Kata Kunci: Bimbingan Klasikal; Media Audio Visual; Pernikahan Usia Dini
PENDAHULUAN
Bimbingan klasikal merupakan proses pemberian bantuan dalam bentuk bimbingan pada
seluruh peserta didik dalam satu kelas. Layanan dilakukan dengan tujuan menjaga atau sebagai upaya
preventif agar tidak muncul masalah atau menekan munculnya masalah pada peserta didik.
Bimbingan klasikal dapat menjadi fungsi preventif sehingga dapat memberikan pemahaman terhadap
peserta didik agar dapat menghindarkan dirinya dari munculnya masalah yang disebabkan oleh
perilakunya. Perilaku ditampilkan pada kegiatan sehari-harinya merupakan hasil pergaulan individu
dengan lingkungannya.
Menurut Supriyono bimbingan klasikal adalah bantuan yang diberikan kepada peserta didik
yang pelaksanaannya dilakukan di dalam kelas. Bimbingan klasikal merupakan salah satu bentuk
layanan dalam bimbingan dan konseling yang mempunyai ciri dan dengan teknik yang berbeda antara
yang satu dengan lainnya. Bimbingan klasikal bertujuan untuk membantu individu agar mampu
menyesuaikan diri, mampu mengambil keputusan untuk hidupnya sendiri, mampu beradaptasi dalam
kelompok, mampu menerima support atau dapat memberikan support teman-temannya.
Di Indonesia, terutama di daerah-daerah pedesaan, masih terdapat banyak pernikahan di
bawah usia. Kebiasaan ini berasal dari adat yang berlaku sejak dahulu yang masih terbawa sampai
sekarang. Ukuran perkawinan di masyarakat seperti itu adalah kematangan fisik belaka (haid, bentuk
tubuh yang sudah menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder), atau bahkan hal-hal yang sama sekali
tidak ada kaitannya dengan calon pengantin. Istilah pernikahan dini adalah pernikahan dini yang
KEEFEKTIFAN BIMBINGAN KLASIKAL BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP
PERNIKAHAN USIA DINI 1
Muhammad Arif Budiman S
selalu dikaitkan dengan usia pernikahan yang dilaksanakan pada ambang batas atau di bawah usia
perkawinan yang diperbolehkan oleh undang-undang (19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk
perempuan).
Menurut Chilman dalam Tukiran dkk (2010) pernikahan dini untuk saat ini khususnya di kota-
kota besar seperti di Surakarta kebanyakan disebabkan karena perilaku remaja itu sendiri. Remaja
sebagai sebuah fase merupakan tumbuhnya kemandirian dan proses matangnya seksualitas, baik
secara fisik dan psikologis, yang di dalamnya remaja dan keluarga akan memiliki peran penting.
Remaja membutuhkan pertumbuhan kapasitas untuk intimasi dan berafiliasi untuk menjalin
hubungan dengan lawan jenis.
Faktor yang berpengaruh terhadap perilaku seks remaja salah satunya, adalah faktor dari dalam
individu yang cukup menonjol, yaitu sikap permisif. Suatu kelompok yang tidak permisif terhadap
hubungan seks sebelum nikah akan menekan anggotanya yang bersifat permisif. Kontrol sosial akan
memengaruhi sikap permisif terhadap hubungan seks kelompok tersebut. Aktivitas dan perilaku
seksual remaja banyak dipengaruhi kemajuan teknologi seperti media cetak dan elektronik. Remaja
mudah memperoleh hal-hal yang berbau pornografi dari majalah, televisi, video film dan internet,
sedangkan remaja cenderung untuk meniru atau mencoba-coba hal yang baru demi menjawab rasa
penasaran mereka.
Menurut Romauli dalam Puspita (2014) faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan usia
dini yaitu tingkat pendidikan, sikap dan hubungan dengan orang tua, sebagai jalan dari berbagai
kesulitan, pandangan dan kepercayaan, serta faktor masyarakat. Kelebihan perkawinan usia dini yaitu
terhindar dari perilaku seks bebas, dan menginjak usia tua sudah tidak punya beban anak kecil.
Namun banyak kekurangan perkawinan usia dini yaitu meningkatkan angka kelahiran penduduk,
perkawinan usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan ibu, risiko komplikasi kehamilan,
persalinan, dan nifas, kematangan psikologis belum tercapai sehingga keluarga mengalami kesulitan
mewujudkan keluarga yang berkualitas tinggi, perkawinan mengurangi kebebasan pengembangan
diri, mengurangi kesempatan melanjutkan pendidikan jenjang tinggi, adanya konflik dalam keluarga
membuka peluang untuk mencari pelarian di luar rumah sehingga meningkatkan risiko penggunaan
minum alkohol, narkoba, dan seks bebas.
Pendidikan yang diberikan oleh orang tua dalam suatu keluarga merupakan dasar bagi
pendidikan selanjutnya. Namun sering kali remaja mengalami hambatan untuk berkomunikasi
dengan orang tua, terutama untuk membicarakan masalah seksual. Menurut Murdijana remaja harus
berhadapan dengan stimulus seks dari lingkungan, dorongan seks yang muncul dari dalam dirinya,
norma masyarakat, dan nilai agama yang harus dipegang teguh. Dengan kondisi yang sangat
kompleks tersebut, remaja akan mengalami kesulitan apabila tidak ada pihak yang membantu dan
mengarahkan mereka.
Di sinilah peran orang tua sangat penting, terutama ibu yang dianggap sebagai orang terdekat
bagi remaja. Orang tua harus mempunyai pengetahuan yang cukup agar dapat menjelaskan kepada
anak-anak mereka sehingga tidak timbul kebingungan dan membuat mereka mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada sumber yang tidak tepat. Sebagian besar remaja justru
mendapatkan informasi dari sumber kurang dapat dipercaya dari segi keakuratan informasi. Mereka
justru mendapatkan informasinya, seperti dari teman dekat atau sebaya, majalah, buku bacaan porno,
film atau video.
Hal ini menunjukkan bahwa masih begitu minimnya informasi yang diterima oleh remaja
mengenai masalah kesehatan reproduksi ini dari sumber yang dapat menyediakan pelayanan
informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenaran informasinya. Menurut Sanjaya
(2010) secara umum media merupakan kata jamak dari medium, yang berarti perantara atau
pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha, seperti media dalam
penyampaian pesan, media pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik. Istilah media juga
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif. Jenis penelitian yang
digunakan peneliti adalah eksperimen menggunakan Pre Eksperimental Design (eksperimen pura-pura)
dikatakan demikian karena jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat
dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu. Penelitian ini menggunakan desain pre-test
and post-test karena dalam penelitian ini pengukuran dilakukan sebanyak 2 (dua) kali yaitu sebelum
eksperimen dan sesudah eksperimen tanpa menggunakan kelompok control (Arikunto, 2006).
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas XI SMK Diponegoro Lebaksiu Tegal sebanyak
256 peserta didik dengan pengambilan sampel sebanyak 15% per kelas dari delapan kelas. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan angket (kuesioner) sebagai teknik
utama sedangkan observasi, wawancara dan dokumentasi sebagai teknik pendukung.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskripsi untuk mendeskripsikan
beberapa variabel yaitu keefektifan bimbingan klasikal dengan menggunakan media audio visual
terhadap pernikahan usia dini peserta didik, sedangkan uji-t digunakan untuk menganalisis hasil
eksperimen yang menggunakan pre-test dan post-test one group design.
Sedangkan perolehan data dari pemahaman pernikahan usia dini setelah layanan bimbingan
klasikal dengan media audio visual disajikan sebagai berikut:
Dapat disimpulkan bahwa pemahaman pernikahan usia dini setelah layanan bimbingan
klasikal dengan media audio visual adalah dalam kriteria tinggi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
diagram berikut:
SIMPULAN
Pemahaman pernikahan usia dini sebelum layanan bimbingan klasikal dengan media audio
visual pada peserta didik adalah dalam kriteria rendah dengan persentase ketercapaian 30,0%.
Pemahaman pernikahan usia dini setelah layanan bimbingan klasikal dengan media audio visual pada
peserta didik adalah dalam kriteria tinggi dengan persentase 37,5%. Hasil uji efektivitas yaitu
bimbingan klasikal dengan bantuan media audio visual efektif meningkatkan pemahaman pernikahan
usia dini peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA