Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL PENELITIAN BAHASA INDONESIA

PENTINGNYA PENDIDIKAN SEKS DI LINGKUNGAN


PERGAULAN SEKOLAH BAGI SISWA KELAS XI MIPA 4
DI SMA NEGERI 4 SINGARAJA

OLEH :

GEDE RIANDIKA ADIYATMA JAYA

NOMOR ABSEN : 6

XI MIPA 4

SMA NEGERI 4 SINGARAJA

TAHUN AJARAN 2022 / 2023


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan seks merupakan proses pembelajaran yang membahas


mengenai topik-topik terkait seksualitas manusia, seperti anatomi reproduksi,
hubungan seksual, kontrasepsi, infeksi menular seksual, dan isu-isu terkait
gender. Pendidikan seks bertujuan untuk memberikan pemahaman yang tepat
dan benar mengenai seksualitas, sehingga individu dapat membuat keputusan
yang cerdas dan bertanggung jawab terkait dengan hubungan seksual mereka.
Selain itu, pendidikan seks juga bertujuan untuk menghindari berbagai risiko
yang mungkin terjadi akibat kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai
seksualitas, seperti kehamilan remaja, penularan infeksi menular seksual, dan
kekerasan seksual. Pendidikan seks juga dapat membantu individu memahami
dan menghargai keragaman seksualitas manusia, serta mempromosikan
keadilan gender dan keberagaman dalam masyarakat.

Pendidikan seks memiliki peran penting terhadap lingkungan pergaulan


remaja karena dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan
aman untuk pergaulan remaja dimana pendidikan seks dapat menciptakan
lingkungan yang lebih inklusif dan menghargai keragaman seksualitas yang ada
pada manusia, sehingga remaja dapat merasa lebih nyaman dan aman untuk
menjadi diri mereka sendiri dalam lingkungan pergaulan mereka. Dalam
lingkungan yang lebih inklusif dan aman, remaja dapat membangun hubungan
yang lebih sehat dan saling menghargai, selain itu masa remaja merupakan
periode kritis dalam perkembangan seksual dan sosial-emosional. Remaja
cenderung terbuka dan ingin tahu tentang seksualitas, tetapi seringkali mereka
tidak memiliki sumber informasi yang tepat dan benar. Ketidaktahuan remaja
mengenai seks akan menggiring mereka kepada perasaan ingin mencoba-coba
hal baru. Mengingat pada saat remaja terjadi proses pubertas sehingga mereka
mengalami dorongan seks yang dipengaruhi hormon yang sedang meledak-
ledak. Menurut riset yang dilakukan oleh Durex Indonesia (2018) tentang
Kesehatan Reproduksi dan Seksual menunjukkan 84% remaja berusia 12-17
tahun belum mendapatkan edukasi seks. Menurut riset tersebut, edukasi seksual
mulai diperkenalkan di pada usia 14-18 tahun, sedangkan para ahli
menyarankan, edukasi seks tidak perlu menunggu anak masuk usia pubertas dan
lebih baik dilakukan sejak dini. Selain itu di era globalisasi saat ini, akses
informasi tentang pendidikan seks mudah di dapat, tetapi konten negatif di
internet dapat diakses oleh remaja. Remaja bergaul di lingkungan yang salah
berisiko perilaku seksual tidak sehat termasuk seks bebas. Menurut Departemen
Kesehatan Indonesia bahwa 4,5% remaja laki-laki dan 1,7% remaja perempuan
usia 15-19 tahun melakukan seks pranikah. Faktor penyebabnya termasuk
lingkungan pergaulan buruk, kurangnya perhatian orang tua, penyalahgunaan
media sosial, dan minat pada seks seiring pertambahan usia.

Meski demikian sebagian masyarakat Indonesia masih menentang


pendidikan seks karena dianggap akan merangsang keinginan seksual remaja.
Selain kurangnya persetujuan dari para pemangku kebijakan dan keterbatasan
anggaran dan sumber daya manusia. Beberapa pendidik dan orang tua juga
kurang terampil memberikan informasi yang akurat tentang seksualitas. Namun,
penting untuk diingat bahwa pendidikan seks memberikan informasi yang tepat
dan berimbang tentang seksualitas, membantu remaja menghindari risiko
perilaku seksual yang tidak sehat, dan telah dibuktikan dengan beberapa kajian
ilmiah. Adapun suatu hal yang mendasari saya untuk memilih judul ini sebagai
bahan penelitian adalah karena saya ingin mencari tahu lebih lanjut tentang
bagaimana peranan pendidikan seks di SMA Negeri 4 Singaraja dalam
lingkungan pergaulan di sekolah. Pada siswa SMA Negeri 4 Singaraja khusus
nya di kelas XI Mipa 4 yang mayoritas pelajar nya sudah mengalami pubertas
maka edukasi seks sudah seharus nya di sosialisasikan dan di implementasikan
untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyamanBerdasarkan
uraian tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut
mengenai “Sex Education” (pendidikan seks). Dalam penelitian ini penulis
mengambil judul “Penting nya pendidikan seks di lingkungan pergaulan
sekolah bagi siswa kelas XI Mipa 4 di SMA Negeri 4 Singaraja”.
1.2. Rumusan Masalah

1. Berapa jumlah siswa di kelas XI Mipa 4 yang mengetahui tentang


pendidikan seks?
2. Bagaimana pendidikan seks memiliki peran penting dalam pergaulan di
SMA Negeri 4 Singaraja?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui jumlah siswa di kelas XI Mipa 4 yang mengetahui tentang


pendidikan seks
2. Mengetahui apakah pendidikan seks memiliki peran penting dalam
pergaulan di SMA Negeri 4 Singaraja

1.4. Manfaat Penelitian

a. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi siswa sebagai referensi untuk
mengetahui pentingnya edukasi seks.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini bisa digunakan oleh guru untuk merancang
bimbingan dan konseling mengenai edukasi seks sehingga membantu
dalam pembinaan siswa di bidang seks.
c. Bagi Sekolah
Sebagai bahan informasi untuk menciptakan proses belajar mengajar
yang kondusif guna tercapainya visi misi sekolah.
d. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam edukasi
seks di sekolah
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Seks

2.1.1. Pengertian Seks

a. Seks secara etimologis, berasal dari bahasa Latin sexus kemudian


diturunkan menjadi bahasa Perancis Kuno sexe. Istilah ini merupakan
teks bahasa Inggris pertengahan yang bisa dilacak pada periode 1150-
1500 M. “Seks” secara leksikal bisa berkedudukan sebagai kata benda
(noun), kata sifat (adjective), maupun kata kerja transitif (verb of
transitive).
b. Secara terminologis seks adalah nafsu birahi, yaitu suatu kekuatan
pendorong hidup yang biasanya disebut dengan insting/ naluri yang
dimiliki oleh setiap manusia, baik dimiliki laki-laki maupun perempuan
yang mempertemukan mereka guna meneruskan kelanjutan keturunan
manusia.

2.1.2. Definisi Seks Menurut Para Ahli

a. Menurut Chaplin (2014:458) seks adalah perbedaan yang khas antara


perempuan dan laki-laki, atau antara organisme yang memproduksi
telur dan sel sperma. Dan seks juga dapat dikatan sebagai kesenangan
atau kepuasan organis yang berasosiasi dengan perangsangan terhadap
organ-organ kemaluan (alat kelamin).
b. Menurut Nugraha (2010:19) seks yakni suatu cara yang efektif untuk
mengekspresikan kasih sayang, kemesraan, cinta, dan ikatan emosional,
tetapi bukanlah satu-satunya cara untuk mengungkapkan perasaan
tersebut.
c. Menurut Sarwono (2016:174) seks yakni adalah tingkah laku yang di
dorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama
jenis.

Demikian menurut pendapat ahli, sehingga peneliti dapat menyimpulkan seks


menurut aspek pembagian jenis kelamin, yakni laki-laki dan perempuan, yang
ditentukan secara biologis dan berkaitan dengan karakter dasar fisik dan fungsi
manusia, mulai dari kromosom, kadar hormon, dan bentuk organ reproduksi
sementara secara aspek yang merujuk pada suatu tindakan yakni seksualitas,
seks adalah suatu tindakan seksual yang dilakukan manusia seperti
persetubuhan, seks non-penetrasi, seks oral, dan lain-lain.

2.1.3. Pengertian Pendidikan Seks

Pendidikan seks atau istilah nya sex education adalah salah satu bentuk
pengenalan fungsi seks dan organ-organ seksual untuk menjamin kesehatan dan
fungsi seks yang normal. Pendidikan seks bertujuan untuk mengajarkan
mengenai organ kesehatan reproduksi, penyakit menular seksual dan
HIV/AIDS, kehamilan, dan kontrasepsi yang dapat digunakan. Pendidikan
seksual juga dapat mencegah terjadinya tindak pelecehean dan kekerasan
seksual, pemerkosaan, seks diluar nikah, dan juga pernikahan di usia dini.
Selain itu, mengurangi dampak buruk dari penyerapan informasi yang tidak
aman dan tidak akurat melalui internet.

2.1.4. Definisi Pendidikan Seks Menurut Para Ahli

a. Menurut M. Bukhori, pendidikan seks adalah pendidikan yang


mempunyai obyek khusus dalam bidang perkelaminan secara
menyeluruh. Selanjutnya menurut M. Bukhori mengenai arti dari
pendidiakan seks ada berbagai pendapat, antara lain:
a) Ilmu yang membahas mengenai perbedaan kelamin laki- laki dan
perempuan ditinjau dari sudut anatomi, fisiologi dan psikologi.
b) Ilmu yang membahas tentang nafsu birahi.
c) Ilmu yang membahas mengenai kelanjutan keturunan, procreation
(perkembangbiakan manusia).
d) Ilmu yang membahas tentang penyakit kelamin.
e.) Penerangan yang bertujuan untuk membimbing serta mengasuh
setiap laki-laki dan perempuan, sejak dari remaja-remaja sampai dewasa
didalam perihal pergaulan antar kelamin pada umumnya dan kehidupan
seksual kususnya.
b. Menurut Abdullah Nasih Ulwan (2009:66). Pendidikan seks adalah
upaya pengajaran, penyadaran dan penerangan tentang masalah-masalah
seksual kepada remaja, sejak ia mengenal masalah-masalah yang
berkenaan dengan naluri seks dan perkawinan. Sehingga ketika remaja
telah tumbuh menjadi seorang pemuda dan dapat memahami urusan-
urusan kehidupan, ia telah mengetahui apa saja yang diharamkan dan
apa saja yang dihalalkan. Lebih jauh lagi, ia bahkan mampu
menerapkan tingkah laku Islami sebagai akhlak dan kebiasaan hidup,
serta tidak diperbudak syahwat dan tenggelam dalam gaya hidup
hesdonis.
c. Menurut Nina Surtiretna (2012:13), pendidikan seks yaitu upaya
memberikan pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis dan
psikososial sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Dengan kata lain, pendidikan seks pada dasarnya merupakan upaya
untuk memberikan pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan
menanamkan moral, etika serta komitmen agar tidak terjadi
penyalahgunaan organ reproduksi tersebut. Dengan demikian,
pendidikan seks ini bisa juga disebut pendidikan kehidupan berkeluarga.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat peneliti dapat menyimpulkan,


pendidikan seks bertujuan untuk mengetahui fungsi organ seks, tanggung
jawabnya, hal yang berkaitan dengan organ seks, dan panduan menghindari
penyimpangan perilaku seksual sejak dini. Selain itu, pendidikan seks juga
memberikan bekal pengetahuan serta membuka wawasan seputar masalah seks
secara benar dan jelas. Pemberian pendidikan seks yang benar berarti
menghindarkan anak dari berbagai risiko negatif perilaku seksual, seperti
kehamilan di luar nikah, pelecehan seksual dan penyakit menular seksual.

2.2. Siswa

Secara umum siswa atau peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur
pendidikan baik pendidikan informal, pendidikan formal maupun pendidikan
nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Pengertian
siswa di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni siswa atau peserta didik
berarti orang yang sedang berguru/belajar, bersekolah.
2.2.1 Definisi Siswa Menurut Para Ahli

a. Menurut Sinolungan (dalam Riska, dkk., 2013) peserta didik dalam arti
luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan
sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang
belajar di sekolah.
b. Menurut Hamalik (2001) siswa atau murid adalah salah satu komponen
dalam pengajaran, disamping faktor guru, tujuan dan metode
pengajaran. Sebagai salah satu komponen maka dapat dikatakan bahwa
murid adalah komponen yang terpenting diantara komponen lainnya.
Murid atau anak didik
c. menurut Djamarah (2011) adalah subjek utama dalam pendidikan setiap
saat. Sedangkan menurut Daradjat (dalam Djamarah, 2011) murid atau
anak adalah pribadi yang “unik” yang mempunyai potensi dan
mengalami berkembang. Dalam proses berkembang itu anak atau murid
membutuhkan bantuan yang sifat dan coraknya tidak ditentukan oleh
guru tetapi oleh anak itu sendiri, dalam suatu kehidupan bersama
dengan individu-individu yang lain.

Berdasarkan uraian diatas, murid atau peserta didik anak adalah salah satu
komponen yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar yang
ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya
secara optimal.

2.3. Pergaulan

Pergaulan dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari


kata dasar Gaul yang artinya hidup bersahabat atau bersahabat. Pergaulan
merupakan salah satu cara seorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
Manusia adalah makhluk sosial memiliki kecenderungan hidup bersama satu
sama lain. Mereka tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Kata
pergaulan bisa di samakan dengan interaksi.

2.3.1. Definisi Pergaulan Menurut Para Ahli

a. Menurut Thibaut dan Kelley (2010) mendefinisikan interaksi sebagai


peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau
lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain,
atau berkomunikasi satu sama lain. Dalam setiap kasus interaksi,
tindakan seseorang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.
b. Menurut Abdulah (2011:83), pergaulan adalah kontak langsung antara
individu yang satu dengan individu yang lainnya. Pergaulan sehari-hari
ini yang dilakukan individu satu dengan individu lainnya adakalahnya
setingkat usianya, pengetahuannya, pengalamannya, dan sebagainya.
Pergaulan seharihari ini dapat terjadi antara individu dengan kelompok
maupun kelompok dengan kelompok.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang


dimaksud dengan pergaulan adalah gejala yang timbul sebagai akibat adanya
hubungan atau interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam kehidupan
bermasyarakat.

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian

Penelitian adalah suatu kegiatan yang sistematis untuk menemukan atau


mendapatkan suatu data untuk keperluan dan tujuan tertentu dengan cara
mempelajari berbagai bahan dan sumber untuk membangun fakta-fakta dan
mencapai kesimpulan baru. Menurut Darmadi (2013:153), Metode penelitian
adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan kegunaan
tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri- ciri
keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis.
Dalam melaksankan penelitian ini, peneliti menggunakan rancangan
penelitian kualitatif dengan menggunakan desain penelitian studi kasus.
Menurut Mulyadi (2012) studi kasus (case study) merupakan strategi penelitian
di mana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program,
peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Oleh karena itu peneliti
menggunakan desain studi kasus, karena peneliti ingin mengetahui pentingnya
sex education bagi remaja di SMA Negeri 4 Singaraja
3.2. Partisispasi

a. Populasi
Menurut Sugiyono (2018:130) bahwa populasi sebagai wilayah
secara umum yang terdiri atas obyek/subyek yang memiliki kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti lalu dibuat
kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa
di SMA Negeri 4 Singaraja, sebagai subjek dari penelitian mengetahui
pentingnya pendidikan seks untuk remaja.
b. Sampel
Menurut Darmawan (2013:138) sampel terdiri atas subjek penelitian
(responden) yang terpilih menjadi sumber data melalui teknik
penyamplingan. Dalam pengambilan sampel pada penelitian ini peneliti
menggunakan sebuah teknik yaitu teknik sampel purposive (purposive
samples) merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Mipa 4 SMA
Negeri 4 Singaraja.
3.3. Teknik Pengumpulan Data

a. Kuesioner
Menurut Sugiyono (2017:142) angket atau kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Jadi
dapat disimpulkan bahwa kuesioner merupakan sebuah teknik
pengumpulan data yang berupa sekumpulan daftar pertanyaan atau
pernyataan tertulis yang diberikan pada subjek penelitian.

b. Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan untuk memperoleh gambaran real
terhadap fenomena/kejadian yang diteliti (Agustina, 2016. Hlm 4). Dalam
penelitian ini peneliti berperan sebagai observer partisipan/ role of a
participant observer yaitu peneliti ikut berpartisipasi menjadi bagian yang
dari kelompok yang diteliti. Peneliti sebagai pengamat dan partisipan,
belajar melalui pengalaman langsung.
3.4. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2018:102), instrumen penelitian adalah suatu alat


yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dalam
menggumpulkan data, peneliti menggunakan skala likert. Skala likert
merupakan skala yang dirancang untuk memungkinkan sampel maupun subjek
penelitian menjawab berbagai tingkatan pada setiap objek yang akan diukur
yang bersifat objektif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrument
penelitian dengan skala likert yang berupa kuesioner/angket menggunkan
Google form tentang pengetahuan siswa XI Mipa 4 terhadap sex education.

3.5. Analisis Data

a. Secara Kualitatif
Analisis data kualitatif dianalisis melalui perolehan data dari data
yang sudah terjaring dari proses pengumpulan data, mulai dari tinjauan
pustaka, partisipasi, dan wawancara.

b. Jadwal Penelitian

No Hari/Tanggal Jenis kegiatan Waktu Tempat

1 Kamis, 16 Observasi terhadap 07.00 – SMA Negeri


Februari 2023 pergaulan siswa siswi di 15.30 4 Singaraja
kelas XI Mipa 4
2 Jumat, 17 Pembuatan kuesioner 18.00-23.00 Rumah
Februari 2023 untuk pengumpulan data peneliti
secara online
3 Sabtu, 18 Pengumpulan data 06.00-23.00 Rumah
Februari 2023 secara online melalui peneliti
kuesioner sesi 1 oleh
seluruh siswa kelas XI
Mipa 4
4 Minggu, 19 Pengumpulan data 06.00-23.00 Rumah
Februari 2023 secara online melalui peneliti
kuesioner sesi 2 oleh
seluruh siswa kelas XI
Mipa 4
5 Senin, 20 Menganalisis data yang 15.00-18.00 Rumah
Februari 2023 telah terkumpul melalui peneliti
observasi dan kuesioner
online
6 Senin, 26 Membuat hasil laporan 18.00-23.00 Rumah
Februari dan menarik kesimpulan peneliti
dari data yang telah
diperoleh

3.6 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2009) Hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat


sementara terhadapan rumusan masalah penelitian, yang mana rumusan masalah
penelitian sudah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dalam penelitian ini,
hipotesis yang ditentukan oleh peneliti ialah bahwa sex education (edukasi seks)
memiliki peran yang penting terhadap pergaulan remaja kelas XI Mipa 4 di
SMA Negeri 4 Singaraja.
BAB IV

PEMBAHASAN
4.1. Jumlah siswa di kelas XI Mipa 4 yang mengetahui tentang
pendidikan seks
Jumlah siswa di kelas XI Mipa 4 yang mengetahui tentang pendidikan seks
terhitung banyak yakni sekitar 87,2% atau sekitar 34 dari 40 siswa. Hal ini dibuktikan
dengan hasil pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner/angket pada kelas XI
Mipa 4 yang telah dilakukan peneliti. Adapun lampiran hasil kuesioner peneliti
terhadap berapa jumlah siswa di kelas XI Mipa 4 yang mengetahui tentang pendidikan
seks:

saya mengetahui tentang pendidikan seks


(Pengetahuan tentang organ seksual dan cara merawat nya, norma budaya dan sosial yang ada di masyarakat, tentang
penyakit menular seksual dan cara mencegah serta mengobati nya, cara menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah
kehamilan, dan untuk mencegah tindak pelecehan seksual yang dapat terjadi).
39 jawaban

Berdasarkan lampiran diagram tersebut, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas


XI Mipa 4 mengetahui cukup baik mengenai pendidikan seks. Karena dilihat dari
lampiran kuesioner, banyak dari siswa yang setuju dan mengetahui tentang pendidikan
seks. Hal ini dibuktikan dengan dimana pada lampiran pertama diberikan pernyataan
“saya mengetahui tentang pendidikan seks (pengetahuan tentang organ seksual dan
cara merawat nya, norma budaya dan sosial yang ada di masyarakat, tentang penyakit
menular seksual dan cara mencegah serta mengobati nya, cara menggunakan alat
kontrasepsi untuk mencegah kehamilan, dan untuk mencegah tindak pelecehan seksual
yang dapat terjadi).” yang dimana dari 39 responden, 59% memilih setuju dan 28,2%
memilih sangat setuju.
4.2. Peran Penting Pendidikan Seks Dalam Pergaulan Remaja Di SMA
Negeri Singaraja
pendidikan seks memiliki peran penting dalam pergaulan remaja di SMA
Negeri 4 Singaraja. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengumpulan data melalui
observasi dan penyebaran kuesioner / angket pada kelas XI Mipa 4 yang telah
dilakukan peneliti. Adapun lampiran tabel hasil observasi peneliti terhadap Peran
Penting Pendidikan Seks Dalam Pergaulan Remaja Di SMA Negeri Singaraja sebagai
berikut:

No. Indikator Keterangan


Setuju Kurang setuju Tidak setuju
1. Siswa bergaul dan ✓
mengobrol yang sesuai
dengan umur nya (tidak
membahas hal hal yang
vulgar)
2 Siswa tidak mengungkit ✓
atau menyentuh bagian
tubuh yang dianggap
privasi saat bercanda
dengan sesama teman nya
3 Siswa yang bergaul ✓
dengan lawan jenis nya di
kelas mengetahui ada
batasan batasan yang
mereka harus patuhi saat
akan bergaul
4 Siswa yang memiliki ✓
pasangan (pacar) dan
kemudian sedang
berduaan di kelas tidak
melakukan hal hal tidak
sesuai umur nya (seperti
melakukan tindakan seks
pranikah)
5 Di kelas XI Mipa 4 belum ✓
adanya kasus kasus yang
berhubungan mengenai
penyelewengan perilaku
seksual (seperti seks
bebas, kekerasan seksual,
kehamilan di luar nikah)

Berdasarkan lampiran tabel tersebut didapatkan kesimpulan dari setiap


indikator yang ada. Pada indikator nomor 1, peneliti kurang setuju bahwa siswa
bergaul dan mengobrol yang sesuai dengan umur nya yakni seperti dengan tidak
membahas hal hal yang harus nya belum boleh dibahas serta mengucapkan kata kata
vulgar saat berinteraksi. Hal ini dikarenakan masih ada sejumlah siswa yang bergaul
dan juga membahas hal hal dewasa (vulgar) yang tentu nya tidak sesuai umur mereka.
Pada indikator nomor 2, peneliti kurang setuju bahwa siswa tidak mengungkit atau
menyentuh bagian tubuh yang dianggap privasi saat bercanda dengan sesama teman
nya, hal ini karena masih terdapat beberapa oknum siswa yang secara sadar maupun
tidak sadar melakukan hal tersebut kepada siswa lain nya dengan menyentuh area
privasi siswa lain seperti dada, bokong atau daerah kelamin nya dan juga beberapa
dalam bentuk kata kata verbal yang vulgar. Pada indikator nomor 3, peneliti setuju
bahwa siswa yang bergaul dengan lawan jenis nya di kelas mengetahui ada batasan
batasan yang mereka harus patuhi saat akan bergaul. Pada indikator nomor 4, peneliti
setuju bahwa siswa yang memiliki pasangan (pacar) dan kemudian sedang berduaan di
kelas tidak melakukan hal hal tidak sesuai umur nya. Hal ini dikarenakan saat
observasi para siswa yang memiliki pasangan di kelas terlihat tidak melakukan
kegiatan kegiatan yang sekira nya diluar batas seperti melakukan tindakan seks
pranikah ataupun melakukan tindakan seksual lain nya. Pada indikator nomor 5,
peneliti setuju bahwa Di kelas XI Mipa 4 belum adanya kasus kasus yang
berhubungan mengenai penyelewengan perilaku seksual (seperti seks bebas, kekerasan
seksual, kehamilan di luar nikah). Karena sejauh ini di kelas XI Mipa 4 siswa siswi
nya tidak pernah berbuat hal hal negatif yang berkaitan dengan penyelewengan
perilaku seksual. Berdasarkan data yang telah didapat melalui observasi, peneliti
melanjutkan pengumpulan data melalui penyebaran kuisioner/angket untuk
mendapatkan data yang lebih akurat dan lengkap. Adapun hasil dari penngambilan
data melalui angket ini dilampirkan dalam diagram/grafik berikut.
pendidikan seks memiliki peran dalam menjaga remaja agar bergaul dan bersosialisasi yang positif
39 jawaban
Berdasarkan lampiran diagram tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
seks memiliki peran penting dalam pergaulan remaja di SMA Negeri 4 Singaraja.
Karena dilihat dari lampiran kuesioner, banyak dari siswa yang setuju dan mengetahui
bahwa pendidikan seks memiliki peran penting dalam pergaulan remaja di SMA
Negeri 4 Singaraja seperti agar remaja dapat mengetahui dan menghormati bagian
vital dari tubuh nya dan orang lain, mencegah remaja terpapar pergaulan bebas dan
dampak dampak negatif nya, memberi remaja pengetahuan mengenai batasan batasan
(norma) dalam bergaul atau berinteraksi dengan lawan jenis dan berbagai pengetahuan
lainnya yang menjadi peranan penting pendidikan seks. Hal ini dibuktikan dengan
dimana pada lampiran pertama diberikan pernyataan “saya mengetahui batasan
batasan saat berinteraksi/ bergaul dengan lawan jenis” yang dimana dari 39 responden,
66,7% memilih sangat setuju dan 33,3% memilih setuju. Pada lampiran kedua
diberikan pernyataan “Pendidikan seks memiliki peran dalam menjaga remaja agar
tidak terpengaruh pergaulan bebas agar terhindar dari dampak dampak negatif nya
(hamil sebelum menikah, penularan penyakit menular seksual) ”, yang dimana dari 39
responden 74,4% responden memilih sangat setuju dan 25,6 % responden memilih
setuju. Pada lampiran ketiga diberikan pernyataan “Pendidikan seks penting untuk
memberikan pengetahuan bagi remaja yang memiliki pasangan karena memberikan
pedoman untuk memiliki hubungan (pacaran) yang positif ”, yang dimana dari 39
responden 69,2% responden memilih sangat setuju dan 30,8% responden memilih
setuju. Pada lampiran keempat diberikan pernyataan “Pendidikan seks penting untuk
mengenali dan mencegah perilaku pelecehan seksual”, yang dimana dari 39 responden
69,2% responden memilih sangat setuju dan 30,8% responden memilih setuju. Pada
lampiran kelima diberikan pernyataan “Pendidikan seks penting karena menjelaskan
mengenai batasan batasan saat berinteraksi/bergaul dengan lawan jenis”, yang dimana
dari 39 responden 66,7% responden memilih sangat setuju dan 33,3% responden
memilih setuju. Pada lampiran keenam diberikan pernyataan “menurut saya
pendidikan seks penting karena mengajarkan hal hal praktikal seperti cara
menggunakan berbagai alat kontrasepsi (pil kb, kondom) dan menggunakan alat
deteksi kehamilan”, yang dimana dari 39 responden 59% responden memilih sangat
setuju dan 38,5% responden memilih setuju. Pada lampiran ketujuh diberikan
pernyataan “menurut saya pendidikan seks penting untuk mencegah penyerapan
informasi terkait seksualitas yang tidak benar”, yang dimana dari 39 responden 66,7%
responden memilih sangat setuju dan 30,8% responden memilih setuju. Pada lampiran
kedelapan diberikan pernyataan “Pendidikan seks memiliki peran dala menjaga remaja
agar bergaul dan bersosialisasi yang positif”, yang dimana dari 39 responden 74,4%
responden memilih sangat setuju dan 25,6 % responden memilih setuju. Pada lampiran
kesembilan diberikan pernyataan “Pendidikan seks penting agar siswa selaku remaja
terhindar dari perilaku penyimpangan seksual (homoseksual, fetisme, pedofilia)”, yang
dimana dari 39 responden 64,1% responden memilih sangat setuju dan 35,9%
responden memilih setuju. Dari angket dan kuesioner ini dapat dipastikan pendidikan
seks di SMA Negeri 4 Singaraja memiliki peran yang penting dan tentu harus lebih
sering disosialisasikan dan implementasi nya lebih disesuaikan sehingga dapat
mengikuti arus perkembangan zaman.
BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari seluruh data yang telah diperoleh oleh peneliti, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan seks memiliki peran penting di lingkungan pergaulan
sekolah bagi siswa kelas XI Mipa 4 di SMA Negeri 4 Singaraja. Hal ini didapatkan
dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, yakni dirangkum sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan siswa tentang seksualitas,
kesehatan reproduksi, dan hubungan antarpribadi yang sehat.
2. Mengurangi risiko terkena penyakit menular seksual (PMS) dan
kehamilan remaja yang tidak diinginkan dengan memberikan
pengetahuan tentang alat kontrasepsi.
3. Meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dan berinteraksi
secara sehat.
4. Mendorong pengambilan keputusan yang bertanggung jawab terkait
dengan perilaku seksual.
5. Memberi remaja informasi akurat terkait hal yang berhubungan dengan
seks sehingga mencegah penyerapan informasi yang salah
6. Mengurangi resiko remaja terpapar perilaku perilaku penyimpangan
seksual (homoseksual, fetisisme, pedofilia)
5.2. Saran
1. Bagi peserta didik, disarankan untuk dapat meningkatkan pengetahuan tentang
hal - hal yang berhubungan dengan pendidikan seks, hindari hal-hal negatif
yang tidak dianjurkan dalam edukasi seks, carilah lingkungan pergaulan yang
mendukung dalam kegiatan dan aktivitas yang positif dan agar semua itu
menghidarkan diri dari perilaku yang buruk.
2. Bagi guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk
merancang program bimbingan dan konseling berupa penyuluhan tentang
edukasi seks bagi siswa siswi nya sebagai upaya menciptakan lingkungan
sekolah yang aman dan nyaman

DAFTAR PUSTAKA

Rina Istianawati, S.pd.,M.pd. 2022. Pergaulan Remaja Masa Kini. SMAN 20


Kabupaten Tangerang.
Septian Raha. 2015. Makalah Pergaulan Bebas. www.academia.edu
Ardilah D.S. 2017. Pengaruh Pendidikan Seks Dengan Metode Buzz Group
Terhadap Peran Pendidik Orang Tua Dalam Pencegahan Kekerasan Seksual.
Universitas Airlangga.
Maria Ulfa. 2021. Materi Pendidikan Seks Anak di Usia Dini & Manfaatnya.
Tirto.id
Dewi Rahayu. 2022. Pentingnya Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini Di Era
Digital. Program Pascasarjana Magister Teknologi Pendidikan Universitas
Jambi
Dr. Kevin Adrian. Pentingnya Pendidikan Seksual untuk Anak. Alodokter.com
Amy Sarah. 2017. Teenage Sex Education: Sex Ed in the Real World.
uvahealth.com
Dr. Jati Satriyo. 2019. Pengenalan Sex Education dan Alat Kontrasepsi kepada
Anak. Alodokter.com
Yulia Risma Dame. 2012. Pengaruh pendidikan seksualitas dasar dengan
metode dinamika kelompok terhadap penurunan kecenderungan perilaku
seksual pada remaja. Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala
Yogyakarta.
Latifah Mawardiah A. 2018. Meminimalisir Pergaulan Bebas Melalui Sex
Education. Kompasiana.com.

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai