Email: paud.trinita@gmail.com
Nomor HP : +628994483337
Abstract: Sexual Education for Early Childhood Education: Me and Myself. The implementation
of sexual education in early childhood education is crucial for preventing sexual abuse. The goal
of this qualitative study was to describe the implementation of sexual education for early childhood
in PAUD IT Qurrota A’yun Bandar Lampung . This study used qualitative descriptive approach.
Data were collected by observation, documentation, and interviews with 5 informants. Data
validity used triangulation and were analyzed by interactive model of Miles and Huberman. These
results indicated that the implemantation of sexual education were applied by not using child
oriented approach, but also teacher-centered approach. Learning strategy were integrated
thematic with storytelling, discussion or question and answer, drawing, playing games, singing,
poetry, and watching some videos together method.
Keywords: early childhood, implemantation, sexual education
Abstrak: Pendidikan Seks Anak Usia Dini: Aku dan Diriku. Pelaksanaan pendidikan seksual
di pendidikan anak usia dini sangat penting untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual.
Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pendidikan seks pada anak
usia dini di PAUD IT Qurrota A’yun Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif. Data dikumpulkan menggunakan observasi, dokumentasi, serta wawancara
dengan 5 orang informan kunci. Keabsahan data menggunakan triangulasi dan dianalisis dengan
model interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan
pendidikan seks dilakukan tidak hanya menggunakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi
pada anak, tapi juga berorientasi pada guru. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah tematik
terpadu dengan metode bercerita, diskusi atau tanya jawab, menggambar, bermain permainan,
bernyanyi, syair, dan nonton beberapa video bersama-sama.
Kata kunci : anak usia dini, pelaksanaan, pendidikan seksual
PENDAHULUAN Kurangnya pemahaman anak tentang
pelecehan seksual dan bahaya laten di sekitar
Kurangnya pemahaman anak tentang bahaya mereka lah yang membuat anak hanya diam
laten yang ada disekitarnya membuat anak ketika mereka dilecehkan. Oleh karena itu,
menjadi mangsa para predator seksual yang diskusi, bimbingan, serta arahan berkaitan
ada disekitar mereka, oleh karena itu sekolah dengan seks ternyata sangatlah penting untuk
dan guru memiliki peran penting untuk diberikan disaat perkembangan seksual anak
mencegah terjadinya kekerasan seksual mulai berkembang. Dalam dunia pendidikan,
terhadap anak dengan memperkenalkan sekolah dan guru memiliki peranan penting
pendidikan seks kepada anak usia dini, hal ini untuk mencegah terjadinya pelecehan atau
sangatlah penting mengingat kejahatan kekerasan seksual terhadap anak dengan
seksual makin marak dan korbannya dimulai memberikan pendidikan seks.
dari anak-anak usia 3 tahun.
Program pendidikan seks di sekolah adalah
Badan Pusat Statistik (2010) memperkirakan cara utama memberikan kepada anak
penduduk Indonesia mencapai jumlah total informasi dan keterampilan tentang seks yang
237.641.326 jiwa, dan dari data tersebut aman, cara berkomunikasi tentang seks, dan
31.803.759 jiwa merupakan anak usia dini (0- cara mengelola hubungan (Douglas, 2002).
6 tahun). Dengan jumlah anak sebanyak itu Secara global sudah banyak intervensi yang
yang tersebar di ribuan pulau di Nusantara, telah dikembangkan untuk pendidikan seks di
jelas bahwa tanggung jawab Pemerintah sekolah (Schutte et al., 2013).
untuk melindungi anak-anak merupakan tugas
raksasa yang sangat kompleks dan sulit. Peran PAUD IT Qurrota A’yun adalah salah satu
pemerintah sangat diperlukan dalam sekolah yang memiliki program pendidikan
pembuatan peraturan perundang-undangan seks untuk anak usia dini, program tersebut
yang dapat menjamin penyelenggaraan bernama “Aku dan Diriku” atau biasa disebut
perlindungan anak. Namun dalam ADD. Tujuan diadakannya pendidikan seks
penyelenggaraannya bukan hanya pemerintah dalam program ADD ini adalah untuk
yang bertanggung jawab, tetapi orang tua, memperkenalkan anak usia dini tentang seks,
keluarga, serta masyarakat juga memiliki hal ini sangatlah penting mengingat kejahatan
kewajiban dan tanggung jawab lebih. seksual makin marak dan korbannya dimulai
dari anak-anak usia 3 tahun. Penelitian ini
Sekitar satu dari tiga anak perempuan dan satu bertujuan untuk memberikan gambaran
dari tujuh anak laki-laki akan mengalami tentang pelaksanaan pendidikan seksual yang
pelecehan seksual selama masa kanak-kanak. ada di PAUDIT Qurrota A’yun, mulai dari
Banyak dari anak-anak ini tidak akan pernah latar belakang diselenggarakannya
memberitahu siapa pun tentang apa yang pendidikan seksual di sekolah, hingga seperti
terjadi pada mereka, sering sebagai akibat dari apa perencanaan dan pelaksanaan bentuk
ancaman atau manipulasi oleh pelaku pendidikan seks untuk anak usia 4-5 tahun di
(Finkelhor, Hammer, & Sedlak, 2008). sekolah ini.
Akibatnya, banyak kasus pelecehan seksual
yang ada di sekitar kita, namun tidak pernah Hainstock (2002) mengatakan bahwa menurut
terungkap apalagi melapor ke polisi. Montessori masa usia dini merupakan periode
sensitif, selama masa inilah anak usia dini
dengan mudah menerima stimulus-stimulus
dari lingkungannya, dimana kemampuan otak
anak dalam menerima semua pengetahuan
dari lingkungannya diikuti dengan rasa ingin ini dapat menjadi kebiasaan hingga anak
tahu yang tinggi. Rasa ingin tahu yang sangat dewasa.
tinggi ini ditunjukkan anak dengan aktif Pengalaman seks yang keliru pada anak dapat
bertanya tentang berbagai hal yang mereka mengembangkan persepsi yang salah tentang
temui atau dapatkan. Rasa ingin tahu anak alat kelamin, proses reproduksi, dan seksitas,
usia dini meliputi semua bidang yang menurut hal ini dapat membuat anak mengalami
anak menarik atau menyenangkan, salah penyimpangan seks di kemudian hari. Bentuk
satunya yang berkaitan dengan seksitas. Hal penyimpangan seks adalah memeluk,
ini sesuai dengan pendapat Sujiono (2009) mencium, memegang payudara atau alat
yang mengatakan bahwa menurut Montessori kelamin, serta memperkosa atau menyodomi
anak usia dini senang sekali belajar, ini dapat dapat dikatakan sebagai kekerasan seks.
dilihat melalui rasa ingin tahu dan mencoba Santrock (2007) yang menjelaskan bahwa
anak-anak yang tinggi. kepribadian kita saat dewasa ditentukan oleh
terpenuhinya kesenangan ini (mulut, anus,
Andriana (2006) menjelaskan bahwa kelamin) dan tuntutan kenyataan. Jika
perkembangan gender dan seksitas pada anak- kebutuhan akan kesenangan pada setiap tahap
anak dimulai dari hal yang paling mendasar, tidak terpuaskan atau malah terlalu
sepeti pada anak usia tiga tahun yang sudah terpuaskan, seseorang dapat terfiksasi, atau
dapat membedakan jenis kelamin dan terkunci pada tahap perkembangan tersebut.
perbedaan fisik yang terjadi. Seksitas
berkembang sejak masa anak usia dini sampai Nawita (2013) menjelaskan bahwa
dewasa. Perkembangan ini meliputi pendidikan seks adalah upaya memberikan
perkembangan fisik dan psikis, informasi atau mengenalkan (nama dan
perkembangan secara psikis berupa fungsi) anggota tubuh, pemahaman perbedaan
perkembangan psikoseks yang terjadi pada jenis kelamin, penjabaran perilaku (hubungan
masa anak-anak. Upton (2012) mengatakan dan keintiman) seks, serta pengetahuan
bahwa terdapat psikolog perkembangan tentang nilai dan norma yang ada di
psikoseks yang kontroversial dari bapak masyarakat berkaitan dengan gender.
psikoanalisis, yaitu Sigmund Freud, adapun Finkelhor (2009) mengatakan bahwa tujuan
tahap perkembangan psikoseks menurut upaya pencegahan pelecehan seks terhadap
Freud (1917) adalah tahap oral, anal, falik atau anak di bidang pendidikan (pendidikan seks)
odipal, latensi, dan pubertas/genital.Freud adalah agar anak dapat mengidentifikasi
(1917) menempatkan anak usia dini pada situasi-situasi berbahaya dan mencegah
tahap falik, dimana selama tahap ini alat terjadinya pelecehan seks, serta mengajarkan
genital menjadi area tubuh yang menarik dan pada anak bentuk-bentuk sentuhan yang tidak
sensitif. Anak mulai ingin tahu tentang baik, bagaimana cara menolak atau
perbedaan jenis kelamin, oleh karena itu pada mengakhiri interaksi dengan palaku atau
tahap ini eksplorasi tubuh merupakan orang yang mencurigakan, serta bagaimana
perkembangan yang sedang dialami anak. cara mereka meminta pertolongan. Nawita
Seiring dengan munculnya ciri-ciri tahap falik (2013) juga mengatakan bahwa tujuan dari
pada usia 3 tahun, anak mulai terdorong untuk pendidikan seks untuk remaja bukanlah untuk
melakukan eksplorasi alat genital. Eksplorasi menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin
dapat mencakup, memanipulasi genital, mencoba hubungan seks antara remaja. Akan
mengelus diri sendiri, memeluk boneka, tetapi bertujuan untuk memberikan
hewan, atau orang di sekitar mereka, serta pengetahuan dan mendidik anak agar
percobaan sensual lainnya. Jika dibiarkan, hal berperilaku yang baik dalam hal seks sesuai
dengan norma agama, sosial dan kesusilaan.
Handayani (2008) menyebutkan beberapa hal Dimulai dari contoh terdekat, misalnya Ayah
umum yang orang tua inginkan dari anak adalah laki-laki, Bunda adalah Perempuan,
setelah mendapatkan informasi yang benar lalu terangkan perbedaan organ tubuh antara
tentang seks, diantaranya; 1) mendapatkan Ayah dan Bunda. Anda juga dapat
informasi yang mendidik, 2) memahami nilai- menanamkan moral dan kesopanan sesuai
nilai yang berkaitan tentang seks yang dengan agama dan nilai-nilai yang dianut
ditanamkan dalam keluarga, 3) merasa keluarga Anda. Jelaskan tentang underware
nyaman menjadi laki-laki dan perempuan, 4) rules dan cara melindungi diri dari orang
bergaul sesuai dengan norma-norma yang asing.
berlaku, 5) mengetahui bahwa perasaan seks
adalah sesuatu yang manusiawi, dan harus Bentuk pendidikan seks kepada anak usia pra-
dijaga dengan penuh rasa tanggung jawab, sekolah juga dikemukakan oleh Handayani
6) mengetahui perbedaan antara kebiasaan (2008) sebagai berikut: 1) Usia 18 bulan
yang bersifat privacy dan kebiasaan yang hingga 3 tahun, disini anak mulai belajar
boleh dilakukan di depan umum, 6) mulai mengenali anggota tubuhnya. Saat mengajari
menyadari dan memilah informasi tentang anak, ingatlah bahwa memberikan nama yang
seks yang terdapat di media-media. tepat pada masing-masing anggota tubuh
adalah penting. Mengganti nama anggota
Pengetahuan dan pemahaman yang benar tubuh dengan sebutan lain justru akan
tentang seks akan membantu anak memiliki membuat anak berpikir ada yang salah dengan
rasa tanggung jawab sejak dini. Pendidikan nama asli anggota tubuh tersebut. Oleh karena
seks pada anak usia dini harus menggunakan itu, tidak perlu mengganti istilah penis dengan
berbagai cara, agar tujuan dari pendidikan sebutan “burung”, atau merespon berlebihan
seks dapat terwujud. Nugraha dan Wibisono ketika dia menunjuk alat kelaminnya, sama
(2016) menjelaskan bahwa tidak ada salahnya seperti cara menyebutkan nama untuk bagian-
berdialog tentang seks dengan anak laki-laki bagian tubuh lainnya. Hal yang juga penting
dan anak perempuan secara bersamaan, pada usia ini adalah menjelaskan pada anak
karena bagaimanapun juga anak laki-laki agar mereka mengerti bagian tubuh mana
perlu mengetahui lebih jauh tentang anak yang boleh dilihat oleh orang lain, dan mana
perempuan dan juga sebaliknya. Nugraha dan yang tidak boleh sehingga harus ditutupi
Wibisono (2016) juga mengatakan bahwa dengan pakaian; 2) Usia 4 hingga 5 tahun,
pendidikan seks dapat dikenalkan sejak anak disini anak mulai menunjukkan
lahir dengan cara meminta izin kepada si kecil ketertarikannya pada seksitas dasar seperti
ketika membuka baju atau mengganti organ seks yang dia miliki maupun organ
popoknya. Biasakan juga untuk mengganti yang dimiliki oleh lawan jenisnya. Dia
bajunya diruangan yang tertutup. Meski masih mungkin akan bertanya dari mana bayi lahir.
bayi dan belum bisa merespon, melalui Dia juga ingin tahu mengapa tubuh laki-laki
kebiasaan sederhana ini anak belajar untuk dan perempuan berbeda. Pada beberapa
menghagai tubuhnya dan tubuh orang lain. kesempatan, dia mungkin akan menyentuh
Kemudian ajarkan dia merawat dan alat kelaminnya dan menunjukkan
membersihkan kelaminnya, misalnya setelah ketertarikan pada alat kelamin anak-anak
buang air kecil dan buang air besar.Saat lainnya. Untuk usia ini, menyentuh alat
beranjak balita, kenalkan perbedaan antara kelamin tidak dapat dikatakan sebagai
laki-laki dan perempuan. aktivitas seks, tapi masih dalam rangka
ketertarikan yang normal.
METODE dan G3; 2) Sumber data sekunder, yaitu
berupa data dan informasi penunjang
Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih tambahan yang berasal dari berbagai sumber
2 bulan di PAUDIT Qurrota A’yun dengan atau literatur, seperti teori dari buku teks,
menggunakan pendekatan kualitatif majalah atau publikasi ilmiah, hasil penelitian
deskriptif. Pengumpulan data yang digunakan dari penelitian terdahulu, atau arsip serta
dalam penelitian ini adalah teknik bola salju dokumen resmi serta dokumen pribadi yang
(snowball sampling) dengan menggunakan dimiliki sekolah yang telah. Analisis data
tiga metode wawancara, dokumentasi, dan yang digunakan merupakan model interaktif
pengamatan. Bentuk wawancara yang akan Miles dan Huberman (1984), yaitu reduksi
digunakan dalam penelitian ini adalah data, penyajian data, dan penarikan
wawancara baku terbuka, bentuk ini kesimpulan atau verifikasi.
digunakan untuk mengurangi kemungkinan
variasi pertanyaan saat peneliti Teknik pemeriksaan keabsahan data yang
mengumpulkan informasi mengenai digunakan dalam penelitian ini adalah
pendidikan seks pada anak 4-5 tahun di keabsahan data yang dikembangkan oleh
PAUD IT Qurrota A’yun Bandar Lampung. Moeloeng (2007), yaitu perpanjangan
Instrumen penelitian ini menggunakan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, dan
instumen dengan 10 butir pertanyaan yang triangulasi.
telah di uji oleh 2 orang ahli psikologi dengan
berpedoman pada teori Kemendikbud (2014) HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagai acuan.
Hasil
PAUD IT Qurrota A’yun memiliki 7 ruang
kelas dengan 189 siswa dan 15 guru, dan dari Latar Belakang Pelaksanaan Pendidikan
3 kelas TK B, 3 Kelas TK A, dan 1 kelas Seks
Kelompok Bermain, penelitian ini berfokus PAUD IT Qurrota A’yun Bandar Lampung
pada 3 kelas TK A dengan peserta didik sudah melakukan pendidikan seks untuk anak
berjumlah 79 siswa dan 6 guru. Kelas TK A usia dini dengan membuat program kegiatan
dipilih karena berdasarkan pengamatan bernama “Aku dan Diriku” atau biasa disebut
peneliti dan hasil wawancara dengan guru TK ADD, program pendidikan seks ini telah
A, siswa-siswi TK A lah yang memiliki dilaksanakan sejak tahun 2014 dikarenakan
beberapa kasus berkaitan dengan maraknya kasus kejahatan seksual yang
perkembangan seksual, seperti siswa yang terjadi. Hal ini disampaikan oleh kepala
mencium bibir temannya berkali-kali ketika sekolah dan penanggung jawab kurikulum
sedang bercanda, siswa yang meminta peneliti PAUD IT Qurrota A’yun Bandar Lampung,
peluk dan pangku, serta siswa yang mencoba yaitu:
mencium bibir peneliti.
“Program pendidikan seks mulai
Sumber data yang digunakan peneliti dalam diterapkan disini (PAUD IT Qurrota
penelitian ini, yaitu: 1) Sumber data primer A'yun) pada tahun 2014, dia masuk dalam
berupa data dan informasi yang diperoleh dari program ADD (aku dan diriku). Latar
wawancara langsung dari subjek penelitian belakang pemberian pendidikan seksual
atau disebut para informan kunci, yaitu satu disini adalah karena maraknya kejahatan
kepala sekolah dengan kode KS, satu seksual terhadap anak-anak di akhir-akhir
penanggung jawab kurikulum dengan kode ini.” (W.KS.05122016)
PJK, dan tiga guru TK A dengan kode G1, G2,
“Kita ada program ADD, dan ini kita “Saat akan pulang anak bernama Nizam
laksanakan serentak mulai dari Kober terus bermain dan mengganggu Azami
sampai ke TKA, TKB. Dan untuk yang duduk di sebelah kirinya dengan
pelaksanaannya ini sudah tahun ke tiga, berkali-kali mencium bibir Azami. Nizam
jadi kita mulai pada tahun 2014 ya. mencium Azami, lalu tertawa dan
Awalnya program ADD dibuat karena kita mengelap bibirnya, lalu ia mencium Azami
rasa pendidikan seks pada anak itu perlu, lagi, mengelap bibirnya, tertawa, dan
apalagi sekarang banyak terjadi bentuk- begitu seterusnya …”. (O.06122016)
bentuk pelecehan, yang terkadang anak
dan orang tua sendiri kurang bahkan gak Tujuan Pelaksanaan Pendidikan Seks
paham.” (W.PK.04012017) Tujuan pelaksanaan program pendidikan seks
di sekolah PAUD IT Qurrota A’yun adalah
Setiap tahun anak yang masuk PAUD IT untuk mengenalkan pada anak-anak tentang
Qurrota A’yun terus berganti, dan bahaya atau kejahatan seksual yang ada disekitar
permasalahan seksual terhadap anak-anak mereka, membekali anak cara menjaga dirinya
tidak pernah berhenti. Selain karena maraknya dan orang lain, serta mengetahui tindakan apa
kejahatan seksual terhadap anak-anak, latar yang harus dilakukannya bila mendapat
belakang sekolah mengadakan program kejahatan seksual atau ancaman seksual. Hal
pendidikan seks adalah karena perkembangan ini disampaikan oleh kepala sekolah dan guru-
seksual anak yang sedang mengeksplor guru PAUD IT Qurrota A’yun Bandar
tubuhnya. Hal ini didukung oleh hasil Lampung, yaitu :
observasi dan wawancara yang telah peneliti
lakukan di satu kelas B, satu kelas A, dan dua “Kita memiliki program ADD (Aku dan
kelas Kober. Dari observasi dan wawancara Diriku) untuk memberikan pendidikan seks
yang telah dilakukan tersebut, peneliti pada anak, disini (di program ADD) anak
menemukan satu kejadian yang berhubungan dikenalkan dengan bagian tubuh,
dengan perkembangan seksual anak di kelas diajarkan tentang emosi diri, orang
A, diantaranya: terdekat, mulai dari keluarga inti, keluarga
besar, hingga orang disekitar anak, serta
“Dulu, bukan tahun ajaran ini sih. Ada perkenalan tentang macam-macam
kasus anak yang suka mojok dan duduk sentuhan, dan hal-hal apa saja yang dapat
seperti menggeliat, dan ternyata si anak merusak otak anak.” (W.KS.05122016)
mendapatkan kepuasan saat melakukan
itu, bahkan sampai dia berkeringat.” “Pendidikan seksual diberikan supaya
(W.PK.04012017) anak-anak bisa membentengi diri dari
kejahatan yang dilakukan oleh orang
“Di awal semester pernah ada kejadian terdekat, dan melakukan perlawanan
sih, Adhwa dan Nizam serta Nisa dan sesuai kemampuannya” (G2.07122016)
Ihsan sering tuh dulu berciuman, tapi
sekarang sudah tidak pernah sih”. “Tujuan guru memberikan pendidikan seks
(W.G1.06122016) pada anak adalah untuk menanamkan
pendidikan seksual kepada anak-anak
“Saat anak-anak sedang berbaris di depan agar anak mengerti bahaya yang ada
kelas, seorang anak laki-laki mendekati disekitar dan apa yang harus dilakukan ika
peneliti, kemudian duduk dipangkuan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan”
peneliti dan mencoba mencium bibir (G3.08122016)
peneliti” (O.19012017)
Pelaksanaan Pendidikan Seks utamanya. Tema “Aku dan Diriku” ini
Program pendidikan seksual secara rutin diturunkan menjadi beberapa sub-tema,
dilaksanakan sekolah PAUD IT Qurrota adapun sub-tema yang berkaitan dengan
A’yun selama kurang lebih sebulan pada awal pendidikan seks ialah “tubuhku” dan
semester 2, dan pada tahun ajaran 2016/2017 “tindakan pelecehan / tindakan terpuji”.
ini program ADD mulai dilaksanakan pada Adapun materi pendidikan seks yang
semester dua, tepatnya pada tanggal 9 Januari diberikan adalah: 1) bagian tubuh privacy
sampai 3 Februari 2017, namun pelaksanaan yang tidak boleh disentuh, 2) siapa saja yang
pendidikan seks dilakukan pada 18-25 Januari boleh menyentuh bagian privacy, 3) istilah
2017. Peneliti pada kesempatan ini meneliti pelecehan, 4) mengenal perilaku atau bentuk
tiga kelas TK A, yaitu TK A Nabi Musa, TK pelecehan, dan 5) apa yang harus dilakukan
A Nabi Ibrahim, dan TK A Nabi Nuh. bila ada yang melakukan tindakan pelecehan.
Hal ini sesuai dengan hasil dokumentasi dan
Pembelajaran pendidikan seks di sekolah ini wawancara pendukung yang peneliti dapatkan
menggunakan pembelajaran tematik terpadu, berikut:
dimana “Aku dan Diriku” adalah tema