Anda di halaman 1dari 12

PERBEDAAN EFEKTIVITAS METODE CERAMAH DAN METODE PEER

KONSELOR TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRA


NIKAH PADA SISWA KELAS II MULTIMEDIA DI SMK KARTINI SEMARANG

Sholihatun

ABSTRAK

Banyak permasalahan yang dihadapi oleh generasi muda di indonesia saat ini, salah
satunya adalah hubungan seks pra nikah. Pesatnya arus informasi akibat kemajuan teknologi
komunikasi dan informasi sehingga membuat remaja terpengaruh oleh teman maupun
lingkungannya. Pemberian metode pendidikan kesehatan yang tepat diharapkan bisa
meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan menumbuhkan kesadaran
remaja akan pentingnya kesehatan reproduksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan efektivitas metode ceramah dan metode peer konselor terhadap
pengetahuan remaja tentang seks pranikah pada siswa kelas 2 Multimedia di SMK Kartini
Semarang.
Penelitian ini menggunakan quasy eksperimental dengan non-equivalent control group
design, dan metode pengambilan sampel adalah total sampling. Jumlah sampel sebanyak 72
responden yang dibagi menjadi 2 kelompok masing-masing 36 responden, populasi adalah
seluruh siswa- siswi kelas 2 Multimedia SMK Kartini Semarang, waktu penelitian bulan
Maret, alat pengumpulan data berupa kuesioner. yang telah diujikan validitas dan
reabilitasnya.Analisis statistic menggunakan uji wilcoxon.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan antara pengetahuan sebelum dan
sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah nilai Z sebesar -4,232 dan.
Dan peer konselor nilai Z sebesar -5,221. Serta terdapat perbedaan efektivitas metode
ceramah dan peer konselor terhadap pengetahuan remaja yaitu pada kelompok 1 peningkatan
pengetahuan sebanyak 23 responden sedangkan pada kelompok 2 peningkatan pengetahuan
sebanyak 35 responden. Ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan efektivitas
metode ceramah dan metode peer konselor terhadap pengetahuan remaja tentang seks pra
nikah.
Disarankan pada institusi pendidikan agar bisa memilih metode yang tepat dalam
memberikan informasi tentang kesehatan agar tujuan pembelajaran dapat optimal.

Kata kunci : Seks Pra Nikah, Pengetahuan, Remaja

PENDAHULUAN seksual dan HIV/AIDS, aborsi yang tidak


Masa remaja merupakan masa titik aman hingga kematian (BKKBN, 2009)
rawan karena remaja mempunyai sifat Banyak faktor yang menyebabkan
selalu ingin tahu, dan kecenderungan remaja melakukan seks bebas seperti
untuk mencoba hal-hal baru yang belum pengaruh lingkungan dan rasa ingin tahu
diketahui sebelumnya seperti melakukan yang sangat besar dari remaja. Mereka
hubungan seksual pra nikah. Perilaku tidak akan percaya sebelum mencoba dan
seksual remaja yang bermasalah dan harus melakukannya, remaja belum dapat
disoroti adalah seks diluar nikah, seks menjadi dirinya sendiri karena remaja
tidak aman, dan seks berganti-ganti adalah proses pencarian jati diri yang
pasangan. Perilaku tersebut dapat sebenarnya sehingga banyak remaja yang
berakibat fatal bagi remaja karena beresiko tingkah lakunya terpengaruh oleh teman
tinggi terhadap timbulnya kehamilan maupun lingkungannya (needa, 2010). Hal
diluar nikah, tertular penyakit menular ini dibuktikan oleh synovate Research

1
yang mengadakan Survey di empat kota dorongan seks yang meledak ledak tadi,
besar yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, para remaja biasanya melampiaskan
dan Medan yang dilaksanakan sejak bulan dengan cara membaca bacaan, ataupun
september 2004 mengungkapkan bahwa flim porno, bahkan ada yang dengan
sekitar 65% informasi tentang seks mereka sengaja melakukan hubungan seksual
dapatkan dari kawan dan juga 35 % dengan pekerja seks komersial atau
sisanya dari film porno,ironisnya hanya melakukan masturbasi (Dianawati, 2003).
5% dari responden remaja ini Remaja yang tidak dapat menahan
mendapatkan informasi tentang seks dari diri cenderung melanggar hubungan seks
orang tuanya. pra nikah tersebut. Kecenderungan ini
Remaja kota juga kini semakin semakin meningkat denagn mudahnya
berani melakukan hubungan seksual karena penyebaran informasi yang bersifat
pranikah. Nampaknya hal itu berkaitan rangsangan seksual melalui kaset video,
dengan hasil sebuah penelitian, 10-12 % radio, majalah dan televisi. Dengan
remaja di Jakarta pengetahuan seksnya sendirinya, keadaan itu membuka peluang
sangat kurang. Ini mengisyaratkan besar lagi terahadap terjadinya hubungan
pendidikan seks secara intensif terutama di seks pra nikah. Bagi remaja, hubungan
rumah dan di sekolah sangat penting. seks pra nikah memberikan fasilitas
Pengetahuan yang setengah-setengah munculnya penyakit menular seksual
justru berbahaya dari pada tidak tahu sama (PMS), HIV/AIDS, kehamilan yang tudak
sekali. Kata-kata bijak ini juga berlaku direncanakan, kawin muda, anak anak
bagi para remaja tentang pengetahuan seks lahir diluar nikah, aborsi, depresi pada
kendati dalam hal ini ketidaktahuan tidak wanita yang terlajur berhubungan seks dan
berarti lebih tidak berbahaya (BKKBN, lain-lain (Dianawati, 2003 ).
2006). Hasil penelitian yang dilakukan Banyak metode yang dapat
PKBI di kota Palembang, Kupang, dipergunakan dalam memberikan
Tasikmalaya, Cirebon dan Singkawang informasi kesehatan salah satunya adalah
pada 2005 juga menunjukkan bahwa dapat menggunakan metode ceramah.
jumlah remaja yang melakukan hubungan Metode ceramah merupakan metode
seks diluar nikah cukup tinggi. Hasil pelajaran yang menggunakan penjelasan
penelitian itu menunjukkan bahwa 9,1 % secara verbal. Komunikasi biasanya
remaja telah melakukan hubungan seksual bersifat satu arah, namun dapat dilengkapi
dan 85%nya melakukan hubungan seks dengan penggunaan alat–alat audio visual,
pertama mereka pada usia 13-15 tahun demonstrasi, pertanyaan dan jawaban,
dirumah mereka dengan pacar. diskusi singkat dan sebagainya
Pentingnya memberikan (Depdikbud, 2009). Metode ceramah
pendidikan seks bagi remaja, sudah sangat efektif dan efisien jika digunakan
seharusnya kita pahami. Karena pada untuk penyampaian informasi dan
dasarnya usia remaja merupakan masa pengertian. Salah satu kelemahan dari
transisi, masa terjadinya perubahan, baik metode ceramah adalah tidak memberikan
fisik, emosional mapun seksual. Hormon kesempatan kepada sasaran (remaja)
seks dalam tubuhnya mulai berfungsi dan untuk berpartisipasi secara aktif dan cepat
siap untuk melakukan tugasnya, yaitu membosankan apalagi ceramahnya kurang
dengan berkembang biak memperbanyak menarik, sehingga dianggap kurang efektif
keturunan. Perubahan hormon itu ditandai dalam menyampaikan informasi kepada
dengan kematangan seks, sehingga remaja.metode ceramah dalam
dorongan seks yang timbul semakin pelaksanaanya hanyalah sekedar
meluap. Dorongan tersebut akan semakin menyampaikan dan membuat siswa
timbul tinggi jika tidak diberi bimbingan mempunyai segunung pengetahuan tetapi
yang benar tentang perubahan ini. Akibat metode tersebut tidak melatih siswa

2
menemukan sendiri dan mengembangkan kemudahan dalam mendapatkan informasi
pengetahuan yang siswa dapatkan tentang kesehatan reproduksi dari berbagai
(Sugandi,2006). sumber seperti buku, majalah, koran,
Untuk memberikan informasi dan internet, yang tempatnya tidak jauh dari
pelayanan kesehatan yang tepat pada lokasi sekolah. Para siswa SMK Kartini
remaja diperlukan pendekatan yang dalam bergaul dengan teman temanya
adolescent friendly. Pemerintah melalui dalam batas kewajaran selain itu di
Departemen kesehatan (Direktorat lingkungan sosial mereka juga bergaul
Kesehatan Keluarga) telah selayaknya seumuran mereka. Bimbingan
mengembangkan suatu program yaitu konseling di SMK Kartini hanya diberikan
pelayanan kesehatan peduli remaja di masing - masing kelas dengan
(PKPR) yang diharapkan menyediakan menggunakan metode ceramah sehingga
pelayanan sesuai masalah dan memenuhi masih jarang siswa yang berminat untuk
kebutuhan remaja. Salah satu kegiatan berkonsultasi ke bimbingan konseling
PKPR adalah peer konselor, Peer konselor tersebut,mereka lebih sering menceritakan
atau konselor sabaya adalah merupakan masalahnya ke teman sekolah daripada ke
kader remaja yang telah dilatih untuk bimbingan konseling yang sudah
menjadi konselor bagi teman sebayanya, disediakan oleh pihak sekolah. Selain itu
dengan salah satu tujuan adalah berdasarkan informasi dari guru BK
menyebarluaskan informasi kesehatan (Bimbingan konseling), periode tahun
remaja kepada kelompok sebayanya 2007- 2010 tercatat 5 kasus yang
(Depkes RI,2006). mengalami kehamilan dan kasus tersebut
Metode peer konselor diperoleh semua terjadi pada siswa yang duduk
dari kemampuan remaja dalam melakukan dibangku kelas 2 dan kelas 3.
perannya yang pada akhirnya bertujuan Berdasarkan wawancara yang
terjadi perubahan pada pengetahuan, sikap, dilakukan terhadap 7 siswa, dari 5
dan perilaku. Dari fenomena yang ada pertanyaan yang diberikan yaitu meliputi
dikalangan sekolah atau masyarakat pengertian dari seks itu sendiri, seks pra
kebanyakan remaja lebih sering curhat nikah, faktor penyebab, dampak seks pra
kepada temannya sendiri dibandingkan nikah, cara menghindari seks pra nikah
dengan orang tua karena mereka merasa didapatkan 2 siswa hanya mengetahui
malu dan ada sebagian yang takut untuk sekedarnya saja berdasarkan apa yang
menceritakan masalahnya kepada orang mereka ketahui. Melihat dari jawaban 2
tua . Untuk itu diperlukan suatu cara agar siswa tersebut dapat di ketahui mereka
remaja tidak melakukan seks bebas. Cara terdapat pada tingkatan pengetahuan yang
efektif adalah konselor dari teman sebaya. paling rendah yaitu tahu (know).
Cara ini adalah cara yang paling efektif Kemudian 3 siswa berikutnya sudah bisa
karena remaja cenderung akan menjawab pertanyaan yang diajukan,
menceritakan semua permasalahannya hanya saja dalam menerangkan belum
kepada temannya daripada kepada orang begitu spesifik. Dari jawaban 3 siswa
tuanya. Remaja akan merasa nyaman dan berikutnya, mereka di nilai pada tingkatan
lebih terbuka kepada teman sebayanya, pengetahuan sampai memahami
sehingga konselor dari teman sebaya akan (comprehensif). Sedangkan 2 siswa yang
dapat mengurangi perilaku seks bebas terakhir dapat menjawab sekaligus
pada remaja (Foreno, 2007). menerangkan tentang jawaban yang
Berdasarkan studi pendahuluan dimaksud, mereka sepertinya sudah sering
yang dilakukan SMK Kartini yang mendengar tentang informasi seks pra
merupakan salah satu SMK yang letaknya nikah, kesimpulan akhir yang di dapat dari
di kota Semarang yang memungkinkan 2 siswa paling terakhir yaitu mereka
para siswa memperoleh berbagai berada pada tingkatan pengetahuan dalam

3
aplikasi (application), karena setidaknya Multimedia di SMK Kartini Semarang
mereka sudah mengetahui situasi dan yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
kondisi yang di hadapi dalam masalah seks kelompok pertama berjumlah 36 dan
pra nikah. kelompok kedua 36.
Dari studi pendahuluan yang di Penelitian ini dilaksanakan di SMK
dapat, bimbingan dan konseling dengan Kartini Semarang pada siswa kelas 2
metode peer Konselor/konselor teman Multimedia dengan studi pendahuluan
sebaya belum pernah dilakukan di SMK dilakukan pada bulan oktober 2010 dan
tersebut. Dan baru pertama kali ini akan Pengambilan data dilakukan pada bulan
dilakukan oleh peneliti. maret 2011. Penelitian ini dilakukan oleh
Berdasarkan fenomena tersebut peneliti dan dibantu oleh 10 OSIS yang
diatas peneliti tertarik untuk melakukan sudah dilatih selama 5 hari.
penelitian dengan melakukan dua metode Alat pengumpulan data yang
yaitu penyampaian informasi berupa digunakan adalah kuesioner. Kuesioner ini
penyuluhan dan berupa konseling (peer berbentuk pertanyaan tertutup (closed
konselor), yaitu mengenai perbedaan ended) dimana dalam pertanyaan ini sudah
efektivitas metode ceramah dan metode diberikan jawaban (Notoadmodjo, 2005).
peer konselor terhadap pengetahuan Kuesioner ini diisi oleh responden dan
remaja tentang seks pranikah pada siswa digunakan untuk mengetahui pengetahuan
kelas 2 Multimedia di SMK Kartini remaja terhadap seks pra nikah dengan
Semarang. pertanyaan sebanyak 5 pertanyaan.
Uji validitas dalam penelitian ini
METODE PENELITIAN dilakukan dengan menggunakan uji
Jenis penelitian ini adalah quasy product moment dari pearson dengan
eksperimental dengan non-equivalent ketentuan pengujiannya adalah apabila
control group design. Di dalam desain ini nilai r hasil > r tabel. Uji reliabilitas
perlakuan dilakukan sebanyak dua kali dilakukan dengan menggunakan metode
yaitu sebelum dan sesudah eksperimen. koefisien Alfa Cronbach, dinyatakan
Perlakuan yang dilakukan sebelum reliabel jika nilai r hitung > r tabel. Nilai r
eksperimen disebut pre test, dan perlakuan tabel untuk n = 20 dengan taraf signifikasi
setelah eksperimen di sebut post test. 5 % yaitu 0,7 (Arikunto, 2006).
Dengan menekankan pada pengetahuan Analisa data dengan menggunakan
remaja tentang seks pra nikah sebelum dan univariat dan bivariat, Uji statistik yang
setelah diberi intervensi. Intervensi berupa digunakan untuk uji normalitas data
pendidikan kesehatan menggunakan dalam penelitian ini adalah tes Shapiro
metode ceramah dan metode peer Wilk, karena jumlah sampel masing-
konselor. masing kelompok 36 responden, dan nilai
Populasi dalam penelitian ini signifikasi p-value > 0,05. Apabila data
adalah semua siswa kelas 2 Multimedia di dinyatakan berdistribusi normal, maka
SMK Kartini, sebanyak 72 siswa. Sampel dilanjutkan dengan uji T. Uji T yang
dalam penelitian ini adalah berjumlah 72 digunakan adalah independent t-test
siswa tingkat 2 Multimedia di SMK kartini (unpaired t test). Jika data berdistribusi
Semarang. Teknik pengambilan sampel tidak normal p-value < 0,05 maka uji
dalam penelitian ini adalah menggunakan yang digunakan adalah Wilk Coxon.
tehnik total populasi karena menurut (Dahlan,2009).
notoatmodjo (2003), untuk menentukan
besar sampel apabila jumlah populasi
kurang dari 100 maka jumlah sampel yang
digunakan adalah seluruh populasi yang
ada yaitu sebesar 72 siswa kelas 2

4
HASIL PENELITIAN kategori sedang, yaitu sejumlah 20 siswa
Tabel 1. Tingkat Pengetahuan Responden (55,5%).
tentang Seks Pra Nikah Sebelum Tabel 4. Analisis Perbedaan Pengetahuan
Diberikan Pendidikan kesehatan Remaja Sebelum dan Setelah
pada Kelompok 1 Diberikan Pendidikan Kesehatan
Pengetahuan Frekuensi
Persentase Metode Ceramah (Kelompok 1),
(%) Maret 2011
Rendah 21 58,3
Sedang 12 33,4 Pengetahuan Sebelum Sesudah
Tinggi 3 8,3 Rendah 21 10
Jumlah 36 100,0 Sedang 12 20
Tinggi 3 6
Berdasarkan tabel 1 dapat Jumlah 36 36
Z = -4,232
diketahui bahwa sebelum diberikan Ρ value = 0,000
pendidikan kesehatan sebagian besar
pengetahuan responden tentang seks pra Berdasarkan uji Wilcoxon
nikah pada kelompok 1 dalam kategori didapatkan nilai Z sebesar -4,232 dengan
rendah, yaitu sejumlah 21 siswa (58,3%). p-value sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-
value 0,000 < α (0,05). Ini menunjukkan
Tabel 2. Tingkat Pengetahuan Responden
bahwa ada perbedaan yang signifikan
tentang Seks Pra Nikah Sebelum
pengetahuan responden tentang seks pra
Diberikan Pendidikan kesehatan
nikah sebelum dan setelah diberikan
pada Kelompok 2
Persentase
pendidikan kesehatan dengan metode
Pengetahuan Frekuensi ceramah.
(%)
Rendah 21 58,3 Tabel 5. Analisis Perbedaan Pengetahuan
Sedang 12 33,4 Remaja Sebelum dan Setelah
Tinggi 3 8,3 Diberikan Pendidikan Kesehatan
Jumlah 36 100,0 Metode peer konselor (Kelompok
2)
Berdasarkan tabel 2 dapat
Pengetahuan Sebelum Sesudah
diketahui bahwa sebelum diberikan
Rendah 21 5
pendidikan kesehatan sebagian besar
Sedang 12 23
pengetahuan responden tentang seks pra Tinggi 3 8
nikah pada kelompok 2 dalam kategori Jumlah 36 36
rendah, yaitu sejumlah 21 siswa (58,3%). Z = -5,221
Ρ value = 0,000
Tabel 3. Tingkat Pengetahuan Responden
tentang Seks Pra Nikah Setelah Berdasarkan uji Wilcoxon
Diberikan Pendidikan kesehatan didapatkan nilai Z sebesar -5,221 dengan
pada Kelompok 1 p-value 0,000. Terlihat bahwa p-value
Pengetahuan Frekuensi
Persentase 0,000 < α (0,05). Ini menunjukkan bahwa
(%) Ho ditolak, dan dapat disimpulkan bahwa
Rendah 10 27,8 ada perbedaan yang signifikan
Sedang 20 55,5
Tinggi 6 16,7 pengetahuan responden tentang seks pra
Jumlah 36 100,0 nikah sebelum dan setelah diberikan
pendidikan kesehatan dengan metode peer
Berdasarkan tabel 3 dapat konselor.
diketahui bahwa setelah diberikan
pendidikan kesehatan dengan metode
ceramah sebagian besar pengetahuan
responden tentang seks pra nikah dalam

5
Tabel 6. Perbandingan pengetahuan yang setara. Rendah pengetahuan
responden sebelum dan sesudah remaja ini disebabkan kurangnya para
diberikan pendidikan kesehatan remaja mendapatkan informasi
dengan metode ceramah tentang seks pra nikah masih kurang.
(kelompok 1) Penyebab lain adalah keadaan
Metode
Nilai pretest
N Mean Z
ρ lingkungan yang tidak mendukung,
-postest value misalnya kurang persediaan buku-
Ceramah Menurun 0 12,00 -4,232 0,000
buku tentang kesehatan remaja
Meningkat 23
Tetap 13 khususnya tentang seks pra nikah di
Jumlah 36 perpustakaan sekolah. Hal ini sesuai
dengan pendapat Notoatmojo (2002)
Tabel 7. Perbandingan pengetahuan yang mengatakan bahwa faktor
responden sebelum dan sesudah lingkungan sering merupakan faktor
diberikan pendidikan kesehatan dominan yang mewarnai pengetahuan
dengan metode peer konselor dan perilaku seseorang.
(kelompok 2) 2. Pengetahuan Remaja tentang Seks Pra
Nilai pretest ρ Nikah Setelah Mendapatkan
Metode N Mean Z
-postest value Pendidikan Kesehatan dengan Metode
Peer Menurun 0 18,00 -5,221 0,000 Ceramah
konselor Meningkat 35
Tetap 1
Berdasarkan hasil penelitian
Jumlah 36 menunjukkan bahwa pengetahuan
responden setelah diberikan
Berdasarkan uji Wilcoxon pendidikan kesehatan dengan metode
didapatkan nilai Z sebesar -4,232 dengan ceramah sebagian besar dalam
p-value 0,000 < α (0,05) pada kelompok 1 kategori sedang (C2-C4), dimana
dan nilai Z sebesar -5,221 p-value 0,000 < pengetahuan tersebut lebih tinggi
α. (0,05) pada kelompok 2. Ini daripada sebelum diberikan
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang pendidikan kesehatan yang sebagian
signifikan efektivitas metode ceramah dan besar dalam kategori rendah.
metode peer konselor terhadap Metode ceramah mempunyai
pengetahuan remaja tentang seks pra nikah beberapa keunggulan, diantaranya
pada siswa kelas II multimedia di SMK dapat digunakan pada orang dewasa,
Kartini Semarang. penggunaan waktu yang efisien dapat
dipakai pada kelompok yang besar,
PEMBAHASAN tidak terlalu banyak menggunakan alat
1. Pengetahuan Remaja tentang Seks Pra bantu pengajaran dan dapat dipakai
Nikah Sebelum Diberikan Pendidikan untuk memberi pengantar pada
Kesehatan pengajaran, dan dapat dipakai untuk
Berdasarkan hasil penelitian memberi pengantar pada pelajaran
menunjukkan bahwa sebelum atau suatu kegiatan.
diberikan pendidikan kesehatan 3. Pengetahuan Remaja tentang Seks Pra
sebagian besar pengetahuan responden Nikah Setelah Mendapatkan
tentang seks pra nikah baik pada pendidikan kesehatan dengan Metode
kelompok 1 maupun kelompok 2 Peer Konselor
dalam kategori rendah (C1), yaitu Hasil penelitian menunjukkan
masing-masing sejumlah 21 siswa bahwa setelah diberikan pendidikan
(58,3%). Hasil penelitian ini kesehatan tentang seks pra nikah
menunjukkan bahwa sebelum dengan metode peer couselor,
pendidikan kesehatan kedua kelompok pengetahuan responden sebagian besar
mempunyai karakteristik pengetahuan dalam kategori sedang (C2-C4),

6
dimana pengetahuan responden lebih sasaran ceramah. Metode pendidikan
meningkat dibandingkan sebelum kesehatan dengan ceramah yaitu
diberikan pendidikan kesehatan metode pendidikan kesehatan dimana
metode peer konselor. materi-materi kesehatan yang
Peningkatan ini menunjukkan dijelaskan oleh penceramah tanpa
bahwa pendidikan kesehatan dengan interaksi masukan dari siswa
metode peer konselor juga telah (kalaupun ada sangat sedikit). Metode
mengubah pengetahuan remaja ini juga termasuk ceramah dengan
tentang seks pra nikah ke arah yang pertanyaan dari siswa atau ceramah
lebih baik. Dimana responden menjadi yang diikuti dengan diskusi bebas
lebih mengerti tentang seks pra nikah, yang melibatkan penceramah dan
dari yang sebelumnya tidak tahu siswa.
menjadi tahu 5. Perbedaan Pengetahuan Remaja
4. Mengetahui Perbedaan Pengetahuan Tentang Seks Pra Nikah Sebelum Dan
Remaja tentang Seks Pra Nikah Sesudah Mendapatkan pendidikan
Sebelum dan Sesudah Mendapatkan kesehatan Dengan Metode Peer
Pendidikan Kesehatan dengan Metode Konselor
Ceramah Hasil penelitian tabel 5,
Hasil penelitian tabel 4, menunjukkan bahwa pengetahuan
menunjukkan bahwa metode ceramah responden sebelum diberikan
yang disampaikan telah mengubah pendidikan kesehatan metode peer
pengetahuan remaja menjadi konselor dalam tingkat pengetahuan
meningkat. Dengan diberikan ceramah rendah sebanyak 21 responden
tentang seks pra nikah responden kemudian setelah diberikan
menjadi lebih tahu, lebih mengerti, pendidikan kesehatan metode peer
dan lebih paham tentang seks pra konselor turun menjadi 5 responden.
nikah daripada sebelumnya. Dalam tingkat pengetahuan sedang
Berdasarkan uji Wilcoxon meningkat menjadi 23 responden,
didapatkan nilai Z untuk kelompok 1 untuk tingkat pengetahuan tinggi juga
sebesar -4,232 dengan p-value sebesar meningkat sebanyak 8 responden.
0,000. Terlihat bahwa p-value 0,000 < Hasil ini mempunyai arti bahwa
α (0,05) yang menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan dengan metode
ada perbedaan yang signifikan peer konselor yang disampaikan oleh
pengatahuan responden tentang seks teman sebaya para remaja mampu
pra nikah sebelum dan sesudah merubah tingkat pengetahuan remaja
diberikan pendidikan metode ceramah tentang seks pra nikah menjadi lebih
pada siswa kelas II Multimedia di meningkat.
SMK Kartini Semarang. Metode peer konselor atau
Keadaan ini dapat konseling teman sebaya disebabkan
digambarkan bahwa metode ceramah pada umumnya perkembangan sosial
yang dipakai oleh peneliti berperan masa remaja lebih melibatkan
efektif dalam merubah pengetahuan kelompok teman sebaya dibanding
remaja menjadi lebih baik. Hal ini orang tua (Conger, 1991; Papalia &
sesuai pendapat Notoatmodjo (2003). Olds, 2001 dalam Zaenuddin, 2011).
Menurut Notoatmodjo, metode Sehingga jika yang menjadi penyebar
ceramah merupakan metode yang baik informasi adalah temannya sendiri
untuk sasaran orang yang yang akrab dengan dirinya maka
berpendidikan tinggi maupun rendah. remaja akan lebih mudah mengerti
Metode ceramah ini efektif apabila jika dibandingkan dengan informasi
penceramah tersebut dapat menguasai

7
yang diberikan oleh guru atau orang yang signifikan efektivitas metode
tuanya. ceramah dan metode peer konselor
6. Mengetahui perbedaan efektivitas terhadap pengetahuan remaja tentang
metode ceramah dan metode peer seks pra nikah pada siswa kelas II
konselor terhadap pengetahuan remaja multimedia di SMK Kartini
tentang seks pra nikah Semarang, dimana pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian remaja kelompok 2 lebih tinggi dari
tabel 6 dan 7, menunjukkan bahwa kelompok- 1. Dengan kata lain,
perbandingan pengetahuan sebelum pendidikan kesehatan metode peer
dan sesudah diberikan perlakuan pada konselor lebih efektif dibandingkan
kelompok 1 maupun kelompok 2 tidak dengan metode ceramah. Hal ini
ada responden dengan nilai post test dikarenakan metode peer konselor
lebih kecil dengan nilai pre test, pada yang melibatkan teman sebayanya
kelompok 1 sebanyak 23 responden membuat remaja lebih banyak
dengan nilai post test lebih besar dari bertanya dan tidak malu
pada nilai pre test, sedangkan pada mengungkapkan pendapat dan isi
kelompok 2 sebanyak 35 responden hatinya sehingga remaja mampu
yang nilai post testnya lebih besar dari memahami, mengaplikasi hingga
nilai pre test, dan sebanyak 13 mampu mengevaluasi pengetahuan
responden pada kelompok 1 yang nilai yang mereka peroleh dibandingkan
post test nya sama dengan nilai pre dengan metode ceramah yang sifatnya
test, sedangkan untuk kelompok 2 satu arah dan cenderung membuat
hanya terdapat 1 responden yang nilai pendengarnya mudah merasa bosan
post testnya sama dengan nilai pre sehingga minat untuk memahami
test. pengetahuan yang mereka dapatkan
Hasil ini berarti bahwa setelah menjadi berkurang.
kelompok 1 diberikan pendidikan Menurut Notoatmodjo (2003),
kesehatan metode ceramah dan keberhasilan suatu proses pendidikan
kelompok 2 diberikan pendidikan atau penyuluhan tergantung dari
kesehatan dengan metode peer materi atau pesannya dan metode
konselor tingkat pengetahuan remaja penyampaiannya. Agar tercapai suatu
mengalami peningkatan mencakup hasil yang optimal maka metode
klasifikasi antara pemahaman (C2) pendidikan haruslah tepat dan materi
sampai aplikasi (C6), tetapi yang disampaikan mudah dimengerti.
peningkatan pengetahuan kedua Bagi remaja metode peer
kelompok tersebut berbeda, dimana konselor yang melibatkan teman
pengetahuan pada kelompok 2 lebih sebayanya akan lebih efektif
tinggi dibandingkan kelompok 1 yaitu dibandingkan dengan metode ceramah
kelompok 2 jumlah responden yang yang disampaikan oleh guru atau
mengalami peningkatan pengetahuan penyuluh, karena keeratan,
sebanyak 35 responden sedangkan keterbukaan, dan perasaan senasib
pada kelompok 1 hanya mencapai 23 lebih muncul di antara sesama remaja
responden. Hal ini terlihat bahwa dibandingkan dengan guru atau orang
pendidikan kesehatan metode peer tuanya. Sehingga, hal ini dapat
konselor lebih berperan dan lebih menjadi peluang bagi upaya
berpengaruh dalam merubah tingkat memfasilitasi perkembangan remaja.
pengetahuan remaja dibandingkan
dengan metode ceramah. KESIMPULAN
Hasil penelitian ini 1. Sebelum diberikan pendidikan
menunjukkan bahwa ada perbedaan kesehatan sebagian besar pengetahuan

8
responden tentang seks pra nikah baik pra nikah sebelum dan setelah
pada kelompok 1 maupun kelompok 2 diberikan pendidikan kesehatan
dalam kategori rendah, yaitu masing- dengan metode peer konselor, dengan
masing sejumlah 21 siswa (58,3%) nilai Z sebesar -5,221 dan p-value
2. Pada kelompok 1 setelah diberikan 0,000.
pendidikan kesehatan dengan metode 6. Ada perbedaan yang signifikan
ceramah, sebagian besar pengetahuan efektivitas metode ceramah dan
responden tentang seks pra nikah metode peer konselor terhadap
dalam kategori sedang, yaitu sejumlah pengetahuan remaja tentang seks pra
20 siswa (55,5%). nikah pada siswa kelas II multimedia
3. Pada kelompok 2 setelah diberikan di SMK Kartini Semarang, dimana
pendidikan kesehatan dengan metode pengetahuan remaja kelompok 2 lebih
peer konselor, sebagian besar tinggi dari kelompok-1 setelah
pengetahuan responden juga dalam diberikan pendidikan kesehatan yaitu
kategori sedang yaitu sejumlah 23 peningkatan pengetahuan pada
siswa (63,9%). kelompok 2 sebanyak 35 responden
4. Ada perbedaan yang signifikan sedangkan pada kelompok 1 hanya
pengatahuan responden tentang seks sebanyak 23 responden. Dengan kata
pra nikah sebelum dan sesudah lain, pendidikan kesehatan metode
diberikan pendidikan metode ceramah peer konselor lebih efektif
dengan nilai Z sebesar -4,232 dan p- dibandingkan dengan metode
value sebesar 0,000. ceramah.
5. Ada perbedaan yang signifikan
pengetahuan responden tentang seks

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.

BKKBN. 2000. Menanggulangi Seks Pra Nikah.


http://www.bkkbn/go.id/detailrubrik.php?myid:397.

BKKBN. 2005. Remaja Kota Berani Seks Pra Nikah.


http://www.bkkbn/go.id/detailrubrik.php?myid:397.

BKKBN. 2006. Tiap Tahun 15 Juta Remaja Melahirkan.


http://www.bkkbn.go.id/detailrubrik.php?.myid:517.

BKKBN. 2007. Pergaulan Bebas Sudah Mengkhawatirkan. http.//prov.bkkbn.go.id.

BKKBN. 2008. Remaja Indo Ngeseks Pra Nikah.http://prov.bkkbn.go.id.

BKKBN. 2009. Mahasiswa Belum Banyak Tahu Dampak Seks Pra Nikah. Semarang.
http://www.bkkbn.go.id/detailrubrik.php?.myid.596.

Dahlan Sopiyudin. (2009). Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika.

Djamarah, Bahri S (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

9
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Draft Pedoman Pelatihan Kader
Kesehatan Remaja. Jakarta. Depkes RI.

Dianawati, A. (2003). Pendidikan Seks Untuk Remaja. Tangerang: PT Kawan Pustaka.

Dicky (2009). Program Bimbingan Dan Konseling. From http//www inidicky.co.co/april


2009.

Fitriariza. (2010). Konselor Teman Sebaya. From Http:www.Status Kespro


Remaja.Info/krr/arsip.htm.

Foreno. (2007). Evaluasi Pengembangan Model Pusat Informasi Dan Konsultasi Kesehatan
Reproduksi Remaja (KRR).From Http:www.Status Kespro.Info/krr/arsip.htm.

Ginting. P. (2008). Persepsi Remaja Terhadap Perilaku Seksual Pra Nikah.


http//one.Indoskripsi.com.

Hidayat, Alimul. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika.

Hurlock. EB. (2002). Psikologi Perkembangan Swim Pendekatan Sepanjang tentang


Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Needa. (2010). Konselor Dari Teman Sebaya Cara Efektif Mengurangi Kenakalan
Remaja.From Http:www.Wordpress.Com.

Notoatmodjo, Soekijo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekijo. (2007). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, Soekijo. (2003). Ilmu Perilaku dan Pendidikan Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nursalam. (2003). Pendekatam Praktis Metodologi Keperawatan. Jakarta : info Medika.
Sarwono. W. S. (2003). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Santrok. (2004). Bagaimana Cara Manjadi Sahabat Yang Baik Yang Bisa Menjadi Konseling
Teman Sebaya. from:http//konselingindonesia.com.

Setyabudi R. (2007). Pendidikan Kesehatan Masyarakat. From


http//www.Ajago.Blogspot.Com.

Sugandi A. (2006). Teori Pembelajaran. Semarang : UPT Mkk Universitas Negeri Semarang.

Sugiyono. (2005). Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Suharmawan. (2009). Konselor Indonesia. From:http//konselingindonesia.com.

Surbakti. (2003). Orang Tua Penyebab Kenakalan Remaja. Jakarta: Elek Media Komputindo.

10
Wahyudi. K. (2000) Kesehatan Reproduksi Remaja. Lab Ilmu Kedokteran Jiwa Fk UGM
Jogjakarta.

Yulifah R, Yuswanto T. (2009). Komunikasi Dan Konseling dalam Kebidanan. Jakarta:


Salemba Medika.

11
12

Anda mungkin juga menyukai