PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah seks masih dianggap tabu dikalangan masyarakat dan
dibicarakan di depan anak-anak apalagi untuk mengajarkannya kepada anak-
anak. Masyarakat beranggapan bahwa pendidikan seks belum pantas diberikan
kepada anak kecil. Padahal pendidikan seks yang diberikan sejak dini sangat
berpengaruh dalam kehidupan anak ketika dia memasuki masa remaja. Apalagi
anak-anak sekarang kritis, dari segi pertanyaan dan tingkah laku. Itu semua
karena pada masa ini anak-anak memiliki rasa keingintahuan yang besar.
Pendidikan seks yang tidak diberikan di usia dini mengakibatkan tingginya
kekerasan seksual pada anak yang dilakukan orang-orang terdekat termasuk
keluarga. Fenomena ini menunjukkan pentingnya pemahaman akan pendidikan
seks.1
Masalah pendidikan seks pada saat ini kurang diperhatikan orang tua
sehingga mereka menyerahkan semua pendidikan kepada sekolah termasuk
pendidikan seks. Padahal yang bertanggungjawab akan pendidikan seks adalah
orang tua, sedangkan sekolah hanya sebagai pelengkap dan disekolah tidak ada
kurikulum tentang pendidikan seks sehingga pendidikan seks kadang terabaikan.
Untuk menghadapi masa depannya, pengetahuan dan informasi tentang
seks sangat penting diketahui oleh generasi penerus bangsa. Akan tetapi anak-
anak dan remaja rentan terhadap kesalahan informasi tentang pengetahuan
seks. Jika tidak mendapatkan pendidikan seks yang benar, mereka akan percaya
akan mitos-mitos tentang seks yang tidak benar. Informasi tentang seks
sebaiknya didapatkan dari orang tua, guru atau sumber informasi yang benar.1
Di Indonesia banyak anak-anak tidak mendapatkan pendidikan seks yang
benar dan cukup. Mereka justru mendapat informasi tentang seks dari teman
sebaya, internet, dan majalah. Padahal sumber informasi tersebut belum tentu
benar dan dapat dipertanggungjawabkan.1
Pemberian pendidikan atau informasi mengenai masalah seks masih
menjadi pro dan kontra di masyarakat Indonesia. Pandangan yang kurang setuju
dengan pendidikan seks mengkhawatirkan bahwa pendidikan seks yang
diberikan kepada anak akan mendorong mereka melakukan hubungan seks lebih
dini.2
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
1. Fase pertama atau Tamyiz (masa pra pubertas). Fase ini ada pada
usia antara 7-10 tahun. Pada tahap ini diajarkan mengenali identitas
diri berkaitan erat dengan organ biologis mereka serta perbedaan
antara laki-laki dan perempuan. Pada masa ini juga anak diberi
pelajaran tengtang meminta izin dan memandang sesuatu ketika akan
memasuki kamar orang tuanya.
2. Fase kedua atau murhaqah (pubertas), ada pada usia 10-14 tahun.
Pada tahap umur ini, harus dijelaskan mengenai fungsi biologis
secara ilmiah, batas aurat, kesopanan, ahlak pergaulan laki laki dan
menjaga kesopanan serta harga diri. Pada masa ini anak sebaiknya
dijauhkan dari berbagai rangsangan seksualseperti bioskop,
bukubuku porno, buku buku yang memperlihatkan
perempuanperempuan yang berpakaian mini dan sebagainya.
3. Fase ketiga atau bulugh (Masa Adolesen), pada usia 14-16 tahun.
Pada tahap ini adalah paling kritis dan penting, karena naluri ingin
tahu dalam diri anak semakin meningkat ditambah dengan tahapan
umur yang semakin menampakan kematangan berfikir. Pada masa ini
juga anak sudah siap menikah (ditandai dengan mulai berfungsinya
alat-alat reproduksi), maka anak bisa diberi pelajaran tentang etika
hubungan sosial.
4. Fase keempat (masa pemuda), pada masa ini diberi pelajaran tentang
etika isti‟faah (menjaga diri) jika belum mampu melaksanakan
pernikahan.
5. Fase kelima (analisa)
BAB III
BAB V PENUTUP