OLEH :
NOMOR ABSEN : 6
XI MIPA 4
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
a. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi siswa sebagai referensi untuk
mengetahui pentingnya edukasi seks.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini bisa digunakan oleh guru untuk merancang
bimbingan dan konseling mengenai edukasi seks sehingga membantu
dalam pembinaan siswa di bidang seks.
c. Bagi Sekolah
Sebagai bahan informasi untuk menciptakan proses belajar mengajar
yang kondusif guna tercapainya visi misi sekolah.
d. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam edukasi
seks di sekolah
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Seks
Pendidikan seks atau istilah nya sex education adalah salah satu bentuk
pengenalan fungsi seks dan organ-organ seksual untuk menjamin kesehatan dan
fungsi seks yang normal. Pendidikan seks bertujuan untuk mengajarkan
mengenai organ kesehatan reproduksi, penyakit menular seksual dan
HIV/AIDS, kehamilan, dan kontrasepsi yang dapat digunakan. Pendidikan
seksual juga dapat mencegah terjadinya tindak pelecehean dan kekerasan
seksual, pemerkosaan, seks diluar nikah, dan juga pernikahan di usia dini.
Selain itu, mengurangi dampak buruk dari penyerapan informasi yang tidak
aman dan tidak akurat melalui internet.
2.2. Siswa
Secara umum siswa atau peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur
pendidikan baik pendidikan informal, pendidikan formal maupun pendidikan
nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Pengertian
siswa di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni siswa atau peserta didik
berarti orang yang sedang berguru/belajar, bersekolah.
2.2.1 Definisi Siswa Menurut Para Ahli
a. Menurut Sinolungan (dalam Riska, dkk., 2013) peserta didik dalam arti
luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan
sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang
belajar di sekolah.
b. Menurut Hamalik (2001) siswa atau murid adalah salah satu komponen
dalam pengajaran, disamping faktor guru, tujuan dan metode
pengajaran. Sebagai salah satu komponen maka dapat dikatakan bahwa
murid adalah komponen yang terpenting diantara komponen lainnya.
Murid atau anak didik
c. menurut Djamarah (2011) adalah subjek utama dalam pendidikan setiap
saat. Sedangkan menurut Daradjat (dalam Djamarah, 2011) murid atau
anak adalah pribadi yang “unik” yang mempunyai potensi dan
mengalami berkembang. Dalam proses berkembang itu anak atau murid
membutuhkan bantuan yang sifat dan coraknya tidak ditentukan oleh
guru tetapi oleh anak itu sendiri, dalam suatu kehidupan bersama
dengan individu-individu yang lain.
Berdasarkan uraian diatas, murid atau peserta didik anak adalah salah satu
komponen yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar yang
ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya
secara optimal.
2.3. Pergaulan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
a. Populasi
Menurut Sugiyono (2018:130) bahwa populasi sebagai wilayah
secara umum yang terdiri atas obyek/subyek yang memiliki kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti lalu dibuat
kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa
di SMA Negeri 4 Singaraja, sebagai subjek dari penelitian mengetahui
pentingnya pendidikan seks untuk remaja.
b. Sampel
Menurut Darmawan (2013:138) sampel terdiri atas subjek penelitian
(responden) yang terpilih menjadi sumber data melalui teknik
penyamplingan. Dalam pengambilan sampel pada penelitian ini peneliti
menggunakan sebuah teknik yaitu teknik sampel purposive (purposive
samples) merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Mipa 4 SMA
Negeri 4 Singaraja.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
a. Kuesioner
Menurut Sugiyono (2017:142) angket atau kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Jadi
dapat disimpulkan bahwa kuesioner merupakan sebuah teknik
pengumpulan data yang berupa sekumpulan daftar pertanyaan atau
pernyataan tertulis yang diberikan pada subjek penelitian.
b. Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan untuk memperoleh gambaran real
terhadap fenomena/kejadian yang diteliti (Agustina, 2016. Hlm 4). Dalam
penelitian ini peneliti berperan sebagai observer partisipan/ role of a
participant observer yaitu peneliti ikut berpartisipasi menjadi bagian yang
dari kelompok yang diteliti. Peneliti sebagai pengamat dan partisipan,
belajar melalui pengalaman langsung.
3.4. Instrumen Penelitian
a. Secara Kualitatif
Analisis data kualitatif dianalisis melalui perolehan data dari data
yang sudah terjaring dari proses pengumpulan data, mulai dari tinjauan
pustaka, partisipasi, dan wawancara.
b. Jadwal Penelitian
3.6 Hipotesis
PEMBAHASAN
4.1. Jumlah siswa di kelas XI Mipa 4 yang mengetahui tentang
pendidikan seks
Jumlah siswa di kelas XI Mipa 4 yang mengetahui tentang pendidikan seks
terhitung banyak yakni sekitar 87,2% atau sekitar 34 dari 40 siswa. Hal ini dibuktikan
dengan hasil pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner/angket pada kelas XI
Mipa 4 yang telah dilakukan peneliti. Adapun lampiran hasil kuesioner peneliti
terhadap berapa jumlah siswa di kelas XI Mipa 4 yang mengetahui tentang pendidikan
seks:
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari seluruh data yang telah diperoleh oleh peneliti, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan seks memiliki peran penting di lingkungan pergaulan
sekolah bagi siswa kelas XI Mipa 4 di SMA Negeri 4 Singaraja. Hal ini didapatkan
dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, yakni dirangkum sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan siswa tentang seksualitas,
kesehatan reproduksi, dan hubungan antarpribadi yang sehat.
2. Mengurangi risiko terkena penyakit menular seksual (PMS) dan
kehamilan remaja yang tidak diinginkan dengan memberikan
pengetahuan tentang alat kontrasepsi.
3. Meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dan berinteraksi
secara sehat.
4. Mendorong pengambilan keputusan yang bertanggung jawab terkait
dengan perilaku seksual.
5. Memberi remaja informasi akurat terkait hal yang berhubungan dengan
seks sehingga mencegah penyerapan informasi yang salah
6. Mengurangi resiko remaja terpapar perilaku perilaku penyimpangan
seksual (homoseksual, fetisisme, pedofilia)
5.2. Saran
1. Bagi peserta didik, disarankan untuk dapat meningkatkan pengetahuan tentang
hal - hal yang berhubungan dengan pendidikan seks, hindari hal-hal negatif
yang tidak dianjurkan dalam edukasi seks, carilah lingkungan pergaulan yang
mendukung dalam kegiatan dan aktivitas yang positif dan agar semua itu
menghidarkan diri dari perilaku yang buruk.
2. Bagi guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk
merancang program bimbingan dan konseling berupa penyuluhan tentang
edukasi seks bagi siswa siswi nya sebagai upaya menciptakan lingkungan
sekolah yang aman dan nyaman
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran