan orang itu sendiri.
Pendidikan seks tidaklah menyangkut uraian atau penjelasan-penjelasan yang
bersifat anatomis saja. Pendidikan seks, bagaimanapun juga tetap akan menyangkut sifat
(behavior), emosi, kepribadian, pandangan hidup, lingkungan sosial dan nilai-nilai moral
yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Tidaklah berlebihan ketika Sigmun Freud menyatakan bahwa faktor libido atau
dorongan seksual merupakan faktor dominan yang mempengaruhi sifat, kepribadian dan
jalan hidup setiap individu. Pernyataan ini menunjukkan betapa pentingnya pemahaman
dan pengetahuan seks yang benar ditanamkan secara dini dan wajar ke dalam benak
anak-anak agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan layak kelak.

2.2 Pendidikan Seks Anak


2.2.1 Pengertian Pendidikan Seks Bagi Anak
Pendidikan seks merupakan suatu upaya pengajaran, pemberian informasi, dan

penerangan tentang masalah- masalah yang terkait dengan seksual yang diberikan pada
anak dari guru maupun orang tua, upaya untuk menjaga anak terbebas dari kebiasaan
yang tidak bermoral dan beragama, atapun yang berkaitan dengan segala
kemungkinan ke penyimpangan seksual.

Pendidikan seks wajib diberikan ke anak sejak usia dini. Anak-anak perlu

diajarkan tentang persamaan dan perbedaan antara pribadi seorang anak laki-laki dan
perempuan. Tujuannya agar anak mampu mengenali diri mereka dengan baik. Meskipun
demikian, dalam menyampaikan perlu memperhatikan dan menyesuaikan kesiapan
psikologi anak. Langkah awal yang dapat dilakukan adalah mengajari dan membiasakan
anak agar membiasakan diri membersihkan alat kelaminnya sendiri setelah buang air
kecil atau besar. Ini bertujuan agar anak tidak bergantung pada orang lain. Penanaman
sikap mandiri akan memberikan pengajaran pada anak tentang etika. Pendidikan
seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-
masalah seksual yang diberikan pada anak, dalam usaha menjaga anak terbebas dari
kebiasaan yang tidak Islami serta menutup segala kemungkinan ke arah penyimpangan
seksual.

5
Pada usia anak dini, pendidikan seks dapat diberikan untuk menjelaskan hal-hal

yang menjelaskan tentang fungsi alat kelamin laki-laki dan perempuan serta menjaga diri
sendiri dari orang-orang yang berniat buruk melakukan kekerasan seksual.
Perkembangan Psikoseksual, menurut Hastomo mengungkapkan bahwa secara umum
pengalaman seksualitas pada anak usia dini lebih menekankan pada perilaku atau
kebiasaan. Sedangkan fungsi seksualnya belum mengalami perkembangan yang
signifikan.
Jadi dapat disimpulkan pendidikan seks merupakan penjelasan tentang
pengenalan anggota tubuh, perawatan anggota tubuh, dan menjaga anggota
tubuhnya. Pendidikan seks ini untuk membentengi anak-anak dari kejahatan seksual
diluar sana.

2.2.2 Tujuan Pendidikan Seks


Tujuan pendidikan seks itu sendiri sesuai usia dengan perkembangannya yang
berbeda-beda. Seperti pada usia balita, tujuannya adalah untuk memperkenalkan
organ seks yang dimiliki, seperti menjelaskan anggota tubuh lainnya, termasuk
menjelaskan fungsi serta cara melindunginya. Jika tidak dilakukan lebih awal maka ada
kemungkinan anak akan mendapatkan banyak masalah seperti memiliki kebiasaan suka
memegang alat kemaluan sebelum tidur, suka memegang payudara orang lain atau
masalah lainnya. Untuk usia sekolah mulai 6-10 tahun bertujuan memahami
perbedaan jenis kelamin (laki-laki dan Perempuan), menginformasikan asal-usul
manusia, membersihkan alat genital dengan benar agar terhindar dari kuman dan
penyakit.
Persepsi orang tua tentang pengertian pendidikan seks sepertinya berpengaruh
terhadap tujuan pendidikan seks. Di mana orang tua memandang tujuan pendidikan seks
hanya dari sisi perilaku seks saja, padahal tujuan utama dari pendidikan seks khususnya
untuk anak usia dini yaitu memberikan rasa nyaman untuk menjalani aktivitas sesuai
dengan jenis kelamin anak. Seperti pendapat Saringendyanti yang menyatakan
pendidikan seks dalam arti dan dimensi yang lebih luas, diantaranya dimensi sosial. Hal
tersebut berkaitan dengan karakter, kualitas, sikap dan tingkah laku seseorang dalam
menjalankan peran seksualnya.
Jadi tujuan dari pendidikan seksual, adalah untuk membuat suatu sikap emosional
yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah
hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya.

6
2.2.3 Manfaat Pendidikan Seks Untuk Anak
Manfaat Pendidikan Seks menurut Thoharudin antara lain sebagai berikut:

a) Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan


perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggung
jawab).
b) Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua
manifestasi yang bervariasi.
c) Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial
untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan
berhubungan dengan perilaku seksual.
d) Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar
individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu
kesehatan fisik dan mentalnya.
e) Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak
rasional dan eksploitasi yang berlebih.

2.3 Pentingnya Pendidikan Seks Bagi Anak


Berdasarkan hasil penyelidikan terhadap pasiennya, Sigmund Freud seorang dokter
dan pemikir besar Austria, telah mengungkapkan adanya hubungan yang erat antara
gangguan psikologis dan emosional yang dialami seseorang pada masa dewasanya
dengan pengalaman seks yang tidak baik pada masa kanak-kanaknya. Gangguan
psikologis yang menjadi pemikiran bagi para pakar penganjur pendidikan seks bagi anak-
anak adalah gangguan mental pada masa dewasanya yang diakibatkan pengaruh segi
seksualnya, rasa takut terhadap hal-ikhwal seks, sikap dingin pada kaum wanita, lemah
syahwat pada kaum pria, homoseksualitas, lesbianisme, dan gejala-gejala penyimpangan
seksual yang lainnya.
Ada beberapa alasan pentingnya pendidikan seks. Berikut ini alasan-alasan tersebut
yang mendasari pendidikan seks.
1. Pendidikan seks secara dini akan memudahkan anak-anak menerima keberadaan
tubuhnya secara menyeluruh dan menerima fase-fase perkembangannya secara wajar.
Pendidikan ini akan membantu anak-anak untuk mampu membicarakan perihal seks
dengan perasaan yang wajar.
2. Pendidikan seks secara dini akan membantu anak-anak untuk mengerti dan merasa
puas dan peranannya dalam kehidupan. Dengan berbekal pendidikan seks yang sehat
dan baik, anak laki-laki akan tumbuh menjadi pria yang bertanggung jawab kelak.
7
Anak-anak perempuan pun akan tumbuh menjadi seorang wanita yang wajar dan ibu
yang penuh perhatian dan kelembutan terhadap anak-anaknya kelak.
3. Pendidikan seks yang cukup efektif untuk menghilangkan rasa ingin tahu yang tidak
sehat yang sering muncul dalam benak anak-anak. Anak-anak mengetahui kenyataan
dan tahu bahwa orang tuanya mau menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dengan
tuntas akan merasa tidak takut atau malu-malu lagi untuk melibatkan diri dalam
perbincangan dengan orag tuanya mengenai seks. Mereka tidak akan tertarik lagi pada
kepada cerita-cerita yang kotor dan bahan porno yang bersifat tidak mendidik.
Pendidikan seks tidak dimaksudkan dan memang tidak menghilangkan minat anak
untuk mengetahui perihal seks, tetapi cukup efektif untuk menghambat hasrat anak-
anak untuk melakukan penyelidikan yang tidak terarah dan pengalaman-
pengalamannya yang bersifat menjerumuskan.
Secara kesuluruhan, informasi seks yang Anda berikan akan melindungi
kehidupan masa depan mereka dari komplikasi dan kelainan seks. Pendidikan seks ini
akan mendorong anak-anak menumbuhkan sifat-sifat yang normal dan sehat.
4. Pendidikan seks yang diajarkan secara terbuka dan wajar akan membantu gairah dan
semangat hidup seseorang, karena pendidikan tersebut akan membebaskan diri dari
persoalan seks yang seringkali menjadi sumber ketidakbahagiaan dalam kehidupan
pada saat itu maupun setelah dia dewasa kelak.
5. Pendidikan seks yang sehat, jujur, dan terbuka juga akan menumbuhkan rasa hormat
dan patuh anak-anak terhadap orang tuanya.
6. Pendidikan seks yang diajarkan secara terarah dan terpimpin di dalam lingkungan
keluarga cenderung cukup efektif untuk mengatasi informasi negatif-negatif yang
berasal dari lingkungan diluar keluarga.
7. Pendidikan seks membuat kelahiran manusia menjadi terang dan jelas.
8. Pendidikan seks juga cukup efektif untuk membuat seorang anak dengan pengetahuan
dan sifat yang baik untuk bisa menerima dengan tenang dan gembira kehadiran
saudara barunya.
9. Pendidikan seks akan membuat masing-masing anak bangga dengan jenis
kelaminnya. Perasaan bangga seperti ini akan membantu mereka menumbuhkan sifat-
sifat yang layak menurut jenis kelaminnya dan akan cenderung menumbuhkan mereka
menjadi orang tua yang wajar dan bertanggung jawab kelak setelah dewasa.
10. Pendidikan seks akan membuat anak-anak sadar dan paham kelak akan peranannya
didalam masyarakat menurut jenis kelaminnya. Kesadaran ini akan menumbuhkan

8
rasa percaya diri yang cukup besar dalam jiwa anak-anak tersebut. Ini berarti bahwa
pendidikan seks juga akan memperkuat kepribadian orang tersebut.
11. Pendidikan seks yang sehat dan wajar memugkinkan anak-anak meraih taraf
kedewasaan yang layak menurut usianya.
12. Pendidikan seks mempersiapkan seseorang anak untuk kelak menjadi orang tua yang,
dengan baik dan benar, akan mengajarkan penegtahuan seks kepada anak-anaknya.
Salah satu fakta yang patut mendapat perhatian dari para orang tua adalah bahwa
percobaan seks sering kali dilakukan atau terjadi pada anak-anak yang tidak memiliki
pengetahuan yang baik mengenai seks. Anak-anak yang mempunyai pengertian yang
utuh dan menyeluruh mengenai peristiwa kelahiran dan perkembangan manusia
cenderung lebih mudah mengendalikan dorongan-dorongan yang bersumber dari dalam
dirinya sendiri. Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa para pelaku kejahatan
seksual umumnya berasal dari keluarga-keluarga yang sama sekali tidak atau sedikit
sekali memperoleh penjelasan dan pengetahuan mengenai seks.
Pendidikan seks yang baik dan benar tidak hanya setengah-tengah memuaskan rasa
ingin tahu anak mengenai masalah seks. Justru sebaliknya, anak-anak yang mengetahui
fakta-fakta seksual dan sadar bahwa mereka orang tuanya sudi membicarakn hal ini
dengan mereka cenderung kurang tertarik terhadap percobaan-percobaan seksual yang
tidak terarah bila dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengetahui fakta-fakta dan
kesadaran tersebut. Memberikan penjelasan, seksual selalu mempunyai pengaruh positif;
anak-anak mungkin masih ingin mengajukan beberapa pertanyaan, tetapi mereka akan
lebih suka mengajukan secara langsung kepada orang tuanya, bukan kepada sumber
sumber yang kesadaran tanggung jawabnya atau moralitasnya masih diragukan.
Tetapi banyak informasi atau penjelasan mungkin membutuhkan bahan atau
pengetahuan yang terlalu luas dan cenderung berakibat negatif terhadap kepribadian
anak-anak tersebut. Tidaklah bijaksana dan tidak juga mendidik apabila para orag tua
menceritakan segala hal yang mereka ketahui mengenai seks.
Pada umumnya, pertanyan-pertanyan anak-anak bersifat sederhana dan mudah dan,
karena itu hanya membutuhkan keterangan atau jawaban yang juga sederhana. Jujur dan
sederhana adalah jawaban yang tepat bagi mereka. Kemudian tunggulah dengan sabar
pertanyaan-pertanyan berikutnya.
Kita bisa menyelamatkan anak-anak kita dari perasaan malu yang tidak pada
tempatnya atau dari pemikiran yang terlalu kritis, apabila kita menegaskan bahwa
persoalan seks sebaiknya dibicarakan hanya di rumah. Abak-anak kita mudah menerima
aturan sederhana ini.

9
2.4 Usia Pendidikan Seks Sebaiknya Dimulai
Sesungguhnya pendidikan sex telah diberikan secara atau tidak sadar oleh para
orang tua kepada anaknya semenjak hari kelahiran anak-tersebut. Lewat perbuatan-
perbuatan seperti menimbang, merawat, membersihkan badannya, bermain dengannya
dan juga tertawa senang bersamannya, para orang tua tanpa sadar telah mengajarkan
beberapa hal penting mengenai sex. Barangkali anda bertanya apakah perbuatan tersebut
merupakan pendidikan sex juga. Melalui perbuatan-perbuatan yang menyenangkan ini
sesungguhnya anda sedang memperkenalkan kepadannya suatu hal yang teramat penting
dalam hidup ini. Biasanya anak-anak mulai bertanya mengenai sex pada usia 2-4 tahun.
Pada usia ini anak-anak gemar berbicara dan merasa senang apabila pertanyaan-
pertanyaannya mendapat tanggapan, meskipun sebenarnya dia sering tidak memahami
arti atau maksud yang di kemukakan dalam jawaban ini. Seringkali orang tua merasa
bahwa anak kecil tidak perlu dan belum pantas mendapatkan pendidikan sex. Ini
merupakan pandangan yang keliru karena sesungguhnya para orang tua secara tidak
sadar telah memberikan pendidikan sex semenjak hari kelahiran anak-anaknya. Tetapi
masalahnya adalah bahwa orang tua ini tidak mau membicarakan tentang sex dengan
anaknya sampai anak-anaknya mencapai usia 13 tahun, usia yang mereka anggap cocok
untuk anak-anaknya untuk mulai mendapat pendidikan sex. Dan tentu saja, usia 13 tahun
sudah terlalu lambat untuk memulai pendidikan sex secara sadar dari orang tua. Dalam
kurun waktu 0-13 tahun beberapa peristiwa penting dalam kehidupan dan perkembangan
keperibadian si anak telah terlewatkan, dan mustahil bisa terulang. Apabila anak-anak
bertanya mengenai sex, jangan tangguhkan jawabannya sampai waktu yang anda anggap
tepat, karena waktu yang tepat untuk menjawab anak-anak adalah saat ketika ia bertanya.
Apabila anda menangguhkannya, pertanyaan itu mungkin akan terlupakan dan daya tarik
alamiah atau perbedaan yang dia lihat tersebut adalah hal yang wajar, bahwa perempuan
menciptakan wanita berbeda dari laki-laki, dan keduannya adalah baik baginya.
Membiarkan anak-anak tersebut memperoleh jawaban dari orang lain atau sumber-
sumber yang lain cenderung membuat anak-anak itu kurang percaya kepada orang
tuannya ataupun tempatnya bertanya, pada gilirannya, akan membuat komunikasi antara
anak dengan orang tuanya menjadi terganggu. Masalah seperti ini, bila tidak segera
diatasi, bias berdampak luas terhadap perkembangan keperibadian anak-anak itu kelak
setelah mereka dewasa.
Secara garis besar, dr. Boyke membagi pendidikan seks bagi anak berdasarkan usia
ke dalam empat tahap yakni usia 1 – 4 tahun, usia 5-7 tahun, 8-10 tahun dan usia 10-12
tahun.

10
 Usia 1 sampai 4 tahun
Orangtua disarankan mulai memperkenalkan anatomi tubuh, termasuk alat genital.
Perlu juga ditekankan pada anak bahwa setiap orang adalah ciptaan Tuhan yang unik,
dan berbeda satu sama lain. ”Kenalkan, ini mata, ini kaki, ini vagina. Itu tidak apa-apa.
Terangkan bahwa anak laki-laki dan perempuan diciptakan Tuhan berbeda, masing-
masing dengan keunikannya sendiri.
 Usia 5 – 7 tahun
Menurut dr. Boyke, rasa ingin tahu anak tentang aspek seksual biasanya meningkat.
Mereka akan menanyakan kenapa temannya memiliki organ-organ yang berbeda
dengan dirinya sendiri. Rasa ingin tahu itu merupakan hal yang wajar. Karena itu,
orang tua diharapkan bersikap sabar dan komunikatif, menjelaskan hal-hal yang ingin
diketahui anak. ”Kalau anak laki-laki mengintip temannya perempuan yang sedang
buang air, itu mungkin karena ia ingin tahu. Jangan hanya ditegur lalu ditinggalkan
tanpa penjelasan. Terangkan, bedanya anak laki-laki dan perempuan. Orangtua harus
dengan sabar memberikan penjelasan pada anak,” ujar Boyke.
 Usia 8 – 10 tahun
Anak sudah mampu membedakan dan mengenali hubungan sebab akibat. Pada fase
ini, orangtua sudah bisa menerangkan secara sederhana proses reproduksi, misalnya
tentang sel telur dan sperma yang jika bertemu akan membentuk bayi.
 Usia 11-13 tahun
Anak sudah mulai memasuki pubertas. Ia mulai mengalami perubahan fisik, dan mulai
tertarik pada lawan jenisnya. Ia juga sedang giat mengeksplorasi diri. Anak perempuan,
misalnya, akan mulai mencoba-coba alat make up ibunya. Pada tahap inilah peran
orangtua amat sangat penting. Orangtua harus menerima perubahan diri anaknya
sebagai bagian yang wajar dari pertumbuhan seorang anak-anak menuju tahap
dewasa, dan tidak memandangnya sebagai ketidakpantasan atau hal yang perlu
disangkal.
Di sisi lain orangtua harus berusaha melakukan pengawasan lebih ketat, dengan cara
menjaga komunikasi dengan anak tetap berjalan lancar. Kalau anak merasa yakin dan
percaya ia bisa menceritakan apa saja kepada orang tuanya, orang tua akan bisa
mengawasi si anak dengan lebih baik.
Sebaiknya anak perempuan memiliki hubungan lebih dekat dengan ibu, dan
sebaliknya. Hal itu mempermudah anak membentuk identitas dirinya sendiri sebagai
individu dewasa.

11
”Kalau anak perempuan jauh lebih dekat dengan ayahnya, dan kurang akrab dengan
ibunya, ia bisa saja mencari sosok ayah jika ia mencari pasangan hidup kelak, tidak
suka teman seusianya.

2.5 Faktor-Faktor Pendukung Pendidikan Seks Bagi Anak


1. Lingkungan Keluarga
Pendidikan seks dapat berkembang dengan baik dalam lingkungan keluarga yang
sehat dan wajar, yaitu masing-masing anggota keluarga hidup selaras satu sama yang
lain. Hubungan yang hangat dan terbuka antara orang tua dan anak-anak akan
memindahkan komunikasi antara kedua belah pihak, sehingga ke dua belah pihak
dapat membicarakan perihal seks dengan perasaan yang wajar dan tidak malu-malu.
2. Teladan
Anak-anak secara tidak sadar cenderung mencontoh sikap dan perbuatan orang
tuanya. Para orang tua seringkali tidak sadar bahwa anak-anaknya menyerap dan
meniru perasaan-perasaan dan sifat-sifat orang tuanya.
3. Perasaan Malu
Perasaan malu yang diperlihatkan secara kentara oleh para orang tua di hadapan
anak-anak ketika anak-anak itu bertanya mengenai seks, biasanya diartikan sebagai
petunjuk bahwa para orang tua tidak menyukai pertanyaan-pertanyaan semacam itu.
Karena itu, mereka mungkin tidak mau lagi bertanya kepada orang tuanya. Tetapi rasa
ingin tahu anak-anak tidak pernah berhenti sehingga mereka akan berusaha
mendapatkan informasi dari luar lingkungan keluarga-dari cerita teman-teman ,
majalah, gambar-gambar porno, dan lain-lain. Informasi seperti ini tentunya tidak
bersifat mendidik dan kebenarannya pun tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Karena itu, perlihatkanlah sikap yang tenang dan seimbang ketika menghadapi
pertanyaan semacam ini. Akan sangat bermanfaat apabila jawaban anda didahului
dengan kata “ibu senang kamu menanyakan hal itu.” Pertanyaan sederhana ini akan
menumbuhkan keyakinan anak anda benar-benar bersedia menjawab pertanyaan.
4. Pertanyaan
Rasa ingin tahu yang normal dari anak-anak biasanya diwujudkan dalam bentuk
pertanyaan. Anak ini dapat di bina dan dipelihara dengan jalan berusaha membeikan
jawaban-jawaban yang jujur dan masuk akal atas setiap pertanyaan yang mereka
ajukan, termasuk pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut seks.
5. Kehidupan Hewan Peliharaan

12
Kehidupan binatang peliharaan yang sudah dikenal oleh anak-anak dapat menjadi
sarana penunjang bagi pendidikan seks bagi anak-anaknya atau induk anjing uang
sedang menyusui anak-anaknya. Berilah jawaban-jawaban yang dapat dimengerti
anak-anak .
6. Perjalanan Waktu
Ketika anak-anak bertumbuh makin besar dan mulai mengerti mengenai orang-orang
yang ada di sekelilingnya, seiring dengan perkembangan ini tumbuh pula secara
alamiah rasa ingin tahunya. Tunggulah sampai anak-anak anda bertanya dan pada
saat itulah.
Jawaban Anda akan benar-benar diperhatikan dan diserap anak-anak Anda. Memberi
penjelasan tanpa ditanyakan oleh anak-anak tidak akan banyak manfaatnya, karena
anak-anak cenderung kurang tertarik kepada penjelasan seperti itu.
7. Kesediaan Mendengar
Simaklah dengan cermat setiap pertanyaan anak Anda agar Anda dapat mengetahui
apa sebenarnya yang ingin diketahuinya.
8. Jangan Mengangguhkan Penjelasan Anda
Janganlah berusaha menunda penjelasan Anda dengan jalan mengalihkan perhatian
anak terhadap hal yang lain. Dia akan bingung dan heran mengapa Anda tidak
bersedia menjawab pertanyaannya.
9. Jawaban Yang Wajar Dan Sederhana
Jawaban yang selalu mendetail dan panjang akan membingungkan anak itu.
10. Mendidik Sebagai Suatu Proses
Pendidikan seks bukanlah dalam bentuk suatu pelajaran, tetapi lebih merupakan
sebuah proses perkembangan kepribadian yang mestidijalani anak-anak agar dapat
menjadi manusia yang memahami seks secara proporsional. Proses ini harus dimulai
semenjak anak-anak baru lahir hingga mencapai usia dewasa.
11. Tingkah Laku Orang Tua
Mereka akan meniru sikap dan tingkah laku Anda.
12. Orang Tua Sebagai Nara Sumber Utama
Sumber terbaik bagi anak-anak Anda untuk memperoleh informasi seks adalah diri
Anda sendiri, yakni orang tuanya.
13. Pola Hidup Yang Baik
Keberhasilan Anda dalam memberikan pendidikan seks kepada anak-anak Anda tidak
dapat dpisahkan dari segi-segi kehidupan yang lainnya. Karena itu, sebagai orang tua,
Anda perlu membina pola kehidupan rumah tangga yang baik. Anak-anak cenderung

13
tumbuh dan berkembang dengan mengikuti pola dan pandangan hidup yang
diperluhatkan oleh orang tuanya dan orang-orang dewasa yang ada disekelilingnya.

2.6 Memilih Kata-Kata Yang Cocok Untuk Menerangkan Kehidupan Seks


Persoalan seks selalu erat kaitannya dengan tata susila, maka anda perlu
menjelaskan kepada anak-anak bahwa kata-kata seperti vagina, penis, payudara, testis,
dan semacamnya sebaiknya tidak diucapkan didepan umum tetapi tidak ada salahnya bila
dibicarakan dilingkungan keluarga. Tunjukkan kepada anak-anak anda bahwa anda
bersedia membicarakan masalah tersebut dengan anak-anak anda hanya didalam
lingkungan keluarga atau di rumah, tidak di depan umum. Nama-nama dan fungsi organ-
organ tubuh juga penting dihafalkan. Pengetahuan tentang organ tubuh yang ada
kaitannya dengan kelamin penting dalam pendidikan seks, tetapi sebaiknya kata-kata
tersebut diperhalus dan dapat dimengerti anak-anak dan tidak terkesan seronoh.

2.6 Pertanyaan-Pertanyaan Pertama Dari Seorang Anak


Pertanyaan-pertanyaan yang muncul pertama dari seorang anak kepada orang
tuanya diantaranya :
1. Bertanya mengenai alat kelaminnya
2. Menanyakan mengapa laki-laki mempunyai penis sedangkan perempuan tidak
(biasanya pertanyaan ini ditanyakan oleh anak-anak yang berusia 3-4 tahun)
3. Dari mana ibu memperoleh saya ?
4. Apakah ayah mempunyai bayi diperutnya ?
5. Nanti setelah besar, apakah saya punya bayi juga ?
Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan anak mengenai seks adalah bahwa yang
dia ucapkan jarang sekali sama dengan pikirannya dengan arti bahwa bertanya mengenai
seks tidaklah selalu disebabkan hasratnya yang kuat terhadap seks. Berilah keterangan
yang jujur dan sederhana, dan bila anak tidak bertanya lebih jauh lagi-bilama anak itu
mulai mencari mainannya atau bila perhatiannya beralih ke hal-hal lain, hal tersebut
menunjukkan bahwa dia telah puas dengan jawaban tersebut untuk saat itu dan orang tua
tidak perlu menambah lagi. Tunggulah sampai dia bertanya kembali dan selalu memberi
jawaban yang jujur dan sederhana.
Beberapa contoh jawaban sederhana dari orang tua atas pertanyaan anak-anaknya :
sebagai contoh, seorang anak yang berusia 3 tahun, mungkin baru bisa menanyakan dari
manakah asalnya bayi, orang tua boleh menjawab, bayi tumbuh didalam tubuh ibunya
samapi ia cukup besar untuk keluar dari tubuh ibunya, bagi anak-ank yang berusia 4-5

14
tahun, orang tua boleh menambahkan semua anak berasal dari kedua orang tuanya,
setiap bayi mula-mula amat kecil didalam perut ibu, kemudian dia terus tumbuh dan
bertambah besar dan setelah cukup besar ia akhirnya keluar dari perut ibunya. Kadang-
kadang anak kecil mengutarakan keinginannya untuk masuk kembali kedalam perut
ibunya. Kepada anak ini jelaskan bahwa setiap bayi lahir itu kehendak tuhan dan bayi
yang telah lahir tidak bisa kembali lagi kedalam perut ibunya. Ketiaka anak bertanya
tentang mengapa laki-laki mempunyai penis sedangkan perempuan tidak ? orang tua pun
menjawab tuhan mengkaruniakan vagina pada semua perempuan dan kepada laki-laki
dikaruniakan penis padanya.
Jawaban yang jujur atas pertanyaan-pertanyaan akan memudahkan untuk
merumuskan jawaban yang jujur dan gambling atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul
kemudian. Cerita bohong atau tidak benar, hanya akan menimbulkan pemahaman yang
keliru dan kebingungan dalam benak anak-anak serta akan melahirkan pertanyaan-
pertanyaan aneh yang jawabannya semakin sulit.

2.7 Bila Anak Tidak Mau Bertanya Mengenai Seks


Anak-anak usia sekolah dasar jarang mau menanyakan soal-soal seks. Keadaan
seperti ini tentunya kurang menguntungkan, karena pertanyan-pertanyaan mereka
biasanya sederhana dan mudah dijawab namun penting sekali bagi perkembangan
kehidupan seksualnya kelak setelah dewasa. Para orang tua yang mempunyai dasar-
dasar pendidikan seks yang lemah akan kelabakan nantinya menjawab pertanyaan-
pertanyaan anaknya setelah anaknya bertambah besar.
Penyebab yang mungkin menyebabkan sejumlah anak tidak mau bertanya megenai
seks:
- Mereka mungkin tidak berminat untuk memperhatikan kehidupan keluarga.
Anak tunggal, anak bungsu, dan anak yang sewaktu adiknya lahir tidak begitu ingat,
karena ia masih sangat kecil, jarang sekali atau bahkan tidak pernah menyaksikan atau
merasakan peristiwa kehadiran bayi didalam keluarganya. Karena itu rasa ingin
tahunya jarang atau tidak pernah terangsang.
- Sikap orang tua yang tertutup terhadap pembicaraan mengenai seks.
- Anggapan anak tentang anak tidak mau bertanya mengenai seks karena ingin menjadi
anak baik, sehingga anak menjadi ragu-ragu dan tidak percaya diri untuk bertanya dan
cenderung penakut.
Anak-anak yang terlalu penakut dapat dibantu dengan mengurangi beban tekanan
menjadi anak baik dengan memuji anak-anak itu diatas suatu keberhasilan yang diraihnya,

15
sekecil apapun keberhasilan tersebut, buatlah peraturan-peraturan yang tidak terlalu ketat
yang menyisakan ruang bagi mereka untuk bertanya dengan bebas, tempatkanlah anak-
anak itu dalam suasana santai dan gembira, ciptakanlah situasi dalam rumah tangga yang
membuat anak berani bertanya, ketika anak-anak sudah senang dan merasa aman
bersama anda mereka tidak akan begitu enggan lagi membagi rasa ingin tahunya dan
mau bertanya.
Akibat anak-anak tidak mau bertanya soal seks kepada orang tuanya di rumah
padahal rasa ingin tahu anak sebenarnya tidak pernah diam dan arena itu mereka tetap
akan mencari informasi seks di luar lingkungan keluarganya, yaitu memilih tokoh atau nara
sumber lain karena menganggap bawa orang tuanya tidak lagi menjadi tempat aman untuk
bertanya. Hal ini berbahaya karena anak belum mampu memilih sumber informasi seks
yang baik dan benar
Cara yang dapat dimanfaatkan untuk membantu anak mengembangkan minat yang
normal terhadapan kehidupan seks:
- Bisa melalui pengamatan kehidupan binatang peliharaan, pelajaran melalui
pengamatan kehidupan binatang memang baik, tetapi itu tidak cukup, anak harus
mengerti mengenai dirinya sendiri dia harus belajar tentang kehidupan manusia yang
sesungguhnya.
- Obyek lain yang efektif untuk menumbuhkan rasa ingin tahu anak adalah bayi yang
baru lahir. Biasanya setelah anak memperhatikan bayi baru lahir rasa ingin tahunya
mulai tumbuh. Untuk membantu anak katakanlah komentar sepertii”waktu baru lahir
dulu, kamu sangat kecil seperti bayi itu”
- Apabila anak anda yang sudah mencapai usia sekolah masih tidak mau bertanya,
meskipun kelihatannya dia dia mempunyai keinginan untuk bertanya, anda bisa
membantunya dengan memahami pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya ingin
diajukannya namun dia tidak mau mengajukannya, amati tingkah laku dan sifat-sifatnya
dengan cermat, ciptakan situasi yang kondusif dan tunjukkan bahwa anda selalu siap
dengan senang hati menjawab segala pertanyaannya, berilah motivasi agar anak itu
mulai bertanya. Bila cara-cara diatas telah diterapkan namun belum berhasil maka
anak masih bisa menolongnya dengan mengajaknya diskusi secara langsung.

2.8 Berolok-Olok Mengenai Kehidupan Seks


Berolok-olok mengenai pacar lelaki ataupun perempuan sering dilakukan para orang
tua terutama orang yang tidak berfikiran jauh kedepan. Bagaimanapun, olok-olok
semacam ini selalu menimbulkan perasaan negatif dalam fikiran anak-anak.

16
Hampir semua anak kecil akan merasa tidak senang apabila sering diolok-olok
tentang teman bermainnya yang berlawanan jenis. Sedikit saja olok-olok semacam ini,
akan membuatnya merasa canggung dalam hubungan pergaulan dengan teman-
temannya terutama yang berlawanan jenis kelamin dengannya.
Dalam fikirannya akan terbentuk persepsi bahwa bergaul dengan sesama anak-anak
tetapi yang berlawanan jenis kelamin merupakan perbuatan yang tidak pantas. Dia
cenderung menarik diri dari pergaulan dengan anak-anak lain yang berlawanan jenis
dengannya. Dan apabila keadaan ini terus berlanjut, dia akan merasa sulit atau bahkan
tidak mampu bekerja sama dengan lawan jenisnya kelak setelah dia dewasa.

2.9 Maturbasi- Berbahayakah ?


Anak-anak sering merasa bersalah atau berdosa setelah melakukan masturbasi. ini
adalah ketakutan yang wajar.Para orang tua takut kalau-kalau anaknya mengalami
kelainan seksual dan dengan melakukan masturbasi dapat merusak perkembangan fisik
dan psikis anak-anaknya.
Hampir semua anak-anak melakukan masturbasi pada masa perkembangannya.
Masturbasi sering dilakukan anak-anak yang berusia 2-6 tahun , dan kembali lagi pada
anak-anak yang berusia 12-18 tahun.Dalam frekuensi sedang, hal ini dapat dianggap
sebagai pengalaman yang normal dalam masa-masa pertumbuhan anak-anak.
Belum ada bukti bahwa masturbasi menimbulkan kerusakan atau gangguan fisik
kecuali rasa nyeri secara local di daerah genital.Kerugian yang sesugguhya dialami anak-
anak ini adalah rasa malu dan cemas yang diperlihatkan orang tua.
Masturbasi pada tingkat wajar (frekuensi sedang) tidaklah berbahaya. Tetapi bila
terlalu sering dilakukan masturbasi bisa menimbulkan perasaan bersalah yang pada
gilirannya akan menimbulkan akibat-akibat negative pada terhadap pertumbuhan fisik dan
psikis anak.
Hal yang perlu diperhatikan ketika anak bermain
 Apakah dia banyak melakukan permainan fisik?
 Apakah dia punya teman bermain yang sebaya dengan dia?
 Apakah dia mempunyai waktu yang cukup untuk bermain?
 Apakah dia mempunyai benda-benda mainan yang bisa disusun, dibentuk atau
dibangun dengan caranya sendiri?
 Bilamana dia sudah agak besar –lebih tertarik pada suatu aktivitas khusus?
 Apakah perasaanya terlihat wajar dan dapat dibenarkan?
 Apakah pakaiannya tidak terlalu ketat, terutama di daerah genital?
17
 Apakah dia tidak menderita penyakit gatal-gatal?
Apabila jawaban terhadap semua pertanyaan diatas adalah “Ya” maka anak itu akan
melakukan masturbasi secara berlebihan.
Pembicaraan mengenai perihal kehidupan seks dapat diikuti dengan wajar oleh anak
berusia 5-6 tahun tanpa perasaan malu-malu. Katakan dengan serius tapi santai bahwa
anda tidak ingin dia melakukan masturbasi.Dan jelaskan bahwa anak-anak yang lain juga
melakukan masturbasi tapi orang tuanya juga tidak menghendaki hal itu. Dan bantulah
anak menghindari hal-hal yang bisa mendorongnya melakukan masturbasi.

2.10 Kata-Kata Jorok


Anak-anak yang berusia dua atau tiga tahun sering mengulangi istilah-istilah kamar
mandi yang baru dipelajarinya seperti cebok, berak, kencing, dan lain sejenisnya. Karena
kata-kata itulah yang di ketahui dan bisa diucapkan dengan terpatah-patah oleh mereka.
Perlihatkan kepadanya bahwa anda tidak menyukai kata-kata itu diucapkan di depan
banyak orang. Sebagai penggantinya, ajarkan kata-kata baru yang lebih sopan dan
tunjukkan bahwa Anda suka mendengar mereka mengucapkan kata-kata itu.
Kadang-kadang sejumlah orang tua menyangka bahwa anaknya agak nakal ketika
anak itu mengucapkan beberapa kata yang kurang ajar, tetapi sebenarnya anak itu
mungkin tidak begitu mengerti arti kata-kata tersebut. Anak kecil belajar dengan menyimak
dan meniru-niru. Mereka memperkaya perbendaharaan katanya dengan jalan mengulang-
ulang beberapa kata yang diucapkan orang lain. Karena itu, jika anak Anda memetik
beberapa kata yang kurang ajar dari teman bermainnya atau dari tetangga, adalah hal
yang wajar apabila dia mengulang-ulang kata tersebut.
Anak-anak yang lebih tua mempunyai alasan yang berbeda untuk menggunakan
kata-kata jorok ini. Kadang-kadang mereka mengucapkannya hanya karena ingin melucu.
Adakalanya hanya untuk menarik perhatian. Anak laki-laki umumnya lebih sering
mengucapkan kata-kata jorok ini dibandingkan dengan anak perempuan. Anak laki-laki
sering merasa perlu sekali untuk mengetahui istilah-istilah ini dan menggunakannya
supaya diterima di sebuah kelompok atau supaya dianggap sebagai jagoan. Para orang
tua perlu memahami perasaan-perasan semacam ini dan menyadari bahwa perbuatan
seperti itu merupakan hal yang wajar dari masa pertumbuhan anak. Tetapi hal sepertiini
tidak baik dibiarkan berkepanjangan. Anda harus berusaha menghentikannya dengan
jalan menunjukkan bahwa perbuatan tersebut adalah wajar sampai masa tertentu tetapi
tidak baik jika terus berkepanjangan hingga menjadi sebuah kebiasaan berbicara yang
tidak disukai orang banyak.

18
2.11 Bagaimana Menerangkan Menstruasi Kepada Gadis Kecil
Anak perempuan,khususnya memasuki usia 9-10 tahun, sering bertanya-tanya
dalam hati mengenai peristiwa “berdarah-darah” tersebut. Banyak diantara mereka takut
kalau peristiwa itu suatu saat akan menimpa dirinya. pada usia tersebut,umumnya daya
pikir mereka sudah cukup berkembang maka anda dapat memberikan keterangan yang
agak rinci sebagai berikut:
“Bayi didalam kandungan ibunya belum bisa makan seperti kita. Karena itu tuhan
mengatur supaya bayi itu memperoleh makan melalui perempuan. Jadi,makanan bayi
terkandung dalam darah ibunya. Makanan terseabut dikumpulkan setiap bulannya disuatu
tempat dalam perut perempuan yang sudah dewasa,sebagai cadangan kalau ada bayi
nanti dalam rahim perempuan tersebut. Apabila tidak ada bayi ,darah itu tidak dibutuhkan
dan dibuang melalui vagina perempuan. Peristiwa ini terjadi sekali sebulan bagi setiap
perempuan dewasa. Jadi, keluarnya darah itu bukan karena penyakit atau luka-luka
didaam. Tuhanlah yang menghendaki perempuan mengalami peristiwa itu sekali sebulan.”

2.12 Bagaimana Menerangkan Peranan Ayah Dalam Kelahiran Bayi


Mengenai peranannya dalam proses keberadaan dan kelahiran bayi, para ibu
tentunya agak mudah menerangkannya kepada anak-anaknya. Misalnya dengan
menerangkan bahwa dulu sewaktu masih kecil sekali, bayi itu ada dalam perut ibu dan
setelah cukup besar keluar dari suatu celah yang ada diantara kedua paha bagian atas.
Penejlasan semacam ini biasanya sudah cukup untuk memuaskan rasa ingin tahu anak
kecil. Tetapi bagaimanakah cara menerangkan kepada anak-anak kecil peranan sang
ayah dalam keberadaan dan kelahiran sang bayi? Inilah pertanyaan yang seringkali sulit
dijawab oleh para orang tua. Perlu diingat, cara kita menerangkan hal tersebut selalu ada
efeknya bagi sifat-sifat anak tadi selama bertahun-tahun, tidak hanya selama masa kanak-
kanak tetapi juga ketika anak itu telah dewasa nantinya.

Sebelum berusaha menerangkan bagaimana peranan ayah dalam kelahiran sang


bayi, baik sekali bila para orang tua terlebih dahulu menanamkan ke dalam benak anak-
anaknya bahwa persetubuhan suami isteri merupakan peristiwa yang indah dan baik yang
direstui Tuhan. Tetapi jangan buru-buru menambahkan bahwa persetubuhan itulah yang
menyebabkan terciptanya bayi dalam tubuh ibunya.

Sulit meramalkan pada usia berapa anak-anak akan bertanya mengenai


persetubuhan. Setiap anak mempunyai tingkat pertumbuhan dan pertumbuhan dan

19
perkembangan yang berbeda. Tetapi kebanyakan anak-anak yang berusia 5 atau 6 tahun
mulai bertanya mengenai asal-usulnya dan hal-hal yang ada sangkut-pautnya dengan
persetubuhan. Seperti yang telah dikemukakan tadi, agak sulit menerangkan bagaimana
peranan sang ayah dalam kelahiran bayi. Kesulitan ini dirasakan terutama oleh para orang
tua yang pada masa kecilnya tidak mendapatkan pendidikan dan pemahaman seks yang
sehat, tetapi hal ini sebenarnya tidaklah terlalu sulit.

Salah satu pengertian yang perlu ditanamkan ke dalam pikiran anak kecil secara dini
adalah bahwa setiap bayi itu harus mempunyai ayah dan ibu. Konsep ini penting sekali
karena merupakan landasan bagi penjelasan selanjutnya tentang peranan ayah dalam
kelahiran sang bayi. Para orang tua perlu menerangkan bahwa setiap bayi itu punya dua
orang tua – ayah dan ibunya. Misalnya dengan menerangkan bahwa seekor anak kelinci
ada induknya dan bapaknya.

Satu hal yang barangkali perlu dikemukakan adalah bahwa ayah dan ibu sepakat
untuk mempersatukan bibit mereka hanya karena saling mencintai dan mengasihi.
Katakan pula bahwa ayah dan ibu menginginkan bayi ini untuk dicintai dan dirawat dengan
gembira. Disamping itu, perlu juga ditekankan bahwa persetubuhan itu hanya boleh
dilakukan oleh suami-isteri. Persetubuhan kita bicarakan hanya sebatas dibutuhkan untuk
menjelaskan bagaimana bibit ibu bertemu dan bersatu dengan bibit ayah.

Penjelasan perasaaan mengenai cinta memang perlu tetapi penjelasan tanpa disertai
perbuatan nyata tidak banyak manfaatnya. Pemahaman yang baik mengenai cinta sangat
berguna untuk memudahkan pengertian yang sehat mengenai kehidupan seks.

Masalahnya menjadi agak sulit apabila anak itu sendiri tidak pernah mengenal salah
satu orang tuanya, dalam hal ini ayahnya. Sebagai akibatnya penjelasan-penjelasan di
atas mungkin menjadi sulit diterima si anak. Bila sang ayah tidak hadir dalam diri anak
karena sudah meninggal, sesorang masih bisa berterus terang dengan keadaan tersebut.

2.13 Tehnik Pendidikan Seks


Strategi pendidikan seks, sebagaimana pendidikan dengan materi apapun, harus
disesuaikan dengan tujuan, tingkat kedalaman materi, usia anak, tingkat pengetahuan dan
kedewasaan anak, dan media yang dimiliki oleh pendidik. Apabila dikaitkan dengan
budaya lokal, penjelasan harus tidak tercerabut dari tradisi lokal yang positif, moral, dan
ajaran agama.
Secara edukatif, anak bisa diberi pendidikan seks sejak ia bertanya di seputar seks.
Bisa jadi pertanyaan anak tidak terucap lewat kata-kata, untuk itu ekspresi anak harus
20
ditangkap oleh orangtua atau pendidik. Clara Kriswanto, sebagaimana yang dikutip oleh
Nurhayati Syaifuddin, menyatakan bahwa pendidikan seks untuk anak usia 0-5 tahun
adalah dengan teknik atau strategi sebagai berikut.

1. Membantu anak agar ia merasa nyaman dengan tubuhnya.


2. Memberikan sentuhan dan pelukan kepada anak agar mereka merasakan kasih
sayang dari orangtuanya secara tulus.
3. Membantu anak memahami perbedaan perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan
di depan umum seperti anak selesai mandi harus mengenakan baju kembali di dalam
kamar mandi atau di dalam kamar. Anak diberi tahu tenang hal-hal pribadi, tidak boleh
disentuh, dan dilihat orang lain.
4. Mengajar anak untuk mengetahui perbedaan anatomi tubuh laki-laki dan perempuan.
5. Memberikan penjelasan tentang proses perkembangan tubuh seperti hamil dan
melahirkan dalam kalimat yang sederhana, bagaimana bayi bisa dalam kandungan ibu
sesuai tingkat kognitif anak. Tidak diperkenankan berbohong kepada anak seperti “adik
datang dari langit atau dibawa burung”. Penjelasan disesuaikan dengan keingintahuan
atau pertanyaan anak misalnya dengan contoh yang terjadi pada binatang.
6. Memberikan pemahaman tentang fungsi anggota tubuh secara wajar yang mampu
menghindarkan diri dari perasaan malu dan bersalah atas bentuk serta fungsi tubuhnya
sendiri.
7. Mengajarkan anak untuk mengetahui nama-nama yang benar pada setiap bagian
tubuh dan fungsinya. Vagina adalah nama alat kelamin perempuan dan penis adalah
alat kelamin pria, daripada mengatakan dompet atau nama burung.
8. Membantu anak memahami konsep pribadi dan mengajarkan kepada mereka kalau
pembicaraan seks adalah pribadi.
9. Memberi dukungan dan suasana kondusif agar anak mau berkonsultasi kepada
orangtua untuk setiap pertanyaan tentang seks.
10. Perlu ditambahkan, teknik pendidikan seks memberikan pemahaman kepada anak
tentang susunan keluarga (nasab) sehingga memahami struktur sosial dan ajaran
agama yang terkait dengan pergaulan laki-laki dan perempuan.
11. Membiasakan dengan pakaian yang sesuai dengan jenis kelaminnya dalam kehidupan
sehatri-hari dan juga melaksanakan salat akan mempermudah anak memahami dan
menghormati anggota tubuhnya.

21
Sebagaimana telah disebutkan, teknik pendidikan seks tersebut dilakukan dengan
menyesuaikan terhadap kemampuan dan pemahaman anak sehingga teknik penyampaian
dan bahasa amat perlu dipertimbangkan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Seksualitas adalah ekspresi seksual seseorang yang secara social dianggap dapat
diterima serta mengandung aspek-aspek kepribadian yang luas dan mendalam.
Pendidikan seks sangat penting untukdiberikan kepada anak. Dengan pemberian
pendidikan seks ini akan dapat membuat anak merasa puas dengan keberadaannya, anak
juga akan merasa senang dapat mengetahui jawaban keingin tahuannya dan akan
mengarahkan anak untuk tidak terjerumus kedalam pergaulan bebas.

3.2 Saran

22
DAFTAR PUSTAKA

Hidayana, I.M. dkk. 2004. Seksualitas Teori dan Realitas. Jakarta : FISIP UI
Mohamad, Kartono. 1998. Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan
Tretsakis, Maria. 2003. Seks Dan Anal-Anak. Bandung : Pionir Jaya
http://rental-sukses.blogspot.com/2010/12/pendidikan-seks-pada-anak-usia-dini.html
http://article.duniaaretha.com/2011/01/perlunya-pendidikan-seks-pada-anak.html
Schaafsma, Dilana, dkk. (2014). Identifying Effective Methods for Teaching Sex Education to
Individuals With Intellectual Disabilities: A Systematic Review, The Journal of Sex
Research. Diterbitkan oleh: Routledge. Diakses di: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pmc/articles/PMC4409057/

Sari, Meliana, and Feby Andriyani. ―Cara Guru Dalam Pengenalan

Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini.‖ Child Education

Journal 2, no. 1 (2020): 54.

Septiani, Reni Dwi. ―Pentingnya Komunikasi Keluarga Dalam Pencegahan Kasus Kekerasan Seks Pada
Anak Usia Dini.‖ Jurnal Pendidikan Anak 10, no. 1 (2021): 51.
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpa/article/view/40031.

Aidil Saputra. ―Aidil Saputra: Pendidikan Anak Pada Usia Dini.‖

Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam 10, no. 2 (2018): 193–

94. https://core.ac.uk/download/pdf/228822655.pdf.

Ajeng, Nhimas, Putri Aji, Tritjahjo Danny Soesilo, and Yustinus Windrawanto. ―Pelaksanaan Pendidikan Seks
Pada Anak Usia Dini Oleh Orang Tua Dan Guru Di Tk Pamekar Budi Demak.‖ Cendakia 2, no. 1
(2018): 111–17.

Latifah Permatasari Fajrin , Subar Junanto, Diyah Kurniasari.

―Implementasi Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini.‖ PAUD Lectura: Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini 3, no. 2 (2020): 80.

Riska Ayu Hapsari, Siti Wahyuningsih, Ruli Hafidah. ―Perbandingan Pemahaman Seks Anak Usia 4-5 Tahun
Ditinjau Dari Penerapan Pendidikan Seks.‖ Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 6, no. 3 (2021):
2080. https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i3.1363

Sugiasih, Inhastuti. ―Need Assessment Mengenai Pemberian

Pendidikan Seksual Yang Dilakukan Ibu Untuk Anak Usia 3 – 5

23
Tahun Need Assessment of Sexual Education By Mother.‖ Jurnal Psikologi Proyeksi 6, no. 1 (2021):
74. research.unissula.ac.id.

https://books.google.co.id/books?id=-
1lcEAAAQBAJ&pg=PA30&dq=buku+tentang+program+pembelajaran+seksualitas&hl=id&newb
ks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwj2nL70ydWDAxXExjg
GHcmeDiY4FBDoAXoECAoQAw#v=onepage&q=buku%20tentang%20program
%20pembelajaran%20seksualitas&f=false

https://books.google.co.id/books?
id=z3ETEAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=buku+tentang+program+pembelajaran+seksualit
as&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwjygr6U
ydWDAxXizzgGHdUOCkc4ChDoAXoECAMQAw#v=onepage&q&f=false

https://www.google.co.id/books/edition/Bicara_Seks_Dengan_Anak/beYC0AEACAAJ?
hl=id&kptab=overview

24

Anda mungkin juga menyukai