Anda di halaman 1dari 14

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal Pendidikan Anak

Pendidikan Seksual Anak Usia Dini : Aku dan Diriku

Trinita Anggraini1, Riswandi2, Ari Sofia2


1
FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1
2
FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1

Email: paud.trinita@gmail.com
Nomor HP : +628994483337

Abstract: Sexual Education for Early Childhood Education: Me and Myself. The implementation
of sexual education in early childhood education is crucial for preventing sexual abuse. The goal
of this qualitative study was to describe the implementation of sexual education for early childhood
in PAUD IT Qurrota A’yun Bandar Lampung . This study used qualitative descriptive approach.
Data were collected by observation, documentation, and interviews with 5 informants. Data
validity used triangulation and were analyzed by interactive model of Miles and Huberman. These
results indicated that the implemantation of sexual education were applied by not using child
oriented approach, but also teacher-centered approach. Learning strategy were integrated
thematic with storytelling, discussion or question and answer, drawing, playing games, singing,
poetry, and watching some videos together method.
Keywords: early childhood, implemantation, sexual education

Abstrak: Pendidikan Seks Anak Usia Dini: Aku dan Diriku. Pelaksanaan pendidikan seksual
di pendidikan anak usia dini sangat penting untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual.
Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pendidikan seks pada anak
usia dini di PAUD IT Qurrota A’yun Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif. Data dikumpulkan menggunakan observasi, dokumentasi, serta wawancara
dengan 5 orang informan kunci. Keabsahan data menggunakan triangulasi dan dianalisis dengan
model interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan
pendidikan seks dilakukan tidak hanya menggunakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi
pada anak, tapi juga berorientasi pada guru. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah tematik
terpadu dengan metode bercerita, diskusi atau tanya jawab, menggambar, bermain permainan,
bernyanyi, syair, dan nonton beberapa video bersama-sama.
Kata kunci : anak usia dini, pelaksanaan, pendidikan seksual
PENDAHULUAN Kurangnya pemahaman anak tentang
pelecehan seksual dan bahaya laten di sekitar
Kurangnya pemahaman anak tentang bahaya mereka lah yang membuat anak hanya diam
laten yang ada disekitarnya membuat anak ketika mereka dilecehkan. Oleh karena itu,
menjadi mangsa para predator seksual yang diskusi, bimbingan, serta arahan berkaitan
ada disekitar mereka, oleh karena itu sekolah dengan seks ternyata sangatlah penting untuk
dan guru memiliki peran penting untuk diberikan disaat perkembangan seksual anak
mencegah terjadinya kekerasan seksual mulai berkembang. Dalam dunia pendidikan,
terhadap anak dengan memperkenalkan sekolah dan guru memiliki peranan penting
pendidikan seks kepada anak usia dini, hal ini untuk mencegah terjadinya pelecehan atau
sangatlah penting mengingat kejahatan kekerasan seksual terhadap anak dengan
seksual makin marak dan korbannya dimulai memberikan pendidikan seks.
dari anak-anak usia 3 tahun.
Program pendidikan seks di sekolah adalah
Badan Pusat Statistik (2010) memperkirakan cara utama memberikan kepada anak
penduduk Indonesia mencapai jumlah total informasi dan keterampilan tentang seks yang
237.641.326 jiwa, dan dari data tersebut aman, cara berkomunikasi tentang seks, dan
31.803.759 jiwa merupakan anak usia dini (0- cara mengelola hubungan (Douglas, 2002).
6 tahun). Dengan jumlah anak sebanyak itu Secara global sudah banyak intervensi yang
yang tersebar di ribuan pulau di Nusantara, telah dikembangkan untuk pendidikan seks di
jelas bahwa tanggung jawab Pemerintah sekolah (Schutte et al., 2013).
untuk melindungi anak-anak merupakan tugas
raksasa yang sangat kompleks dan sulit. Peran PAUD IT Qurrota A’yun adalah salah satu
pemerintah sangat diperlukan dalam sekolah yang memiliki program pendidikan
pembuatan peraturan perundang-undangan seks untuk anak usia dini, program tersebut
yang dapat menjamin penyelenggaraan bernama “Aku dan Diriku” atau biasa disebut
perlindungan anak. Namun dalam ADD. Tujuan diadakannya pendidikan seks
penyelenggaraannya bukan hanya pemerintah dalam program ADD ini adalah untuk
yang bertanggung jawab, tetapi orang tua, memperkenalkan anak usia dini tentang seks,
keluarga, serta masyarakat juga memiliki hal ini sangatlah penting mengingat kejahatan
kewajiban dan tanggung jawab lebih. seksual makin marak dan korbannya dimulai
dari anak-anak usia 3 tahun. Penelitian ini
Sekitar satu dari tiga anak perempuan dan satu bertujuan untuk memberikan gambaran
dari tujuh anak laki-laki akan mengalami tentang pelaksanaan pendidikan seksual yang
pelecehan seksual selama masa kanak-kanak. ada di PAUDIT Qurrota A’yun, mulai dari
Banyak dari anak-anak ini tidak akan pernah latar belakang diselenggarakannya
memberitahu siapa pun tentang apa yang pendidikan seksual di sekolah, hingga seperti
terjadi pada mereka, sering sebagai akibat dari apa perencanaan dan pelaksanaan bentuk
ancaman atau manipulasi oleh pelaku pendidikan seks untuk anak usia 4-5 tahun di
(Finkelhor, Hammer, & Sedlak, 2008). sekolah ini.
Akibatnya, banyak kasus pelecehan seksual
yang ada di sekitar kita, namun tidak pernah Hainstock (2002) mengatakan bahwa menurut
terungkap apalagi melapor ke polisi. Montessori masa usia dini merupakan periode
sensitif, selama masa inilah anak usia dini
dengan mudah menerima stimulus-stimulus
dari lingkungannya, dimana kemampuan otak
anak dalam menerima semua pengetahuan
dari lingkungannya diikuti dengan rasa ingin ini dapat menjadi kebiasaan hingga anak
tahu yang tinggi. Rasa ingin tahu yang sangat dewasa.
tinggi ini ditunjukkan anak dengan aktif Pengalaman seks yang keliru pada anak dapat
bertanya tentang berbagai hal yang mereka mengembangkan persepsi yang salah tentang
temui atau dapatkan. Rasa ingin tahu anak alat kelamin, proses reproduksi, dan seksitas,
usia dini meliputi semua bidang yang menurut hal ini dapat membuat anak mengalami
anak menarik atau menyenangkan, salah penyimpangan seks di kemudian hari. Bentuk
satunya yang berkaitan dengan seksitas. Hal penyimpangan seks adalah memeluk,
ini sesuai dengan pendapat Sujiono (2009) mencium, memegang payudara atau alat
yang mengatakan bahwa menurut Montessori kelamin, serta memperkosa atau menyodomi
anak usia dini senang sekali belajar, ini dapat dapat dikatakan sebagai kekerasan seks.
dilihat melalui rasa ingin tahu dan mencoba Santrock (2007) yang menjelaskan bahwa
anak-anak yang tinggi. kepribadian kita saat dewasa ditentukan oleh
terpenuhinya kesenangan ini (mulut, anus,
Andriana (2006) menjelaskan bahwa kelamin) dan tuntutan kenyataan. Jika
perkembangan gender dan seksitas pada anak- kebutuhan akan kesenangan pada setiap tahap
anak dimulai dari hal yang paling mendasar, tidak terpuaskan atau malah terlalu
sepeti pada anak usia tiga tahun yang sudah terpuaskan, seseorang dapat terfiksasi, atau
dapat membedakan jenis kelamin dan terkunci pada tahap perkembangan tersebut.
perbedaan fisik yang terjadi. Seksitas
berkembang sejak masa anak usia dini sampai Nawita (2013) menjelaskan bahwa
dewasa. Perkembangan ini meliputi pendidikan seks adalah upaya memberikan
perkembangan fisik dan psikis, informasi atau mengenalkan (nama dan
perkembangan secara psikis berupa fungsi) anggota tubuh, pemahaman perbedaan
perkembangan psikoseks yang terjadi pada jenis kelamin, penjabaran perilaku (hubungan
masa anak-anak. Upton (2012) mengatakan dan keintiman) seks, serta pengetahuan
bahwa terdapat psikolog perkembangan tentang nilai dan norma yang ada di
psikoseks yang kontroversial dari bapak masyarakat berkaitan dengan gender.
psikoanalisis, yaitu Sigmund Freud, adapun Finkelhor (2009) mengatakan bahwa tujuan
tahap perkembangan psikoseks menurut upaya pencegahan pelecehan seks terhadap
Freud (1917) adalah tahap oral, anal, falik atau anak di bidang pendidikan (pendidikan seks)
odipal, latensi, dan pubertas/genital.Freud adalah agar anak dapat mengidentifikasi
(1917) menempatkan anak usia dini pada situasi-situasi berbahaya dan mencegah
tahap falik, dimana selama tahap ini alat terjadinya pelecehan seks, serta mengajarkan
genital menjadi area tubuh yang menarik dan pada anak bentuk-bentuk sentuhan yang tidak
sensitif. Anak mulai ingin tahu tentang baik, bagaimana cara menolak atau
perbedaan jenis kelamin, oleh karena itu pada mengakhiri interaksi dengan palaku atau
tahap ini eksplorasi tubuh merupakan orang yang mencurigakan, serta bagaimana
perkembangan yang sedang dialami anak. cara mereka meminta pertolongan. Nawita
Seiring dengan munculnya ciri-ciri tahap falik (2013) juga mengatakan bahwa tujuan dari
pada usia 3 tahun, anak mulai terdorong untuk pendidikan seks untuk remaja bukanlah untuk
melakukan eksplorasi alat genital. Eksplorasi menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin
dapat mencakup, memanipulasi genital, mencoba hubungan seks antara remaja. Akan
mengelus diri sendiri, memeluk boneka, tetapi bertujuan untuk memberikan
hewan, atau orang di sekitar mereka, serta pengetahuan dan mendidik anak agar
percobaan sensual lainnya. Jika dibiarkan, hal berperilaku yang baik dalam hal seks sesuai
dengan norma agama, sosial dan kesusilaan.
Handayani (2008) menyebutkan beberapa hal Dimulai dari contoh terdekat, misalnya Ayah
umum yang orang tua inginkan dari anak adalah laki-laki, Bunda adalah Perempuan,
setelah mendapatkan informasi yang benar lalu terangkan perbedaan organ tubuh antara
tentang seks, diantaranya; 1) mendapatkan Ayah dan Bunda. Anda juga dapat
informasi yang mendidik, 2) memahami nilai- menanamkan moral dan kesopanan sesuai
nilai yang berkaitan tentang seks yang dengan agama dan nilai-nilai yang dianut
ditanamkan dalam keluarga, 3) merasa keluarga Anda. Jelaskan tentang underware
nyaman menjadi laki-laki dan perempuan, 4) rules dan cara melindungi diri dari orang
bergaul sesuai dengan norma-norma yang asing.
berlaku, 5) mengetahui bahwa perasaan seks
adalah sesuatu yang manusiawi, dan harus Bentuk pendidikan seks kepada anak usia pra-
dijaga dengan penuh rasa tanggung jawab, sekolah juga dikemukakan oleh Handayani
6) mengetahui perbedaan antara kebiasaan (2008) sebagai berikut: 1) Usia 18 bulan
yang bersifat privacy dan kebiasaan yang hingga 3 tahun, disini anak mulai belajar
boleh dilakukan di depan umum, 6) mulai mengenali anggota tubuhnya. Saat mengajari
menyadari dan memilah informasi tentang anak, ingatlah bahwa memberikan nama yang
seks yang terdapat di media-media. tepat pada masing-masing anggota tubuh
adalah penting. Mengganti nama anggota
Pengetahuan dan pemahaman yang benar tubuh dengan sebutan lain justru akan
tentang seks akan membantu anak memiliki membuat anak berpikir ada yang salah dengan
rasa tanggung jawab sejak dini. Pendidikan nama asli anggota tubuh tersebut. Oleh karena
seks pada anak usia dini harus menggunakan itu, tidak perlu mengganti istilah penis dengan
berbagai cara, agar tujuan dari pendidikan sebutan “burung”, atau merespon berlebihan
seks dapat terwujud. Nugraha dan Wibisono ketika dia menunjuk alat kelaminnya, sama
(2016) menjelaskan bahwa tidak ada salahnya seperti cara menyebutkan nama untuk bagian-
berdialog tentang seks dengan anak laki-laki bagian tubuh lainnya. Hal yang juga penting
dan anak perempuan secara bersamaan, pada usia ini adalah menjelaskan pada anak
karena bagaimanapun juga anak laki-laki agar mereka mengerti bagian tubuh mana
perlu mengetahui lebih jauh tentang anak yang boleh dilihat oleh orang lain, dan mana
perempuan dan juga sebaliknya. Nugraha dan yang tidak boleh sehingga harus ditutupi
Wibisono (2016) juga mengatakan bahwa dengan pakaian; 2) Usia 4 hingga 5 tahun,
pendidikan seks dapat dikenalkan sejak anak disini anak mulai menunjukkan
lahir dengan cara meminta izin kepada si kecil ketertarikannya pada seksitas dasar seperti
ketika membuka baju atau mengganti organ seks yang dia miliki maupun organ
popoknya. Biasakan juga untuk mengganti yang dimiliki oleh lawan jenisnya. Dia
bajunya diruangan yang tertutup. Meski masih mungkin akan bertanya dari mana bayi lahir.
bayi dan belum bisa merespon, melalui Dia juga ingin tahu mengapa tubuh laki-laki
kebiasaan sederhana ini anak belajar untuk dan perempuan berbeda. Pada beberapa
menghagai tubuhnya dan tubuh orang lain. kesempatan, dia mungkin akan menyentuh
Kemudian ajarkan dia merawat dan alat kelaminnya dan menunjukkan
membersihkan kelaminnya, misalnya setelah ketertarikan pada alat kelamin anak-anak
buang air kecil dan buang air besar.Saat lainnya. Untuk usia ini, menyentuh alat
beranjak balita, kenalkan perbedaan antara kelamin tidak dapat dikatakan sebagai
laki-laki dan perempuan. aktivitas seks, tapi masih dalam rangka
ketertarikan yang normal.
METODE dan G3; 2) Sumber data sekunder, yaitu
berupa data dan informasi penunjang
Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih tambahan yang berasal dari berbagai sumber
2 bulan di PAUDIT Qurrota A’yun dengan atau literatur, seperti teori dari buku teks,
menggunakan pendekatan kualitatif majalah atau publikasi ilmiah, hasil penelitian
deskriptif. Pengumpulan data yang digunakan dari penelitian terdahulu, atau arsip serta
dalam penelitian ini adalah teknik bola salju dokumen resmi serta dokumen pribadi yang
(snowball sampling) dengan menggunakan dimiliki sekolah yang telah. Analisis data
tiga metode wawancara, dokumentasi, dan yang digunakan merupakan model interaktif
pengamatan. Bentuk wawancara yang akan Miles dan Huberman (1984), yaitu reduksi
digunakan dalam penelitian ini adalah data, penyajian data, dan penarikan
wawancara baku terbuka, bentuk ini kesimpulan atau verifikasi.
digunakan untuk mengurangi kemungkinan
variasi pertanyaan saat peneliti Teknik pemeriksaan keabsahan data yang
mengumpulkan informasi mengenai digunakan dalam penelitian ini adalah
pendidikan seks pada anak 4-5 tahun di keabsahan data yang dikembangkan oleh
PAUD IT Qurrota A’yun Bandar Lampung. Moeloeng (2007), yaitu perpanjangan
Instrumen penelitian ini menggunakan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, dan
instumen dengan 10 butir pertanyaan yang triangulasi.
telah di uji oleh 2 orang ahli psikologi dengan
berpedoman pada teori Kemendikbud (2014) HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagai acuan.
Hasil
PAUD IT Qurrota A’yun memiliki 7 ruang
kelas dengan 189 siswa dan 15 guru, dan dari Latar Belakang Pelaksanaan Pendidikan
3 kelas TK B, 3 Kelas TK A, dan 1 kelas Seks
Kelompok Bermain, penelitian ini berfokus PAUD IT Qurrota A’yun Bandar Lampung
pada 3 kelas TK A dengan peserta didik sudah melakukan pendidikan seks untuk anak
berjumlah 79 siswa dan 6 guru. Kelas TK A usia dini dengan membuat program kegiatan
dipilih karena berdasarkan pengamatan bernama “Aku dan Diriku” atau biasa disebut
peneliti dan hasil wawancara dengan guru TK ADD, program pendidikan seks ini telah
A, siswa-siswi TK A lah yang memiliki dilaksanakan sejak tahun 2014 dikarenakan
beberapa kasus berkaitan dengan maraknya kasus kejahatan seksual yang
perkembangan seksual, seperti siswa yang terjadi. Hal ini disampaikan oleh kepala
mencium bibir temannya berkali-kali ketika sekolah dan penanggung jawab kurikulum
sedang bercanda, siswa yang meminta peneliti PAUD IT Qurrota A’yun Bandar Lampung,
peluk dan pangku, serta siswa yang mencoba yaitu:
mencium bibir peneliti.
“Program pendidikan seks mulai
Sumber data yang digunakan peneliti dalam diterapkan disini (PAUD IT Qurrota
penelitian ini, yaitu: 1) Sumber data primer A'yun) pada tahun 2014, dia masuk dalam
berupa data dan informasi yang diperoleh dari program ADD (aku dan diriku). Latar
wawancara langsung dari subjek penelitian belakang pemberian pendidikan seksual
atau disebut para informan kunci, yaitu satu disini adalah karena maraknya kejahatan
kepala sekolah dengan kode KS, satu seksual terhadap anak-anak di akhir-akhir
penanggung jawab kurikulum dengan kode ini.” (W.KS.05122016)
PJK, dan tiga guru TK A dengan kode G1, G2,
“Kita ada program ADD, dan ini kita “Saat akan pulang anak bernama Nizam
laksanakan serentak mulai dari Kober terus bermain dan mengganggu Azami
sampai ke TKA, TKB. Dan untuk yang duduk di sebelah kirinya dengan
pelaksanaannya ini sudah tahun ke tiga, berkali-kali mencium bibir Azami. Nizam
jadi kita mulai pada tahun 2014 ya. mencium Azami, lalu tertawa dan
Awalnya program ADD dibuat karena kita mengelap bibirnya, lalu ia mencium Azami
rasa pendidikan seks pada anak itu perlu, lagi, mengelap bibirnya, tertawa, dan
apalagi sekarang banyak terjadi bentuk- begitu seterusnya …”. (O.06122016)
bentuk pelecehan, yang terkadang anak
dan orang tua sendiri kurang bahkan gak Tujuan Pelaksanaan Pendidikan Seks
paham.” (W.PK.04012017) Tujuan pelaksanaan program pendidikan seks
di sekolah PAUD IT Qurrota A’yun adalah
Setiap tahun anak yang masuk PAUD IT untuk mengenalkan pada anak-anak tentang
Qurrota A’yun terus berganti, dan bahaya atau kejahatan seksual yang ada disekitar
permasalahan seksual terhadap anak-anak mereka, membekali anak cara menjaga dirinya
tidak pernah berhenti. Selain karena maraknya dan orang lain, serta mengetahui tindakan apa
kejahatan seksual terhadap anak-anak, latar yang harus dilakukannya bila mendapat
belakang sekolah mengadakan program kejahatan seksual atau ancaman seksual. Hal
pendidikan seks adalah karena perkembangan ini disampaikan oleh kepala sekolah dan guru-
seksual anak yang sedang mengeksplor guru PAUD IT Qurrota A’yun Bandar
tubuhnya. Hal ini didukung oleh hasil Lampung, yaitu :
observasi dan wawancara yang telah peneliti
lakukan di satu kelas B, satu kelas A, dan dua “Kita memiliki program ADD (Aku dan
kelas Kober. Dari observasi dan wawancara Diriku) untuk memberikan pendidikan seks
yang telah dilakukan tersebut, peneliti pada anak, disini (di program ADD) anak
menemukan satu kejadian yang berhubungan dikenalkan dengan bagian tubuh,
dengan perkembangan seksual anak di kelas diajarkan tentang emosi diri, orang
A, diantaranya: terdekat, mulai dari keluarga inti, keluarga
besar, hingga orang disekitar anak, serta
“Dulu, bukan tahun ajaran ini sih. Ada perkenalan tentang macam-macam
kasus anak yang suka mojok dan duduk sentuhan, dan hal-hal apa saja yang dapat
seperti menggeliat, dan ternyata si anak merusak otak anak.” (W.KS.05122016)
mendapatkan kepuasan saat melakukan
itu, bahkan sampai dia berkeringat.” “Pendidikan seksual diberikan supaya
(W.PK.04012017) anak-anak bisa membentengi diri dari
kejahatan yang dilakukan oleh orang
“Di awal semester pernah ada kejadian terdekat, dan melakukan perlawanan
sih, Adhwa dan Nizam serta Nisa dan sesuai kemampuannya” (G2.07122016)
Ihsan sering tuh dulu berciuman, tapi
sekarang sudah tidak pernah sih”. “Tujuan guru memberikan pendidikan seks
(W.G1.06122016) pada anak adalah untuk menanamkan
pendidikan seksual kepada anak-anak
“Saat anak-anak sedang berbaris di depan agar anak mengerti bahaya yang ada
kelas, seorang anak laki-laki mendekati disekitar dan apa yang harus dilakukan ika
peneliti, kemudian duduk dipangkuan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan”
peneliti dan mencoba mencium bibir (G3.08122016)
peneliti” (O.19012017)
Pelaksanaan Pendidikan Seks utamanya. Tema “Aku dan Diriku” ini
Program pendidikan seksual secara rutin diturunkan menjadi beberapa sub-tema,
dilaksanakan sekolah PAUD IT Qurrota adapun sub-tema yang berkaitan dengan
A’yun selama kurang lebih sebulan pada awal pendidikan seks ialah “tubuhku” dan
semester 2, dan pada tahun ajaran 2016/2017 “tindakan pelecehan / tindakan terpuji”.
ini program ADD mulai dilaksanakan pada Adapun materi pendidikan seks yang
semester dua, tepatnya pada tanggal 9 Januari diberikan adalah: 1) bagian tubuh privacy
sampai 3 Februari 2017, namun pelaksanaan yang tidak boleh disentuh, 2) siapa saja yang
pendidikan seks dilakukan pada 18-25 Januari boleh menyentuh bagian privacy, 3) istilah
2017. Peneliti pada kesempatan ini meneliti pelecehan, 4) mengenal perilaku atau bentuk
tiga kelas TK A, yaitu TK A Nabi Musa, TK pelecehan, dan 5) apa yang harus dilakukan
A Nabi Ibrahim, dan TK A Nabi Nuh. bila ada yang melakukan tindakan pelecehan.
Hal ini sesuai dengan hasil dokumentasi dan
Pembelajaran pendidikan seks di sekolah ini wawancara pendukung yang peneliti dapatkan
menggunakan pembelajaran tematik terpadu, berikut:
dimana “Aku dan Diriku” adalah tema

Tabel 1. Rencana Kegiatan Program Aku dan Diriku


No Meteri Indikator Kegiatan
1 Perasaan a. Anak mampu mengekspresikan perasaannya. • Bernyanyi “tidak lupa”
b. Anak dapat membedakan perasaan senang, • Mendengar cerita “perasaan ibu guru”
sedih, marah, malu, dan takut. • Bermain kartu emosi
2 Keluarga a. Anak mengenal istilah keluarga inti • Tepuk keluarga inti
b. Anak mengenal keluarga intinya dan mampu • Mendengar cerita “keluarga inti ibu
menyebutkan nama-namanya guru”
c. Anak mengetahui kedekatannya dengan
siapa
• Mengeksplor anak / guru bertanya
pada anak tentang kedekatan anak
dengan keluarganya
3 Orang a. Anak mampu menyebutkan orang yang • Mendengar cerita “sayang keluarga”
Disekitar tinggal dirumahnya selain keluarga inti • Mengeksplor anak / guru bertanya
b. Anak mengenal istilah keluarga besar pada anak tentang siapa saja yang
c. Anak mampu membedakan antara keluarga tinggal bersama di rumah.
besar dan orang di sekitar yang bukan
keluarganya.
• Mengelompokkan gambar keluarga
dan orang disekitar
4 Tubuhku a. Anak mengetahui bagian tubuhnya mengenal • Menggambar tubuh di kertas besar
bagian tubuh privacy yang tidak boleh • Syair “Sentuhan baik, Sentuhan buruk”
disentuh
b. Anak mengenal siapa saja yang boleh
• Permainan “Harta Karun”
m\enyentuh bagian privacynya. • Nonton Video Lagu “Sayang
Tubuhku”
5 Tindakan a. Anak mengenal istilah pelecehan • Nonton Video tentang “Cara
pelecehan b. Anak mengetahui perilaku atau bentuk Menghindari Kekerasan Seksual”
/ tidak pelecehan • Mendengar cerita tentang “Pelecehan
terpuji c. Anak mengetahui apa yang harus dilakukan Kata, dan Sentuhan Buruk”
bila ada yang melakukan tindakan pelecehan
• Tanya Jawab
6 Hati-hati a. Anak mengenal perilaku yang merusak otak • Permainan eksplorasi otak “kertas
dengan b. Anak mengenal analogi otak yang rusak warna” dan “air berwarna”
otakmu karena hal-hal buruk • Tepuk “Jaga mata dan tubuh”
Sumber : Dokumentasi PAUD IT Qurrota A’yun Bandar Lampung (4 Januari 2017)
Keterangan : Materi pendidikan seks dalam Program Aku dan Diriku di PAUD IT Qurrota A’yun
“Materi ADD yang pertama itu mengenal “Iya, jadi kita bagi tugas untuk membuat
dan cara menunjukkan emosi diri, terus RPPH, setelah itu biasanya kita ada rapat
mengenal keluarga inti, keluarga besar, dengan seluruh guru kelompok TK A.
dan orang disekitarnya, terus mengenal Disini guru yang membuat RPPH akan
bagian tubuh sekaligus macam-macam menjelaskan tentang rencana kegiatan
sentuhan, dan materi yang terakhir itu kita yang akan dilakukan besok dan
mengenalkan pada anak hal-hal yang membagikan media / sumber belajar untuk
dapat merusak otak” (W.KS.05122016). besok pada guru-guru lainnya.”
(W.G1.06122016)
“Materi pendidikan seks itu ada di
program ADD di semester genap. Aku dan Model Pembelajaran dalam Pelaksanaan
Diriku ini sebenernya tema, dan ada 6 sub Pendidikan Seks
temanya … untuk subtema yang Lembaga PAUD tidak hanya bertanggung
mengajarkan pendidikan seks itu ada jawab memberikan pembelajaran di kelas, tapi
subtema tubuhku dan tindakan pelecehan juga melakukan pembimbingan dan
atau tidak terpuji.” (W.G1.06122016) pembinaan dalam upaya peningkatan akhlak
(moral agama, emosional, maupun sosialnya)
Pelaksanaan pendidikan seks di PAUD IT hingga anak dapat berkembang secara optimal
Qurrota A’yun disusun oleh guru-guru, hal sesuai dengan tingkat usianya. Oleh karena
ini disampaikan oleh kepala sekolah saat itu, guru dituntut untuk kreatif dalam
diwawancai, ia menegaskan : menyampaikan materi, berikut adalah model
pembelajaran yang digunakan guru-guru TK
“Kegiatan belajar mengajar disini A dalam pelaksanaan pendidikan seks di
direncanakan oleh guru setiap kelompok PAUD IT Qurrota A’yun :
…, namun dalam penerapannya guru-guru
dituntut untuk kreatif. Karena kadang yang Pendekatan Pembelajaran
telah direncanakan tidak cocok atau tidak Guru-guru PAUD IT Qurrota A’yun selama
sesuai dengan sikon (situasi dan kondisi), pelaksanaan pendidikan seks menggunakan
sehingga guru-guru harus mampu pendekatan yang berpusat pada anak (student
mencapai tujuan pembelajaran sesuai centered approach) dan pendekatan yang
yang sudah direncanakan dengan mencari berpusat pada guru (teacher centered
alternatif kegiatan yang sesuai dengan approach) bersama-sama. Hal ini
keadaan.” (W.KS.05122016) disampaikan oleh penanggung jawab
kurikulum dan guru sebagai berikut :
Pendapat kepala sekolah tersebut sesuai
dengan pendapat kepala sekolah dan para guru “Pendekatan student centered dan teacher
yang telah peneliti wawancarai, yaitu : centered, dua-duanya kita gunain sih”.
(W.G1.06122016)
“Rencana kegiatan pembelajaran disini
disusun oleh guru tiap kelompok, jadi “Kita gunain pendekatan yang berpusat
perencanaan kegiatan belajar mengajar pada anak seperti diskusi dan bercerita ya,
kelas A disusun oleh seluruh guru kelas A, kaya’ tadi anak menceritakan “apa sih
jadi kita disini ada rapat rutin guru per yang tadi anak-anak tonton?”. Tapi kita
kelompok.” (W.KS.04012017) juga tetep gunain pendekatan yang
berpusat pada guru, seperti ceramah”.
(W.G2.07122016)
“Dalam memberikan pendidikan seks kami “Kami menggunakan pendekatan tematik,
menggunakan pendekatan student centered dimana tema kami seperti nama program
dan teacher centered bersama-sama. Beda ini, jadi pembelajaran Aku dan Diriku
dengan pembelajaran biasanya yang lebih dapat menstimulasi seluruh kemampuan
banyak berpusat pada anak, membiarkan anak, baik pengetahuan dan keterampilan
anak bercerita tentang pengalamannya maupun melalui pembiasaan dan
dan mencari tahu sendiri. Kalo dalam keteladanan”. (W.G2.07122016)
pendidikan seks, guru lebih banyak
mengambil peran dalam pembelajaran, “Kami menggunakan pendekatan tematik
jadi sistem ceramah memang cukup pada program ADD ini. Pendekatan
banyak kita gunakan disini, seperti ketika tematik ini memadukan nilai spiritual yang
menjelaskan bagian tubuh yang bisa ada dalam KI-1 (Kompetensi Inti 1)
disentuh atau tidak, siapa saja yang boleh dengan sikap sosial dalam KI-2 dan
menyentuh, serta apa yang harus pengetahuan dalam KI-3 dengan
dilakukan jika ada yang menyentuh”. keterampilan dalam KI-4”.
(W.PK.04012017) (W.G3.08122016)

Strategi Pembelajaran Metode Pembelajaran


PAUD IT Qurrota A’yun Bandar Lampung Pelaksanaan pendidikan seks yang dilakukan
menggunakan strategi pembelajaran terpadu PAUD IT Qurrota A’yun sudah sesuai dengan
yang mengintegrasikan kompetensi inti yang anak usia dini, adapun beberapa metode yang
meliputi sikap spiritual, sosial, pengetahuan, guru gunakan saat memberikan pendidikan
dan keterampilan untuk mengoptimalkan seks pada anak-anak di sekolah ini adalah
seluruh aspek perkembangan anak serta dengan bercerita, diskusi atau tanya jawab,
mencapai tujuan pembelajaran secara kegiatan menggambar, syair, permainan,
bersama-sama. Hal ini disampaikan oleh bernyanyi, nonton bareng, serta pembiasaan.
penanggung jawab kurikulum dan guru-guru Hal ini diungkapkan guru-guru saat peneliti
sebagai berikut : wawancarai, yaitu:

“Kami menggunakan pembelajaran “Melalui gambar, bernyanyi, tanya jawab


terpadu yang mengaitkan seluruh aspek dan bermain peran cara melindungi diri,
pengembangan dengan kompetensi inti. diskusi tentang bagian tubuh dengan
Kan aspek pengembangan ada 6 ya, moral memisahkan anak laki-laki dan
agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, perempuan. Jadi saat kami menjelaskan
motorik, dan seni. Jadi seluruh aspek itu tentang bagian tubuh anak laki-laki, kami
berkaitan dengan kompetensi 1-4 ya, mulai hanya menjelaskan kepada anak laki-laki.
dari kompetensi sikap spiritual, sosial Begitu juga sebaliknya, saat menjelaskan
emosional, pengetahuan hingga bagian tubuh anak perempuan, kami hanya
keterampilan”. (W.PK.04012017) menjelaskan kepada anak perempuan”.
(W.G1.06122016)
“Kami menggunakan pendekatan tematik,
disini tema kita itu “Aku dan Diriku”. “Dengan tanya jawab dengan anak,
Tema ini dikembangkan menjadi sub- melakukan simulasi bagaimana cara jika
subtema yang berisi materi-materi yang ada yang memegang bagian privacy nya”.
dapat mengembangkan semua aspek (W.G2.07122016)
perkembangan dalam satu kali tatap mu”.
(W.G1.06122017)
“Kalo tahun kemarin kita mengajarkan “Media yang kita gunain itu ada LCD
anak-anak pendidikan seks itu melalui untuk tonton video, terus ada gambar-
cerita, bernyanyi, permainan gambar, karton, dan spidol”.
berpasangan, serta syair sentuhan baik (W.G1.06122016)
….” (W.G3.08122016)
“Media yang kita gunakan cuma gambar-
Media atau Sumber Pembelajaran gambar sama media audio-visual buat
Guru-guru PAUD IT Qurrota A’yun nonton bareng aja sih. Soalnya kan kita
menggunakan media untuk mendukung lebih kearah penjelasan ya, jadi lebih
kegiatan pembelajaran, adapun media banyak bercerita, berdiskusi dan tanya
pembelajaran yang guru gunakan saat jawab”. (W.G2.07122016)
memberikan pendidikan seks pada anak, yaitu
1) laptop / LCD untuk menonton film tentang Saat observasi peneliti menemukan beberapa
pelecehan, 2) speaker untuk mendengarkan media pembelajaran yang yang belum
lagu tentang tubuhku berharga, 3) karton dan disebutkan oleh para informan, yaitu :
Spidol untuk tempat menjiplak atau
menggambar tubuh salah seorang anak “Guru menggunakan lembar kerja berupa
bersama-sama, 4) gambar orang disekitar gambar tubuh anak laki-laki dan gambar
(keluarga inti, keluarga besar, dan orang- tubuh anak perempuan, dan satu buah
orang terdekat yang ada disekitar anak tapi crayon (anak hanya boleh memilih satu
bukan keluarga, lembar kerja berupa gambar warna yang dia sukai). Sebelum
tubuh anak perempuan dan laki-laki. Hal ini memberikan lembar kerja, guru
diungkapkan penanggung jawab kurikulum menjelaskan aturan mewarnainya, yaitu
dan guru-guru saat peneliti wawancarai, yaitu: anak hanya mewarnai sentuhan berbahaya
atau bagian tubuh privacy yang tidak boleh
“Media yang kita gunakan itu ada foto disentuh orang sembarang orang. Gambar
keluarga inti, Buku Cerita Halo Balita tubuh anak laki-laki diberikan kepada
"Aku sayang keluargaku" untuk mengenal anak laki-laki dan gambar anak
keluar besar, karena disana kan ada perempuan diberikan kepada anak
gambar lengkap keluarga inti dan perempuan. Lembar kerja ini digunakan
keluarga besar ya, mulai dari kakek, guru untuk mengecek apakah anak sudah
nenek, paman, kakak, adik, hingga ayah, paham dengan materi yang telah diberikan
dan ibu ada disitu. Terus kita juga gunain sebelumnya, yaitu sentuhan baik dan
gambar orang-orang di sekitar anak, sentuhan buruk” (O.19012017)
seperti pembantu rumah tangga, tukang
becak, tukang ojek, polisi / satpam, dan Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan,
biasanya gambar itu kita yang cari dan diketahui bahwa awal pelaksanaan pendidikan
print sendiri. Terus kita juga gunain karton seks dilatar belakangi oleh maraknya kasus
besar dan spidol untuk menggambar atau kejahatan seksual yang terjadi karena
menjiplak tubuh anak, terus kita kan ada perkembangan seksual anak yang sedang
permainan harta kartun ya, itu medianya mengeksplor tubuhnya. Tujuan pelaksanaan
lebih ke anak sendiri sih, dan yang terakhir program pendidikan seks disini adalah untuk
itu kita gunain media laptop dan speaker mengenalkan anak-anak tentang bahaya
untuk acara nonton bareng video tentang kejahatan seksual yang ada disekitar mereka,
pelecehan seksual, dan mendengarkan membekali cara menjaga diri, serta
lagu tentang tubuh berharga”. mengetahui tindakan apa yang harus
(W.PK.04012017) dilakukannya bila mendapat ancaman seksual.
Program pendidikan seksual secara rutin Pembahasan
dilaksanakan sekolah PAUD IT Qurrota
A’yun selama kurang lebih sebulan pada awal Rencana pengadaan pendidikan seks
semester 2, dan pada tahun ajaran 2016/2017 dilakukan guru karena maraknya kejahatan
ini program ADD mulai dilaksanakan pada sesual, dan rasa ingin tahu anak meliputi
tanggal 9 Januari sampai 3 Februari 2017, semua bidang yang menurut anak
namun pelaksanaan pendidikan seks menyenangkan, termasuk seksualitas.
dilakukan pada 18-25 Januari 2017. Menurut Freud (1917) anak usia 3-6 tahun
sedang mengalami tahap falik, pada tahap ini
Observasi penelitian dilakukan di tiga kelas eksplorasi tubuh merupakan merupakan
TK A, yaitu TK A Nabi Musa, TK A Nabi perkembangan yang sedang dialami anak.
Ibrahim, dan TK A Nabi Nuh. Pelaksanaan
pendidikan seks disini menggunakan Tujuan pendidikan seks yang direncanakan di
pendekatan yang berpusat pada anak (student PAUD IT Qurrota A’yun Bandar Lampung
centered approach) dan pendekatan yang bukanlah untuk untuk menimbulkan rasa
berpusat pada guru (teacher centered ingin tahu anak tentang hubungan seksual,
approach) secara bersama-sama, sedangkan tetapi lebih untuk memberikan pemahaman
pendekatan yang di gunakan adalah kepada anak tentang kejahatan seksual di
pendekatan tematik, dimana “Aku dan sekitar mereka, sehingga mereka dapat
Diriku” adalah tema utamanya. Tema “Aku menjaga dirinya dan juga orang lain dari
dan Diriku” ini diturunkan menjadi beberapa tindak kejahatan seksual. Hal ini sesuai
sub-tema, adapun sub-tema yang berkaitan dengan pendapat Nawita (2013), Finkelhor
dengan pendidikan seks ialah “tubuhku” dan (2009), dan Handayani (2008) mengatakan
“tindakan pelecehan / tindakan terpuji”. bahwa tujuan dari pendidikan seksual pada
Berikut adalah materi pendidikan seks yang remaja bukanlah untuk menimbulkan rasa
diberikan, yaitu; 1) bagian tubuh privacy yang ingin tahu dan ingin mencoba hubungan
tidak boleh disentuh, 2) siapa saja yang boleh seksual, tetapi tujuan utama pemberian
menyentuh bagian privacy, 3) istilah pendidikan seks adalah untuk membantu anak
pelecehan, 4) mengenal perilaku atau bentuk dapat terampil mengidentifikasi situasi-situasi
pelecehan, dan 5) apa yang harus dilakukan berbahaya dan mencegah terjadinya
bila ada yang melakukan tindakan pelecehan. pelecehan seksual, serta mengajarkan pada
Adapun beberapa metode yang digunakan anak bentuk-bentuk sentuhan yang tidak baik,
guru saat memberikan pendidikan seks disini bagaimana cara menolak atau mengakhiri
ialah dengan metode bercerita, diskusi atau interaksi dengan palaku atau orang yang
tanya jawab, menggambar, permainan, mencurigakan, bagaimana cara mereka
bernyanyi, syair dan nonton bareng, syair dan meminta pertolongan, serta perbedaan antara
nonton bareng, sedangkan media yang kebiasaan yang bersifat privacy dan kebiasaan
digunakan guru untuk mendukung kegiatan yang boleh dilakukan di depan umum.
pembelajaran menjadi lebih mudah, yaitu
Laptop atau LCD, speaker, karton dan spidol, Pelaksanaan pembelajaran di PAUD IT
Gambar orang disekitar (keluarga inti, Qurrota A’yun merupakan suatu proses
keluarga besar, dan orang-orang terdekat yang belajar dan mengajar dimana belajar
ada disekitar tapi bukan keluarga), lembar dilakukan oleh anak dan mengajar dilakukan
kerja berupa gambar tubuh anak perempuan oleh guru. Guru disini tidak hanya
dan laki-laki. mentransfer ilmu, tetapi juga mentransfer
nilai-nilai dan membimbing anak. Hal ini
sesuai dengan teori Adi (2000) yang
mengungkapkan bahwa didalam proses kompetensi sikap, pengetahuan, dan
pembelajaran terdapat dua aktivitas, yaitu keterampilan dengan mencakup sebagian atau
belajar dan mengajar. Belajar dilakukan oleh seluruh aspek pengembangan.
anak untuk mengetahui hal-hal yang
sebelumnya belum ia ketahui dan belum dapat Metode yang digunakan sekolah ini sudah
ia lakukan, serta anak akan mendapatkan lebih bermacam-macam dan telah di sesuaikan
banyak pengalaman yang dapat menambah dengan kriteria anak usia dini, yaitu dengan
pengetahuan dan keterampilannya, sedangkan cara bercerita, diskusi atau tanya jawab,
mengajar dilakukan oleh pendidik untuk melakukan kegiatan menggambar, permainan,
mentransfer nilai-nilai dan ilmu serta bernyanyi, syair dan nonton bareng, syair dan
memfasilitasi anak dalam proses nonton bareng. Hal ini sesuai dengan
pembelajaran, dan untuk mencapai tujuan pendapat Nugraha (2005) yang
pembelajaran pendidikan seks secara efektif mengungkapkan bahwa melalui gerak dan
di PAUD IT Qurrota A’yun Bandar Lampung, lagu, serta sentuhan panca indera merupakan
guru harus menentukan model pembelajan kegiatan yang disukai anak, dan kegiatan yang
yang akan digunakan saat kegiatan belajar disukai anak akan berdampak baik untuk
mengajar berlangsung, mulai dari pendekatan, pemahaman anak. Adapun beberapa media
strategi, metode, hingga media atau sumber yang digunakan guru untuk mendukung
belajar yang akan digunakan. kegiatan pembelajaran menjadi lebih mudah,
yaitu Laptop atau LCD, speaker, karton dan
Pendekatan yang digunakan sekolah dalam spidol, Gambar orang disekitar (keluarga inti,
pendidikan seks adalah pendekatan yang keluarga besar, dan orang-orang terdekat yang
berpusat pada anak (student centered ada disekitar tapi bukan keluarga), lembar
approach) dan pendekatan yang berpusat kerja berupa gambar tubuh anak perempuan
pada guru (teacher centered approach). Hal dan laki-laki.
ini sesuai dengan pendapat Mulyasa (2012)
yang menjelaskan bahwa pelaksanaan SIMPULAN DAN SARAN
pembelajaran adalah kegiatan untuk
merealisasikan rencana pembelajaran menjadi Simpulan
tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan
secara efektif dan efisien. Hasil analisis menunjukkan bahwa PAUD IT
Qurrota A’yun Bandar Lampung telah
Strategi yang digunakan guru adalah strategi melaksanakan pendidikan seks untuk anak
pembelajaran terpadu yang mengintegrasikan usia dini sejak tahun 2014 karena maraknya
kompetensi inti nilai spiritual, sikap sosial, kasus kejahatan seksual. Tujuan pelaksanaan
pengetahuan, dan keterampilan untuk program pendidikan seks di sekolah ini adalah
mengoptimalkan seluruh aspek untuk mengenalkan pada anak-anak tentang
perkembangan secara bersama-sama. Hal ini bahaya atau kejahatan seksual, membekali
sesuai dengan buku panduan pendidik dari anak cara menjaga dirinya dan orang lain,
Kemendikbud (2014) yang menjelaskan serta mengetahui tindakan apa yang harus
bahwa salah satu pembelajaran PAUD yang dilakukannya bila mendapat kejahatan seksual
digunakan dalam Kurikulum 2013 adalah atau ancaman seksual. Model pembelajaran
pembelajaran tematik terpadu. Dalam model yang digunakan guru dalam pelaksanaan
pembelajaran tematik terpadu di PAUD, pendidikan seks disekolah ini adalah; 1)
kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk satu pendekatan berorientasi pada anak dan
tema, sub tema, atau sub-sub tema dirancang berorientasi pada guru, 2) strategi
untuk mencapai secara bersama-sama pembelajaran tematik terpadu, 3) metode
bercerita, diskusi atau tanya jawab, DAFTAR RUJUKAN
menggambar, permainan, bernyanyi, syair
dan nonton bareng, dan 4) berbagai sumber Andriana, E. 2006. Tanya Jawab Problema
atau media pembelajaran. Anak Uisa Dini Berbasis Gender.
Yogyakarta: Kanisius.
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi
sekolah untuk memberikan pendidikan seks Douglas, K. 2002. The impact of schools and
yang menyenangkan untuk anak usia dini, school programs upon adolescent sexual
namun hasil penelitian ini tidak bisa behavior. The Journal of Sex Research
digeneralisasikan secara umum, karena hanya [Online]. Volume 39 (1): 27–33 tersedia
berlaku di PAUD IT Qurrota A’yun Bandar di http://www.jstor.org/stable/3813420
Lampung saja. [diakses 26 Desember 2016]

Saran Finkelhor et al. 2008. Sexually Assaulted


Children: National Estimates and
Berdasarkan penelitian ini, maka penulis Characteristics. Journal Juvenile Justice
memberikan saran bagi; 1) Kepala Sekolah. Bulletin. 7: 1-12.
Sarana dan prasarana yang mendukung
pendidikan seks masih belum ada, seperti Freud, S. 1917. A General Introduction to
pemasangan poster tentang pendidikan seks. Psychoanalysis. New York:
Pemasangan poster yang bisa dilihat dan Washington Square Press.
dibaca dapat menjadi upaya sekolah untuk
mengenalkan orang tua, serta mengingatkan Hainstock, E. G. 2002. Metode Pengajaran
anak tentang pendidikan seks, meskipun Montessori Untuk Anak Sekolah.
program pendidikan seks telah berakhir; Diterjemahkan oleh Hermes. Jakarta:
2) Guru. Kegiatan belajar mengajar Pustaka Delapratasa
menggunakan RPPH yang sama, tapi
pelaksanaan masih banyak yang tidak sesuai, Handayani, A. & Amiruddin, A. 2008. Anak
karena perbedaan latar belakang pendidikan Anda Bertanya Seks? : Langkah Mudah
dan lama pengalaman mengajar para guru, Menjawab Pertanyaan Anak tentang
oleh karena itu gurur harus benar-benar Seks. Bandung: Khazanah.
memahami materi dan kegiatan dalam RPPH
agar aktifitas pembelajaran dapat mencapai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
tujuan pembelajaran; 3) Peneliti Lain. Republik Indonesia. 2014. Buku
Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan Panduan Pendidik Kurikulum 2013
untuk melakukan penelitian lebih lanjut, PAUD Anak Usia 5-6 Tahun. Jakarta:
disarankan bagi peneliti lain agar meneliti; Kemendikbud.
1) proses evaluasi kegiatan pendidikan seks
untuk menilai hasil atau mengetahui dampak Miles, M. & Huberman, A. M. 1992. Analisis
dari pembelajaran pendidikan seks; Data Kualitatif. Diterjemahkan oleh
2) menggunakan metode kuantitatif untuk Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta:
melihat pelaksanaan pendidikan seks di kota Universitas Indonesia Press.
Bandar Lampung
Moleong, L. J. 2007. Metodologi Penelitian
Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2012. Managemen PAUD. Schutte et al. 2014. Long Live Love. The
Bandung: Rosda Karya implementation of a school-based sex-
education program in the Netherlands.
Nawita, M. 2013. Bunda, Seks itu Apa? : Journal Health Education Research, 29
Bagaimana Menjelaskan Seks pada (4): 583-597.
Anak. Bandung: Yrama Widya.
Sujiono, Y. N. 2009. Konsep Dasar
Nugraha, B. D. & Wibisono, S. 2016. Adik Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Bayi Datang dari Mana? : A-Z Indeks.
Pendidikan Seks Usia Dini. Jakarta:
Noura Books. Upton, P. 2012. Psikologi Perkembangan.
Diterjemahkan oleh Noermalasari Fajar
Santrock, J. W. 2007. Perkembangan Anak, Widuri. Jakarta: Erlangga.
Edisi kesebelas Jilid 1. Diterjemahkan
oleh Mila Rachmawati. Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai