Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL PENELITIAN

KEEFEKTIFAN ANTARA METODE PENYULUHAN PENDIDIKAN


KESEHATAN DENGAN METODE DISKUSI TERHADAP PENGETAHUAN
TENTANG SEKS BEBAS DI SMK WIDYA DHARMA TUREN

Oleh:

NANANG EKO PUTRA RAMADHONA

NIM: 15.20.064

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

MALANG

2018
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh laki-laki

dan wanita tanpa adanya ikatan pernikahan(Desmita, 2012) Seks bebas

berkembang dari suatu budaya barat yang menekankan pada kebebasan

(Irwansyah, 2006). Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang

didorong hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan

sesama jenis (Sarwono, 2010). Menurut Soetjiningsih (2004) Perilaku seks

bebas yang dilakukan oleh remaja tidak terlepas dari kurangnya

pengetahuan remaja mengenai seks bebas tersebut

WHO ( World Health Organization) (2016) menyebutkan bahwa

sekitar 21 juta remaja perempuan yang berumur 15-19 tahun di negara

berkemb4ang mengalami kehamilan setiap tahun dan hampir setengah

kehamilan (49%) merupakan kehamilan yang tidak diingisurvei

Menurut (Depkes RI, 2013) banyak faktor yang dapat

mempengaruhi perilaku seksualitas remaja seperti lingkungan keluarga,

perubahan nilai seks di masyarakat, kurangnya pendidikan agama, pengaruh

media massa (porno) dan teman sebaya. Berdasarkan hasil penelitian Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), diketahui 68%

kalangan remaja di Indonesia pernah melakukan hubungan seks. Bahkan

dari hasil penelitian tahun 2009, juga menyebutkan 87% kalangan remaja

sudah pernah menonton film porno atau blue film.


Di jawa Timur, sebagian remaja dan mahasiswa sudah

berhubungan badan. Khususnya di Surabaya, pada tahun 2006 Dinas

Kesehatan menyebutkan, 47% remaja pernah berhubungan badan (Dinas

Kesehatan dalam harian surya. 2009).

Hasil survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia tahun 2012

(SKRRI) menunjukkan bahwa terdapat beberapa alasan remaja melakukan

seks pranikah yaitu terjadi begitu saja, rasa penasaran, dipaksa

pacar/pasangan, ingin menikah dan adanya pengaruh teman. Alasan yang

memiliki presentase besar bagi perempuan dibandingkan laki-laki ialah

terjadi begitu saja dan dipaksa oleh pasangan. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagai kaum lemah, perempuan sering memperoleh tekanan dan memiliki

keterbatasan untuk melawan.

Masa remaja diawali oleh masa pubertas, yaitu masa terjadinya

perubahan-perubahan fisik ( meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh

dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis (pematangan organ-organ seksual

dan produksi hormon-hormon seksual meningkat).(Sofia, Retnowati.2006).

Perubahan ini disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik

seksual primer dan karakteristik seksual sekunder(Kusmiran, 2012). Dengan

adanya perubahan fisik dan fungsi fisiologis pada remaja, menyebabkan

daya tarik terhadap lawan jenis yang mengakibatkan timbulnya dorongan-

dorongan seksual. Dan rasa ketertarikan terhadap lawan jenis, perilaku

remaja mulai diarahkan untuk menarik perhatian lawan jenis(Kusmiran,

2012). Dalam mencari pengetahuan mengenai seks, ada remaja yang


melakukan secara terbuka bahkan mulai mencoba mengadakan eksperimen

dalam kehidupan seksual. Misalnya dalam berpacaran, mereka

mengekspresikan perasaaanya dalam bentuk-bentuk perilaku yang menuntut

keintiman secara fisik dengan pasangannya, seperti berciuman, bercumbu,

dll ( Kusmira,2012)

Perilaku yang tidak sehat tersebut menimbulkan masalah kesehatan

reproduksi seperti, kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi.

Berdasarkan data PKBI(2006) didapatkan 2,5juta perempuan pernah

melakukan aborsi pertaun, 27% dilakukan oleh remaja, sebagian besar

dilakukan dengan tidak aman, 30-35% aborsi ini menyumbang kematian

setiap tahunnya( Nugrahaeni,2010)

Upaya pemerintah dalam mengatasi masalah tentang seks bebas

adalah melakukan upaya preventif dengan cara penyuluhan kesehatan dan

pendidikan kesehatan yang melibatkan tenaga kesehatan khususnya perawat.

Tenaga kesehatan bertugas untuk memberikan pendidikan kesehatan pada

masyarakat khususnya remaja. Peran ini dilakukan dengan membantu klien

dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan

tindakan yang di berikan, sehingga terjadi perubahan perilaku setelah

diberikan pendidikan kesehatan( Aulia, 2014).

Berdasarkan hasil wawancara yang saya lakukan pada bulan

Oktober dengan guru yang bertugas di BK bahwa disekolah tersebut tidak

pernah dilakukan penyuluhan mengenai pengetahuan tentang seks bebas

selain itu tidak ada mata pelajaran tentang pendidikan seks bebas bagi
remaja. Hasil survei yang saya lakukan terhadap 10 responden di smk,40%

responden sudah paham tentang pengetahuan tentang seks bebas, 50%

reponden belum paham tentang pengetahuan tentang seks bebas,bahkan di

antara responden tersebut sama sekali belum paham terhadap pengetahuan

tentang seks bebas.

Adapun sosialisasi pendidikan kesehatan melalui dua metode yaitu

melalui metode penyuluhan dan berdiskusi, yang dimaksud penyuluhan

kesehatan ialah kegiatan penambahan pengetahuan yang diperuntukkan bagi

masyarakat melalui penyebaran pesan. Sedangkan Berdiskusi adalah sebuah

interaksi komunikasi antara dua orang atau lebih(kelompok) yang mana

komunikasi tersebut berupa salah satu ilmu(pengetahuan) yang akhirnya

akan memberikan rasa pemahaman yang baik dan benar terhadap satu topik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah

sebagai berikut : keefektifan antara metode penyuluhan pendidikan

kesehatan dengan metode diskusi terhadap pengetahuan tentang seks bebas

di SMK Widya Dharma Turen

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui keefektifan antara metode penyuluhan pendidikan

kesehatan dengan metode diskusi terhadap pengetahuan tentang seks bebas

di SMK Widya Dharma Turen


1.3.2 Tujuan khusus

1. Identifikasi pengetahuan remaja tentang seks bebas sebelum

dilaksanakan penyuluhan pendidikan kesehatan dengan metode

berdiskusi
2. Identifikasi pengetahuan remaja tentang seks bebas sesudah

dilaksanakan penyuluhan pendidikan kesehatan dengan metode

berdiskusi
3. Analisa keefektifan sebelum dan sesudah dilakukannya

penyuluhan pendidikan kesehatan dan metode berdiskusi terhadap

tingkat pengetahuan tentang seks bebas pada remaja

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi Remaja

1. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman bagi remaja

tentang bahaya seks bebas


2. Diharapkan remaja mempunyai pengetahuan yang baik tentang

seks bebas
3. Keluarga dapat memberikan arahan pergaulan yang baik dan

benar, pada anak remajanya khususnya orang tua, sehingga

perilaku seks bebas dapat dihindarkan khususnya remaja SMK

1.4.2 Bagi SMK WIDYA DHARMA TUREN

1. Dengan adanya penelitian ini maka penulis berharap bahwa

penelitian ini akan bermanfaat dan berguna untuk dijadikan

bahan masukan bagi peneliti selanjutnya


2. Dapat digunakan untuk memberikan pendidikan seks sejak dini

pada para siswanya, dan membimbing para siswa untuk


menantiasa melakukan hal positif agar mereka terhindar dari

perilaku seks bebas

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai sumber referensi untuk peneliti selanjutnya tentang

pengetahuan perbedaan pembelajaran pendidikan kesehatan dengan

metode penyuluhan dan berdiskusi

1.5 Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini akan membahas keefektifan antara metode

penyuluhan pendidikan kesehatan dengan metode diskusi terhadap

pengetahuan tentang seks bebas di SMK Widya Dharma Desa Talok

Kecamatan Turen Kabupaten Malang.

Anda mungkin juga menyukai